Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda berdasarkan umurnya. Anak yang
berusia 1-3 tahun (batita) merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari
apa yang disediakan ibunya. Sedangkan anak usia 3-5 tahun (prasekolah) merupakan
konsumen aktif, yang berarti bahwa anak-anak sudah dapat memilih makanan sendiri. Anak-
anak pada usia pra sekolah menurut Khomsan (2004) sering dianggap sedang memasuki fase
Jonny wont eat (anak sering tidak mau makan).
Anak prasekolah adalah anak dengan usia 3-5 tahun yang merupakan potensi sumber
daya manusia bagi masa depan bangsa sehingga peningkatan kualitas kesejahteraan anak usia
prasekolah, khususnya dari aspek gizinya menduduki posisi yang sangat strategis dan sangat
penting bagi pembangunan bangsa Indonesia.
Usia anak prasekolah merupakan periode paling kritis dalam kehidupan manusia.
Dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan yang rawan terhadap kekurangan gizi.
Gizi kurang pada anak usia prasekolah diakibatkan konsumsi makanan yang tidak cukup
mengandung energi dan protein dan atau karena gangguan kesehatan. Sejak sebelum merdeka
hingga sekarang pada anak-anak khususnya anak usia prasekolah masih merupakan masalah
yang memprihatinkan.
Program-program pemerintah yang dilaksanakan di bidang kesehatan telah
memberikan perhatian terhadap anak sejak dini, sejak anak berada dalam kandungan sampai
lahir hingga usia balita. Ibu mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengasuhan,
perawatan dan pendidikan anak, sehingga proses interaksi antara ibu dan anak perlu
diwujudkan sebaik-baiknya terutama pada anak usia prasekolah.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang gizi anak prasekolah dan
permasalahan-permasalahan gizi anak prasekolah, serta pencegahan dan penanganan agar gizi
anak prasekolah dapat tercukupi sesuai kebutuhan tubuh anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, maka rumusan masalah dari
makalah ini, antara lain sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud usia anak prasekolah ?
2. Bagaimana Komunikasi Ibu-Balita yang Berkembang dan Teori Pengembangan
Pikiran pada Usia 4 tahun?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat di uraikan tujuan dari makalah
ini, antara lain sebagai berikut.
PEMBAHASAN
Namun, karena variasi dalam definisi dan paradigma penilaian, peneliti ToM tidak setuju
tidak hanya pada usia spesifik kemunculannya, namun juga pada sifat perkembangannya.
Sedangkan beberapa pihak percaya bahwa pengembangan ToM melibatkan proses perubahan
sistem pemahaman kepercayaan yang berlanjut yang terus berlanjut dari implisit menjadi
eksplisit.
Yang lain percaya bahwa pemahaman implisit dan eksplisit melibatkan dua sistem yang
berbeda, terkait, atau terpisah, yang berkembang baik secara berurutan.
Bersama dengan tindakan non-kolaboratif, analisis regresi menunjukkan bahwa tiga tindakan
kolaboratif ibu menjelaskan total 27% varian dalam nilai FBU, F (4,73) = 6,75, p <.001.
Selanjutnya, analisis regresi hirarkis dilakukan untuk mengungkapkan apakah efek tindakan
kolaboratif maternal terhadap nilai FBU telah melampaui dan di atas tindakan non-
kolaboratif ibu. Termasuk 5 kovariat, ada total 9 prediktor dalam model. Dengan
memperhatikan kekuatan statistik, nilai FBU residual setelah mengendalikan 5 kovariat
pertama kali diturunkan sebagai variabel dependen4. Setelah tindakan non-kolaboratif ibu
dimasukkan pada Langkah 1, tiga tindakan kolaboratif ibu dimasukkan pada Langkah 2, yang
membuat perbaikan yang signifikan pada model, F (3, 72) = 4,26, p <.01 (lihat Tabel 3).
Dari tiga tindakan kolaboratif ibu tersebut, dukungan / konfirmasi muncul menjadi satu-
satunya prediktor yang signifikan. Pernyataan dukungan / konfirmasi ibu yang lebih sering
memprediksi nilai FBU anak yang lebih baik.
Kontribusi Bersama dan Gabungan dari Kisah Bersama Kolega dan Anak
Regresi hirarkis ketiga dilakukan untuk menguji efek relatif dan gabungan dari
tindakan kolaboratif ibu dan anak dalam memprediksi nilai FBU residual. Untuk
meminimalkan multikolinearitas antara istilah linier dan interaksi, semua tindakan kolaboratif
ibu dan anak berfungsi sebagai prediktor dalam analisis regresi dipusatkan terlebih dahulu
(Aiken & West, 1991). Istilah interaksi antara tindakan kolaboratif maternal dan balita
kemudian dibuat dengan menggunakan variabel terpusat. Tindakan kolaboratif ibu pertama
kali dimasukkan pada Langkah 1. Tindakan kolaboratif balita dimasukkan pada Langkah 2,
yang membuat perbaikan yang signifikan pada model, F (1, 74) = 6,50, p <.05. Dengan
demikian, hipotesis ketiga dipastikan bahwa tindakan kolaboratif balita akan memberikan
kontribusi independen yang signifikan terhadap pengembangan ToM di atas dan di luar ibu
mereka. Untuk menguji hipotesa keempat efek sendi antara ibu dan balita, istilah interaksi
dimasukkan pada Langkah 3, yang juga signifikan, F (1, 73) = 10,66, p <.01. Hipotesis ko-
konstruktif, dengan demikian, dipastikan bahwa tindakan kolaboratif bersama oleh ibu dan
balita berkontribusi pada kinerja ToM.
Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun) Perkembangan komunikasi
pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak
sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-
300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan. Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun
anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan
seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat
egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai
meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap
komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat
bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini
cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada
dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan
digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih
jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti
kata-kata jawab dong, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara
non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
Anak usia dibawah 5 tahun, hampir semuanya egosentris , mereka melihat segala sesuatu
hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
Waktu pemeriksaan anak perlu menyentuh alat-alat yang akan digunakan dalam pemeriksaan
agar dia mengenal dan merasa terasing gunakan kalimat singkat dan kata-kata yang familiar
bagian anak serta batas pernyataan yang sifatnya menyatakan penyelesaian.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan dengan
anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan
atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam berkomunikasi
dengan anak, antara lain :
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan
diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua
secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan
memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya,
dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat
anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar.
Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon
anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan
perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang
disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan
ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.
Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan,
dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan
kepada anak.
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah
atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara
ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.
Menggambar.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini hubungan
interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan
dapat disampaikan.
Dua unsur penting dalam komunikasi untuk memahami fungsi pertukaran pikiran
dan perasaan yaitu :
Harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka
ajak berkomunikasi.
Contoh : bila mengunakan isyarat seperti menunjuk pada sesuatu benda yang
ingin dilihat orang lain, maka harus dalam bentuk yang dapat dipahami. Apabila
komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan dengan kata dan struktur tata bahasa
yang dapat dipahami anak.
Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain, misalnya : anak berusia 18
bulan, pembicaraan harus memantapkan kata-katanya dengan isyarat dan pada saat anak
bertambah besar pemahaman bertambah baik sehingga isyarat kurang diperlukan.
Bentuk Komunikasi Pra Bicara. Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah
menyediakan bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya sementara. Selama satu setengah
tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai, bentuk komunikasi,
mereka menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara atau (prespeech)
yakni : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi emosional. Bentuk komunikasi prabicara
sifatnya sementara, sehingga bentuk komunikasi pra bicara ini sebaiknya ditinggalkan
apabila kegunaannya sudah berakhir.
Tangisan. Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara
pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia
luar. Melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas,
lelah , dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhannya segera dipenuhi , bayi
hanya akan menangis bila ia merasa sakit atau tertekan. Perawat harus banyak berlatih
mengenal macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda memerlukan bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan karena orang tua yang tidak
cepat tanggap terhadap arti tangis bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun pada usia 6 bulan karena
keinginan & kebutuhan mereka cukup terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya menurun
sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.
Ocehan dan Celoteh. Bentuk komunikasi prabicara disebut ocehan (Cooing ) atau
Celoteh (Babbling). Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh
perubahan gerakan mekanisme suara . Ocehan ini terjadi pada bulan awal kehidupan
bayi seperti : merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis & mengeluh. Sebagian
ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celoteh merupakan
mekanisme otot saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai berceloteh pada awal
bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke 6 & ke 8. Nilai celoteh :
- Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi perkembangan gerakan terlatih
yang dikehendaki dalam bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
- Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Berceloteh
membantu bayi merasakan bahwa dia bagiandari kelompok sosial.
PENUTUP