Anda di halaman 1dari 10

CONTOH NASKAH SKENARIO SANDIWARA BONEKA

JUDUL ADOY SAKIT PERUT


(PEMBUKAAN, PROLOG DAN PERKENALAN TOKOH SANDIWARA)
Ibu guru Assalamualaikum Wr.Wb.
Anak-anak Waalaikum salam Wr.Wb.
Ibu guru Anak-anak, hari ini kita akan belajar bersama Adoy si boneka tangan
(boneka diperlihatkan dan diperkenalkan), siapa yang amu berkenalan?
Anak-anak Saya ... saya ... saya buu!!
Adoy (boneka) Assalamualaikum, selamat pagi, namaku Adoy, hallo teman-teman!
Anak-anak Hallo Adoy
Adoy Eh aku sudah pulang sekolah loh, Hmm sekarang aku mau jajan ah di
warung depan sekolah itu.
(BONEKA DIGERAKKAN KEARAH KIRI SEOLAH BERJALAN PERGI, DITURUNKAN, DAN
DISEMBUNYIKAN DARI PANDANGAN ANAK-ANAK)
Ibu guru Adoy tadi lapar dan ingin jajan, dimana Adoy jajan anak-anak?
Anak-anak Di warung depan sekolah bu ...??
Ibu guru Yah, disanakan banyak debynya yah. Sekarang apa yang mau di beli si
Adoy ya?
(BONEKA KELUAR LAGI BERGERAK SEOLAH MELIHAT-LIHAT KESANA KEMARI DAN
MENUJU KE WARUNG UNTUK JAJAN)
Adoy Hm, kayaknya aku mau beli pisang goreng deh, eh ... tapi kok banyak
lalatnya ... ah masa bodoh yang penting kenyang.
BONEKA DIGERAKKAN LAGI KEARAH KORI SEOLAH BERJALAN PERGI, DITURUNKAN, DAN
DISEMBUNYIKAN DARI PANDANGAN ANAK-ANAK
Ibu guru Boleh tidak kita makan yang banyak dihinggapi lalat anak-anak?
Anak-anak Tidak boleh buu, nanti sakit perut ya bu?
Ibu guru Pintar, kita lanjtkan yah?
(BONEKA KELUAR LAGI BERGERAK SEOLAH MELIHAT-LIHAT KESANA KEMARI DAN
DIEKSPRESIKAN SEDANG MEMAKAN SESUATU
Adoy Nyam-nyam-nyam, hmm enak sekali pisang gorengnya, teman-teman
mau enggak? Enggak mau ya udah aku habisin sendiri aja!!, ... tapi eh
kok perutku jadi sakit, aduh, aduuh sakit.
(BONEKA DITURUNKAN, DAN DISEMBUNYIKAN LAGI DARI PANDANGAN ANAK-ANAK)
Ibu guru Siapa yang tahu mengapa Adoy sakit perut?
Anak-anak Itu bu, jajan pisang goreng yang banyak lalatnya dan Adoy makan tidak
doa dulu buu.
(BONEKA KELUAR LAGI DIEKSPRESIKAN SEDANG KESAKITAN MEMEGANG PERUTNYA)
Adoy Aduh pasti karena pisang goreng itu, uh aku jadi sakit mules sekali, aku
enggak mau lagi jajan sembanrangan di warung itu, teman-teman, Adoy
mau pulang dulu mau minum obat dulu yah, doakan Adoy biar cepat
sembh, dah Assalamualaikum teman-teman.
Anak-anak Waalaikum salam Wr.Wb.

Ibu guru Nah anak-anak tadi kita sudah mendenar kalau Adoy sakit perut karena
makan pisang goreng yang banyak dihinggapi lalat, dan dia lupa tidak
membaca doa sebelum memahannya, jadi anak-anak jangan jajan
sembarangan yah?
Anak-anak Ya buuuu.

(SELESAI)
Contoh Naskah Drama Tentang Kesehatan

Berbicara mengenai naskah drama memang membutuhkan keseriusan, sebab membutuhkan ide
segar untuk bisa berkarya. Namun pembuatan contoh naskah drama tentang kesehatan pada
dasarnya tidaklah terlalu sulit untuk dilakukan. Siapa pun bisa membuatnya, asalkan memiliki niat dan
terus belajar untuk berbenah. Hasilnya anda bisa menjadi penulis naskah yang baik. Dan
menjadikannya sebagai profesi untuk menambah pundi-pundi keuangan anda.

Sinopsis Drama
Berikut adalah salah satu contoh naskah drama tentang kesehatan yang bisa anda jadikan referensi.
Tema kesehatan memang pantas untuk selalu diangkat, mengingat banyak orang yang melepaskan
dunia dengan mengalami sakit parah. Hal ini tentu memberikan kita perhatian, sebab dampak
ditinggalkan orang terkasih melalui serangan penyakit. Tentunya memiliki nilai trauma tersendiri bagi
orang terdekat yang ditinggalkan.

Contoh Naskah Drama


Tema : Pendidikan
Judul : Kesehatan Sang Ibu
Pemeran :
1. Ibu
2. Fensa
3. Noftavia
4. Dokter

Naskah Dialog Drama


Suatu ketika handphone Fensa bergetar di pagi hari, suatu hal yang tidak lumrah sebab nomor yang
etrtera adalah nomor kakanya, Noftavia. Merasakan ada hal yang aneh, di pagi buta sudah menelfon
padahal biasanya cukup mengirimkan pesan singkat. Fensa langsung mengangkat pada deringan
yang pertama.

Fensa:Halo.. Assalamualaikum..
Noftavia:Waalaikumsalam.. Dek, bisa pulang ke rumah sekarang?
Fensa:Ada apa mbak?
Noftavia:Pulang bisa pagi ini juga?
Fensa:Ada apa dulu, aku harus berangkat kerja. Kalau alasan tidak masuk tidak jelas bisa
dikeluarkan!
Noftavia:Ibu dek, ibu masuik rumah sakit. Diabetesnya ternyata belum sembuh total. Pulang dulu,
tengok ibu. Siapa tahu keadaanya bisa lebih baik.

Seketika tumpah air mata Fensa medengar sang ibu, yang merupakan pecutnya bekerja dengan giat.
Kini terbaring di rumah sakit, ketakutan itu seketika muncul. Namun fensa berusaha menepis dengan
kuat.

Fensa:Iya, aku pulang sekarang...!

Telepon ditutup segera, Fensa langsung menymbar tas punggungnya ia masukkan sepasang baju
yang mudah diraih. Membawa barang seperlunya, dan bergegas menuju ke halte bus terdekat.
Sepanjang perjalanan, air mata tak bis adibendung seperti air bah banjir Jakarta yang turun dari
wilayah Bogor. Fensa sudah tidak peduli dengan sekeliling yang terus mengamati, sebab dalam
benaknya hanya ada ibu, ibu, dan ibu. Tidak ada yang lain lagi.
Setelah tiga jam perjalanan yang melelahkan dan panjang, akhirnya Fensa sampai di rumah sakit di
kabupaten kota kelahirannya. Ia bergegas memencet nomor kakaknya, Noftavia menanyakan ruang
rawat sang ibu.

Noftavia:Di ruang manggis, kamar no 4 ya dek. Disini ada dokter yang masih memeriksa ibu..
Fensa:Iya kak..

Sampailah Fensa di kamar sang ibu, di samping ranjang ada dokter dan perawat serta kakanya
tersayang. Sementara di ranjang pesakitan, kini terbaring tubuh malaikat penyemangatnya selama
ini. Kaget Fensa melihat keadaan ibunya, namun sang ibu bukannya terlihat sakit tak berdaya.
Justrus eulas senyum tersungging penuh ikhlas dan penawar rasa khawatir.

Fensa:Ibu wajahnya kok bisa begini?


Ibu:Tidak apa-apa..
Fensa:Dok, ibu kok bisa begini kenapa?
Dokter:Ada komplikasi yang cukup rumit dari diabetes yang diderita ibu anda.
Fensa:Apa itu?
Dokter:Ada komplikasi di saluran pencernaan, yakni usus dan lambung. Paling para komplikasi di
ginjal. Sehingga membuat ibu anda sukar membuang sampah dlaam tubuhnya mbak.
Noftavia:Sudah 2 hari kemarin ibu tidak bisa buang air kecil maupun besar, tidak juga bisa keluar
keringat dek..
Dokter:cairan yang tidak bisa keluar, baik keringat maupun air seni karen aginjal yang terganggu.
Mengakibatkan kulit ibu anda menggembung berisi cairan. Untuk sementara mengguankan infus
khusus agar bisa kencing dan berkeringat.

Read more: http://www.contohskripdrama.click/2014/07/contoh-naskah-drama-tentang-


kesehatan.html#ixzz4rfpDghnP

DIALOG DRAMA
Dialog drama yang mengusung tema seputar kesehatan sering kita jumpai dalam adegan
pementasan suatu drama, baik drama yang dimainkan dilingkup lingkungan pendidikan formal
maupun non formal.

Naskah drama tentang kesehatan ini dapat berupa adegan drama pendek dan juga adegan drama
panjang.

(tunggu update contoh naskah drama tentang kesehatan)

UPDATE

Contoh naskah drama tentang kesehatan


Contoh naskah drama tentang kesehatan di bawah ini menceritakan tentang seorang anak yang gemar sekali
makan. Sayangnya ia tidak peduli dengan kesehatan makanannya. Berikut ini adalah alur skenarionya:

Skenario drama
1. Tema Drama : Kesehatan
2. Ritma Cerita Drama:

I) Exposisi

Dian
Rudi
Bejo
Sinta

II) Permasalahan

Bejo ingin terus makan padahal makanannya sudah kotor

III) Komplikasi

Dian melarang Bejo memakan makanan yang sudah jatuh di tanah dan kotor

IV) Catatan I

Sinta yang sangat mencintai kebersihan sangat sebal dengan Bejo yang tidak higienis

V) Catatan II

Rudi menasehati Bejo agar selalu menjaga kebersihan makanannya agar tidak mudah terserang penyakit

VI) Kesimpulan

Bejo akhirnya sakit perut karena terlalu banyak makan makanan yang sudah tidak bersih

3. Karakter

a. Protagonis (baik) : Dian, Sinta


b. Antagonis (jahat) : Bejo
c. Tritagonis : Rudi
d. Figuran : Ibu Dian

4. Latar
a. Tempat

Di rumah Dian

b. Waktu/kejaDian
sore hari

c. Sosial

Bejo tidak peduli dengan kebersihan sehingga ia mudah terserang penyakit.

Naskah Drama

Sore itu, sepulang sekolah Sinta, Bejo, dan Rudi berniat untuk datang ke rumah Dian. Mereka harus
mengerjakan tugas kelompok yang harus dikumpulkan esok hari. Akhirnya setelah berganti pakaian di rumah,
Sinta, Bejo, dan Rudi datang ke rumah Dian.
Sinta, Bejo, Rudi : Assalamualaikuum. Diaaan, kami dataaang.
Dian : Waalaikumsalam. Ayo masuuk, kita duduk di ruang tengah saja ya
Rudi : boleh boleeh, dimana aja boleh kok.
Bejo : Dian, di rumah kamu ada makanan ngga? (setengah berbisik)
Rudi : Ah kamu ini, baru juga sampai udah nanya makanan.
Bejo : aku belum makan tadi Rud, maklumlah kalo sekarang kelaperan.
Rudi : Kamu sih tiap waktu juga selalu laper Jooo.
Dian : Tenang joo, ibuku sudah bikin kue banyak kok.
Sinta : Asiiik. Ibunya Dian kalo masak enak banget lhoo Jo.
Bejo : Wah, ngga sabar aku nyicipi masakan ibumu.
Dian : Kita kerjakan dulu ini tugasnyaa
Sinta, Bejo : Siaaaap!

(beberapa menit kemuDian)

Ibu Dian : ini kue dan minumannya yaa. Kalian cicipin gih. Tante baru bikin soalnya, masih anget.
Bejo : Iya tante, nanti pasti habis kok. Bejo yang ngabisin kalo yang lain ngga mau.
Rudi : yeee itu sih maunya kamu aja Jo.
Ibu Dian : ya sudah, tante masuk dulu ya.
Sinta : Iya tante, terima kasih yaa.
Ibu Dian : sama-sama, cantik.
Bejo : yess, kenyang nih aku nanti (Mulai makan kue satu per satu)

(sambil mengerjakan, Bejo terus-terusan makan. Bahkan saat mereka harus ke teras untuk mempraktekkan tugas
yang mereka buat, Bejo terus saja membawa makanannya)

Dian : Bejooo, udah dong makannya. Kita ngerjain ini duluu, nanti makan lagi.
Bejo : Nanggung nih diaan. Enak banget soalnya. Bentar yaa. Dua lagi
Sinta : ya ampun, Bejo ini apa ngga ada kenyangnya ya. Itu perut udah segede itu masih aja makan terus.

(lalu kue yang Bejo pegang tiba-tiba terjatuh)

Bejo : Yaaaaaah, tuh kaaan. Kuenya jatuh, kalian sih ngomongin aku terus daritadi
Rudi : Yaudah sih, nanti aja ambil lagi
Dian : Itu tandanya kamu disuruh ngerjain Jo, biar cepet selesai, jangan makan terus.
Bejo : Aku ambil aja lagi deh kuenya.
Sinta : Jangaaannn!!! Itu kan udah kotor, udah kena tanah masa mau dimakan lagi.
Bejo : gapapa belom lima menit kan
Dian : Bejooo, itu udah ngga higienis, kan masih banyak yang masih bersih di dalam.
Bejo : sayang itu kuenya, tadi aku ambil yang paling banyak coklatnya. (langsung memakan kue yang sudah
jatuh di tanah)
Rudi : ya ampuuun. Bejo ini kelakuannyaa (geleng-geleng kepala)
Dian : Bejo jorok banget sih. Nanti kamu sakit perut lho kalo makan itu
Sinta : Iya jo, ati-ati lho kamu nanti sakit.
Bejo : Ngga bakalan sakit kok. Aku kan udah biasa makan yang agak kotor-kotor dikit gitu
Sinta : Ya ampun Bejo ini susah banget sih dibilanginnya
Bejo : hehehehehe

(akhirnya mereka lanjut mengerjakan tugas mereka lagi, hingga tiba-tiba Bejo mengaduh kesakitan)

Bejo : Aduuuuuuuhhhhh, perutkuuuuuuuu.


Rudi : perutmu kenapa Joo? Gendut? Udah lama kalii
Bejo : BUkan gitu Rud, perutku sakit sekali ini.
Dian : Sakit kenapa sih Jo? Apa sakit banget?
Bejo : Iyaaa. Sakit bangeettt. (sambil terus memegangi perutnya)
Sinta : Tuhkan apa juga aku bilang, jangan makan makanan yang udah kotor. Kamu sih ngga mau nurut.
Bejo : Ya ampun Sinta, marahnya nanti ajaa, ini gimana perut aku. Ga tahan ini sakit banget.
Sinta : Yaudah kita bawa ke puskesmas deket rumahmu aja Dian.
Dian : Boleh deh, aku bilang ke ibuku dulu yaa (lari masuk ke dalam, lalu bersama ibunya keluar lagi)
Ibu Dian : Bejo kenapa? Perutnya sakit sekali?
Sinta : Iya tante, gara-gara makan kue yang udah jatuh ke tanah tuh tadi (Mencibir)
Bejo : Sakit sekali tanteeee. Tolong Bejooo.
Rudi : Apa perlu ke puskesmas tante?
Ibu Dian : ngga usaah, sini tante kasih obat aja. Ayo masuk ke dalam.

(ibu Dian mengambil obat dan mengambil air putih lalu menyerahkannya pada Bejo)

Ibu Dian : Nih Bejo, diminum ya obatnya.


Bejo : iiiya tante (Langsung menenggak obatnya tanpa basa-basi)
Ibu Dian : Setelah ini pasti langsung ilang kok sakit perutnya.
Bejo : iya. Makasih ya tante.
Ibu Dian : Sama-sama Bejo. Lain kali jangan asal makan ya. Harus diperhatikan juga kebersihannya. Kalo udah
jatuh ya ngga usah diambil lagi, kan masih banyak kue yang lain.
Bejo : iyaa tantee. Bejo yang salah (sambil tersipu malu)
Sinta : Bejoooo Bejoooo. Dasar rakus, semua-semua pengennya dimakan.
Dian : hahahaha. Ya sudah, inget-inget tuh kata-kata ibuku. Jangan diulangi lagi yaa.
Rudi : Halaah, paling besok juga udah lupa si Bejo kalo udah liat makanan enak.
Bejo : hahaha kamu tau banget sih Rud.
Dian dan Sinta : Bejooooooooo jangan begituuuu
Bejo : iyaaa iyaaa diaan, Sintaa. Kalian tenang ajaa. Aku juga ngga mau sakit perut lagi kayak tadi. Ngga enak
banget rasanya.
Rudi : yaiyalah jo, mana ada sakit rasanya enak. Kalo enak, rumah sakit udah penuh kali.

Akhirnya Bejo, Rudi, Sinta dan Dian melanjutkan tugas mereka hingga malam tiba. Bejo pun sudah tidak sakit
perut lagi dan bisa mengerjakan tugasnya dengan benar. Saat malam tiba, mereka pun pamit pulang pada Dian
dan Ibunya.

Demikian Contoh naskah drama tentang kesehatan yang kami berikan. Semoga bermanfaat untuk Anda.

Read more: http://www.contohdramakomedi.click/2014/07/contoh-naskah-drama-tema-


kesehatan.html#ixzz4rfqh0EU5

Sinopsis: Tema kesehatan memang pantas untuk selalu diangkat, mengingat banyak orang yang
melepaskan dunia dengan mengalami sakit parah. Hal ini tentu memberikan kita perhatian, sebab dampak
ditinggalkan orang terkasih melalui serangan penyakit. Tentunya memiliki nilai trauma tersendiri bagi
orang terdekat yang ditinggalkan.
Tema : Pendidikan
Judul : Kesehatan Sang Ibu
Pemeran :
1. Ibu
2. Fensa
3. Noftavia
4. Dokter
Naskah
Suatu ketika handphone Fensa bergetar di pagi hari, suatu hal yang tidak lumrah sebab nomor yang etrtera
adalah nomor kakanya, Noftavia. Merasakan ada hal yang aneh, di pagi buta sudah menelfon padahal
biasanya cukup mengirimkan pesan singkat. Fensa langsung mengangkat pada deringan yang pertama.
Fensa:Halo.. Assalamualaikum..
Noftavia:Waalaikumsalam.. Dek, bisa pulang ke rumah sekarang?
Fensa:Ada apa mbak?
Noftavia:Pulang bisa pagi ini juga?
Fensa:Ada apa dulu, aku harus berangkat kerja. Kalau alasan tidak masuk tidak jelas bisa dikeluarkan!
Noftavia:Ibu dek, ibu masuik rumah sakit. Diabetesnya ternyata belum sembuh total. Pulang dulu, tengok
ibu. Siapa tahu keadaanya bisa lebih baik.
Seketika tumpah air mata Fensa medengar sang ibu, yang merupakan pecutnya bekerja dengan giat. Kini
terbaring di rumah sakit, ketakutan itu seketika muncul. Namun fensa berusaha menepis dengan kuat.
Fensa:Iya, aku pulang sekarang!
Telepon ditutup segera, Fensa langsung menymbar tas punggungnya ia masukkan sepasang baju yang
mudah diraih. Membawa barang seperlunya, dan bergegas menuju ke halte bus terdekat. Sepanjang
perjalanan, air mata tak bis adibendung seperti air bah banjir Jakarta yang turun dari wilayah Bogor. Fensa
sudah tidak peduli dengan sekeliling yang terus mengamati, sebab dalam benaknya hanya ada ibu, ibu, dan
ibu. Tidak ada yang lain lagi.
Setelah tiga jam perjalanan yang melelahkan dan panjang, akhirnya Fensa sampai di rumah sakit di
kabupaten kota kelahirannya. Ia bergegas memencet nomor kakaknya, Noftavia menanyakan ruang rawat
sang ibu.
Noftavia:Di ruang manggis, kamar no 4 ya dek. Disini ada dokter yang masih memeriksa ibu..
Fensa:Iya kak..
Sampailah Fensa di kamar sang ibu, di samping ranjang ada dokter dan perawat serta kakanya tersayang.
Sementara di ranjang pesakitan, kini terbaring tubuh malaikat penyemangatnya selama ini. Kaget Fensa
melihat keadaan ibunya, namun sang ibu bukannya terlihat sakit tak berdaya. Justrus eulas senyum
tersungging penuh ikhlas dan penawar rasa khawatir.
Fensa:Ibu wajahnya kok bisa begini?
Ibu:Tidak apa-apa..
Fensa:Dok, ibu kok bisa begini kenapa?
Dokter:Ada komplikasi yang cukup rumit dari diabetes yang diderita ibu anda.
Fensa:Apa itu?
Dokter:Ada komplikasi di saluran pencernaan, yakni usus dan lambung. Paling para komplikasi di ginjal.
Sehingga membuat ibu anda sukar membuang sampah dlaam tubuhnya mbak.
Noftavia:Sudah 2 hari kemarin ibu tidak bisa buang air kecil maupun besar, tidak juga bisa keluar
keringat dek..
Dokter:cairan yang tidak bisa keluar, baik keringat maupun air seni karen aginjal yang terganggu.
Mengakibatkan kulit ibu anda menggembung berisi cairan. Untuk sementara mengguankan infus khusus
agar bisa kencing dan berkeringat.
Fensa:Apakah bisa diatasi dok?
Dokter:Untuk sementara bisa dengan infus ini. Namun selebihnya semoga diberikan kemudahan dari-
Nya!
Noftavia:Saya masih bingung dok, apa penyebab komplikasi ginjal ini?
Dokter:Dari hasil pemeriksaan, ibu saudara sepertinya sering mengkonsumsi minuman instan. Padahal
tidak baik bagi penderita diabetes, penumpukan ini berakibat pada ginjal ibu anda.
Terkejut sudah pasti, namun tetap saja hanya bisa tabah dan berusaha menjalani cobaan ini dengan selalu
berhusnuzdon pada-Nya. Sang dokter meninggalkan ruangan, beserta perawatanya.
Noftavia:Tadinya ingin rawat jalan saja agar lebih hemat, tapi dokter tidak mengijinkan. Kondisi ibu tidak
stabil dek, obat infus ini mahalnya luar biasa. Ibu juga tidak mau makan nasi, hanya mau makan buah.
Itupun tidak seberapa jumlahnya.
Tangisan kini berderai makin deras, Fensa tidak kuasa untuk tidak menahannya. Merasa bersalah,
membiarkan ibunya memperburuk kesehatan yang sudah kurang baik sedari dulu oleh diabetes. Sang ibu
memang gemar minum minuman yang manis, apalagi jika minum minuman instan yang praktis cara
membuatnya. Namun nasi sudah menjadi bubur, berharap ibunya bisa bertahan dan melalui ini semua
adalah jalan yang terbaik.
Fensa:Soal biaya nanti dipikirkan, sekarang biar ibu sehat dulu.
Noftavia:Iya dek, tapi mau dapat uang darimana? Seharusnya kita ikutkan ibu asuransi kesehatan agar
tidak tunggang langgang begini.
Fensa:Sudah kak, jangan disesali. Kalau sudah rezeki tidak akan kemana, toh ini ibu kita, ibu yang baik.
Dan selalu beramal dengan sesamanya. Pasti kita diberikan jalan.
Noftavia:Semoga saja
Siang ini kedua saudara saling menguatkan satu sama lain, saling berjanji saat ibu sudah sehat mereka akan
memperhatikan hal remeh sekalipun. Tanpa terkecuali perihal minuman yang dianggap sepele.
Ibu:Kapan sampai sa?
Fensa:Barusan bu.. ibu kenapa tidak mau makan? Nanti gak bisa minum obat, kapan sembuhnya?
Ibu:gak apa-apa.
Fensa:Ibu selalu saja bilang gak apa-apa. Yang sakit apa bu? Perutnya sakit kalau makan?
Pertanyaan ini hanya dijawab dengan gelengan, Fensa semakin sedih. Wajah dan sekujur tubuh ibunya
terlihat penuh keriput. Karen akulit yang tadinya menggembung karena penumpukan cairan kini tepah
kempis dan meinggalkan bekas. Bekas yang sangat menyakitkan, mencerminkan penderitaan ibunya yang
tidak perbah diungkapkan kepada kedua putrinya.
Setelah seminggu di rumah sakit, akhirnya sang ibu boleh pulang. Namun setelah melakukan permohonan
dengan sangat kepada tim dokter. Sebab keterbatasan biaya, yang membuat merawat di rumah sakit
menjadi amat sangat berat. Keputusan yang diambil sudah bulat, ibu akan dirawat di rumah oleh Noftavia.
Sebab fensa harus ebkerja untuk mencari biaya berobat sang ibu setiap bulannya. Semakin hari keadaan
ibu memang semakin membaik, meskipun sejak keluar dari rumah sakit. Sang ibu suda tidak pernah lagi
berpijak di tanah dengan kedua kakinya. Kesehatan itu mahal harganya, sakit berat seharusnya tetap dijaga
asupan konsumsi hariannya.

Anda mungkin juga menyukai