Anda di halaman 1dari 124

Ilmu Negara

BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
1. Pegertian Ilmu Kenegaraan
Jika ditinjau dari segi istilah, maka istilah Ilmu Kenegaraan
(Staatswetenschap/General Sate Science) merupakan istilah yang
tertua disamping Ilmu Negara (Staats Leer) dan Ilmu Politik
(Wetenschap der Politiek).
Pengertian istilah staatswetenschap bukanlah ilmu kenegaraan
yang ditinjau dari sudut hukum saja, tetapi juga dari sudut ekonomi
sebagai akibat dari pengaruh merkantilisme.
Merkantilisme adalah politik ekonomi di Eropa Barat yang
menyamakan uang dengan kekayaan, berusaha memperoleh emas,
meningkatkan hasil produksi pabrik dan ekspor, pembea-an impor dan
memeras negara jajahan.
Aliran merkantilisme disebut juga ajaran neraca perdagangan
karena berusaha untuk membuat neraca perdagangan lebih aktif,
artinya volume ekspor harus lebih besar dari impor sehingga
mendapatkan keuntungan.

2. Pengertian Ilmu Negara


Istilah Ilmu Negara berasal dari bahasa Belanda, Staatsleer
yang diambil dari istilah bahasa Jerman Staatslehre. Dalam bahasa
Inggris disebut The General Theory of State atau Political Theory.
Istilah Ilmu Negara pertama kali diperkenalkan oleh George
Jellinek yang disebut sebagai Bapak Ilmu Negara. George Jellinek
memandang ilmu negara sebagai suatu keseluruhan dan membaginya
ke dalam bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain.
Di Indonesia, universitas yang pertama kali menggunakan istilah
Ilmu Negara adalah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 1


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Menurut Kranenburg, Ilmu Negara adalah ilmu tentang negara,


dimana diadakan penyelidikan tentang sifat hakekat, struktur, bentuk,
asal mula, ciri-ciri serta seluruh persoalan di sekitar negara.
Selanjutnya, Kranenburg berpendapat bahwa Ilmu Negara
merupakan cabang penyelidikan ilmiah yang masih muda walaupun
menurut sifat dan hakekatnya merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang tua karena sebenarnya Ilmu Negara sudah dikenal sebagai suatu
ilmu pengetahuan sejak zaman Yunani Kuno.
Ilmu negara adalah ilmu yang menyelidiki pengertian-
pengertian pokok dan sendi-sendi pokok dari negara dan hukum
negara pada umumnya. Pengertian menitik beratkan pada suatu
pengetahuan, sedangkan sendi menitik beratkan pada suatu asas atau
kebenaran.
Ilmu negara mempelajari negara secara umum, mengenai asal-
usulnya, wujudnya, lenyapnya, perkembangannya dan jenis-jenisnya.
Selain itu, Prof. M. Nasroen, SH, menyatakan bahwa Ilmu
Negara Umum adalah suatu ilmu pengetahuan tertentu. Sebagai
suatu ilmu pengetahuan, maka Ilmu Negara Umum akan mencari dan
menetapkan suatu ketentuan dan kebenaran terhadap pokok
penyelidikannya, yaitu negara. Jadi, Ilmu Negara Umum harus
menjawab pertanyaan mengenai negara.

B. OBJEK ILMU NEGARA


Menurut Kranenburg, obyek penyelidikan Ilmu Negara adalah
negara, dimana dalam ilmu negara diselidiki asal mula, sifat, hakekat dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan negara. Ilmu Negara
menitikberatkan penyelidikannya kepada pengertian negara secara
umum.
Prof. M. Nasroen SH, dalam hal ini sependapat dengan
Kranenburg, menurutnya, sebab wujud dari Ilmu Negara Umum adalah

Arinita Sandria, SH., M.Hum 2


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

menyelidiki dan menetapkan asal mula, inti sari dan wujud negara pada
umumnya.
Obyek penyelidikan ilmu negara adalah negara secara umum,
sehingga ia sering disebut sebagai ilmu negara umum.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup serta obyek
penyelidikan Ilmu Negara adalah negara dalam pengertian abstrak,
terlepas dari waktu dan tempat, bukan suatu negara tertentu yang secara
positif ada pada suatu waktu dan tempat tertentu. Ilmu Negara menyelidiki
pengertian-pengertian pokok (grondbegrippen) dan sendi-sendi pokok
(grondbeginselen) dari negara yang berlaku untuk dan terdapat pada
setiap negara.

1. Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang
berarti keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-
sifat yang tegak dan tetap.
Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,bahwa :
Negara sebagai pribadi hukum internasional seharusnya memiliki
kualifikasi sebagai berikut :
a. Penduduk yang menetap.
b. Wilayah tertentu
c. Suatu pemerintahan
d. Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara
lain.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang
kekuasaannya, baik militer, politik, ekonomi maupun sosial budayanya
diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda
dengan bentuk organisasi lain terutama karena hak negara untuk
mencabut nyawa seseorang.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 3


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Fenwick mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat


politik yang diorganisir secara tetap, yang menduduki suatu daerah
tertentu dan menikmati dalam batas-batas daerah tertentu suatu
kemerdekaan dari pengawasan negara lain, sehingga ia dapat
bertindak sebagai badan yang merdeka di muka dunia.
Jika ditinjau dari sudut pandang sosiologi, negara adalah
kelompok politis persekutuan hidup orang yang banyak jumlahnya dan
terikat oleh perasaaan senasib dan seperjuangan. Membicarakan
negara berarti membicarakan masyarakat dan manusia.
Untuk dapat menjadi suatu negara maka ada beberapa syarat
atau unsur yang harus dipenuhi, yaitu :
a. Rakyat
Rakyat yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan
organisasi ini.
Oppenheim Lauterpacht berpendapat bahwa rakyat adalah
kumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yang hidup bersama
merupakan suatu masyarakat, meskipun mereka berasal dari
keturunan yang berlainan, menganut kepercayaan yang berlainan,
memiliki warna kulit yang berlainan.
Selain itu, para ahli yang lain berpendapat bahwa ide atau cita-cita
untuk bersatu merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
dapat membentuk suatu bangsa yang akan hidup dalam suatu
negara. Oleh karena itu, rakyat yang mempunyai cita-cita untuk
bersatu merupakan unsur yang sangat penting bagi negara.
Dahulu orang berpendapat bahwa suatu bangsa hanya dapat
dibentuk oleh suatu masyarakat yang berasal dari satu keturunan,
satu bahasa dan satu adat istiadat, namun pendapat ini tidak dapat
dipertahankan karena tidak terbukti kebenarannya. Misalnya :
bangsa Indonesia, Swiss, USA dll terdiri dari masyarakat yang
memiliki adat istiadat dan bahasa yang berbeda.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 4


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

b. Wilayah tertentu tempat negara itu berada


Antara wilayah satu negara dengan wilayah negara yang lain
dibatasi oleh batas tertentu.
Batas daerah suatu negara dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :
1) Terjadi secara alamiah (dibatasi oleh gunung, sungai dll).
2) Ditentukan dengan mengadakan perjanjian dengan negara lain
yang berbatasan langsung dengan negara tersebut.
Dalam traktat/perjanjian internasional yang diadakan di Paris
pada tahun 1919 ditetapkan bahwa udara di atas tanah suatu
negara, termasuk wilayah negara tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang termasuk daerah suatu negara
adalan :
1) Daratan
2) Lautan. Pada umumnya, lebar laut teritorial adalah 3 mil (5,5
km) yang dihitung dari garis pasang surut atau garis lurus yang
menghubungkan titik-titik terluar suatu kepulauan.
3) Udara di atas teritorium daratan dan lautan tersebut.
Menempuh atau melintasi wilayah negara asing tanpa ijin dari
negara yang bersangkutan dianggap sebagai pelanggaran atas
kedaulatan negara tersebut dan tindakan tersebut dapat ditindak
secara hukum oleh negara yang bersangkutan.
c. Pemerintahan yang berdaulat
Pemerintah adalah orang atau beberapa orang yang memerintah
menurut hukum negaranya.
Utrecht berpendapat bahwa istilah pemerintah meliputi 3 pengertian
yang berbeda, yaitu :
1) Pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan
yang berkuasa memerintah, dalam arti kata yang luas. Jadi,
termasuk semua badan-bnadan kenegaraan yang bertugas
menyelenggarakan kesehajahteraan umum yang meliputi
eksekutif, yudikatif, legislatif.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 5


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

2) Pemerintah sebagai gabungan dari badan-badan kenegaraan


yang tertinggi yang berkuasa memerintah di suatu wilayah
negara, misalnya : Raja, Presiden, Yang Dipertuan Agung
(Malaysia).
3) Pemerintah dalam arti kepala negara (presiden) bersama-sama
dengan menteri-menterinya, yang berarti organ eksekutif yang
umumnya disebut dengan Dewan Menteri atau Kabinet.
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi, yaitu kekuasaan
yang tidak berada di bawah kekuasaan yang lain.
Pemerintah yang berdaulat berarti :
1) Ke dalam, pemerintah tersebut ditaati oleh rakyatnya, dapat
melaksanakan recthsorde (ketertiban hukum) dalam negara
sehingga kesejahteraan rakyat terjamin.
2) Ke luar, pemerintah negara tersebut mampu mempertahankan
kemerdekaannya terhadap serangan dari pihak lain.
Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa
negara diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.
d. Pengakuan dari negara lain
Unsur ini bukan merupakan unsur atau syarat mutlak terjadinya
negara karena unsur ini bukan merupakan unsur pembentuk bagi
negara tetapi hanya bersifat menerangkan saja tentang adanya
negara.
Tanpa pengakuan dari negara lain, suatu negara dapat berdiri.
Misalnya :
1) Amerika Serikat memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun
1776, walaupun Inggris baru mengakuinya pada tahun 1873.
2) Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945,
Belanda baru mengumumkan pengakuannya pada tahun 1949.
Berkaitan dengan pengakuan dari negara lain, di kalangan ahli
hukum internasional terdapat dua teori yang bertentangan, yaitu :

Arinita Sandria, SH., M.Hum 6


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

1) Declaratory Theory/Evidentiary Theory (Teori Deklaratif)


golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa apabila
semua unsur-unsur negara dimiliki oleh suatu masyarakat
politik, maka otomatis ia merupakan suatu negara dan harus
diperlakukan sebagai negara oleh negara lain.
Dengan kata lain, hukum internasional secara ipso facto harus
menganggap masyarakat politik yang bersangkutan sebagai
suatu negara dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang
dengan sendirinya melekat padanya. Pengakuan hanya bersifat
pencatatan dari negara-negara lain bahwa negara baru
tersebut telah ada.
2) Constitutive Theory (Teori Konstitutif)
Golongan yang menganut teori ini menyatakan bahwa
walaupun unsur-unsur kenegaraan telah dimiliki oleh suatu
masyarakat politik, namun ia tidak secara otomatis diterima
sebagai suatu negara di antara masyarakat internasional. Jika
ada pernyataan dari negara-negara lain yang mengakui
masyarakat politik tersebut sebagai suatu negara barulah
masyrakat politik tersebut benar-benar telah memenuhi semua
syarat sebagai suatu negara dan dapat menikmati hak-haknya
sebagai suatu negara baru.
Unsur rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat
merupakan unsur konstitutif, sedangkan pengakuan dari negara lain
merupakan unsur deklaratif.
Selain itu, Wright juga mengemukakan syarat-syarat yang
harus dimiliki oleh suatu negara, yaitu :
a. Daerah dengan batas-batas yang ditentukan secara
tegas dengan prospek yang wajar untuk
mempertahankannya.
b. Kekuasaan dengan kemampuan de facto untuk
memerintah daerah tersebut.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 7


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

c. Undang-undang atau lembaga-lembaga yang dapat


memberikan perlindungan yang layak kepada orang asing,
golongan minoritas dan dapat menjamin ukuran keadilan
yang patut diantara seluruh penduduk.
d. Pendapat umum dengan lembaga-lembaga yang
menyalurkannya yang memberikan petunjuk yang layak
mengenai keinginan untuk merdeka dan jaminan yang wajar
bahwa syarat-syarat yang terpenting yang dikemukakan di
atas mempunyai sifat yang tetap.
Keberadaan negara,seperti organisasi secara umum, adalah
untuk memudahkan anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama
atau cita-citanya. Keinginan bersama ini dirumuskan dalam suatu
dokumen yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya nilai-
nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara.
Sebagai dokumen yang mencantumkan cita-cita bersama, maksud
didirikannya negara Konstitusi merupakan dokumen hukum tertinggi
pada suatu negara. Karenanya dia juga mengatur bagaimana negara
dikelola. Konstitusi di Indonesia disebut sebagai Undang-Undang
Dasar.
Dalam bentuk modern negara terkait erat dengan keinginan
rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang
demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara dengan rakyat
adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada
rakyat. Terutama sesungguhnya adalah bagaimana negara memberi
pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling
dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi
pelayanan keamanan bagi seluruh rakyat bila semua rakyat merasa
bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam
perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan yang
berbeda bagi warganya.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 8


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh


warga negara, atau hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-
hal yang tidak jelas dalam Konstitusi maupun untuk menyesuaikan
terhadap perkembangan jaman atau keinginan masyatakat, semua
kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-Undang. Pengambilan
keputusan dalam proses pembentukan Undang Undang haruslah
dilakuakan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk
terlibat dalam pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu.
Seperti juga dalam organisasi biasa, akan ada orang yang mengurusi
kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu negara modern, orang-orang
yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih secara demokratis
pula.
Negara terkecil di dunia adalah Vatikan dengan luas 0,04 km2
kemudian diikuti oleh Monako seluas 1,95 km2, Nauru seluas 21 km2,
Tuvalu seluas 26 km2 dan San Marino seluas 61 km2.

2. Pengertian Negara Menurut Pendapat Para Ahli


a. George Jellinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari
sekelompok manusia yang telah berkediaman di wilayah
tertentu.
b. Logemann : Negara adalah suatu organisasi
kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya bertujuan untuk
mengatur dan menyelenggarakan suatu masyarakat.
c. George Wilhelm Friedrich Hegel : Negara merupakan
organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari
kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
d. Krannenburg : Negara adalah suatu organisasi yang timbul
karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri.
e. Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang
mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama
masyarakat.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 9


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

f. Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi


manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu
pemerintahan yang sama.
g. Prof. Mr. Soenarko : Negara ialah organisasi manyarakat
yang mempunyai daerah tertentu, dimana kekuasaan negara
berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.

C. RUANG LINGKUP ILMU NEGARA


Ilmu Negara sebagai suatu pengetahuan telah dikenal sejak zaman
Yunani Purba. Ilmu Negara menitikberatkan penyelidikannya kepada
negara sebagai organisasi dalam pengertian umum.
Georg Jellinek melihat Ilmu Negara dari dua sisi, yaitu :
1. Sisi Tinjauan Sosiologis, terdiri dari :
a. Teori Sifat Hakekat Negara
b. Teori Pembenaran Hukum Negara
c. Teori Terjadinya Negara
d. Teori Tipe-tipe Negara
2. Sisi Tinjauan Yuridis
a. Teori Bentuk Negara dan Bentuk Pemerintahan
b. Teori Kedaulutan
c. Teori Unsur-unsur Negara
d. Teori Fungsi Negara
e. Teori konstitusi
f. Teori Lembaga Perwakilan
g. Teori Sendi-sendi Pemerintahan
h. Teori Alat-alat Perlengkapan Negara
i. Teori Kerjasama antar Negara

D. HUBUNGAN ILMU NEGARA DENGAN ILMU LAIN


Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dengan ilmu
pengetahuan lainnya. Tidak mungkin suatu ilmu pengetahuan berdiri

Arinita Sandria, SH., M.Hum 10


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

sendiri tanpa berhubungan atau dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan


lainnya. Ilmu Negara merupakan salah satu cabang dari Ilmu
Pengetahuan Sosial seperti halnya Politik, Hukum, Kebudayaan dll.
Semua Ilmu Pengetahuan pada akhirnya akan berinduk pada ilmu
pengetahuan induk (mater scientarium) yaitu filsafat. Oleh karena itu Ilmu
Negara juga tidak dapat berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan
ilmu pengetahuan lainnya.
Selain memiliki hubungan yang bersifat umum dengan ilmu
pengetahuan lainnya, maka Ilmu Negara juga memiliki hubungan yang
bersifat khusus dengan ilmu pengetahuan sosial tertentu yang memiliki
obyek penelitian yang sama, yaitu negara. Dalam hal ini maka Ilmu
Negara memiliki hubungan yang khusus dengan Ilmu Politik, Ilmu Hukum
Tata Negara, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara

1. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum


Hubungan antara ilmu negara dengan hukum sebenarnya agak
sederhana dalam Teori Kedaulatan Negara. Hukum merupakan
kemauan negara yang telah dinyatakan. Negara memiliki wewenang
untuk memerintah, yaitu memaksakan kemauannya kepada orang lain
secara tidak terbatas, seperti yang dikemukakan oleh Jellineck bahwa
negara mempunyai kekuasaan untuk memerintah. Hanya negara yang
mempunyai kekuasaan untuk memaksakan dengan tiada bersyarat
kemauannya kepada yang lain. Negara adalah bentuk ikatan
manusia-manusia yang tinggal di dalamnya yang dilengkapi dengan
kekuasaan untuk memerintah.

2. Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik


Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis.
Polis adalah kota yang dianggap negara yang terdapat dalam
kebudayaan Yunani kuno. Jean Bodin adalah orang pertama yang
menggunakan istilah ilmu politik.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 11


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat


teoritis dan seluruh hasil penyelidikan yang telah dilakukan oleh Ilmu
Negara dipraktekkan oleh Ilmu Politik yang merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang bersifat praktis.
Ilmu Negara lebih menitikberatkan pada kepada hal-hal yang
bersifat teoritis oleh karena itu kurang dinamis. Ilmu Negara lebih
memperhatikan unsur-unsur statis dari negara yang mempunyai tugas
utama untuk melengkapi dan memberikan pengertian-pengertian
pokok yang jelas tentang negara.
Sebaliknya, Ilmu Politik menitikberatkan pada faktor-faktor yang
konkret yang terutama terpusat pada gejala kekuasaan, baik yang
mengenai organisasi negara maupun yang mempengaruhi tugas-
tugas negara. Oleh karena itu Ilmu Politik bersifat lebih dinamis
dibandingkan Ilmu Negara.

3. Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara


Hukum Tata Negara pada dasarnya adalah peraturan-peraturan
yang mengatur organisasi negara dari tingkat atas sampai bawah,
stsruktur, tugas dan wewenang alat perlengkapan negara,hubungan
antar alat perlengkapan tersebut secara hirarki maupun horizontal,
wilayah negara, kedudukan warga negara serta hak asasinya.
Hubungan Tata Negara dengan Ilmu Negara dapat dilihat dari
dua segi, yaitu :
a. Segi Sifat
Hukum Tata Negara merupakan ilmu pengetahuan yang
bersifat praktis, sehingga dapat diterapkan langsung.
Sedangkan Ilmu Negara merupakan ilmu pengetahuan yang
bersifat teoritis sehingga tidak dapat digunakan secara
langsung.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 12


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

b. Segi Manfaat
Ilmu negara tidak mementingkan bagaimana caranya suatu
hukum itu harus dilaksanakan, oleh karena itu ilmu negara
lebih mementingkan negara secara teoritis sedangkan
Hukum Tata Negara dan Hukum administrasi Negara lebih
mementingkan segi prakteknya.
Selain itu, para ahli juga ada yang menyampaikan pendapat
mereka mengenai hubungan antara HTN dengan Ilmu Negara,
diantaranya adalah :
a. Dasril Radjab
a menyimpulkan bahwa ilmu negara merupakan ilmu
pengetahuan yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok
dan sendi-sendi dasar teoritis yang bersifat umum bagi
Hukum Tata Negara. Oleh karena itu untuk dapat mengerti
Hukum Tata Negara harus terlebih dahulu memiliki
pengetahuan secara umum tentang negara (Ilmu Negara).
Dengan demikian, Ilmu Negara dapat memberikan dasar-
dasar teoritis untuk Hukum Tata Negara positif dan Hukum
Tata Negara merupakan penerapan di dalam kenyataan
bahan-bahan teoritis dari Ilmu Negara.
b. Jellinek
Berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah hubungan
antara HTN dengan ilmu negara, yaitu keduanya merupakan
bagian dari staatswissenschaft dalam arti luas.

4. Hubungan Ilmu Negara dengan Perbandingan Hukum Tata


Negara
Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara bertugas untuk
menganalisis secara teratur, menetapkan secara sistematis mengenai

Arinita Sandria, SH., M.Hum 13


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

sifat-sifat yang melekat pada negara, faktor-faktor yang menimbulkan,


mengubah atau menghilangkan suatu negara dll.
Selain itu, Ilmu Perbandingan Hukum Tata Negara juga bertugas
untuk mengadakan perbandingan antara negara-negara, menyelidiki
dan menetapkan bagian-bagian atau unsur-unsur, sifat-sifat, corak
umum dari negara yang merupakan genus suatu bangsa.
Hasil penyelidikan dari ilmu negara yang bersifat umum akan
menjadi dasar bagi penyelidikan Ilmu Perbandingan Hukum Tata
Negara selanjutnya yang akan menerangkan, menjelaskan dan
membandingkan antara negara yang satu dengan yang lainnya.

E. SISTEMATIKA ILMU NEGARA


Georg Jellinek dalam bukunya yang berjudul Allgemeine
Staatslehre menciptakan suatu sistematis yang lengkap dan teratur dari
Ilmu Negara. Menurut Jellinek, Ilmu Kenegaraan (Staatswissenschaft)
dapat dibedakan dalam dua : yaitu :
1. Staatswissenschaft dalam arti sempit
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara dimana titik berat
pembahasannya terletak pada negara sebagai objeknya.
Staatswissenschaft dalam arti sempit dapat dibedakan lagi ke
dalam :
a. Beschreibende staatswissenschaft atau lebih dikenal
sebagai statenkunde
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang melukiskan
negara dari segi masyarakat/penduduk,alam,flora dan fauna.
b. Theoritische staatswissenschaft atau lebih dikenal sebagai
Ilmu Negara (Staatsleer)
Ilmu pengetahuan mengenai negara yang menganalisa dan
mengolah bahan-bahan dari Beschreibende
staatswissenschaft untuk kemudian disusun dalam suatu

Arinita Sandria, SH., M.Hum 14


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

sistematika serta melengkapinya dengan sendi-sendi pokok


dan pengertian pokok dari negara.
Theoritische staatswissenschaft dapat dibagi lagi ke dalam :
1) Allgemeine staatslehre
Yaitu ilmu negara umum yang membahas teori-teori
tentang negara yang berlaku umum terhadap semua
negara.
Jellinek membahas Ilmu Negara Umum dengan
menggunakan Teori Dua Segi atau zweiseiten theori.
Berdasarkan teori tersebut maka Jellinek membedakan
lagi Allgemeine Staatslehre dalam :
a) Allgemeine soziale staatslehre (peninjauan dari
sudut sosiologis).
Melakukan peninjauan dari segi sosiologis. Yang
termasuk ke dalam Allgemeine Soziale adalah :
Teori mengenai sifat hakekat negara
Teori mengenai pembenaran hukum atau
penghalalan negara
Teori mengenai terjadinya hukum negara
Teori mengenai tujuan negara
Teori mengenai penggolongan tipe-tipe negara
dll.
b) Allgemeine staatsrechtslehre (peninjauan dari sudut
yuridis). Termasuk di dalamnya adalah :
Teori mengenai bentuk negara dan bentuk
pemerintahan
Teori mengenai kedaulatan negara.
Teori mengenai unsur negara
Teori mengenai fungsi negara
Teori mengenai konstitusi negara.
Teori mengenai lembaga perwakilan

Arinita Sandria, SH., M.Hum 15


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Teori mengenai alat-alat perlengkapan negara


Teori mengenai sendi-sendi pemerintahan
Teori mengenai kerjasama antar negara
2) Besondere Staatslehre
Yaitu ilmu negara khusus yang membahas teori-teori
tentang negara yang hanya berlaku pada suatu
negara tertentu.
c. Praktische staatswissenschaft atau lebih dikenal dengan
politiek
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang
menguraikan tentang tata cara mempraktekkan teori-teori
ilmu negara.
Ilmu Politik dalam sistematika Jellinek mempunyai arti yang
berbeda dengan Political Science yang dikenal di negara-
negara Anglo Saxon.
Di negara-negara Anglo Saxon, ilmu politik merupakan ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Sedangkan di negara-
negara Eropa Kontinental, ilmu politik tidak berdiri sendiri
tetapi berkaitan erat dengan staatswissenschaft.
Pelaksanaan ilmu politik merupakan hasil penyelidikan dari
theoritical science.
Negara-negara Eropa Kontinental adalah negara-negara di
daratan Eropa kecuali Inggris. Sedangkan negara-negara
Anglo Saxon adalah Inggris dan daerah jajahannya.
2. Rechtswissenschaft
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang titik berat
pembahasannya terletak pada segi yuridis/hukum dari suatu
negara.
Rechtwissenschaft terdiri dari Hukum Tata Negara, Hukum Tata
Usaha Negara/Hukum Administrasi Negara dan Hukum Antar
Negara.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 16


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

F. ILMU NEGARA KHUSUS REPUBLIK INDONESIA


Dalam klasifikasi Jellineck, ilmu negara umum (algemeine
staatsleer) bersifat teoritis, abstrak dan universal, sedangkan ilmu negara
khusus lebih dekat kepada realitas ketatanegaraan suatu negara.
Ilmu negara khusus adalah ilmu negara teoritis yang khusus
berlaku hanya untuk satu negara tertentu saja. Melalui pendekatan
deduktif, ilmu negara khusus menjangkau permulaan dari HTN positif
sehingga ada hubungan antara ilmu negara umum dan HTN positif.
Menurut Padmo Wahyono, teori ilmu negara umum yang bersifat
universal merupakan hasil perbandingan dari teori-teori ilmu negara
khusus dengan menghilangkan sifat-sifat khusus yang akan diperoleh
suatu abstraksi universal. Ilmu negara khusus merupakan embrio dari
HTN positif. Ilmu negara khusus merupakan komplementer (pelengkap)
bagi ilmu negara umum.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 17


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU NEGARA

Ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil pemikiran


manusia dan manusia mempunyai kebebasan untuk menyatakan
pemikirannya. Ilmu pengetahuan bersifat dinamis sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dapat
dikatakan sebagai lambang utama dari kemajuan.

A. ZAMAN YUNANI PURBA


Pengetahuan dan penyelidikan tentang negara mulai ada sejak
zaman Yunani Purba. Bangsa Yunani memang dikenal sebagai bangsa
yang pertama kali memiliki peradaban yang sangat tinggi. Sejak Yunani
Purba mengenal pemerintahan yang demokratis, setiap orang bebas
mengemukakan pendapatnya.
Saat itu, negara masih bersifat polis-polis atau the Greek State.
Keberadaan polis pada awalnya merupakan suatu tempat di puncak bukit
dimana orang-orang mendirikan rumah dan tempat tersebut kemudian
dikelilingi dengan tembok untuk menjaga penduduknya terhadap
serangan musuh dari luar.
Polis merupakan organisasi yang tertinggi. Polis tidak hanya
mengatur hubungan antar organisasi yang ada dalam polis, tetapi juga
mengatur kehidupan pribadi warganya. Oleh karena polis identik dengan
masyarakat negara atau negara maka polis merupakan negara kota
(standstaat/citystate).

Pemerintahan di dalam polis merupakan demokrasi langsung


(directe democratie/direct democracy/klassieke democratie) dimana rakyat
dalam polis ikut secara langsung menentukan kebijaksanaan pemerintah
(direct government by all the people). Hal ini dapat terjadi karena dua
alasan, yaitu :

Arinita Sandria, SH., M.Hum 18


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

1. Pengertian kota identik dengan negara dengan wilayah yang


sangat terbatas.

2. Jumlah penduduk masih sangat sedikit.

Oleh karena itu, salah satu ciri dari demokrasi adalah turut sertanya
rakyat dalam pemerintahan dan turut sertanya rakyat secara langsung
berasal dari zaman Yunani Purba. Dengan turut serta secara langsung
dalam pemerintahan berarti rakyat melakukan pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan. Pada saat itu, yang disebut rakayt adalah warga
kota (citizen) yang merupakan sebagian kecil dari penduduk Athena.

Menurut Mac Iver, dalam bukunya The Web of Government, citizen


adalah city dwellers yang berada di daerah Athena. Sedangkan
pengawasan rakyat dijalankan dengan musyawarah rakyat (Yunani :
ecleseia, Romawi : cometia).

Pada zaman Yunani Purba terdapat beberapa filsuf yang


pemikirannya banyak mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan di dunia
saat ini, diantaranya adalah :

2. Socarates ( 470 399 AD)

Kemenangan bangsa Yunani terhadap Persia meninggikan


martabat dan menimbulkan perasaan bangga pada diri bangsa Yunani.
Disamping itu, bangsa Yunani mulai menikmati kemakmuran yang
dihasilkan dari perdagangan. Namun, para pejabat negara Yunani
mulai melupakan tugas mereka, bertindak sewenang-wenang, korupsi
dan tindakan-tindakan lainnya yang dirasakan oleh warga negaranya
sebagai tindakan yang sangat tidak adil.

Pada saat itu banyak bermunculan filsuf dari luar negeri


terutama dari Asia kecil yang datang ke Yunani untuk menjual ilmunya.
Mereka termasuk ke dalam golongan kaum Sophis, dan aliran mereka

Arinita Sandria, SH., M.Hum 19


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

disebut Sophisme. Sophis berasal dari kata sofia/sophia yang artinya


bijaksana/kebijaksanaan. Namun, tindakan kaum Sophis sangat tidak
bijaksana karena mereka menyebarkan dan menganjurkan paham
mengenai hukum, keadilan serta negara yang bersifat merusak
masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Thrasymachus bahwa
keadilan merupakan keuntungan atau apa yang berguna daripada
yang lebih kuat.

Dalam keadaan demikan, munculah Socrates dengan metode


dialektis/tanya jawab (dialog) yang mencoba mencari pengertian-
pengertian tertentu, dasar hukum dan keadilan objektif yang dapat
diterapkan kepada setiap orang. Menurut Socrates, dalam hati kecil
setiap manusia terdapat hukum dan keadilan sejati sebab setiap
manusia adalah bagian dari nur/cahaya Tuhan. Walaupun seringkali
tertutup oleh sifat-sifat buruk namun rasa hukum dan keadilan sejati
dalam hati kecil manusia tetap ada. Hal ini dapat dipahami sebab
dalam ajaran agama Islam dikatakan bahwa Allah meniupkan ruhnya
kepada manusia, berarti dalam diri manusia ada sebagian kecil ruh
Allah. Dalam agama Katolikpun dikatakan bahwa manusia adalah anak
Allah dan mempunyai dimensi Ilahi. Oleh karena itu dalam diri setiap
manusia pasti ada unsur kebaikan.

Selanjutnya, Socrates berpendapat bahwa negara bukanlah


organisasi yang dibuat untuk kepentingan pribadi. Negara adalah
suatu susunan yang objektif bersandarkan kepada sifat hakikat
manusia dan bertugas untuk melaksanakan hukum yang objektif yang
memuat keadilan bagi masyarakat umum. Oleh karena itu negara
harus berdasarkan keadilan sejati agar manusia mendapatkan
ketenangan.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 20


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Namun, ajaran Socrates dianggap membahayakan negara dan


Socrates dijatuhi hukuman mati dengan diperintahkan untuk meminum
racun.

3. Plato ( 429 347 AD)

Plato merupakan murid Socrates dan mendirikan sekolah


mengenai ilmu filsafat yaitu Academia. Berbeda dengan Socrates,
Plato meninggalkan beberapa buku, termasuk buku yang berisi tanya
jawabnya dengan Socrates. Buku karangan Plato yang terpenting
adalah :

a. Politeia (The Republic) tentang Negara

b. Politicos ( The Stateman) tentang ahli Negara

Dalam Politikos dibedakan antara penguasa dengan ahli


Negara. Ahli Negara yang sejati harus menjalankan
pendidikan ke arah kebijaksanaan, keadilan dan
berpendirian sesuai dengan Politeia.

c. Nomoi (The Law) mengenai undang-undang.

Buku karangan Plato lainnya adalah :

a. Gorgias mengenai kebahagiaan

b. Sophist mengenai hakikat pengetahuan

c. Phaedo mengenai keabadian jiwa

d. Phaedrus mengenai cinta kasih.

e. Protogoras mengenai hakikat kebajikan.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 21


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Plato meneruskan ajaran Socrates. Dalam ajaran tunggalnya,


yaitu Politeia digambarkan adanya suatu negara sempurna (ideale
staat). Oleh karena itu ajaran Plato disebut Idealisme. Menurut ajara
Plato, dunia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Dunia cita yang bersifat immateriil idea atau kenyataan


sejati berada di alam cita yang berada di luar dunia palsu.

b. Dunia alam yang bersifat maeriil dunia fana yang bersifat


palsu.

Dunia cita bersifat sempurna dan sejati, sedangkan dunia alam


bersifat palsu dan tidak sempurna oleh karena itu apa yang ada di
dunia alam harus diusahakan mendekati bentuk yang sempurna yang
ada dalam dunia cita. Pandangan Plato bersifat normatief karena ia
menghendaki bangunan di dunia alam sama dengan dunia cita.

Berkaitan dengan dunia cita, maka cita-cita mutlak dapat


dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Logika atau cita kebenaran (idee der waarheid)

b. Estetika (asthetica) atau cita keindahan dan kesenian (idee


der schoonheid)

c. Etika (ethica) atau cita kesusilaan

Menurut Plato, asal mula negara adalah karena banyaknya


kebutuhan hidup dan keinginan manusia dan manusia tidak mampu
memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginannya. Oleh karena itu
kemudian manusia bekerja sama dan mendapat pembagian tugas
sesuai kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya. Negara
merupakan satu keluarga besar, satu kesatuan,oleh karena itu negara
harus dapat memelihara dirinya sendiri. Agar dapat memelihara dirinya

Arinita Sandria, SH., M.Hum 22


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

sendiri maka luas suatu negara harus diukur. Suatu negara tidak boleh
memiliki luas yang tidak diketahui.

Negara yang ada di dunia bersifat tidak sempurna karena hanya


merupakan bayangan dari negara yang sempurna (de ideale staat)
yang ada dalam dunia cita. Dunia cita merupakan bagian dari filsafat.
Tujuan negara adalah untuk mempelajari, mengetahui dan mencapai
cita yang sebenarnya. Tujuan manusia dalam negara adalah mencapai
good life (kebahagiaan, sempurna),

Untuk mewujudkan negara yang sempurna ada beberapa syarat


yang harus dipenuhi. Socrates mengemukakan dua buah syarat,
kemudian Plato menambahkan satu syarat lagi. Syarat-syarat tersebut
adalah :

a. Negara harus dijalankan oleh pegawai yang terdidik


khusus.

b. Pemerintahan harus dijalankan untuk kepentingan


umum.

c. Rakyat harus mencapai kesempurnaan kesusilaan.

Selanjutnya, dalam bagian kedelapan dari Politeia, Plato


menguraikan tentang bentuk negara, dimana negara dapat dibedakan
dalam lima macam, yaitu :

a. Aristokrasi (Aristocratie/aristocracy) Aristoi cerdik


pandai/golongan ningrat dan Archien/cratia memerintah.
Jadi, aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh
sejumlah cerdik pandai yang memerintah berdasarkan
keadilan. Jika ternyata kemudian golongan tersebut
memerintah demi kepentingan golongannya sendiri

Arinita Sandria, SH., M.Hum 23


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh


sejumlah kecil cerdik pandai yang memerintah berdasarkan
keadilan.

b. Oligarhi (Oligarchie/oligarchy) oligos sedikit, kecil dan


archien memerintah. Apabila golongan kecil itu memerintah
dan memperoleh kekayaan yang berlimpah sehingga timbul
hak-hak milik pribadi, maka lahirlah timokrasi.

c. Timokrasi (timocratie/timocraty) berasal dari kata plutos


(kekayaan) dan criteria (memerintah)

d. Demokrasi (democratie/democracy) berasal dari kata


demos (rakyat) dan cratein (memerintah). Jika rakyat salah
dalam menggunakan hak dan kemerdekaannya maka hal
tersebut akan melahirkan apa yang disebut anarki
(anarchie). Anarki berasal dari kata a artinya tidak dan
archien artinya memerintah. Jadi, tanpa ada pmerintahan
maka keadaan akan kacau balau (chaos). Keadaan ini
memerlukan seorang pemimpin yang dapat bertindak
dengan keras dan tegas dan hal ini melahirkan tirani.

e. Tirani (tyranie/tyrany) yaitu suatu pemerintahan yang


dipegang oleh seorang tiran yang bertindak sewenang-
wenang sehingga sangat jauh dari cita-cita tentang keadilan.

Menurut Plato, timbulnya masyarakat adalah karena saling


membutuhkan, oleh karena itu masyarakat saling bertukar jasa.
Masyarakat adalah susunan manusia dimana setiap anggota harus
memberi dan menerima. Negara harus memperhatikan pertukaran
timbal balik tersebut dan harus berusaha sebaik-baiknya. Dalam
sistem ini, manusia bertindak sebagai penyelenggara berbagai macam
tugas yang diperlukan dan harga mereka bagi masyarakat tergantung

Arinita Sandria, SH., M.Hum 24


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

dari nilai pekerjaan yang mereka lakukan. Yang terpenting bagi setiap
individu adalah suatu kedudukan yang memungkinkan mereka untuk
berbuat sesuatu.

Pertukaran jasa menimbulkan asas pembagian kerja dan


pengkhususan tugas yaitu diferensiasi kerja dan spesialisasi. Setiap
orang memiliki bakat yang berbeda, oleh karena itu pekerjaannya
disesuaikan dengan bakat yang dimilikinya.

Keadilan sosial menurut Plato adalah suatu prinsip dari suatu


masyarakat yang terdiri dari manusia yang berbeda-beda yang
bersatu karena saling membutuhkan dimana setiap orang harus
melakukan pekerjaannya dan menerima apa yang menjadi haknya.
Pembagian kerja dan spesialisasi tugas di lapangan merupakan syarat
bagi kerjasama dalam masyarakat.

Berdasarkan pokok-pokok teorinya dapat diketahui dasar alasan


Plato mengemukakan negara utopia tentang asal usul negara.
Berkaitan dengan asal mula negara maka dapat ditarik garis paralel
antara sifat negara dengan sifat manusia yang menimbulkan tiga
macam sifat yaitu kebenaran, keberanian dan kebutuhan. Hal ini pada
akhirnya menimbulkan tiga kelas dalam negara utopia (ideal-etis),
yaitu :

a. The Rulers (penguasa) yaitu golongan pegawai yang


terdidik khusus yang merupakan pemimpin negara yang
mengusahakan tercapainya kesempurnaan. Para penguasa
disebut juga Philosopher King. Oleh karena itu menurut
Plato, negara harus dipimpin oleh orang yang bijaksana.

b. The Guardians (pengawal negara) yaitu mereka yang


menyelenggarakan keamanan, ketertiban dan keselamatan
negara.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 25


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

c. The Artisan (para pekerja) yaitu mereka yang menjamin


tersedianya makanan bagi golongan penguasa dan
pengawal negara.

Berkaitan dengan asal-usul negara, menurut Plato, negara


tumbuh dibaginya atas berbagai taraf, yaitu :

a. Plato
berpendapat bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, untuk
hidup manusia memerlukan bantuan dari mahluk lain.

b. Karena
manusia tidak dapat hidup sendiri maka manusia berkumpul
untuk merundingkan cara untuk memperoleh bahan-bahan
primer (sandang,pangan dan papan). Kemudian terjadilah
pembagian pekerjaan dimana setiap orang harus
menghasilkan sesuatu lebih dari yang diperlukan sendiri
untuk kemudian ditukarkan dengan orang lain. Hal in
imenimbulkan berdirinya desa.

c. Antara desa
dengan desa terjadi kerjasama dan seterusnya sehingga
kemudian terbentuk negara. Antara negara yang satu
dengan negara yang lainnya juga saling membutuhkan
sehingga terjadilah hubungan internasional.

Menurut Plato, ada tiga masalah penting yang harus


diperhatikan, yaitu :

a. Harus ada an
organic unity in social life.

Dalam masyarakat harus ada satu kesatuan yang organis.


Namun, kesatuan ini sering terganggu oleh adanya dua

Arinita Sandria, SH., M.Hum 26


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

penyakit masyarakat, yaitu penyakit property dan family


relationship. Penyakit inilah yang seringkali menimbulkan
perpecahan dalam masyarakat.

b. Harus ada
systematic education

Stabilitas negara terletak dalam sistem pendidikan. Watak


yang baik diperoleh dengan memulai pendidikan di masa
kanak-kanak dan meneruskan pendidikan sesuai dengan
taraf umur dan jiwanya.

c. Harus ada
rational basic of aristocracy government

Pemerintahan harus dikendalikan oleh manusia-manusia


yang berilmu dan berpengetahuan.

4. Aristoteles (384-322 AD)

Aristoteles adalah murid Plato. Ia seorang filsuf yang


mempunyai banyak pengaruh pada abad pertengahan. Aristoteles
pernah ditugaskan oleh raja Philippus untuk mendidik Iskandar
Dzulkarnain (342AD). Pada tahun 335 AD ia kembali ke Yunani dan
mendirikan sekolah Lyceum di Yunani.

Aristoteles melanjutkan pemikiran idealisme Plato ke realisme.


Oleh karena itu filsafat Aristoteles adalah ajaran tentang kenyataan
(ontology) yaitu suatu cara berfikir yang realistis dan metode
penyelidikannya bersifat induktif empiris. Aristoteles dijuluki sebagai
Bapak Ilmu Pengetahuan Empiris (Vader der Empirische Wetenschap).

Arinita Sandria, SH., M.Hum 27


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Aristoteles tidak membagi dunia ke dalam dua bagian seperti


Plato. Ia hanya mengakui adanya satu dunia. Buku yang dikarang
oleh Aristoteles berdasarkan penyelidikannya adalah :

a. Ethica atau Nicomachean Etics

Ethica merupakan pengantar bagi politica

b. Politica

Politica terdiri dari 8 buku, antara lain membicarakan tentang


bentuk Negara, undang-undang, hubungan sosial dan hal
lain yang bersifat riil.

c. Rhetorica

Dalam rhetorica, Aristoteles berpendapat bahwa tujuan


hukum adalah untuk mencapai keadilan. Hukum mempunyai
tugas murni, yakni memberikan kepada setiap orang apa
yang menjadi haknya.

Aristoteles sependapat dengan Plato mengenai tujuan Negara.


Dimana Negara bertujuan untuk :

a. Menyelenggarakan kepentingan warga Negara

b. Berusaha supaya warga Negara hidup baik dan


bahagia (good life) didasarkan atas keadilan. Keadilan itu
memerintah dan harus ada dalam Negara.

Berkaitan dengan terjadinya Negara, menurut Aristoteles,


manusia berbeda dengan hewan sebab hewan dapat hidup sendiri
sedangkan manusia sudah dikodratkan untuk hidup dengan manusia
lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia membutuhkan
manusia lain. Manusia merupakan Zoon Politicon.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 28


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Manusia dapat hidup berbahagia di dalam dan karena Negara.


Oleh karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari Negara karena
merupakan bagian dari Negara atau masyarakat. Dengan demikian,
negaralah yang utama. Paham ini disebut universalism bukan
collectivism.

Oleh karena itu tujuan Negara adalah kesempurnaan warga


yang berdasarkan atas keadilan, keadilan memerintah dan harus
menjelma di dalam Negara. Selain itu, hukum berfungsi untuk
memberi kepada manusia setiap apa yang menjadi haknya.

Artistoteles berpendapat bahwa dalam setiap negara yang


baik, hukumlah yang mempunyai kedaulatan tertinggi, bukan orang
perorangan. Aristoteles menyukai penguasa yang memerintah
berdasarkan konstitusi dan memerintah dengan persetujuan
warganegaranya, bukan pemerintah diktatur.

Menurut Aristoteles, pemerintahan yang didasarkan konstitusi


mengandung tiga unsur, yaitu :

a. Pemerintahan untuk kepentingan


umum, bukan untuk kepentingan perorangan atau golongan
saja.

b. Pemerintahan yang dijalankan


menurut hukum, bukan sewenang-wenang.

c. Pemerintahan yang mendapatkan


persetujuan dari warga negaranya, bukan suatu despotisme
yang hanya dipaksakan.

Selanjutnya, menurut Aristoteles, berkaitan dengan bentuk


Negara, terdapat 3 bentuk dasar, yaitu :

Arinita Sandria, SH., M.Hum 29


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

a. Bentuk cita (ideal form) bentuk cita dapat terjadi


jika pemerintahannya ditujukan kepada kepentingan umum
yang berdasarkan atas keadilan, dan keadilan tersebut
harus menjelma di dalam Negara.

Terdapat 3 macam bentuk Negara yang termasuk ke dalam


bentuk cita yang didasarkan pada ukuran kuantitatif, yaitu
mengenai jumlah orang yang memerintah, yaitu :

1) Pemerintahan satu orang (one man rule)


monarchi.

2) Pemerintahan beberapa/sedikit orang (a few


man rule) aristokrasi.

3) Pemerintah orang banyak dengan tujuan untuk


kepentingan umum (the many man or the people rule)
politeia, polity atau republic.

b. Bentuk pemerosotan (corruption or degenerate


form) bentuk pemerosotan dapat terjadi apabila
pemerintahannya ditujukan kepada kepentingan pribadi dari
pemegang kekuasaan, timbulnya kesewenang-wenangan
dan diabaikannya kepentingan umum dan keadilan.

Bentuk Negara yang termasuk dalam bentuk pemerosotan


juga ada 3 macam yang didasarkan pada ukuran kualitatif
yaitu berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai,
yaitu:

1) Bila kepentingannya didasarkan pada


kepentingan satu orang secara sendiri untuk kepentingan
pribadi tirani/despotie

Arinita Sandria, SH., M.Hum 30


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

2) Bila tujuannya didasarkan pada kepentingan


segolongan orang atau beberapa orang oligarchi,
clique form atau plutocrasi (plutos : kekayaan,
cratein/cratia : memerintah pemerintahan dimana
pimpinan Negara berada di tangan segolongan orang
kaya).

3) Bila tujuannya didasarkan tidak untuk


kepentingan rakyat seluruhnya tetapi nama rakyat yang
dipakai demokrasi.

c. Bentuk gabungan (mixed form) antara bentuk cita


dengan bentuk pemerosotan

Dalam kenyataannya, bentuk Negara cita tidak pernah


terlaksana, melainkan selalu menjadi bentuk campuran. Oleh sebab itu
dalam kenyataannya bentuk Negara dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Bentuk Negara campuran (mixed form)

b. Bentuk Negara pemerosotan (corruption


or degenerate form).

5. Epicurus (342-271 AD)

Pendapat Epicurus menyimpang dari pendapat umum yang ada


di Yunani saat itu. Menurut pendapat Epicurus, masyarakat ada
karena adanya kepentingan manusia sehingga yang berkepentingan
bukanlah masyarakat sebagai satu kesatuan tetapi manusia-manusia
itu yang merupakan bagian dari masyarakat. Manusia sebagai warga
di dalam Negara dimisalkan sebagai sebutir atom atau sebutir pasir,

Arinita Sandria, SH., M.Hum 31


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

jadi bersifat atomistis, hanya memikirkan hidup untuk diri sendiri.


Pandangan ini disebut pandangan yang bersifat individualistis.

Berdasarkan pandangan individualistis, Epicurus berpendapat


bahwa terjadinya Negara disebabkan karena adanya kepentingan
perorangan. Dan tujuan Negara adalah menjaga tata tertib dan
keamanan dalam masyarakat dan tidak memperdulikan macam, sifat
atau bentuk Negara. Sedangkan tujuan masyarakat adalah
kepentingan pribadi. Agar tidak timbul perselisihan diantara warga
maka dibuatlah undang-undang sebagai hasil dari suatu perjanjian.

6. Zeno ( 300 AD)

Zeno merupakan pemimpin aliran filsafat Stoazijnen (stoa :


jalan pasar yang bergambar/beschilderde marktgaanderij) yang hidup
dalam zaman yang serba sulit, sama dengan Epicurus. Zeno
mengajarkan pahamnya kepada murid-muridnya di jalan yang
bergambar. Aliran stoazijnen menimbulkan hukum alam (natuurrecht)
atau hukum asasi dalam kebudayaan Yunani.

Ajaran hukum alam membedakan alam menjadi dua bagia,


yaitu :

a. Kodrat manusia (natuur van de mens)

Kodrat manusia dilihat kepada sifat-sifat manusia. Yaitu


kodrat yang terletak dalam budi manusia yang merupakan
zat hakikat sedalam-dalamnya dari manusia, dan budi itu
bersifat tradisional.

Agama bersifat pantheistisch (pan : dimana-mana; theos


:Tuhan Tuhan ada dimana-mana). Dengan demikian,

Arinita Sandria, SH., M.Hum 32


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

agama meyakini bahwa Tuhan ada dimana-mana. Tuhan


merupakan kodrat itu sendiri. Manusia merupakan bagian
dari kodrat, otomatis, manusia merupakan bagian dari Tuhan
sehingga budi manusia merupakan bagian dari budi Tuhan.
Oleh karena Tuhan bersifat abadi maka budi Tuhan juga
bersifat abadi, budi manusiapun abadi. Hal ini
mengakibatkan hukum sebagai ciptaan budi manusia juga
bersifat abadi.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hukum alam


bersifat abadi, meliputi segala-galanya karena berlaku bagi
setiap orang dalam waktu, tempat dan keadaan
bagaimanapun.

Manusia dilukiskan secara statis sehingga hukum bagi


manusia juga tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu
tidak ada perbedaaan antara hukum yang berlaku sekarang
(ius constitutum) dan hukum yang akan datang (ius
constituendum).

Oleh karena itu paham kenegaraan didasarkan pada sifat


tersebut, yaitu cosmo politis yang tidak mengenal perasaan
kebangsaan. Negara tidak usah berdasarkan perasaan
kebangsaan, harus diusahakan suatu Negara ayang meliputi
seluruh dunia atau Negara yang merupakan Negara dunia.

b. Kodrat benda (natuur van de zaak)

Yaitu kodrat benda yang timbul dalam kebudayaan Yunani.


Yaitu kodrat yang mempunyai pengertian sentral kosmos,
sebagai lawan dari chaos.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 33


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Menurut Socrates, Plato dan Aristoteles, pelukisan dunia


sebagai kosmos merupakan satu kesatuan yang teratur
sedangkan di dunia dalam bentuk chaos, tidak ada paksaan
terhadap suatu aturan, tidak terdapat suatu tatanan
sehingga dalam masyarakat terdapat kekacauan.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 34


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

7. Polybios (204-122 AD)

Mengenai negara, Polybios melanjutkan paham Aristoteles.


Menurut Polybios, proses perkembangan, pertumbuhan dan
kemerosotan bentuk-bentuk negara secara psikologis bertalian dengan
sifat-sifat manusia menurut ajaran Aristoteles, yaitu bahwa tidak
adanya bentuk negara yang abadi disebabkan karena terkandung
benih-benih pengrusakan, seperti pemberontakan, revolusi dll.

Benih-benih tersebut disebabkan karena sifat-sifat manusia,


yaitu :

a. Keinginan akan persamaan

Yaitu terdapatnya hasrat persamaan terhadap mereka yang


merasa dirinya sama dengan orang-oranglain .

b. Keinginan akan perbedaan

Yaitu terdapatnya hasrat perbedaan terhadap mereka yang


merasa dirinya berbeda dengan orang lain.

B. ZAMAN ROMAWI
1. Masa Kerajaan
Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara adalah
monarki dan dipimpin oleh seorang raja.
2. Masa Republik
Republik atau republiek berasal dari kata res (kepentingan) dan
publica (umum). Republik adalah pemerintahan yang dijalankan
untuk kepentingan umum.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 35


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

3. Masa Prinsipat
Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada saat itu,
raja-raja Romawi belum mempunyai kewibawaan, namun pada
hakekatnya mereka memerintah secara mutlak.
Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya
perwakilan yang menghisap, dari pihak Caesar terhadap
kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam
lapangan ilmu negara digunakan konstruksi Ulpianus yang
menyatakan, bahwa : kedaulatan rakyat diberikan kepada prinsep
atau raja melalui suatu perjanjian yang termuat dalam undang-
undang yang disusun olehnya dan diatur dalam Lex Regia. Jadi,
landasan hukumnya adalah perjanjian yang terletak dalam
lapangan hukum perdata. Setelah kekuasaan diberikan kepada
Prinsep maka rakyat pada kenyataannya tidak dapat meminta
pertanggung jawaban atas perbuatan prinsep.
Ahli hukum (doktoris iuris) yang terkenal pada saat itu adalah
Gajus, Modestinus, Paulus, Papinianus dan Ulpianus.
Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :
a. Solus publica suprema lex
(kepentingan umum mengatasi undang-undang)
b. Princepes legibus solutus est
(Rajalah yang menentukan kepentingan umum).
Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum tersebut
dirumuskan dalam undang-undang sehingga derajat kepentingan
umum lebih tinggi dari undang-undang. Namun, yang merumuskan
kepentingan umum adalah raja. Otomatis, dalam merumuskan
kepentingan umum tersebut raja bertindak demi kepentingan
pribadinya.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 36


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Dengan demikian, princep dengan berkedok kedaulatan rakyat


memerintah demi kepentingan umum, sebenarnya memerintah
dengan sewenang-wenang.
Peraturan hukum Romawi pada abad ke-6 atas perintah Kaisar
Justinianus (527-565) dikodifikasi dan dinamakan Corpus Iuris
Civilis yang terdiri atas 4 bagian :
a. Institutiones
Merupakan buku pelajaran atas lembaga-lembaga hukum
Romawi dan berlaku sebagai himpunan undang-undang.
b. Pandectae atau Digesta
Merupakan himpunan karangan yang memuat pendapat para
ahli hukum Romawi. Jika hakim ragu-ragu mengenai putusan
atas suatu hal maka putusannya harus didasarkan pada
pandectae/digesta.
c. Codex
Merupakan kumpulan undang-undang yang dibuat dan
ditetapkan oleh raja-raja Romawi.
d. Novallae
Merupakan himpunan tambahan dan penjelasan keterangan
bagi codex.
4. Masa Dominat
Dominat atau dominaat adalah masa dimana kaisar secara terang-
terangan menjadi raja mutlak, bertindak menyeleweng, menginjak-
injak hukum dan kemanusiaan. Hal ini terlihat dengan adanya
manusia dibakar hidup-hidup, manusia diadu dengan manusia lain
atau dengan singa (gladiator) dan dijadikan tontonan umum, rakyat
kelaparan sementara raja dan pengikutnya berpesta pora.

C. ZAMAN ABAD PERTENGAHAN


1. Agustinus
Bukunya yang terkenal ialah :

Arinita Sandria, SH., M.Hum 37


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

a. Civitas Dei (Negara Tuhan)


Civitas dei merupakan kerajaan Tuhan yang abadi, tetapi
semangat keduniawian terdapat dalam Gereja Kristus sebagai
wakil dari civitas dei di dunia yang fana.
b. Civitas Terrena (Diabolis) atau negara setan
Merupakan hasil kerja setan atau keduniawian. Jika sudah
mendapat ampunan dari Tuhan, barulah civitas terrena menjadi
baik.
Civitas terrena mengabdikan diri pada civitas dei. Oleh karena
itu dalam civitas terrena terjadi percampuran antara agama,
ilmu pengetahuan dan kesenian. Civitas terrena merupakan
persiapan menuju civitas dei.
Imperium Romawi dapat dimisalkan dengan civitas terrena
yang tumbuh, berkembang dan akhirnya musnah karena
keserakahan. Agar jangan sampai hal tersebut terulang kembali,
maka pemimpin negara harus memimpin dengan semangat
civitas dei yaitu mempraktekkan dan menganjurkan agar agama
Kristen dimasukkan ke dalam negara seperti yang telah
dijalankan oleh Konstantin Theodisius di Konstatinopel
Kesimpulannya adalah bahwa pada waktu itu yang memegang
peranan penting adalah negara, segala sesuatu harus tunduk
pada agama. Negara dipersiapkan untuk menjadi negara
Tuhan. Keberadaan negara-negara di dunia adalah untuk
memberantas musuh-musuh gereja.

2. Thomas Aquino
Thomas Aquino merupakan tokoh dari aliran hukum alam.
Menurut sumbernya, hukum alam dapat berupa :
a. Hukum alam yang bersumber dari Tuhan (irrasional)
b. Hukum alam yang bersumber dari rasio manusia.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 38


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Dalam buku-bukunya yang sangat terkenal, Summa Theologica


dan De Regimene Principum, Thomas Aquino membentangkan
pemikiran hukum alamnya yang banyak mempengaruhi gereja dan
bahkan menjadi dasar pemikiran gereja hingga saat ini.
Thomas Aquino membagi hukum ke dalam 4 golongan hukum,
yaitu :
a. Lex Aeterna
Merupakan rasion Tuhan sendiri yang mengatur segala hal dan
merupakan sumber dari segala hukum. Rasio ini tidak dapat
ditangkap oleh panca indera manusia.
b. Lex Divina
Merupakan bagian dari rasio Tuhan yang dapat ditangkap oleh
manusia berdasarkan waktu yang diterimanya.
c. Lex Naturalis
Merupakan hukum alam yaitu yang merupakan penjelmaan dari
lex aeterna di dalam rasio manusia.
d. Lex Positivis
Yaitu hukum yang berlaku dan merupakan pelaksanaan dari
hukum alam oleh manusia berhubung dengan syarat khusus
yang diperlukan oleh keadaan dunia.
Hukum positif terdiri dari hukum positif yang dibuat oleh Tuhan,
seperti yang terdapat dalam kitab suci dan hukum positif buatan
manusia.
Mengenai konsepsinya tentang hukum alam, Thomas Aquino
membagi asas-asas hukum alam dalam dua jenis, yaitu :
a. Principia Prima (asas-asas umum)
Yaitu asas-asas yang dengan sendirinya dimiliki oleh manusia
sejak kelahirannya, berlaku mutlak dan tidak dapat berubah
dimanapun dan dalam keadaan apapun. Oleh karena itu
manusia diperintahkan untuk berbuat baik dan dilarang

Arinita Sandria, SH., M.Hum 39


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

melakukan kejahatan, sebagaimana yang terdapat dalam 10


perinta Tuhan.
b. Principia Secundaria (asas-asas yang diturunkan dari asas-
asas umum)

3. Dante Alighieri
Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De Monarchia,
salah satu karya besarnya dan merupakan satu-satunya peninggalan
Dante yang merupakan karya kenegaraan. Dalam bukunya, Dante
memimpikan suatu kerajaan dunia yang melawan kerajaan Paus.
Kerajaan dunia tersebut yang akan menyelenggarakan perdamaian
dunia. Tujuan negara menurut Dante adalah untuk menyelenggarakan
perdamaian dunia dengan cara memberlakukan undang-undang yang
sama bagi semua umat.
De Monarchia terdiri atas 3 bab, yaitu :
a. Bab I mempersoalkan kerajaan dunia.
Pada bab I, Dante menekankan perlunya kerajaan dunia,
yaitu untuk kepentingan dunia itu sendiri dalam rangka
menyelenggarakan perdamaian dunia.
Kerajaan dunia merupakan kemerdekaan dan keadilan
tertinggi. Rakyat yang hidup dengan berbagai peraturan
yang berbeda diatasi dengan peraturan yang dapat
menciptakan kerjasama diantara masyarakat.
Kerajaan dunia (imperium) merupakan satu kesatuan
kekuasaan, sebab jika kerajaan dibagi maka akan musnah.
b. Bab II menyelidiki apakah kaisar Jerman itu merupakan
kaisar yang sah?
c. Apakah kekuasaan kaisar berasal dari Tuhan atau berasal
dari perantara?
Genesis dianggap sebagai sumber bagi teori Innocentius III
untuk Teori Cahayanya sebagai kunci kekuasan Paus yang

Arinita Sandria, SH., M.Hum 40


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

berasal dari Mattheus, Teori Dua Belah Pedang dari Bernard


Clairvaux, demikian pula ajaran Hadiah dari Constantin.
semua teori tersebut ditafsirkan oleh Dante sehingga
akhirnya dia menyimpulkan bahwa kaisar memperoleh
kekuasaan langsung dari Tuhan untuk memerintah dan
mengurus negara, dan tidak bergantung pada perantara
yang menjelma dalam diri Paus. Paus hanya berkuasa
dalam segala hal yang berkaitan dengan rohani.
Pendapat Dante didukung oleh golongan Franciskaan, yaitu
para paderi yang menganjurkan agar Paus bersifat pendeta
kembali yang hidup dengan sederhana dan semata-mata
untuk kesucian Tuhan. oleh karena itu, Paus jangan
mencampuri urusan kemewahan dunia yang dapat merusak
kepercayaan rakyat.
Teori Cahaya :
Golongan Canonist berpendapat bahwa Paus memperoleh
kekuasaan yang asli di atas dunia ini. Raja tidak memiliki
kekuasaan yang asli sebab kekuasaannya berasal dan
diturunkan dari Paus yang asli. Seperti halnya matahari dan
bulan, Paus adalah matahari yang bersinar sedangkan
bulan adalah raja yang mendapat sinar dari matahari.

4. Marsiglio di Padua (Marsilius dari Padua)


Pada tahun 1324, terbit karya Marsiglio yang terkenal, yaitu
Defenser Pacis, yang terdiri dari tiga buku atau dictiones, yaitu :
a. Dictio Pertama menguraikan dasar-dasar negara.
Pada dictio pertama diuraikan asal usul negara didasarkan
pada perkembangan alam. Oleh karena itu, negara
merupakan badan iudicialis seu consiliativa yang hidup dan
bebas. Tujuan tertinggi negara adalah mempertahankan
perdamaian, memajukan kemakmuran dan memberi

Arinita Sandria, SH., M.Hum 41


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

kesempatam kepada rakyat untuk mengembangkan dirinya


secara bebas. Tugas utama negara untuk mencapai hal
tersebut adalah menciptakan undang-undang demi
kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Kekuasaan tertinggi dalam negara dan pemerintahan
terletak pada pembuat undang-undang sehingga
pemerintahan hanya alat dari pembuat undang-undang.
Pembuat undang-undang adalah rakyat sebab kedaulatan
tertinggi ada di tangan rakyat dan sumber undang-undang
adalah rakyat secara keseluruhan.
Pemerintahan berada di tangan rakyat dan bertanggung
jawab kepada rakyat. Rakyat boleh menghukum penguasa
jika ternyata penguasa melanggar undang-undang.
b. Dictio Kedua menguraikan dasar-dasar gereja dan
hubungannya dengan negara.
Marsilius menentang teori cahaya, ajaran dua belah pedang
dan hadiah dari Constantin. Marsilius menginginkan agar
Paus dipillih oleh rakyat sehingga kekuasaan tertinggi
diletakkan di tangan badan permusyawaratan gereja-gereja
(concilie).
Dalam hubungan antara negara dan gereja, Marsilius
berpendapat bahwa kedudukan gereja adalah di bawah
negara sehingga gereja tidak berhak membuat undang-
undang sebab hanya rakyat yang berhak untuk membuat
undang-undang.
c. Dictio Ketiga menguraikan kesimpulan-kesimpulan.

D. ZAMAN RENAISSANCE
E. ZAMAN HUKUM KENEGARAAN POSITIF

Arinita Sandria, SH., M.Hum 42


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB III
TEORI SIFAT HAKEKAT NEGARA
(das Wesssen des Staates)

Secara umum banyak sarjana atau para ahli yang mempunyai


pendapat sendiri tentang sifat hakikat suatu negara berkaitan dengan
pandangan hidup yang dianutnya. Diantaranya adalah :
5. Socrates
Menurut Socrates, setiap orang menginginkan kehidupan yang aman
dan tentram. Oleh karena itu kemudian mereka membentuk suatu
kelompok dan tinggal di atas bukit. Socrates menyebut kelompok
tersebut sebagai polis dan ia berpendapat bahwa polis identik dengan
masyarakat dan masyrakat identik dengan negara.
6. Plato
Menurut Plato, negara adalah keiginan manusia untuk bekerja sama
untuk memenuhi kepentingan mereka.
Plato adalah peletak dasar ajaran idealisme
7. Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato. Buku yang ditulisnya diantaranya
adalah Eticha yang berisi ajaran tentang keadilan. Ajaran tentang
negara ditulisnya dalam Politica.
Aristoteles mengembangkan ajaran realisme.
Menurut Aristoteles, negara adalah gabungan dari keluarga sehingga
menjadi kelompok yang besar. Kebahagiaan dalam negara akan
tercapai jika kebahagiaan individu sudah tercipta. Sebaliknya, bila
manusia ingin bahagia maka ia harus bernegara karena manusia
saling membutuhkan dalam kepentingan hidupnya.
Selanjutnya, Aristoteles berpendapat bahwa negara adalah kesatuan
manusia dan manusia tidak dapat terlepas dari kesatuannya. Negara
harus menyelenggarakan kemakmuran bagi warganya, namun negara

Arinita Sandria, SH., M.Hum 43


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

juga merupakan organisasi kekuasaan yang mempunyai kekuasaan


untuk mengatur agar tingkah laku manusia sesuai dengan tata tertib
dalam masyarakat.
8. F. Oppenheimer
Negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk
melaksanakan suatu tertib masyarakat.
9. Leon Duguit
Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat yang memerintah orang
lemah. Bahkan dalam negara modern, kekuasaan orang kuat diperoleh
dari faktor-faktor politik.
10. R. Krannenburg
Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan,
diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Jadi,
menurut Krannenburg, yang harus ada lebih dahulu adalah
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan
suatu organisasi dengan tujuan untuk memelihara kepentingan
kelompok tersebut. Jadi, yang terpenting (primer) adalah kompok
manusia, sedangkan yan sekunder adalah negara.
11. Logemann
Negara pada hakeketnya adalah suatu organisasi kekuasaan maka
organisasi itu memiliki kewibawaan. Artinya, negara dapat
memaksakan kehendaknya pada semua orang yang ada dalam
organisasi.

TEORI BERNEGARA REPUBLIK INDONESIA


PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Teori Sifat Hakikat Negara dapat memberikan pemahaman
mengenai suatu negara, apa sebenarnya suatu negara. Jika dilihat dari
sisi sosiologis maka negara dapat dipahami sebagai anggota masyarakat
atau zoon politicon. Negara merupakan wadah bagi suatu bangsa untuk
menggambarkan cita-cita kehidupan bangsanya.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 44


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Secara historis, peninjuan masalah sifat hakikat negara dapat


dilihat dari perkembangan istilah negara itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan sejarah mengenai istilah negara,
terdapat beberapa istilah yang sering dijadikan padanan kata negara
yang masing-masing memiliki karakter tersendiri, antara lain :
1. Polis (city state)
2. Country (country state)
3. Civitas/civiteit
4. Land (mis : England, Deutschland)
Sejak bangsa-bangsa di Eropa sudah menetap dan tidak
mengembara (nomaden) lagi, maka bernegara umumnya
diartikan memiliki atau menguasai sebidang tanah atau wilayah
tertentu.
Dengan kata lain, penguasaan atas tanah menumbuhkan
kewenangan kenegaraan (teori patrimonial) dimana struktur
sosial yang dihasilkan disebut feodalisme atau landlordisme.
Negara dalam keadaan demikian disebut sebagai tanah (land).
Hal ini tampak pada sebuta England, Holland, Deutchland dll.
5. Rijk/reich
Pengertian tanah (land) berkembang lebih lanjut, yaitu bahwa
tanah tersebut mendatangkan kemakmuran atau kekayaan
(reichrijk-dom), dimana negara diartikan sebagai rijk (Belanda)
atau reich (Jerman) artinya kekayaan sekelompok manusia
(dinasti), misalnya Frankrijk, Oostenrijk dll.
6. La stato, staat,state (nation-state)
Keadaan pra-liberal berakhir dengan tumbuhnya paham
liberalisme yang dipelopori oleh John Locke, Thomas Hobbes
dan J.J. Rouseau.
Negara tidak lagi dipandang sebagai suatu tanah atau
kekayaan (land atau reich) melainkan sebagai suatu status

Arinita Sandria, SH., M.Hum 45


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

hukum (staat state), suatu masyarakat hukum (legal society)


sebagai hasil dari perjanjian masyarakat (social contract).
Jadi, negara adalah hasil dari perjanjian masyarakat, dari
individu-individu yang bebas, sehingga hak asasi mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dari Negara.
7. Kerajaan (monarchy)
8. Negara/nagara/negeri
9. Desha, desa,desh (mis : Bangladesh)
Negara dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta
(Jawa Kuno), yaitu Nagara. Secara historis-geopolitik, keberadaan negara
Inonesia bukanlah sebagai suatu bentuk negara kecil (city state/polis)
melainkan sebagai suatu archipelagic state (negara kepulauan) yang
disebut sebagai nusantara (rangkaian nusa)
Berdasarkan sejarah ketatanegaraan Indonesia dapat diketahui
bahwa Indonesia pernah ditata dalam bentuk kerajaan-kerajaan besar
yang dikuasai oleh dinasti-dinasti (wangsa). Dua kerajaan besar yang
ada di Indonesia saat itu yang dapat disebut sebagai nagara adalah
Sriwijaya dan Majapahit, selain itu Mataram dan Demak juga dapat
disebut sebagai negara. Istilah negara pada masa itu menunjuk pada
suatu pemerintahan yang berbentuk monarki atau kerajaan.
Kerajaan-kerajaan besar tersebut selain diarahkan sebagai civitas
terena (duniawi) juga diarahkan sebagai civitas dei (keagamaan). Para
raja, ratu atau sultan umumnya berkuasa secara absolut. Dalam keadaan
demikian maka tidak seluruh hak asasi rakyat terjamin secara penuh
karena masih didominasi oleh kekuasaan absolut dari raja yang masing-
masing memiliki karakter yang berbeda, ada yang bijaksana dan ada pula
yang tiran.
Berdasarkan sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat
negara adalah suatu ikatan sosial atau dalam status hidup bersama
sebagai komunitas politik dimana hak-hak warga negaranya
mendapatkan jaminan dari penguasa.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 46


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Arinita Sandria, SH., M.Hum 47


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Secara sosiologis, hakikat suatu negara dapat dilihat sebagai :


5. Ikatan suatu bangsa
Maksudnya adalah suatu komunitas sosiologis yang hidup
bersama dalam suatu wilayah, senasib sepenanggungan
dalam menjalankan hidupnya.
6. Organisasi kewibawaan
Negara sebagai organisasi yang memiliki wibawa untuk
memutuskan hal-hal yang penting bagi kehidupan bersama.
Kewibawaan ini ditunjukkan dengan adanya kepatuhan
komunitas untuk melaksanakan putusan bersama tersebut.
7. Organisasi jabatan (ambten organisatie)
Negara terbagi dalam jabatan-jabatan yang menjalankan fungsi-
fungsi tertentu. Organisasi ini muncul karena organisasi
kewibawaan mengasumsikan adanya jabatan-jabatan untuk
menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara bersama.
8. Organisasi kekuasaan (dwang organisatie)
Negara merupakan alat untuk menjalankan kekuasaan dalam
arti luas. Kekuasaan ini dapat memaksakan kehendak orang
yang berkuasa. Oleh sebab itu banyak orang yang ingin menjadi
pejabat negara untuk memperoleh kekuasaan.
Secara yuridis, hakikat suatu negara adalah sebagai :
1. Pemilik atau penguasa atas tanah (teori Patrimonial-Feodal)
2. Pihak yang menguasai atau memerintah
3. Sebagai pelindung hak asasi manusia
Teori Perjanjian Masyarakat (Social Contract-Pactum Unionis)
menempatkan hakikat negara sebagai pelindung hak asasi
manusia dimana negara merupakan pelaksana dari kehendak
umum (volente generale).
4. Penjelmaan tata hukum nasional
Hans Kelsen berpendapat bahwa hakikat negara sebagai
penjelmaan tata hukum nasional, personificatie van het

Arinita Sandria, SH., M.Hum 48


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

rechtorde karena eksistensi negara tampak dari adanya sistem


hukum yang berlaku dalam mengatur kehidupan komunitas
bangsa tersebut.
Berdasarkan pendapat para founding fathers dan framers of the
constitution of the Republic of Indonesia, hakikat Negara RI adalah
sebagai :
1. Ikatan sosiologis bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka
ragam suku bangsa, bahasa dan budaya.
2. Organisasi kewibawaan yang menunjukkan eksitensi
pemerintahan yang secara efektif mengambil keputusan-
keputusan nasional bagi berlangsungnya kehidupan bangsa
Indonesia.
3. Organisasi jabatan yang mengatur struktur jabatan-jabatan
dalam pemerintahan guna menjalankan fungsi dan tujuan
negara yang telah ditetapkan dalam konstitusi.
4. Organisasi kekuasaan yang menentukan segala bentuk
kekuasaan di bawahnya (forma-formarum) dan memaksakan
berlakunya norma-norma yang ada dalam masyarakat (norma-
normarum).
5. Penguasa atas cabang-cabang produksi yang penting dan yang
menguasai hajat hidup o0rang banyak.
6. Penguasa atas bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.
7. Organisasi publik yang melindungi hak asasi warga negaranya,
baik di dalam maupun di luar negeri.
8. Organisasi yang melaksanakan cita-cita hukum dalam
kehidupan bernegara, menciptakan kepastian hukum, keadilan
dan kedamaian hidup warga negaranya. Dalam hal ini negara
merupakan alat untuk merealisasikan keadilan sosial.
Hal yang terpenting dari hakikat negara adalah bahwa negara
merupakan alat untuk mengantarkan bangsa Indonesia mencapai

Arinita Sandria, SH., M.Hum 49


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian hakikat negara tidak


hanya untuk merealisasikan kemakmuran duniawi tetapi juga untuk
memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai ketuhanan keberagaman setiap
individu dan kelompok warga negara yang religius (teosentrism).
Pelaksanaan kebebasan beragama dalam menjalankan ajarannya dan
berkelompok tertentu diperbolehkan selama bukan merupakan aliran
sesat yang akan menyesatkan umat beragama itu sendiri.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 50


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB IV
TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA
(Die Lehren von der Rechtsfertigung des Staates)

Teori pembenaran hukum dari negara atau teori penghalang


tindakan penguasa (Rechtvaardiging theorieen) membahas tentang dasar-
dasar yang dijadikan alasan sehingga tindakan penguasa negara dapat
dibenarkan.
Keberadaan negara (existence) dapat dibenarkan berdasarkan
sumber-sumber kekuasaan, antara lain :
1. Kewenangan langsung atau tidak langsung dari Tuhan yang
diterapkan dalam bentuk konstitutif dan kepercayaan yang
diformalkan dalam ketentuan negara (Teori Teokrasi).
2. Kekuatan jasmani dan rohani serta materi (finansial) yang
diefektifkan sebagai alat berkuasa. Dalam bentuk yang modern
seperti kekuatan militer yang represif, kharisma para
rohaniawan yang berpolitik atau dalam bentuk money politics
(Teori Kekuatan).
3. Adanya perjanjian, baik perjanjian perdata maupun publik serta
adanya pandangan dari perspektif hukum kekeluargaan dan
hukum benda (Teori Yuridis).
Secara rasional, suatu pemerintahan tidak mungkin lagi
menyandarkan wewenang dan kekuasaannya atas dasar kekuatan fisik
angkatan perang (militer) yang represif, mitos-mitos feodalistik maupun
teokratik. Hal-hal yang bersifat irrasional dan dipaksakan semakin lama
semakin ditinggalkan sejalan dengan perkembangan pemikiran filsafat
dan politik serta teknologi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tanpa ada
legitimasi yang rasional maka suatu negara tidak mungkin akan berjalan
secara efektif.
Legitimasi atas suatu negara memegang peranan yang penting
karena walaupun memiliki kekuasaan namun suatu pemerintahan negara

Arinita Sandria, SH., M.Hum 51


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

tidak mungkin berjalan efektif tanpa adanya legitimasi yang penuh.


Pemerintahan negara dan alat-alat perlengkapannya sebagai instrumen
penataan masyarakat yang memegang kekuasaan politik utama harus
memiliki pembenaran atau pendasaran yang sah (legitimasi) atas
kekuasaan yang dijalankan agar ia dapat melaksanakan fungsinya secara
efektif.
1. Pembenaran Negara dari Sudut Ke-Tuhanan (TheoCratische
Theorieen)
Teori ini beranggapan bahwa tindakan penguasa/negara selalu
benar karena negara diciptakan oleh Tuhan.
Tuhan menciptakan negara dengan dua cara, yaitu :
a. Secara langsung cirinya adalah seseorang
berkuasa karena mendapat wahyu dari Tuhan.
b. Secara tidak langsung seseorang berkuasa
karena kodrat Tuhan.
Tokoh-tokoh penganut paham ini antara lain adalah :
a. Agustinus
Agustinus dalam bukunya De Civitate Dei menjelaskan
bahwa negara pada dasarnya terdiri dari dua macam, yaitu :
2) Civitas Dei (Negara Tuhan)
Yaitu negara yang langsung dipimpin oleh Tuhan.
Negara Tuhan di dunia diwakili oleh gereja dan atau oleh
kerajaan-kerajaan lain yang tunduk pada pimpinan gereja
yang otomatis tunduk pada Tuhan.
3) Civitas Terrana/Civitas Diaboli
Civitas terrana adalah negara duniawi. Menurut
Agustinus, Civitas terrana disebut juga civitas diaboli
karena dibuat oleh setan.
Negara dunia hanya mengejar kepuasan duniawi
sehingga menimbulkan keserakahan, kebencian,
peperangan, penderitaan dan akhirnya keruntuhan.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 52


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

b. Thomas Aquinas
Menurut Thomas Aquinas, negara yang burukpun bukan
buatan setan tetapi tetap diakui sebagai perwujudan
kekuasaan dan kehendak Tuhan. Negara timbul dari
pergaulan antara manusia yang ditentukan oleh hukum dan
tata alam. Hukum tata alam juga terjadi dari kehendak
Tuhan dan menurut hukum Tuhan.
Tuhan menjadikan manusia sebagai mahluk yang bergaul
dan memberikan seorang pemimpin (raja). Oleh karena itu,
kekuasaan raja dalam memimpin negara juga berasal dari
Tuhan.
c. Ludwig von Haller
Menurut Ludwig von Heller, sifat negara adalah ketertiban.
Dalam negara ada tuan dan hamba, ada yang kuat dan yang
lemah, ada yang tinggi dan rendah serta ada yang kaya dan
miskin. Yang kuat berkuasa memerintah yang lemah. Hal ini
merupakan kodrat alam dan itulah yang dikehendaki dan
diatur oleh Tuhan. Manusia dengan segala kecerdasannya
tidak mungkin dapat mengubah keadaan yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Dari kuasa dan kehendak Tuhanlah
asal segala kekuasaan dan asal berdirinya negara.
d. Friedrich Julius Sthal
Dalam bukunya, Die Philosophie des Rechts, ia berpendapat
bahwa negara timbul dari takdir ilahi. Kekuasaan dapat
tampak sebagai penyusunan kekuasaan oleh manusia, baik
dalam keluarga, kelompok, suku, bangsa atau gereja.
Namun, pada hakekatnya, kekuasaan terjadi karena
kehendak dan kekuasaan Tuhan. Peperangan,
penyerbuan,penaklukan, penyerahan dll terjadi karena
kehendak Tuhan. Selain itu, Friedrich juga berpendapat

Arinita Sandria, SH., M.Hum 53


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

bahwa negara adalah The March of God in the World (laku


Tuhan di dunia).

Arinita Sandria, SH., M.Hum 54


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

2. Pembenaran Negara dari Sudut Kekuatan


Berdasarkan teori ini, siapa yang memiliki kekuatan akan
mendapatkan kekuasaan dan memegang pemerintahan.
Kekuatan tersebut meliputi :
a. Kekuatan jasmani (physic)
b. Kekuatan rohani (phychis)
c. Kekuatan materi (kebendaan)
d. Kekuatan politik.
Charles Darwin
Menurut teori evolusi Charles Darwin, bahwa kehidupan di alam
semesta merupakan suatu perjuangan untuk mempertahankan
hidup, yang kuat akan menindas yang lemah. Oleh karena itu
semua orang berusaha untuk kuat dan unggul.
Semua imperium ditegakkan berdasarkan kekuasaan ini,
misalnya Napoleon, Hitler, Mussolini dan Stalin.
Leon Duguit
Pihak yang dapat memaksakan kehendaknya adalah pihak
yang kuat (lesplus forts). Kekuatan tersebut mengandung
beberapa faktor, misalnya keistimewaan fisik, intelegensia,
ekonomi dan agama.
Paul Laband, George Jellineck, von Jhering
Mereka berpendapat bahwa suatu kenyataan yang wajar harus
diterima bahwa kekuasaan dan kedaulatan sepenuhnya ada di
tangan negara dan pemerintahan.
Franz Oppenheimer
Dalam bukunya, Der Staat, ia berpendapat bahwa negara
adalah suatu susunan masyarakat yang oleh golongan yang
menang dipaksakan kepada golongan yang ditaklukan dengan
maksud untuk mengatur kekuasaan golongan yang satu atas
golongan yang lain dan melindungi terhadap ancaman pihak

Arinita Sandria, SH., M.Hum 55


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

lain. Tujuan dari semuanya adalah pemerasan ekonomi dari


golongan yang menang terhadap yang kalah.

3. Pembenaran Negara dari Sudut Hukum


Teori ini menyatakan bahwa tindakan pemerintah dibenarkan
karena didasarkan kepada hukum.
Teori ini merinci lagi hukum ke dalam 3 jenis, yaitu :
a. Hukum Keluarga (Teori Patriarchal)
Teori patriachal berdasarkan hukum keluarga karena pada
zaman dulu masyarakat masih sangat sederhana dan
negara belum terbentuk. Masyarakat hidup dalam
kesatuan-kesatuan keluarga besar yang dipimpin oleh
kepala keluarga.
b. Hukum Kebendaan (Teori Patrimonial)
Patrimonial berasal dari istilah patrimonium yang berarti hak
milik. Raja mempunyai hak milik terhadap daerahnya, oleh
karena itu semua penduduk di daerahnya harus tunduk
pada raja. Raja biasanya mendapat bantuan dari kaum
bangsawan untuk mempertahankan wilayahnya. Jika
perang berakhir maka raja memberikan hak atas tanah
kepada bangsawan. Hak atas tanah berpindah dari raja
kepada bangsawan sehingga para bangsawan mendapat
hak untuk memerintah (overheidsrechten).
c. Hukum Perjanjian (Teori Perjanjian)
Tokohnya antara lain adalah :
1) Thomas Hobbes
Menurut Thomas Hobbes, manusia harus selalu
mempunyai kekuatan karena memiliki rasa takut
diserang oleh manusia lain yang lebih kuat. Oleh karena
itu rakyat mengadakan perjanjian dan dalam perjanjian
tersebut, raja tidak diikutsertakan. Oleh karena itu raja

Arinita Sandria, SH., M.Hum 56


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

mempunyai kekuasaan mutlak setelah hak-hak rakyat


diserahkan kepadanya (Monarchie Absoluut).
2) Jhon Locke
Rakyat dan raja mengadakan perjanjian. Oleh karena itu
raja berkuasa untuk melindungi rakyatnya. Jika raja
bertindak sewenang-wenang maka rakyat dapat meminta
pertanggung jawabannya. Perjanjian antara raja dengan
rakyatnya menimbulkan monarki terbatas (monarchie
constitusionil) karena kekuasaan raja dibatasi oleh
konstitusi.
Dalam perjanjian masyarakat tersebut terdapat dua
macam pactum, yaitu :
e. Pactum Uniones perjanjian untuk membentuk
suatu kesatuan (kolektivitas) antara individu-individu.
f. Pactum Subjectiones perjanjian untuk
menyerahkan kekuasaan antara rakyat dengan raja.
Jhon Locke berpendapat bahwa pactum uniones dan
pactum subjectiones memiliki pengaruh yang sama
kuatnya sehingga dalam penyerahan kekuasaah, raja
harus berjanji akan melindungi hak asasi rakyatnya.
Ajaran Jhon Locke hampir sama dengan ajaran
Monarchemachen yaitu suatu aliran yang timbul dalam
abad pertengahan yang memberikan reaksi atas
kekuasaan raja yang mutlak. Aliran tersebut mengadakan
perjanjian untuk membatasi kekuasaan raja. Hasil
perjanjian tersebut diletakkan dalam Leges
Fundamentalis yang menetapkan hak dan kewajiban bagi
kedua belah pihak. Oleh karena itu ajaran Jhon Locke
sering disebut sebagai warisan Monarchemachen.
3) J.J. Rousseau

Arinita Sandria, SH., M.Hum 57


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Menurut Rousseau, kedaulatan dan kekuasaan rakyat


tidak pernah diserahkan kepada raja. Jika raja
memerintah maka raja hanya merupakan mandataris
rakyat.
Menurut Rousseau, hal yang pokok dari perjanjian
masyarakat adalah menemukan suatu bentuk kesatuan,
membela dan melindungi kekuasaan bersama disamping
kekuasaan pribadi dan milik setiap orang sehingg semua
orang dapat bersatu, namun setiap orang tetap bebas
dan merdeka. Rouseeau tidak mengenal adanya hak
alamiah, hak dasar atau hak asasi.
Dalam perjanjian masyarakat berarti setiap orang
menyerahkan semua haknya kepada masyarakat. Akibat
adanya perjanjian masyarakat adalah :
a) Terciptanya kemauan umum (Volonte Generale)
Yaitu kesatuan dari kemauan orang-orang yang telah
menyelenggarakan perjanjian masyarakat.Volonte
generale merupakan kekuasaan yang tertinggi atau
kedaulatan.
b) Terbentuknya masyarakat (Gemeinschaft)
Gemeinschaft merupakan kesatuan dari orang-orang
yang menyelenggarakan perjanjian masyarakat.
Masyarakatlah yang memiliki kemauan umum,
kekuasaan tertinggi atau kedaulatan yang tidak dapat
dilepaskan yang disebut sebagai kedaulatan rakyat.
Perjanjian masyarakat telah menciptakan negara. Berarti,
ada peralihan dari keadaan bebas ke keadaan
bernegara.
4. Pembenaran Negara dari Sudut Lain
a. Teori Ethis/Teori Etika

Arinita Sandria, SH., M.Hum 58


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Berdasarkan teori ini, suatu negara ada karena adanya


suatu keharusan susila.
Berdasarkan teori ini maka ada 3 pendapat dari para ahli
ilmu negara, yaitu :
1) Plato dan Aristoteles
Menurut Plato dan Aristoteles, manusia tidak akan berarti
bila belum bernegara. Negara merupakan sesuatu hal
yang mutlak, tanpa negara maka tidak ada manusia.
Oleh karena itu seluruh tindakan negara dapat
dibenarkan.
2) Immanuel Kant
Menurut Immanuel Kant, tanpa adanya negara maka
manusia tidak dapat tunduk pada hukum yang
dikeluarkan. Negara adalah ikatan manusia yang tunduk
pada hukum, akibatnya tindakan negara dibenarkan.
3) Wolft
Wolf berpendapat bahwa keharusan untuk membentuk
negara merupakan keharusan moral yang tertinggi.
b. Teori Absoulut dari Hegel
Menurut Hegel, tujuan manusia adalah kembali pada
citacita yang abolut. Penjelmaan cita-cita yang absolut dari
manusia adalah negara. Tindakan negara dibenarkan
karena negara adalah sesuatu yang dicita-citakan oleh
manusia.
c. Teori Psychologis
Teori ini menyatakan bahwa alasan pembenaran negara
didasarkan pada unsur psychologis manusia, seperti rasa
takut, rasa sayang dll sehingga segala tindakan negara
dapat dibenarkan.

TEORI PEMBENARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Arinita Sandria, SH., M.Hum 59


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Jika dikaikan dengan Negara Keatuan Republik Indonesia, maka


berdasarkan teori legitimasi yang menjadi pembenaran (dasar pembenar)
kekuasaan negara d Indonesia , yaitu :
a. Legitimasi Sosiologis
Pengakuan masyarakat atas adanya kekuasaan negara
terlihat dari kenyataan politik yang menunjukkan adanya
kekuatan kelembagaan negara yang menguasai kehidupan
warga negaranya.
Legitimasi sosiologis yang telah mengalami proses artikulatif
dalam institusi-institusi politik yang artikulatif dipahami
sebagai legitimasi politik. Proses tarik menarik kepentingan
antara pihak yang berkuasa yang terwujud dalam keputusan
politik dianggap telah memiliki legitimasi politik.
b. Legitimasi Yuridis
Pembenaran dari sudut yuridis (hukum) terlihat dari adanya
dasar hukum yang jelas atas keberadaan suatu negara.
Dasar hukum dari keberadaan negara Repubik Indonesia
adalah proklamasi kemerdekaan. Jika dilihat dari Teori
Kontrak maka proklamasi merupakan Unilateral Contract
yang mendapat pengakuan dari dunia internasional. Karena
sudah mendapat pengkuan dari dunia internasional maka
negara Republik Indonesia merupakan subjek hukum
internasional yang memiliki hak dan kewajiban tertentu
sebagai anggota masyarakat hukum internasional.
Keberadaan konstitusi negara yaitu UUD 1945 menegaskan
dasar yuridis eksistensi ketatanegaraan sebagai komunitas
politik yang mandiri, tidak berada di bawah kedaulatan
negara lain dan mampu mempertahankan kemerdekaan
secara politis dan sosiologis. Selain itu, keberadaan unsur-
unsur negara menjadi dasar legitimasi de jure bagi Republik
Indonesia.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 60


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

c. Legitimasi Etis-Filosofis
Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari
pendapat Wolf dan Hegel, yaitu bahwa pembentukan negara
merupakan keharusan moral yang tertinggi untuk
mewujudkan cita-cita tertinggi dari manusia dalam suatu
lingkungan politik yang bernama negara.
Legitimasi etis (moral) mempersoalkan keabsahan
wewenang kekuasaan politik dari segi norma moral, bukan
dari kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat, bukan
pula atas dasar ketentuan hukum (legalitas) tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan akhir
dari kemauan dan kemampuan pihak penguasa. Walaupun
suatu pemerintahan memiliki banyak legitimasi sebagai
dasar kekuasaannya, namun tanpa adanya legitimasi etis
yang berpihak pada kepentingan kepentingan kemanusiaan
maka pemerintahan tersebut pasti akan dijatuhkan, baik
melalui pemberontakan sosial, demonstrasi people power,
revolusi, reformasi (evolusi) atau pergantian melalui
mekanisme konstitusional.
Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena negara
merupakan cita-cita manusia yang membentuknya.
Dalam konteks negara Republik Indonesia, keberadaan
negara dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan etis
secara kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan negara
seharusnya berdiri tergak di atas legitimasi yang kokoh, di atas seluruh
legitimasi. Tidak hanya bersifat teologis, sosiologis (mendapat
pengkuan masyarakat) dan yuridis (berlaku sebagai hukum positif
dalam format yuridis ketatanegaraan tertentu) namun juga etisfilosofis.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 61


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Suatu legitimasi dapat mengalami krisis bila orang atau


lembaga yang memiliki legitimasi tersebut tidak memiliki kecakapan
(skill) yang cukup untuk mengelola negara secara keseluruhan. Oleh
karena itu legitimasi harus pula diikuti oleh capability dan capacity
untuk mengimplementasikan program yang langsung menyentuh
rakyat karena pada dasarnya rakyatlah pemegang legitimasi yang
tertinggi. Keamanan dan kesejahteraan rakyat merupakan ukuran
utama untuk menilai kemampuan legitimasi pemerintahan suatu
negara.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang sah
(legitimated) tidak selalu berbanding lurus dengan kecakapan
pemerintahannya. Pemerintah yang sah (legitimated government)
tidak selalu cakap dalam mengelola negara.

Keberadaan negara dibenarkan sebagai perpanjangan


tangan dari kekuasaan Tuhan yang memerintahkan
hambanya agar hidup teratur dalam mengabdi kepada-Nya.
Bernegara merupakan manifestasi pengabdian hamba
terhadap Khaliqnya. Pandangan ini umumnya disebut
teokratis. Namun sebenarnya lebih tepat teosentris
(berorientasi kepada Tuhan) sebagai wujud bangsa yang
religius.
Bangsa Indonesia mengakui keberadaan negaranya sebagai
rahmat Tuhan Yang Maha Esa (Pembukaan UUD 1945 :
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa...)
Bangsa Indonesia menyadari bahwa Tuhan telah
memberikan rahmat dan berkahnya bagi bangsa Indonesia,
dan hal ini merupakan wujud legitimasi teologis.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 62


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB V
TEORI TERJADINYA NEGARA

Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses
dengan dipenuhinya satu unsur kepada unsur lainnya sehingga pada
akhirnya seluruh unsur terpenuhi. Dengan dipenuhinya seluruh unsur
tersebut maka kapasitas negara sebagai entitas politik tidak diragukan
lagi sebagai subjek hukum (legal entity). Dalam hukum internasional
disebut sebagai subjek hukum internasional yang berkapasitas penuh
dalam kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut pandang,
yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang
membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihubungkan
dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4
phase, yaitu :
a. Phase Genootshap (Genossenschaft)
Fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang
menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama dan
disadarkan pada persamaan. Mereka menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yang sama. Kepemimpinan
dipilih secara Primus Inter Pares (yang terkemuka diantara
yang sama).
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur bangsa.
b. Phase Reich (Rijk)
Pada fase ini, kelompok orang yang telah menggabungkan
diri tersebut telah sadar akan hak milik atas tanah sehingga
kemudian muncul tuan-tuan tanah yang berkuasa atas tanah

Arinita Sandria, SH., M.Hum 63


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

dan orang-orang yang menyewa tanah. Hal ini menimbulkan


sistem feodalisme .
Pada fase ini yang terpenting adalah unsur wilayah.
c. Phase Staat
Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak memiliki
negara menjadi memiliki negara.
Pada fase ini yang terpenting adalah bahwa ketiga unsur
dari negara (bangsa, wilayah dan pemerintahan yang
berdaulat) telah terpenuhi.
d. Phase nation state
Pada fase ini rakyat memegang kekuasaan yang tertinggi.
Fase ini dapat dibagi dua lagi,yaitu :
1) Phase democratsiche Natie
Democratische Natie terbentuk atas dasar kesadaran
demokrasi nasional, kesadaran akan adanya kedaulatan
di tangan rakyat.
2) Phase Dictatuur (dictum)
Ada 2 pendapat mengenai fase dictatuur, yaitu :
a) Menurut pendapat para sarjana Jerman, bentuk
diktator merupakan perkembangan lebih lanjut dari
democtatische natie.
b) Menurut pendapat sarjana lainnya, dictatuur
merupakan penyelewengan dari democratische natie.

2. Terjadinya Negara Secara Sekunder (Scundaire Staats


Wording)
Teori terjadinya negara secara sekunder membahas terjadinya
negara dihubungkan dengan negara-negara yang telah ada
sebelumnya. Berdasarkan teori ini,yang terpenting adalah
adanya pengakuan (erkening).

Arinita Sandria, SH., M.Hum 64


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Pengakuan (erkening) dapat dibedakan dalam tiga macam,


yaitu :
a. Pengakuan De Facto
Pengakuan de facto adalah pengakuan yang bersifat sementara
terhadap terbentuknya suatu negara baru. Hal ini disebabkan
karena pada kenyataannya memang telah terbentuk suatu negara
baru namun apakah terbentuknya negara baru tersebut telah
melalui prosedur hukum atau tidak masih memerlukan penelitian
lebih lanjut. Oleh karena itu pengakuan yang diberikan masih
bersifat sementara. Pengakuan de facto dapat meningkat kepada
pengakuan de jure jika ternyata terbentuknya negara baru tersebut
memang telah melalui prosedur hukum yang sebenarnya.
b. Pengakuan De Jure (Pengakuan Yuridis)
Pengakuan de jure adalah pengakuan yang seluas-luasnya dan
bersifat tetap terhadap timbulnya suatu negara baru karena
terbentuknya negara baru tersebut berdasarkan hukum.
c. Pengakuan atas Pemerintahan De Facto
Pengakuan terhadap pemerintahan de facto adalah pengakuan
hanya terhadap pemerintahan suatu negara sedangkan
wilayahnya tidak diakui.
Unsur-unsur yang harus ada dalam suatu negara adalah
pemerintahan, wilayah dan rakyat. Dengan demikian jika yang ada
hanya pemerintahannya maka itu bukanlah negara karena tidak
seluruh unsurnya terpenuhi.
Suatu negara, selain dapat terbentuk atau timbul juga dapat runtuh
atau lenyap. Runtuh atau lenyapnya suatu negara dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu :
1. Hilangnya negara karena faktor alam.
Suatu negara yang sudah ada menjadi lenyap karena faktor alam.
Alam menyebabkan wilayah suatu negara menjadi hilang lenyap.
Misalnya : negara Atlantis.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 65


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Hilangnya negara karena faktor alam antara lain disebabkan


karena :
a. Gunung meletus
b. Pulau yang terendam air laut.
2. Hilangnya negara karena faktor sosial.
Maksudnya adalah bahwa hilangnya atau lenyapnya suatu negara
yang semula ada dan diakui oleh negara lain tetapi hilang karena
factor social. Factor social tersebut diantaranya adalah :
a. Penaklukan
b. Revolusi (kudeta yang berhasil)
c. Perjanjian
d. Penggabungan.

Teori terjadinya negara, baik terjadinya Negara secara primer


maupun sekunder berhubungan erat dengan syarat keberadaan sebuah
negara. Syarat adanya entitas hegara harus memenuhi unsur-unsur
primer dan sekunder.
1. Unsur primer, meliputi :
a. Penduduk (rakyat)
b. Wilayah
c. Pemerintahan
Unsur-unsur primer ini harus dipenuhi untuk eksistensi negara.
Tanpa adanya unsur primer maka tidak mungkin ada negara.
2. Unsur sekunder
Unsur sekunder adalah pengakuan. Unsur ini merupakan unsur
tambahan yang akan menguatkan keberadaan suatu negara
dalam masyarakat hukum internasional. Negara yang baru
muncul dalam komunitas hukum internasional memerlukan
pengakuan dari negara lain atas eksistensinya sebagai suatu
negara.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 66


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Walaupun merupakan unsur tambahan namun pengakuan juga


akan menentukan secara signifikan kelanjutan hidup suatu
negara. Seperti halnya manusia, negara juga tidak akan bisa
hidup tanpa adanya hubungan dengan manusia atau negara
lain. Hal ini diperlukan untuk memenuhi keperluan hidupnya,
bertukar kebudayaan dan teknologi etc.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 67


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

TERJADINYA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Jika dikaitkan dengan teori terjadinya Negara, maka terjadinya
Negara Republik Indonesia secara teoritis-historis telah memenuhi unsur
primer dan sekunder.
Pada awalnya komunitas suku bangsa di Indonesia hidup dalam
suatu bentuk kelompok-kelompok kekeluargaan (genossenschaft-
gemeinschaft). Kemudian muncul wilayah-wilayah yang diperintah oleh
kerajaan-kerajaan kecil dan kerajaan-kerajaan besar yang memiliki
kekayaan yang luar biasa (reick, rijk). Kemudian kelompok-kelompok
kehidupan bersama di nusantara ini memunculkan kesadaran bersama
sebagai bangsa melalui Kongres Pemuda 1928. hal ini merupakan
embrio dalam memasuki tahap bangsa-bangsa (staat--state). Tahap
selanjutnya adalah terbentuknya suatu nation-state dimana rakyat
Indonesia memegang kekuasaan tertinggi dan memiliki kedaulatan
(rakyat berdaulat-democratische natie)
Melalui Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dan
perjuangan panjang Perjanjian Linggarjati, Roem-Royen, KMB dan
diplomasi internasional. Kemudian pada akhirnya Negara Republik
Indonesia diakui keberadaannya sebagai subjek hukum internasional
yang baru, sebagai negara baru yang sederajat dengan negara lainnya
dalam komunitas internasional.
Demokrasi terpimpin pada masa pemerintahan Soekarno dan
Soeharto merupakan pemerintahan yang dictatuur-dictatorship. Bentuk ini
tidak dianggap sebagai perkembangan selanjutnya dari democratische
natie tetapi merupakan anomalia sejarah dan merupakan bentuk
penyimpangan atau penyelewengan kedaulatan rakyat. The rule of law
and the people menyimpang menjadi the rule of man. Bentuk akhir yang
hingga saat ini terus diperjuangkan adalah bentuk Negara hukum yang
demokratis.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 68


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB VI
TEORI TUJUAN NEGARA
(Die Lehren vom Zweck des Staates)

Setiap negara pasti memiliki tujuan tertentu yang berbeda antara


satu negara dengan negara lainnya. Para ahli ilmu negara sebagian
berpendapat bahwa tujuan negara dihubungkan dengan tujuan akhir
manusia dan ada pula yang menghubungkan antara tujuan negara
dengan kekuasaan.
Tujuan negara menurut pendapat para ahli, antara lain adalah :
1. Hegel
Menurut Hegel, negara mempunyai kemampuan sendiri dalam
mengejar pelaksanaan idee umumu. Oleh karena itu tujuan
negara adalah negara itu sendiri. Negara memelihara dan
menyempurnakan diri sendiri. Kewajiban tertinggimanusia
adalah menjadi warga negara sesuai dengan undang-undang.
Hegel menciptakan teori dialektika : melalui tese, antitese dan
sintese lahir dan timbullah kemajuan.
2. Agustinus
Menurut Agustinus, tujuan negara dihubungkan dengan cita-cita
manusia hidup di alam yang kekal yaitu sesuatu yang diinginkan
Tuhan.
3. Shang Yang
Shang Yang menghubungkan tujuan negara dengan mencari
kekuasaan semata sehingga negara identik dengan penguasa.
4. John Locke
Menurut John Locke, pembentukan political or civil society
menyebabkan manusia tidak melepaskan hak asasinya.
Tujuan negara adalah memelihara dan menjamin hak
asasi,yaitu :
a. Hak hidup/nyawa (leven)

Arinita Sandria, SH., M.Hum 69


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

b. Hak atas badan (lijf)


c. Hak atas harta benda (vermogen)
d. Hak atas kehormatan (eer)
e. Hak kemerdekaan (vrij heid)
5. Rousevelt
Rousevelt membagi hak kemerdekaan ke dalam :
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
6. Mahatma Gandhi
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
7. Soekarno
a. Freedom from want
b. Freedom from fear
c. Freedom of speech
d. Freedom of religion
e. Freedom of doing mistake
f. Freedom to be free
8. Kaum dikatator
Kaum dikatator menganut paham bahwa negara merupakan
tujuan. Warga negara harus mengorbankan apapun yang
diperintahkan pemegang kuasa. Jadi penjelmaannya adalah
negara kekuasaan.
9. Zaman modern

Arinita Sandria, SH., M.Hum 70


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Umumnya, pada zaman modern, tujuan negara adalah


menyelenggarakan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat
demi tercapainya masyarakat adil dan makmur.
Tujuan suatu negara dapat dibedakan berdasarkan filosofi, situasi-
kondisi dan sejarah dari negara yang bersangkutan. Secara garis besar,
teori tujuan negara membagi arah tujuan negara menjadi tiga, yaitu :
1. Mencapai kekuasaan politik
Negara identik dengan penguasa. Oleh sebab itu tujuan negara
adalah membangun kekuasaan secara efektif. Penguasa
(pemerintah) menggunakan kekuasaannya untuk memaksakan
kepentingannya. Setiap penguasa selalu ingin
mempertahankan, memperkuat dan memperluas kekuasannya.
Setelah memiliki kekuasaan yang kuat (langgeng-absolut) maka
penguasa menjadi korup, tiran dan despotik (semena-mena dan
kejam).
Lord Acton berpendapat bahwa karakter kekuasaan yang
demikian adalah: Power tends to corrupt; absolute power
corrupts absolutely.
2. Mencapai kemakmuran material
Negara bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran atau
kesejahteraan material karena negara sebagai organisasi
masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan materialnya
secara terstruktur melalui pemerintahan yang ada.
Dalam ilmu negara umum, tujuan negara untuk mencapai
kemakmuran melahirkan tipikal negara yang berbeda, yaitu :
a) Polizei Staat negara yang bertujuan untuk mencapai
kemakmuran bagi raja/negara.
b) Formele Rechtstaat tujuan negara adalah mencapai
kemakuran individu.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 71


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

c) Materiele Rechtstaat tujuan negara adalah mencapai


kemakmuran rakyat (Social Service State negara
kesejahteraan).
3. Mencapai kebahagiaan akhirat (konsep eksatologis
eksatologis : akhir zaman)
Negara memberikan fasilitas kepada rakyatnya agar dapat
bebas melaksanakan kaidah agamanya untuk mempersiapkan
kehidupan sesudah kematian (life after death).
Penguasa negara berpendapat bahwa kehidupan di dunia
hanya sementara dan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang
abadi. Oleh karena itu seluruh warga negara harus
mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang sesungguhnya.
Negara harus mengarahkan warga negranya agar menjadi
manusia yang beriman, bertakwa, berilmu dan berteknologi.
Konsekuensi logisnya negara melarang adanya kegiatan yang
bertentangan dengan norma/kaidah agama (nilai-nilai
ketuhanan).

TUJUAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


Tujuan hakiki dari negara Republik Indonesia termuat dalam alinea
ke-4 Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai ketuhanan (kemerdekaan, perdamaian abadi)
Negara mengarahkan warga negaranya untuk selamat di dunia
dan akhirat sesuai dengan keyakinan agamanya. Negara juga
harus sepenuhnya memberikan kebebasan warga negaranya
untuk melaksanakan ajaran agamanya dan membuat hukum
nasional yang mendukung ajaran agama yang dianut oleh
warganegaranya.
Negara mengatasi pertikaian yang mungkin muncul melalui
mufakat lintas agama, ras dan antar golongan. Negara
melarang kegiatan yang bertentangan nilai-nilai ketuhanan. Hal

Arinita Sandria, SH., M.Hum 72


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

ini merupakan konsekuensi logis dari negara berdasar atas


Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Mencapai kemanusiaan univesalitas yang melindungi segenap
bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia
Negara harus mewujudkan kehidupan yang manusiawi, adil
dan beradab yang berkorelasi positif dengan upaya
perlindungan hak asasi manusia.
Tujuan ini menjadi tugas inti dari negara, yaitu melindungi nilai-
nilai kemanusiaan (tidak hanya bagi warga negaranya tetapi
juga bagi seluruh umat manusia).
Kemanusiaan harus didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan
yang universal. Kemanusiaan juga harus didasarkan pada
pembentukan masyarakat yang beradab (civilized society)
sebagaimana yang dikonstruksikan dalam masyarakat madani
(civil society)
3. Mencapai kesatuan bangsa dan mencerdaskan kehidupan
bangsa
Mencapai kesatuan sebagai suatu nation state yang
komprehensif. Kesatuan komunitas yang sadar dalam lokalitas
dan globalitas kemanusiaan. Nasionalisme yang rasional dan
humanisme yang religius. Pemerintah dibentuk untuk
menyadari cita-cita tersebut sehingga rakyat cerdas dan
memahami hidupnya dan dapat menjalani hidupnya dengan
baik.
4. Mencapai kerakyatan hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan
Mencapai kerakyatan dimaksudkan sebagai kolektivitas yang
melaksanakan aspirasi rakyat dengn tuntutan hikmah
kebijaksanaan. Konkretnya melalui lembaga permusyawaratan
(MPR) dan lembaga perwakilan (DPR dan DPD).

Arinita Sandria, SH., M.Hum 73


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Demokrasi Indonesia berkaitan secara menyeluruh dengan sila-


sila lainnya dalam Pancasila.
5. Mencapai keadilan sosial (memajukan kesejahteraan umum)
Mencapai keadilan sosial merupakan tugas negara untuk
memberikan kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan spiritual
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan ekonomi negara dikonstruksikan dalam penataan
keadilan sosial. Kemakmuran material harus dicapai melalui
penataan keadilan. Keadilan harus lebih diutamakan daripada
keadilan. Keadilan tanpa kemakmuran lebib berarti daripada
sebaliknya. Negara harus menjadi alat untuk mencapai
keadilan. Keadilan akan menyelamatkan seluruh warga negara.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 74


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB VII
TEORI TIPE-TIPE NEGARA

Teori tipe-tipe negara bermaksud membahas tentang


penggolongan negara didasarkan pada ciri-ciri khas yang ada pada suatu
negara. Berdasarkan sejarah teori kenegaraan Eropa Barat maka
pembagian tipe-tipe negara secara kronologis adalah sebagai berikut :
1. Tipe Negara Menurut Sejarah
a. Tipe Negara Timur Purba (Alt Orientalische Staaten)
Negara Timur Purba bertipe tirani dimana raja berkuasa
mutlak.
Ciri-ciri negara Timur Purba adalah :
1) Bersifat terokratis/theocraties
(keagamaan)
Negara teokrasi adalah negara yang hanya mendasarkan
satu agama saja dalam negaranya.
Negara teokrasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) Teokrasi langsung raja dianggap juga sebagai
Tuhan atau dewa oleh warganegaranya.
b) Teokrasi tidak langsung
2) Pemerintahan bersifat absolut.
b. Tipe Negara Yunani Kuno
Pada intinya, tipe negara Yunani Kuno :
1) Adanya negara kota (polis/city state)
a) Besarnya negara kota hanya sebesar kota yang
dilingkari benteng pertahanan.
b) Jumlah penduduknya sedikit, hanya sekitar 300 ribu
penduduk.
1) Demokrasi langsung.
Dalam pelaksanaan demokrasi langsung, rakyat diberi
pelajaran ilmu pengetahuan (encyclopaedie).

Arinita Sandria, SH., M.Hum 75


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Pemerintahan berjalan dengan mengumpulkan rakyat di


suatu tempat yang disebut acclesia. Dalam rapat
dikemukakan kebijaksanaan pemerintah dan rakyat ikut
memecahkan masalah. Pemerintahan selalu dipegang
oleh ahli-ahli filsafat.
Dalam negara Yunani Kuno demokrasi dapat
dilaksanakan secara langsung, hal ini disebabkan karena
:
a) Wilayahnya tidak terlalu luas
b) Jumlah penduduk yang masih sedikit, dan dari jumlah
yang sedikit tersebut hanya warga polis saja yang
berhak ikut demokrasi, para pedagang dari luar polis
dan budak belian tidak mempunyai hak untuk ikut
melaksanakan demokrasi.
c. Tipe Negara Romawi
Tipe negara Romawi adalah Imperium. Yunani sendiri
kemudian menjadi negara jajahan Romawi.
Ciri tipe negara Romawi Kuno adalah :
1) Primus inter pares (yang
terkemuka diantara yang sama)
2) Adanya raja-raja yang absolut
(Caesar)
Pemerintahan di Romawi dipegang oleh Caesar yang
menerima seluruh kekuasaan dari rakyat (Caesarismus).
Pemerintahan Caesar adalah mutlak atau absolut.
3) Adanya kodifikasi hukum.
Undang-undang di Romawi dinamakan Lex Regia.
d. Tipe Negara Abad Pertengahan
Ciri khas tipe negara pada abad pertengahan adalah :
1. Teokratis
2. Feodalisme

Arinita Sandria, SH., M.Hum 76


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

3. Dualisme dalam bernegara, yaitu dualisme


(pertentangan) antara:
a) Penguasa dengan rakyat.
b) Pemilik dan penyewa tanah (yang menyebabkan
timbulnya feodalisme).
c) Negarawan dan gerejawan (yang menimbulkan
sekularisme).
Akibat adanya dualisme ini timbul keinginan dari rakyat
untuk membatasi hak dan kewajiban raja dan rakyat. Hal
ini dikemukakan oleh aliran monarchomachen (golongan
anti raja yang mutlak). Perjanjian yang mereka sepakati
diletakkan dalam leges fundamentalis yang berlaku
sebagai undang-undang.
e. Tipe Negara Modern
Ciri-ciri negara modern adalah :
1. Berlakunya asas demokrasi
Kedaulatan ada di tangan rakyat dan demokrasi
menggunakan sistem dan lembaga perwakilan.
2. Dianutnya paham negara hukum
3. Susunan negaranya adalah kesatuan.
Di dalam satu negara hanya ada satu pemerintahan,yaitu
pemerintahan pusat yang mempunyai wewenang
tertinggi.

2. Tipe Negara Ditinjau Dari Sisi Hukum.


Jika ditinjau dari sisi hukum maka penggolongan tipe negara
didasarkan pada hubungan antara penguasa dan rakyat. Tipe
negara dapat dibedakan dalam :
a. Tipe Negara Policie (Polizei Staat)

Arinita Sandria, SH., M.Hum 77


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Pada tipe ini negara bertugas menjaga tata tertib, dengan


kata lain negara penjaga malam. Pemerintahan bersifat
monarchi absolut.
Pengertian policie mencakup dua arti, yaitu :
1) Penyelenggara negara positif (bestuur)
2) Penyelenggara negara negatif (menolak bahaya
yang mengancam negara)
b. Tipe Negara Hukum (Rechstaats)
Istilah negara hukum merupakan terjemahan dari rechstaat.
Istilah rechtstaat mulai populer di Eropa sejak abad XIX.
Konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan menentang
absolutisme.
Ciri-ciri rechtstaat adalah :
1) Adanya UUD atau Konstitusi
yang memuat ketentuan tertulis tentang hubungan antara
penguasa dengan rakyat.
2) Adanya pembagian kekuasaan
negara.
3) Diakui dan dilindunginya hak-
hak kebebasan rakyat.
Ciri-ciri tersebut menunjukkan bahwa ide pokok dari
rechstaat adalah adanya pengakuan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia yang bertumpu pada prinsip
kebebasan dan persamaan. Adanya pembagian kekuasaan
bertujuan untuk menghindari penumpukan kekuasaan dalam
satu tangan yang cenderung akan disalahgunakan.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, negara hukum berarti suatu
negara yang di dalam wilayahnya adalah :
1) Semua alat-alat perlengkapan negara dalam
tindakannya baik terhadap warganegara maupun dalam
hubungannya dengan alat-alat perlengkapan yang lain

Arinita Sandria, SH., M.Hum 78


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

tidak boleh sewenang-wenang dan harus memperhatikan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Semua penduduk dalam hubungan
kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan hukum
yang berlaku.
Jika dilihat dari segi ilmu politik, Franz Magnis Suseno
mengambil 4 ciri negara hukum yaitu :
1) Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang
berlaku.
2) Kegiatan negara berada di bawah kontrol kekuasaan
kehakiman yang efektif.
3) Berdasarkan sebuah UUD yang menjamin HAM.
4) Menurut pembagian kekuasaan.
Salah satu asas penting dalam negara hukum adalah asas
legalitas. Substansi dari asas legalitas adalah menghendaki
agar setiap tindakan badan/pejabat administrasi harus
berdasarkan undang-undang. Tanpa dasar undang-undang
maka badan/pejabat administrasi tiak berwenang
melakukan suatu tindakan yang dapat mempengaruhi atau
mengubah keadaan hukum warga negaranya.
Asas legalitas berkaitan erat dengan dua gagasan, yaitu :
1) Gagasan demokrasi
Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk
undang-undang dan berbagai keputusan mendapat
persetujuan dari wakil rakyat.
2) Gagasan negara hukum.
Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan harus didasarkan pada
undang-undang dan memberikan jaminan terhadap hak-
hak dasar rakyat yang tertuang dalam undang-undang.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 79


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Menurut Sjachran Basah, asas legalitas berarti upaya


mewujudkan paham kedaulatan hukum dan paham
kedaulatan rakyat yang berdasarkan prinsip-prinsip
monodualistis yang sifat hakikatnya konstitutif.
Menurut Indroharto, penerapan asas legalitas akan
menunjang berlakunya kepastian hukum dan berlakunya
persamaan perlakuan.
Ada tiga bentuk tipe negara hukum :
1) Tipe Negara Hukum Liberal
Tipe negara ini menghendaki agar negara berstatus
pasif, artinya adalah bahwa warga negara harus tunduk
pada peraturan-peraturan negara. Penguasa dalam
bertindak harus sesuai dengan hukum. Kaum liberal
menghendaki agar antara penguasa dan rakyat harus
ada persetujuan dalam bentuk hukum.
2) Tipe Negara Formil
Yaitu negara hukum yang mendapat pengesahan dari
rakyat. Segala tindakan penguasa memerlukan suatu
bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan undang-
undang. Negara hukum formil disebut pula sebagai
negara demokratis yang berlandaskan negara hukum.
Menurut Stahl, negara hukum formil harus memenuhi
empat unsur,yaitu :
a) Harus ada jaminan terhadap hak asasi manusia
b) Adanya pemisahan kekuasaan
c) Pemerintahan didasarkan pada undang-undang
d) Harus ada peradilan administrasi.
3) Tipe Negara Hukum Materiil
Negara hukum materiil merupakan perkembangan lebih
lanjut dari negara hukum formil. Jika pada negara hukum
formil tindakan penguasa harus berdasarkan undang-

Arinita Sandria, SH., M.Hum 80


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

undang (asas legalitas) maka dalam negara hukum


materiil untuk kepentingan warga negara dalam hal
keadaan yang mendesak maka penguasa dibenarkan
bertindak menyimpang dari undang-undang (asas
opportunitas).
c. Tipe Negara Kemakmuran
Pada tipe negara kemakmuran,negara mengabdi
sepenuhnya kepada masyarakat. Dalam negara
kemakmuran, negara merupakan satu-satunya alat untuk
menyelenggarakan kemakmuran rakyat. Negara aktif
menyelenggarakan kemakmuram untuk kepentingan seluruh
rakyat dan negara.
Jadi, pada tipe negara ini maka tugas negara semata-mata
adalah menyelenggarakan kemakmuran untuk rakyat
semaksimal mungkin.

TIPE NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


Dalam sejarah teori ketatanegaraan tersebut kita dapat
menemukan tipe negara modern yaitu adanya demokrasi perwakilan dan
merupakan bangunan negara hukum yang demokratis. Bentuk negara
hukum yang demokratis (democratische-rechstaat/welfare state) menjadi
cita-cita seluruh negara modern saat ini.
Berdasarkan karakteristik tipe negara tersebut maka kita dapat
menyimpulkan bahwa Negara Republik Indonesia dapat dikategorikan
sebagai negara modern. Konstitusi negara Republik Indonesia yang telah
diamandemen dalam Pasal 1 ayat (1,2 dan 3) telah dengan jelas
menyebutkan karakteristik cita-cita negara modern tersebut, yaitu :
Pasal 1 UUD 1945
(1) Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik

Arinita Sandria, SH., M.Hum 81


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut


undang-undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
Selain itu, alasan bahwa Indonesia dapat dikategorikan sebagai
negara modern adalah sebagai berikut :
1. Negara RI tidak memiliki ciri-ciri seperti yang terdapat
dalam tipe negara Timur Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno dll
yang berciri teokrasi, absolut, negara kota dengan demokrasi
langsung, kerajaan yang absolut atau feodalistis.
2. Konstitusi negara RI baik sebelum maupun setelah
amandemen telah mencanangkan adanya demokrasi
perwakilan dan berupaya menciptakan bangunan negara hukum
yang demokratis.
Pemilihan presiden secara langsung dalam sistem pemilu di
Indonesia tidak berarti bahwa kita melaksanakan demokrasi
secara langsung. Wujud demokrasi langsung yang
sesungguhnya adalah dengan sistem referendum dimana
rakyat terlibat secara langsung dan merupakan subjek yang
langsung memutuskan berbagai kebijakan.
Dalam sistem pemilu di Indonesia, rakyat memilih presiden
secara langsung namun presiden yang nanti terpilihlah yang
bertindak sebagai eksekutif yang akan memutuskan
kebijaksanaan yang akan dijalankan dalam pemerintahan. Oleh
karena itu lebih tepat jika Indonesia menjalankan demokrasi
perwakilan atau menjalankan republik.
3. Negara RI mensyaratkan rakyat untuk pada hukum
dan nilai-nilai Ketuhanan yang dianutnya. Hal ini memunculkan
konsep bahwa negara kita berciri negara nomokratis yaitu
nomokratis Pancasila. Nomokratis nomoi (hukum) dan
kratein (pemerintahan atau kekuasaan).

Arinita Sandria, SH., M.Hum 82


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Penegasan Indonesia sebagai negara hukum terdapat dalam


Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Amandement yaitu Negara
Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi dari negara
hukum adalah bahwa seluruh sikap, kebijakan, perilaku alat
negara dan penduduk harus berdasar dan sesuai hukum.
Dalam negara hukum, hukumlah yang memegang komando
tertinggi dalam penyelenggaraan negara.
Dengan demikiran dapat disimpulkan bahwa dalam teori tipe-
tipe utama negara yang berkembang dalam sejarah kita dapat
mengetahui bahwa negara RI dikonstruksikan untuk menjadi negara
modern, yaitu negara hukum yang demokratis dan merupakan
nomokrasi Pancasila.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 83


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB VIII
TEORI BENTUK NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN

A. BENTUK NEGARA
Bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara
keseluruhan, mengenai struktur negara yang meliputi segenap umsur-
unsurnya, yaitu daerah, bangsa dan pemerintahan. Bentuk negara
melukiskan dasar negara, susunan dan tata tertib suatu negara
berhubungan dengan organ tertinggi di negara itu itu dan kedudukan
masing-masing organ dalam kekuasaan negara. Teori bentuk negara
bermaksud membahas sistem penjelmaan politis dari unsur-unsur
negara.

1. Monarchie
Monarchie (Kerajaan, Kesultanan, Kekaisaran) ialah negara yang
dikepalai oleh seorang raja, bersifat turun temurun dan menjabat
untuk seumur hidup. Selain raja, kepala negara monarki dapat
berupa Kaisar (Kaisar Jepang dan China sebelum dijajah Inggris),
Syah (Syah Iran) dan Sultan (Sultan Brunei).
Bentuk negara monarki dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Monarki Mutlak (Absolut)
Yaitu seluruh kekuasaan negara berada di tangan raja dimana
raja mempunyai kekuasaan dan wewenang mutlak dan tidak
terbatas.
Misalnya :
1) Prancis di bawah Louis XIV dan XVI
2) Spanyol di bawah Raja Philip II
3) Rusia di bawah Tsar Nicholas
b. Monarki Terbatas (Monarki Terbatas/Monarki dengan undang-
undang).

Arinita Sandria, SH., M.Hum 84


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Yaitu suatu negara monarki dimana kekuasaan raja dibatasi


oleh konstitusi/UUD.

Misalnya :
1) Kerajaan Inggris dengan konstitusinya yang
bersumber pada kebiasaan (konvensi).
b) Monarki Parlementer
Yaitu suatu monarchi dimana terdapat suatu parlemen
dimana para menteri bertanggung jawab sepenuhnya.
Contoh : Kerajaan Belanda.

2. Republik
Republik berasal dari bahasa latin, respublica yang artinya
kepentingan umum.
Negara republik adalah negara dengan pemerintahan rakyat yang
dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih dari dan
oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu (Di AS, presiden menjabat
selama 4 tahun dan di Indonesia selama 5 tahun).
Negara yang berbentuk republik contohnya adalah Republik
Indonesia, Republik Filipina, Republik Rakyat China.
Macam-macam bentuk republik :
a. Republik dengan sistem pemerintahan secara langsung
(system referendum) Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
b. Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan rakyat
(system parlementer) Republik Indonesia pada saat
berlakunya UUD 1950.
c. Republik dengan sistem pemisahan kekuasaan (system
presidensil) Republik Indonesia.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 85


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Pendapat beberapa ahli tentang bentuk negara adalah sebagai


berikut :
1. Niccolo Machiavelli
Dalam bukunya Il Principe (Sang Raja), Niccolo Machiavelli
menyatakan bahwa bentuk negara adalah republik dan monarki.
2. Jellinek
Dalam bukunya Algemeine Staatslehre, Jellinek membedakan
bentuk negara monarki dan republik berdasarkan pembenukan
kemauan negara.
Bila pembentukan kemauan negara ditentukan oleh seorang
saja maka bentuk negaranya adalah monarki. Sedangkan jika
kemauan negara ditentukan oleh lebih dari satu orang maka
negara yang terbentuk adalah republik.
Namun, jika bertitik tolak pada pendapat Jellinek, maka negara
Inggris, Swedia, Norwegia, Denmark, Nederland dan Belgia
harus dikategorikan sebagai negara republik sebab negara-
negara tersebut terbentuk karena kemauan orang banyak,
namun kenyataannya menurut HTN, negara-negara tersebut
berbentuk monarki.
Dengan demikian, alasan Jellinek kurang dapat diterima.
3. Leon Duguit
Dalam bukunya, Traitede Droit Constitutionel, ia berpendapat
bahwa untuk menentukan apakah suatu negara berbentuk
republik atau monarki adalah dengan menggunakan cara
penunjukkan/pengangkatan kepala negara.
Jika kepala negara diangkat berdasarkan keturunan maka
bentuk negaranya adalah monarki. Sedangkan jika kepala
negara diangkat berdasarkan pemilihan maka bentuk
negaranya adalah republik.
4. Otto Koellreuter

Arinita Sandria, SH., M.Hum 86


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Otto menggunakan ukuran kesamaan dan ketidaksamaan


dalam membedakan bentuk negara. Sebenarnya ia setuju
dengan Duguit tetapi karena ia seorang fasis Jerman,maka Ia
membagi negara ke dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Monarki
Monarki adalah suatu negara yang diperintah oleh suatu
dinasti, dimana kepala negara diangkat berdasarkan
keturunan. Oleh karena itu ia beranggapan bahwa pada
dasarnya adalah ketidaksamaan karena tidak setiap orang
dapat menjadi kepala negara.
b. Republik
Bentuk republik didasarkan pada asas kesamaan, kepala
negara diangkat berdasarkan kemauan orang banyak dan
setiap orang memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala
negara. Kepala negara dalam negara republik tidak
diangkat berdasarkan keturunan atau kepribadian melainkan
karena kemauan rakyat secara politis dan kenegaraan.
c. Autoritaren Fuhrerstaat
Kepala negara dalam Autoritaren Fuhrerstaat diangkat atas
dasar pikiran bahwa yang dapat berkuasa disebut ger
Gedanken der staatsautoritat.
Jadi dalam Autoritaren Fuhrerstaat, dasar ukurannya adalah
ketidaksamaan. Namun, asas ketidaksamaannya berbeda
dengan monarki. Asas ketidaksamaan dalam monarki
bertitik tolak pada keturunan atau dinasti. Sedangkan pada
Autoritaren Fuhrerstaat, ketidaksamaannya bertitik tolak
pada pikiran yang dapat menguasai negara.
5. Aristoteles
Aristoteles membedakan bentuk negara berdasarkan ukuran
kuantitas untuk bentuk ideal dan ukuran kualitas untuk bentuk
pemerosotan.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 87


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Menurut Aristoteles, bentuk negara dibedakan dalam :


a. Monarki
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak
maka bentuk negaranya adalah monarki, jika merosot
dimana ia memerintah berdasarkan kepentingan sendiri
maka bentuknya adalah diktatur atau tirani.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 88


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

b. Aristokrasi
Bila negara diperintah oleh beberapa orang untuk
kepentingan orang banyak maka bentuk negara tersebut
adalah aristokrasi. Pemerosotan dari bentuk aristokrasi
adalah jika beberapa orang memerintah untuk kepentingan
golongan sendiri maka bentuk negara menjadi oligarkhi,
sedangkan jika untuk kepentingan orang kaya maka
dinamakan plutokrasi.
Aristokrasi adalah negara yang pimpinan tertingginya
dipegang oleh beberapa orang, biasanya dari golongan
feodal, golongan yang berkuasa.
Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat
dibedakan berdasaran :
1) Kelahiran (kebangsawanan)
2) Umur
3) Hak milik atas tanah
4) Kekayaan
5) Kerajinan
6) Pendidikan
7) Fungsi militer dll.
c. Politiea
Jika yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan
seluruh orang pula maka bentuk negaranya adalah politiea.
Jika merosot menjadi perwakilan maka bentuk negaranya
dinamakan demokrasi.
6. Polybios
Menurut Polybios, demokrasi merupakan bentuk ideal
sedangkan bentuk pemerosotannya adalah ochlocratie atau
mobocratie.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 89


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratein


(kekuasaan).
Demokrasi adalah suatu negara dengan pemerintahan yang
tertinggi terletak di tangan rakyat dan setiap gerak langkah
negara ditentukan oleh rakyat.
Syarat-syarat demokrasi antara lain adalah :
Macam-macam bentuk demokasi adalah :
a. Demokrasi Langsung
Yaitu negara demokrasi dimana semua warga negara ikut
secara langsung memilih serta ikut memikirkan jalannya
pemerintahan.
Misalnya : Yunani Kuno, New England.
b. Demokrasi Perwakilan
Yaitu suatu negara demokrasi dimana tidak semua warga
negaranya diikutsertakan secara langsung dalam
pemerintahan tetapi mereka memilih wakil-wakil mereka
yang duduk dalam badan-badan perwakilan (parlemen).
Misalnya : USA dengan parlemennya, Indonesia dengan
DPR-nya.
7. C.F. Strong
Ia mengemukakan adanya 5 kriteria untuk melihat bentuk
negara, yaitu :
a. Melihat negara tersebut, bagaimana bangunannya, apakah
kesatuan atau negara serikat.
b. Melihat bagaimana konstitusinya.
c. Melihat badan eksekutifnya, apakah bertanggung jawab
kepada parlemen atau tidak.
d. Mengenai badan perwakilan, bagaiaman disusunnya dan
siapa saja yan berhak duduk di badan perwakilan tersebut.
e. Bagaimana hukum yang berlaku di negara tersebut.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 90


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

B. BENTUK PEMERINTAHAN
Teori mengenai bentuk pemerintahan meninjau bentuk negara
secara yuridis. Bermaksud untuk mengungkapkan sistem yang
menentukan hubungan antara alat-alat perlengkapan negara dalam
menentukan kebijakan negara. Hal ini dapat ditemui dalam konstitusi
negara.
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu :
1. Sistem
Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan
terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan
fungsional baik diantara bagian-bagian maupun hubungan
fungsional terhadap keseluruhannya. Sehingga hubungan
tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-
bagian. Akibatnya, jika salah satu bagian tidak bekerja dengan
baik akan mempengaruhi keseluruhannya.
2. Pemerintahan
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh
negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara sendiri.
Oleh karena itu jika kita membicarakan tentang sistem
pemerintahan pada dasarnya adalah membicarakan bagaimana
pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-
lembaga negara menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu,
dalam rangka menyelenggarakan kepentingan rakyat.
Pada dasarnya sistem pemerintahan dapat dibedakan dalam :
1. Sistem Parlementer
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana
hubungan antara eksekutif dan legislative (badan perwakilan)
mempunyai hubungan yang erat. Hal ini disebabkan karena
adanya pertanggungjawaban para menteri kepada parlemen.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 91


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Setiap kabinet yang dibentuk harus mendapat dukungan


kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan
demikian kebijakan parlemen atau kabinet tidak boleh
menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh parlemen.
Ciri-ciri umum dari sistem pemerintahan parlementer adalah :
a. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri
dibentuk oleh atau atas dasar kekuatan dan atau
kekuasaan-kekuasaan yang menguasai parlemen.
b. Para kabinet mungkin seluruhnya atau para
anggota kabinet mungkin seluruh anggota parlemen, atau
tidak seluruhnya dan mungkin pula seluruhnya bukan
anggota parlemen.
c. Kabinet dengan ketuanya (eksekutif) bertanggung
jawab kepada parlemen.
d. Kepala negara dengan saran PM dapat
membubarkan kabinet.
e. Kekuasaan kehakiman secara prinsipil tidak
digantungkan kepada lembaga eksekutif dan legislatif.

2. Sistem Presidensiil
Adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak
bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Dengan
kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan
parlemen.
Ciri-ciri pemerintahan presidensiil :
a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin
kabinetnya yang semuanya diangkat olehnya dan
bertanggung jawab kepadanya. Ia sekaligus merupakan
kepala negra (lambang negara) dengan masa jabatan yang
telah ditentukan dengan pasti oleh UUD.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 92


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

b. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif tetapi dipilih oleh


sejumlah pemilih. Oleh karena itu ia bukan bagian dari
badan legislatif seperti dalam sistem pemerintahan
parlementer.
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif
dan tidak dapat dijatuhkan oleh badan legislatif. Sebaliknya,
Presiden tidak dapat membubarkan legislatif.
d. Komparasi Sistem Pemerintahan Parlementer dengan
Sistem Pemerintahan Presidensiil
Perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut disebabkan
karena perbedaan latar belakang sejarah politik masing-masing negara.
Secara umum perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut
adalah :
Sistem Pemerintahan Sistem Pemerintahan
Parlementer Presidensiil
1. Latar Belakang Timbulnya 1. Latar Belakang Timbulnya
Timbul dari bentuk negara Timbul dari keinginan untuk
monarki yang kemudian melepaskan diri dominasi
mendapat pengaruh dari kekuasaan raja dengan
pertanggungjawaban mengikuti ajaran
menteri. Raja berfungsi Montesquieu dengan
sebagai faktor stabilisasi jika ajaran Trias Politika.
terjadi perselisihan antara Misalnya : negara USA
eksekutif dan legislatif. timbul sebagai reaksi
Misalnya : kerajaan Inggris, kebencian terhadap raja
Belanda, Perancis. George III (Inggris).
2 Keuntungan
Penyesuaian antara pihak 2. Keuntungan
eksekutif dan legislatif dapat Pemerintahan untuk jangka
lebih mudah dicapai. waktu yang ditentukan itu
3. Kelemahan stabil.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 93


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

a. Pertentangan antara 3. Kelemahan


eksekutif dan legislatif Dapat terjadi kemungkinan
dapat terjadi sewaktu- tujuan negara yang telah
waktu, menyebabkan ditetapkan oleh eksekutif
kabinet harus berbeda dengan legislatif.
mengundurkan diri dan
akibatnya pemerintahan
tidak stabil.
b. Sebaliknya, Presiden
dapat membubarkan
legislatif.
c. Pada sistem parlementer
dengan multi partai
(kabinet koalisi) apabila
terjadi mosi tidak percaya
dari beberapa partai
politik sehingga sering
terjadi pergantian kabinet.

3. Sistem Quasi
Sistem pemerintahan quasi merupakan bentuk variasi dari
sistem pemerintahan presidensiil dan parlementer. Dalam
sistem ini dikenal dua macam quasi, yaitu :
a. Quasi Presidensiil
Presiden merupakan kepala pemerintahan dengan dibantu
oleh kabinet (ciri presidensiil) tetapi dia bertanggung jawab
kepada lembaga dimana dia bertanggung jawab sehingga
lembaga ini (legislatif) dapat menjatuhkan presiden/eksekutif
(ciri sistem parlementer).
Misalnya : sistem pemerintahan Republik Indonesia.
b. Quasi Parlementer

Arinita Sandria, SH., M.Hum 94


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

4. Sistem Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh
rakyat untuk memberikan keputusan setuju atau tidak setuju
terhadap kebijaksanaan yang ditempuh oleh parlemen atau
setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang
dimintakan persetujuan kepada rakyat.
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi
(quasi presidensiil) dan sistem presidensiil murni. Tugas
pembuat undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat
yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam
bentuk referendum.Dalam sistem ini pertentangan antara
eksekutif dan legislatif jarang terjadi.
Berkaitan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk referendum
maka dikenal tiga macam sistem referendum, yaitu :
a. Referendum Obligator
Jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam
suatu pembuatan peraturan perundang-undangan yang akan
mengikat rakyat seluruhnya. Misalnya : persetujuan yang
dibuat oleh rakyat dalam pembuatan UUD.
b. Referendum Fakultatif
Sekelompok masyarakat berhak untuk meminta disahkannya
suatu undang-undang (melalui referendum) yang telah
dibuat oleh parlemen setelah diumumkan. Hal ini biasanya
dilakukan terhadap undang-undang biasa.
c. Referendum consultatif
Yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang teknisnya
rakyat tidak tahu.
Keuntungan dari sistem referendum adalah bahwa dalam setiap
masalah negara, rakyat ikut serta menanggulanginya dan
kedudukan pemerintah stabil sehingga pemerintah akan

Arinita Sandria, SH., M.Hum 95


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan


kepentingan rakyat.
Kelamahan dari sistem referendum adalah bahwa rakyat tidak
mampu menyelesaikan setiap masalah yang timbul karena
untuk mengatasi suatu persoalan diperlukan pengetahuan yang
luas dari rakyat. Selain itu, sistem ini tidak dapat dilaksanakan
jika banyak terdapat perbedaan faham antara rakyat dan
eksekutif yang menyangkut kebijaksanaan politik.
Contoh sistem pemerintahan referendum adalah Swiss.

C. SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA


1. Sistem Pemerintahan Pra-Amandemen UUD 1945
a. Sistem Pemerintahan Menurut Sifatnya
Berdasarkan UUD 1945, sistem pemerintahan Indonesia
adalah presidensiil, namun bukan sistem presidensiil yang murni
jika diukur dari syarat-syarat yang harus ada dalam sistem
presidensiil.
Pasal 4 dan 17 UUD 1945 menunjukkan bahwa
pemerintahan Indonesia menganut sistem presidensiil dimana
presiden menjadi kepala eksekutif (pemerintahan) dan mengangkat
serta memberhentikan para menteri yang bertanggung jawab
kepadanya.
Namun, jika dilihat dari Pasal 5 ayat (1) dan dalam
kaitannya dengan Pasal 21 ayat (2) UUD 1945, dapat disimpulkan
bahwa sistem pemerintahan presidensiil tersebut tidak sepenuhnya
presidensiil karena berdasarkan pasal tersebut presiden dan DPR
bersama-sama membuat UU. Hal ini berarti bahwa sistem
presidensiil di Indonesia tidak berdasarkan pelaksanaan ajaran
Trias Politika.
Ciri-ciri parlementer yang ada pada pemerintahan di
Indonesia :

Arinita Sandria, SH., M.Hum 96


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

1. Pertanggung jawaban Presiden kepada MPR


2. Kedudukan Presiden sebagai mandataris
pelaksana GBHN
Dengan demikian berdasarkan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal
17 UUD 1945, sistem pemerintahan di Indonesia adalah
presidensiil karena presiden adalah eksekutif dan menteri-menteri
adalah pembantu presiden. Tetapi jika dilihat dari sudut
pertanggungjawaban presiden kepada MPR maka eksekutif dapat
dijatuhkan oleh lembaga negara lain (kepada siapa presiden
bertanggung jawab, hal ini merupakan ciri pemerintahan
parlementer). Maka sistem pemerintahan di Indonesia berdasarkan
UUD 1945 dapat disebut quasi presidensiil.
b. Sistem Pemerintahan Menurut Pembagian Kekuasaan
UUD 1945 tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan
berdasarkan Trias Politika sebagaimana diajarkan oleh
Montesquieu, tetapi menganut sistem pembagian kekuasaan,
karena :
1) UUD 1945 tidak membatasi secara tegas
bahwa setiap kekuasaan harus dilakukan oleh satu
organ/badan tertentu yang tidak boleh saling campur
tangan.
2) UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan dibagi
atas tiga bagian saja.
3) UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan
rakyat yang dilakukan oleh MPR (Pasal 1 ayat 2) kepada
lembagalembaga negara lainnya.
UUD 1945 menetapkan 4 kekuasaan dan 7 lembaga negara,
yaitu :
1) Kekuasaan eksaminatif (Inspektif) BPK
2) Kekuasaan legislatif DPR, DPD

Arinita Sandria, SH., M.Hum 97


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

3) Kekuasaan eksekutif (pemerintahan negara)


Presiden dan Wakil Presiden.
4) Kekuasaan yudikatif (kehakiman) MA (Mahkamah
Agung), MK (Mahkamah Konstitusi) dan MY (Mahkaham
Yudikatif)
Lembaga-lembaga lain yang tidak diatur oleh UUD 1945
termasuk dalam organisasi pemerintahan yang disebut sebagai
lembaga pemerintah (regering-organen) dan lembaga administrasi
negara (administrative-organen). Misalnya Pemerintahan Daerah
dan Pemerintahan Desa.
c. Pokok Pikiran Pemerintahan Negara Indonesia Menurut
Penjelasan UUD 1945
Sistem pemerintahan di Indonesia adalah presidensiil. Hal ini
dijelaskan secara sistematis dalam Penjelasan UUD 1945 yang
memuat 7 buah kunci pokok, yaitu :
1) Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum
(rechstaat)
Negara Indonesia adalah negara yang berdasar atas
hukum dan bukan kekuasaan belaka. Hal ini berarti
bahwa negara dalam melaksanakan tindakan apapun
harus selalu dilandasi oleh hukum atau segala
tindakannya harus dapat dipertanggung jawabkan secara
hukum.
Negara hukum yang dimaksud oleh UUD 1945 bukanlah
negara hukum dalam arti formal (sebagai polisi lalu lintas
atau penjaga malam) tetapi negara hukum dalam arti
material (dalam arti luas) yaitu negara tidak hanya
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia tetapi juga harus memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
2) Sistem Konstitusional

Arinita Sandria, SH., M.Hum 98


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum


dasar) dan tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang
tidak tak terbatas).
Sistem ini menegaskan bahwa pemerintahan negara
dibatasi oleh konsitusi dan otomatis dibatasi juga oleh
ketentuan hukum yang merupakan produk konstitusional
lainnya seperti GBHN, UU dll.
Sistem ini juga memperkuat dan menegaskan sistem
negara hukum.
Berdasarkan kedua sistem ini diharapkan dapat tercapai
mekanisme hubungan tugas dan hukum antara lembaga-
lembaga negara yang dapat menjamin terlaksananya
sistem itu sendiri.
3) Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR
Kedaulatan rakyat dipegang oleh MPR sebagai
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, MPR
mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :
a) Menetapkan UUD dan GBHN.
b) Memilih dan mengangkat Presiden dan Wapres.
Majelis mengangkat dan melantik Kepala Negara dan
Wakil Kepala Negara, oleh karena itu Kepala Negara dan
Wakil Kepala Negara harus tunduk dan bertanggung
jawab kepada MPR.
4) Presiden adalah penyelenggaran pemerintahan negara
yang tertinggi di bawah Majelis.
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi di
bawah MPR. Dalam menjalankan pemerintahan,
kekuasaan dan tanggung jawab ada pada Presiden
(concentration of power and responsibility upon the
President).

Arinita Sandria, SH., M.Hum 99


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR


Presiden harus bekerja sama dengan DPR tetapi
Presiden tidak bertanggun jawab kepada DPR,artinya
kedudukan Presiden tidak tergantung dari DPR.
Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR untuk
membentuk UU serta menetapkan APBN.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR dan DPRpun
tidak dapat menjatuhkan presiden.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 100


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

6) Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri


Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.
Kedudukan menteri tidak tergantung pada DPR tetapi
pada Presiden. Pengangkatan dan pemberhentian
menteri merupakan wewenang sepenuhnya Presiden
(Pasal 17 ayat 2).
Menteri bertanggung jawab kepada Presiden.
Dengan petunjuk dan persetujuan Presiden, menteri-
menterilah yang sebenarnya menjalankan pemerintahan
di bidangnya masing-masing.
7) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Kepala negara bukanlah dikatator karena ia harus
mempertanggungjawabkan tindakannya kepada MPR.

2. Sistem Pemerintahan Pasca-Amandemen UUD 1945


a. Perubahan Pertama UUD 1945
Perubahan terhadap UUD 1945 terjadi setelah timbulnya
tuntutan reformasi, yang diantaranya berkaitan dengan
reformasi konstitusi (constitutional reform)
Sebelum terjadinya amandemen terhadap UUD 1945,
kedudukan dan kekuasaan presiden sangat dominan. Hal ini
terlihat dalam kurun waktu demokrasi terpimpin 1959-1967
dimana MPR (S) yang merupakan lembaga tertinggi
dikendalikan oleh presiden. Sedangkan dalam kurun waktu
1967-1998, DPR yang berdasarkan UUD 1945 mempunyai hak
inisiatif (mengajukan usul RUU) tidak dapat melakukan haknya
karena semua RUU berasal dari pemerintah.
Oleh karena itu, amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan
dengan tujuan untuk :

Arinita Sandria, SH., M.Hum 101


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

1) Mengurangi/mengendalikan kekuasaan presiden.


2) Mengembalikan hak legislasi kepada DPR, sedangkan
presiden berhak untuk mengajukan RUU kepada DPR.
b. Perubahan Kedua UUD 1945
Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilakukan pada
substansi yang meliputi pemerintahan daerah, wilayah negara,
warganegara dan penduduk, hak asasi manusia, pertahanan
dan keamanan negara, bendera, bahasa, lambang negara dan
lagu kebangsaan, serta DPR, khususnya tentang keanggotaan,
fungsi, hak maupun tentang tata cara pengisiannya. Berkaitan
dengan pengisian keanggotaan DPR, maka semua anggota
DPR dipilih secara langsung oleh rakyat.
c. Perubahan Ketiga UUD 1945
Perubahan ketiga dilakukan menurut teori konstitusi, terhadap
susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar. Dari
perubahan terhadap UUD 1945 terlihat bahwa sistem
pemerintahan yang dianut adalah sistem pemerintahan pr
esidensiil.
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensiil terlihat pada :
1) Prosedur pemilihan presiden dan wakil presiden
2) Pertanggung jawaban presiden dan wakil presiden atas
kinerja kerjanya sebagai lembaga eksekutif.
d. Perubahan Keempat UUD 1945
Ada sembilan item pasal substansial pada perubahan keempat
UUD 1945, antara lain :
1) Keanggotaan MPR
Berkaitan dengan keanggotaan MPR dinyatakan bahwa
MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui
pemilu. Hal ini berarti tidak ada satupun anggota MPR yang
keberadaannya diangkat sebagaimana yang terjadi sebelum

Arinita Sandria, SH., M.Hum 102


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

amandemen, dimana anggota MPR yang berasal dari unsur


utusan daerah dan ABRI melalui proses pengangkatan,
bukan pemilihan.
2) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua
3) Kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden berhalangan
tetap.
4) Kewenangan Presiden
Kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan dan
kepala negara mengalami perubahan mendasar dimana
setiap kebijakan Presiden harus mendapat persetujuan atau
sepengetahuan DPR.
Perubahan keempat ini membatasi kewenangan Presiden
yang sebelumnya.
5) Keuangan negara dan bank sentral
6) Pendidikan dan kebudayaan
7) Perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial
8) Aturan tambahan dan aturan peralihan
9) Kedudukan penjelasan UUD 1945.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terjadi pada perubahan
terhadap UUD 1945, langsung atau tidak langsung mempengaruhi
sistem pemerintahan, diantaranya pada :
a. Konsep Negara Hukum
UUD 1945 pasca amandemen mempertegas deklarasi negara
hukum, dari yang semula hanya ada dalam Penjelasan, menjadi
bagian dari Batang Tubuh UUD 1945.
Implementasi ketegasan konsep negara hukum Indonesia adalah
sistem pemilihan umum secara langsung oleh rakyat sehingga
mereka bebas dalam menentukan sikap dan pendapatnya.
Menurut Oemar Seno Adji, pemilu yang bebas merupakan hal yang
sangat fundamental bagi negara hukum karena melalui pemilu
langsung, akuntabilitas anggota parlemen semakin tinggi.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 103


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

b. Kedudukan Presiden
Sebelum amandemen UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan
Presiden sangat dominan, terutama dalam praktek
penyelenggaraan negara. Dengan amandemen UUD 1945 maka
kekuasaan Presiden dikurangi dengan mengembalikan kekuasaan
legislatif kepada DPR. Selain itu, periodisasi lembaga kepresidenan
dibatasi secara tegas, dimana seseorang hanya dapat dipilih
sebagai Presiden maksimal untuk dua kali periode jabatan.
c. Sistem Pemerintahan
UUD 1945 pasca amandemen menetapkan dengan jelas mengenai
sistem presidensiil dalam sistem pemerintahan.
Menurut Sri Soemantri, ciri-ciri sistem presidensiil dalam UUD
1945 pasca amandemen antara lain adalah :
1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat.
2) Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR karena
lembaga ini tidak lagi bertindak sebagai pelaksana kedaulatan
rakyat.
d. Kedudukan MPR dan DPR
Melalui amandemen UUD 1945, MPR tidak lagi berkedudukan
sebagai lembaga tertinggi negara dan pemegang kedaulatan rakyat
yang tertinggi.
Hal ini berimplikasi pada kewenangan MPR yang dulu memiliki
kedudukan strategis, melalui amandemen maka kewenangannya
menjadi :
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
3) Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD 1945.

D. SUSUNAN NEGARA

Arinita Sandria, SH., M.Hum 104


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Susunan negara menyatakan struktur organisasi dan fungsi


pemerintahan dengan tidak menyinggung struktur daerah maupun
bangsa.
Susunan negara juga menyangkut bentuk negara yang ditinjau dari
segi susunannya yaitu berupa :
1. Negara kesatuan yaitu negara yang bersusunan
tunggal.
2. Negara Federasi yaitu negara yang bersusunan
jamak.
a. Negara Kesatuan
Negara kesatuan disebut juga uniterisme atau eenheistaat, yaitu
suatu negara yang merdeka dan berdaulat dimana di seluruh
negara yang berkuasa hanyalah satu pemerintah yaitu
pemerintah pusat. Pemerintah pusatlah yang mengatur seluruh
daerah. Jadi tidak terdiri dari beberapa negara yang berstatus
negara bagian (deelstaat) atau negara dalam negara.
Dengan demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu
pemerintah, yaitu pemerintah pusat yang mempunyai
kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang
pemerintahan negara, menetapkan kebijakan-kebijakan
pemerintah dan melaksanakan pemerintahan negara baik di
pusat maupun di daerah serta di dalam atau di luar negeri.
Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal, kesatuan
(unity) dan monosentris (berpusat pada satu).
Macam-macam negara kesatuan :
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi maka
semua urusan diurus oleh pemerintah pusat. Pemerintah
daerah tidak mempunyai hak untuk mengatur daerahnya,
pemerintah daerah hanya melaksanakan apa yang telah
ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 105


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Contoh : Jerman di bawah Hitler.


b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi maka
kepada daerah diberi kesempatan dan kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri. (otonomi daerah).
Contoh : Republik Indonesia.

2. Negara Federasi
Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian atau
persetujuan.
Dalam negara federasi atau negara serikat
(bondstaat/bundesstaat) merupakan dua atau lebih kesatuan
politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk
bersatu dalam suatu ikatan politik, dimana ikatan tersebut akan
mewakili mereka secara keseluruhan. Jadi merupakan suatu
negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat, karena
yang berdaulat adalah persatuan dari negara-negara tersebut
yaitu negara serikat (pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut
merupakan negara yang merdeka, berdaulat serta berdiri
sendiri. Dengan menggabungkan dalam suatu negara serikat
maka negara yang tadinya berdiri sendiri, sekarang menjadi
negara bagian dan melepaskan sebagian kekuasaan yang
dimilikinya dan menyerahkannya kepada negara serikat.
Kekuasaan yang diserahkan disebutkan satu demi satu
sehingga hanya kekuasaan yang disebutkan saja yang
diserahkan kepada negara serikat (delegated powers).
Umumnya, kekuaaan yang diserahkan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan luar negeri, pertahanan negara,
keuangan dan pos.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 106


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Dengan demikian kekuasaan yang diberikan bersifat terbatas


karena kekuasaan yang asli tetap ada pada negara bagian.
Anggota-anggota federasi tidak berdaulat dalam arti yang
sesungguhnya karena federasilah yang berdaulat. Anggota
suatu federasi disebut negara bagian (deelstaat, state, anton,
lander).
Bentuk negara federasi tidak dikenal pada zaman kuno maupun
abad pertengahan, namun baru dikenal sekitar tahun 1787
ketika pembentuk konstitusi Amerika Serikat memilih federasi
sebagai bentuk pemerintahan mereka.
Menurut C.F. Strong, dalam bukunya Modern Political
Institution diperlukan dua syarat untuk mewujudkan suatu
negara federasi, yaitu :
a. Harus ada perasaan nasional (a sense of
nationality) diantara anggota-anggota kesatuan-kesatuan
politik yang hendak berfederasi.
b. Harus ada keinginan dari anggota-anggota kesatuan
politik akan persatuan (union).
Selain itu, negara federasi memiliki tiga ciri khas, yaitu :
a. Adanya supremasi konstitusi federasi.
b. Adanya pembagian kekuasaan (distribution of power) antara
negara bagian dengan negara federal.
c. Adanya suatu kekuasaan tertinggi yang bertugas
menyelesaikan sengketa yang mungkin timbul antara negara
bagian dengan negara federal.

E. APLIKASI DI INDONESIA
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa : ....maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada.....

Arinita Sandria, SH., M.Hum 107


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : Indonesia adalah negara kesatuan


yang berbentuk republik.
Kemudian, sesuai dengan musyarawarah Badan PPKI
menyimpulkan bahwa bentuk negara adalah republik. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa definisi, yaitu :
1. Bentuk negara bukan monarki (kerajaan)
Pasal 1 ayat (1) : Negara Indonesia adalah negara kesatuan
yang berbentuk republik dan bukan kerajaan.
2. Kepala negara dipilih dan tidak turun temurun
Pasal 6 ayat (2) UUD 1945 : Presiden dan wapres dipilih
oleh rakyat dan tidak turun termururun.
3. Masa jabatan kepala negara ditentukan dalam
jangka waktu tertentu Pasal 7 UUD 1945 : Presiden dan
wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 108


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB IX
TEORI KEDAULATAN

Teori kedaulatan (Souvereiniteit) pertama kali dikemukakan oleh


Jean Bodin. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan
hukum dalam negara. Sifat-sifat kedaulatan adalah tunggal, asli dan tidak
terbagi.
Setiap masyarakat dalam suatu negara mengakui adanya
kekuasaan yang paling tinggi dalam hidup mereka kekuasaan tertinggi
inilah yang mendominasi hidup mereka, menjadi alasan yang menguasai
hidup mereka. Demikian pula dengan suatu negara yang merupakan
pencerminan rakyat mengakui adanya kekuasaan yang tertinggi.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau golongan untuk dapat
merubah sikap dari kebiasaan orang lain.
Pada intinya, hanya ada tiga hal yang dianggap berdaulat dalam
suatu masyarakat atau negara, yaitu :
1. Tuhan
Tuhan dikatakan memiliki kekuasaan tertinggi atau berdaulat
karena Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu dan
berkuasa atas segala sesuatu.
2. Raja
Raja dikatakan berdaulat karena secara konkret dapat
memerintah dan mengatur rayat yang hidup dalam naungan
kekuasaannya secara bijaksana. Namun seringkali kekuasaan
raja yang absolut menyebabkan tirani dan menindas rakyat
sehingga timbul pemikiran bahwa raja tidak pantas berdaulat,
rakyatlah yang harus berdaulat atas dirinya sendiri.
3. Rakyat
Rakyat diletakkan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
(berdaulat) untuk menghindari penindasan dari raja yang
absolut dan orang yang mengatasnamakan agama.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 109


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Pada masa renaissance atau aufklarung (abad pencerahan),


para pendeta yang mengatasnamakan agama Kristen dan kaum
Monarch di Eropa berebut kekuasaan untuk menguasai
kehidupan rakyat. Keduanya berusaha meyakinkan rakyat
sebagai wakil Tuhan di muka bumi (cari : teori Dua Pedang).
Pemikiran bahwa rakyatlah yang berdaulat menimbulkan ide
kedaulatan rakyat dan pemerintahan dari rakyat dan oleh rakyat melalui
parlemen (demokrasi perwakilan). Pelaksanaan teori kedaulatan rakyat
berikutnya melahirkan teori kedaulatan hukum. Sedangkan pelaksana
teori kedaulatan raja dalam suasana kedaulatan rakyat memunculkan
teori kedaulatan negara.
Pada awalnya, dalam Ilmu Negara umum terdapat lima teori
kedaulatan namun pada perkembangan terakhir kaum pluralis
memunculkan teori kedaulatan plural yang meletakkan kedaulatan secara
fungsional kepada beberapa hal/instansi.
Teori kedaulatan yang dikenal saat ini adalah :
1. Teori Kedaulatan Tuhan melahirkan sifat
Teosentris = Teokrasi.
2. Teori Kedaultan Raja melahirkan sifat Monarkis.
3. Teori Kedaulatan Rakyat melahirkan sifat
Demokratis
4. Teori Kedaulatan Negara melahirkan sifat
Fascistis/Otoritarian.
5. Teori Kedaulatan Hukum melahirkan sifat
Nomokratis (rechstaat dan rule of law).
6. Teori Kedaulatan Pluralis melahirkan sifat
Pragmatis-Pluralis.

A. TEORI KEDAULATAN TUHAN


Teori Kedaulatan Tuhan mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi
dalam satu negara adalah milik Tuhan. Teori ini berkembang pada abad

Arinita Sandria, SH., M.Hum 110


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

pertengahan (abad V XV). Perkembangan teori ini berkaitan erat


dengan perkembangan agama Katolik yang baru muncul yang diorganisir
oleh gereja. Sehingga pada saat itu ada dua organisasi kekuasaan, yaitu
organisasi kekuasaan negara yang diperintah oleh raja dan organisasi
kekuasaan gereja yang dikepalai oleh Paus.
Awalnya perkembangan agama Katolik/Kristen ditentang dengan
sangat kuat karena bertentangan dengan kepercayaan yang dianut yaitu
pantheisme (penyembahan kepada dewa-dewa). Namun pada akhirnya
agama Kristen/Katolik dapat berkembang dengan baik dan bahkan diakui
sebagai satu-satunya agama resmi, agama negara.
Sejak saat itu, gereja mempunyai kekuasaan yang nyata dan dapat
mengatur kehidupan negara, tidak saja yang bersifat keagamaan tetapi
juga yang bersifat keduniawian. Hal ini seringkali menimbulkan
permasalahan karena baik gereja maupun negara kadang-kadang
mengeluarkan peraturan tersendiri untuk mengatasi masalah yang sama.
Selama peraturan tersebut tidak bertentangan tentu saja tidak
menimbulkan masalah, namun jika peraturan tersebut saling bertentangan
maka timbul persoalan, peraturn mana yang akn ditaati.
Penganut teori teokrasi antara lain adalah Augustinus, Thomas
Aquinas dan Marsilius.

B. TEORI KEDAULATAN RAJA


Menurut Marsilius, kekuasaan tertinggi dalam negara ada pada raja
karena raja adalah wakil Tuhan untuk melaksanakan kedaulatan di dunia.
Oleh karena itu raja berkuasa mutlak dan merasa bahwa seluruh
tindakannya adalah kehendak Tuhan. teori ini terutama dipakai pada
zaman renaissance.

C. TEORI KEDAULATAN NEGARA


Menurut George Jellineck, hukum diciptakan oleh negara. Adanya
hukum karena adanya negara. Jellineck mengatakan bahwa hukum

Arinita Sandria, SH., M.Hum 111


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

merupakan penjelmaan kemauan negara. Negara adalah satu-satunya


sumber hukum, oleh karena itu kekuasaan tertinggi harus dimiliki oleh
negara.

D. TEORI KEDAULATAN HUKUM


Leon Duguit dalam bukunya, Traite de Droit Constitutionel
berpendapat bahwa hukum merupakan penjelmaan dari kemauan negara
tetapi negara tunduk pada hukum yang dibuatnya. Menurut Krabbe, yang
memiliki kekuasaan tertinggi dalam negara adalah hukum.
Atas kritik Krabe, Jellineck yang berpendapat bahwa kekuasaan
tertinggi dimiliki oleh negara, mempertahankan pendapatnya dengan
mengemukakan teori Selbstbindung yaitu teori yang menyatakan bahwa
negara tunduk pada hukum secara sukarela. Tetapi menurut Krabbe,
selain negara masih ada faktor kesadaran hukum dan rasa keadilan,
dengan demikian, yang berdaulat tetap hukum dan bukan negara.
Paham Krabbe dipengaruhi aliran historis yang dipelopori oleh Von
Savigny yang menyatakan bahwa hukum timbul bersama-sama dengan
kesadaran hukum masyarakat. Hukum tidak tumbuh atas kehendak
negara atau kemauan negara, oleh karena itu berlakunya hukum terlepas
dari kemauan negara.

E. TEORI KEDAULATAN RAKYAT


Ajaran dari kaum Monarchomachen khususnya ajaran dari
Johannes Althusius diteruska oleh sarjana dari aliran hukum alam, tetapi
sarjana dari aliran hukum alam ini mempunyai kesimpulan baru yaitu
bahwa semua individu melalui perjanjian masyarakat membentuk
masyarakat dan kepada masyarakat inilah para individu menyerahkan
kekuasaannya. Selanjutnya, masyarakat menyerahkan kekuasaan
tersebut kepada raja. Jadi sesungguhnya raja mendapatkan kekuasaan
dari individu-individu tersebut.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 112


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Individu-individu tersebut mendapatkan kekuasaan dari hukum


alam. Hukum alam inilah yang menjadi dasar kekuasaan raja. Dengan
demikian kekuasaan raja dibatasi oleh hukum alam dan karena raja
mendapatkan kekuasaan dari rakyat maka yang memegang kekuasaan
tertinggi adalah rakyat. Jadi, yang berdaulat adalah rakyat, raja hanya
merupakan pelaksana dari apa yang telah diputuskan atau dikehendaki
oleh rakyat. Hal ini menimbulkan ide baru tentang kedaulatan, yaitu
kedaulatan rakyat yang dipelopori oleh J.J. Rousseau.
Menurut pendapat Rousseau, rakyat bukanlah penjumlahan dari
individu-individu di dalam negara tetapi kesatuan yang dibentuk oleh
individu-individu dan yang mempunyai kehendak. Kehendak diperoleh
dari individu melalui perjanjian masyarakat. Kehendak tersebut oleh
Rousseau disebut kehendak umum (volonte generale) yang dianggap
mencerminkan kehendak umum.
Jika yang dimaksud rakyat adalah penjumlahan individu-individu
dalam negara maka kehendak yang ada padanya bukan kehendak umum
(volonte generale) tetapi volonte de tous. Jika pemerintahan negara
dipegang oleh beberapa/segolongan orang yang merupakan kesatuan
tersendiri dalam negara dan mempunyai kehendak sendiri (volonte de
corps), maka volonte generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya
volonte de corps. Jika pemerintahan hanya dipegang oleh satu orang
yang mempunyai kehendak sendiri (volonte particuliere) maka volonte
generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte particuliere.
Oleh karena itu pemerintahan harus dipegang oleh rakyat, rakyat
mempunyai perwakilan dalam pemerintahan agar volonte generale dapat
terwujud.
Kedaulatan rakyat menurut Rousseau pada prinsipnya adalah cara
untuk memecahkan masalah berdasarkan sistem tertentu yang
memenuhi kehendak umum. Kehendak umum bersifat abstrak (hanya
khayalan) dan kedaulatan adalah kehendak umum.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 113


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Teori kedaulatan rakyat diikuti oleh Immanuel Kant yang


mengatakan bahwa tujuan negara adalah untuk menegakkan hukum dan
menjamin kebebasan warga negaranya. Kebebasan disini adalah
kebebasan dalam batas perundang-undangan dan yang berhak membuat
undang-undang adalah rakyat. Oleh karena itu undang-undang
merupakan penjelmaan kemauan rakyat sehingga yang memiliki
kekuasaan tertinggi atau berdaulat adalah rakyat.

F. TEORI KEDAULATAN NEGARA REPUBLIK


INDONESIA
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 Amandemen ketiga menyatakan bahwa
: Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-
undang. Berdasarkan pasal tersebut jelaslah bahwa negara Republik
Indonesia menganut teori kedaulatan rakyat. Rakyatlah yang memegang
kekuasaan tertinggi. Disamping itu, karena negara Republik Indonesia
menganut demokrasi yang berdasarkan konstitusi (constitutional
democracy), maka kedaulatan harus dilaksanakan berdasarkan konstitusi
(menurut UUD).
Frasa menurut UUD menimbulkan tafsiran lebih lanjut bahwa
kedaulatan harus dijalankan berdasarkan pembagian kekuasaan yang
ada dalam konstitusi. Kedaulatan harus dijalankan secara fungsional oleh
lembaga-lembaga yang disebutkan oleh konstitusi. Hal ini berarti bahwa
masing-masing lembaga menjalankan kedaulatan berdasarkan fungsinya
masing-masing. Dengan demikian kedaulatan tidak lagi berada pada satu
lembaga tetapi secara plural berada pada lembaga-lembaga yang
dibentuk UUD. Hal inilah yang menimbulkan teori kedaulatan pluralis
dimana kekuasaan tertinggi diletakkan menurut fungsi kelembagaan
masing-masing, mekanisme hubungan tata kerja antar lembaga dapat
berjalan dengan demokratis.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 114


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Sebagian pakar termasuk Ismail Sunny berpendapat bahwa selain


menganut kedaulatan rakyat, negara Republik Indonesia menganut teori
kedaulatan Tuhan dan kedaulatan Hukum sekaligus.
Pernyataan bahwa negara Republik Indonesia menganut teori
kedaulatan Tuhan didasarkan pada Pembukaan UUD 1945 (Atas berkat
rahmat Allah). Selain itu, Pasal 29 UUD 1945 menyebutkan bahwa
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh sendi kehidupan negara harus mengacu pada nilai-nilai
Ketuhanan. Pilihan norma dan keputusan politik tidak boleh menyimpang
dari nilai ketuhanan (ajaran agama) yang diakui oleh seluruh bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mendudukkan sila Ketuhanan
Yang Maha Esa sebagai sila pertama. Sedangkan pernyataan bahwa
Indonesia menganut teori kedaulatan hukum terdapat dalam Pasal 1 ayat
(3) UUD 1945 amandemen ketiga yang menyatakan bahwa Indonesia
adalah negara hukum (rechstaat) dan bukan negara atas kekuasaan
belaka (machstaat).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Negara Republik
Indonesia menganut teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan rakyat dan
kedaulatan hukum sekaligus. Dalam operasionalisasi kedaulatan, negara
Republik Indonesia menganut teori kedaulatan pluralis karena masing-
masing lembaga berdaulat atas fungsinya yang telah diberikan oleh
konstitusi. Dikatakan pluralis karena tidak ada lagi lembaga tunggal yang
memegang kedaulatan.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 115


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB X
TEORI UNSUR-UNSUR NEGARA
(Die Rechtliche Stellung der Elemente des Staates)

Unsur-unsur negara adalah hal-hal yang menjadikan negara itu


ada, atau hal-hal yang diperlukan untuk terbentuknya negara. Terdapat
tiga sudut pandang erkaitan dengan unsur-unsur negara, yaitu :
1. Unsur-unsur Negara Secara Klasik
a. Wilayah tertentu
Wilyah tertentu ialah batas wilayah dimana kekuasaan
negara itu berlaku. Kekuasaan suatu negara tidak berlaku di
luar batas wilayahnya karena dapat menimbulkan sengketa
internasional. Pengecualian atas hal ini adalah daerah
eksteritorial, artinya kekuasaan negara dapat berlaku di luar
daerah kekuasaannya.
Misalnya :
1) Di kediaman kedutaan asing berlaku kekuasaan negara
asing. Oleh karena itu orang yang meminta suaka politik
ke kedutaan asing tidak dapat diganggu gugat.
2) Kapal perang atau pesawat yang berbendera negara
asing merupakan wilayah eksteritorial.
Batas wilayah negara tidak terdapat dalam konstitusi tetapi
merupakan perjanjian (traktat) antara dua negara atau lebih
yang memiliki kepentingan dan biasanya bertetangga.
Wilayah mempunyai arti yang luas, meliputi udara, darat.
Ketiga hal tersebut ditentukan oleh perjanjian internasional.
b. Rakyat
Rakyat adalah sekumpulan orang yang hidup di suatu
tempat. Istilah rumpun (ras), bangsa (natie) dan suku, erat
pengertiannya dengan rakyat.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 116


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Rumpun (ras) adalah kumpulan orang yang mempunyai ciri-


ciri jasmaniah yang sama (warna kulit, rambut, bentuk
muka, bentuk badan dll). Misalnya rumpun Melayu.
Bangsa (natie) adalah rakyat yang sudah memiliki
kesadaran untuk membentuk negara.
Suku yaitu orang yang memiliki kesamaan dalam
kebudayaan.
Rousseau membagi pengertian bangsa ke dalam dua
macam, yaitu :
1) Citoyen golongan atau bangsa yang berstatus aktif.
2) Suyet bangsa yang tunduk pada kekuasaan di
atasnya atau bangsa yang bersifat pasif.
Jellineck mengemukakan 4 macam status bangsa, yaitu :
1) Status Positif
Warga negara diberi hak untuk menuntut tindakan positif
dari negara mengenai perlindungan atas jiwa, raga,
milik, kemerdekaan dll. Untuk itu negara membentuk
badan-badan pengadilan, kepolisian, kejaksaan dll yang
akan melaksanakan kepentingan warga negaranya serta
menindak pelanggaran-pelanggaran yang berhubungan
dengan hal-hal tersebut di atas.
2) Status Negatif
Dengan adanya status negatif maka negara menjamin
bahwa hak asasi warga negaranya tidak akan
diintervensi oleh negara. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah tindakan sewenang-wenang dari negara.
Namun, dalam keadaan tertentu, negara dapat
melanggar hak asasi rakyat jika tindakan tersebut
dilakukan untuk kepentingan umum. Misalnya dalam hal
negara mengambil tanah milik rakyat untuk pembuatan

Arinita Sandria, SH., M.Hum 117


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

jalan, namun sebagai imbalannya maka negara harus


memberikan ganti rugi kepada warga negara ybs.
3) Status Aktif
Status aktif memberikan hak kepada setiap warga negara
untuk ikut serta dalam pemerintahan. Hak ini diwujudkan
dengan memberikan hak kepada setiap warga negaranya
untuk memilih dan dipilih sebagai anggota DPR.
4) Status Pasif
Status pasif merupakan kewajiban bagi setiap warga
negaranya untuk mentaati dan tunduk kepada perintah
warga negaranya. Misalnya : jika negara dalam keadaan
perang maka semua warga negara menurut syarat-syarat
tertentu wajib membela negara.
Berkaitan dengan kewarganegaraan, ada dua asas yang
dikenal, yaitu :
1) Ius Sanguinis
Ius sanguinis adalah suatu asas dimana seseorang
menjadi warga negara berdasarkan keturunan. Jadi,
seseorang menjadi warga negara Indonesia karena ia
dilahirkan dari orang tua yang berkewarganegaraan
Indonesia.
2) Ius Soli
Yaitu suatu asas dimana seseorang menjadi warga
negara berdasarkan tempat kelahiran. Jadi, seseorang
menjadi warga negara karena ia dilahirkan di wilayah
Indonesia.
Namun, ada juga negara yang memberlakukan asas
campuran, yaitu jika kedua asas tersebut diberlakukan
sekaligus. Hal ini seringkali menimbulkan permasalahan
yaitu seseorang dapat memiliki lebih dari satu
kewarganegaraan atau tidak memiliki kewarganegaraan.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 118


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

c. Pemerintahan yang berdaulat


Sebagai suatu organisasi, negara memiliki badan pengurus
atau badan pimpinan yang mengurus atau memimpin
negara yang disebut pemerintah, sedangkan fungsinya
disebut pemerintahan.
Pemerintah dapat diartikan secara luas dan sempit, yaitu :
1) Pemerintah dalam arti luas adalah keseluruhan dari
badan pengurus negara dengan seluruh organisasi,
bagian-bagiannya dan pejabat-pejabatnya yang
menjalankan tugas negara dari pusat sampai ke pelosok
daerah.
2) Pemerintah dalam arti sempit adalah suatu badan
pimpinan yang terdiri dari seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai peranan pimpinan dan
menentukan dalam pelaksanaan tugas negara. Dengan
kata lain, pemerintah dalam arti sempit adalah kepala
negara dengan para menteri (kabinet).
Sedangkan pemerintahan adalah fungi atau tugas dari
pemerintah baik dalam arti sempit atau luas.
Fungsi pemerintahan dalam arti luas meliputi tiga bidang,
yaitu :
1) Eksekutif pelaksana pemerintahan menurut undang-
undang.
2) Legislatif pembuatan undang-undang.
3) Yudikatif peradilan menurut undang-undang.
Pemerintahan yang berdaulat dapat diartikan ke luar dan
dan ke dalam. Pemerintahan yang berdaulat ke dalam
dibatasi oleh hukum positif sedangkan ke luar dibatasi oleh
hukum internasional.
2. Unsur-unsur Negara Secara Yuridis

Arinita Sandria, SH., M.Hum 119


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

Logemann mengemukakan unsur-unsur negara secara yuridis,


yaitu :
a. Wilayah hukum (gebiedsleer) mneliputi
darat, laut, udara serta orang dan batas wewenangnya.
b. Subjek hukum (persoonsleer) pemerintah
yang berdaulat.
c. Hubungan hukum (de leer van de
rechtsbetrekking) hubungan hukum antara penguasa
dan yang dikuasai termasuk hubungan hukum ke luar
dengan negara lainnya secara internasional.
3. Unsur-unsur Negara Secara Sosiologis
Paham ini dikemukakan oleh Rudolf Kjellin yang melanjutkan
ajaran Ratzel dalam bukunya Der Staat als Lebensform.
Menurutnya, unsur-unsur negara adalah :
a. Faktor sosial, meliputi :
1) Unsur masyarakat
2) Unsur ekonomis
3) Unsur kulturil
b. Faktor alam, meliputi :
1) Unsur wilayah
2) Unsur bangsa
Konvensi Montevideo 1933 disebutkan bahwa sebuah negara baru
dapat dikatakan eksis jika telah memenuhi 4 unsur, yaitu :
1. Rakyat (people/population)
2. Wilayah (territory)
3. Pemerintahan (government)
Unsur rakyat yang sadar bernegara (nation, natie, staatsvolk)
merupakan syarat primer selain adanya wilayah yang dikuasai
dan diatur oleh pemerintahan yang efektif.
Adanya effective diplay atas suatu wilayah dipersyaratkan
sebagai wujud dari sifat memiliki dan menguasai atas wilayah

Arinita Sandria, SH., M.Hum 120


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

tersebut. Indonesia tidak dapat menunjukkan kekuasaan


efektifnya atas pulau Sipadan dan Ligitan sehingga pulau
tersebut jatuh ke tangan Malaysia.
4. Pengakuan (recognition)
Unsur pengakuan merupakan unsur tambahan (sekunder)
yang cenderung merupakan aspek politis dibandingkan aspek
yuridis. Pengakuan internasional dipersyaratkan untuk melihat
apakah kapasitas pemerintahannya sudah dapat berjalan
efektif dan dapat menjalin hubungan dengan negara lain.
Pengakuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Pengakuan secara de facto (faktual)
Pengakuan de facto hanya melihat fakta-fakta politik yang
ada (sementara) dan belum merupakan pengkuan yang
sempurna atas negara tersebut.
b. Pengakuan secara de jure (yuridis)
Pengakuan de jure merupakan pengakuan yang sempurna
dan bersifat tetap (permanen).
Bagi negara Republik Indonesia, keempat unsur tersebut terbentuk
secara bertahap melalui proses sejarah perjuangan kemerdekaan yang
panjang, sbb :
1. Rakyat
Unsur rakyat atau bangsa sudah mulai terbentuk sejak bahasa
Melayu menjadi lingua franca bagi penduduk di wilayah
nusantara.
Embrio kenegaraan sudah terbentuk sejak adanya kerajaan
Sriwijaya, Majapahit, Demak, Samudra Pasai, Banten, Mataram
dll.
Kesadran sebagai suatu nation dikonkretkan dalam momentum
Sumpah Pemuda tahun 1928. Disinilah mulai terbentuk
Indonesia sebagai nation dan selanjutnya memproklamirkan
diri sebagai nation-state Indonesia.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 121


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

2. Wilayah
Secara fisik, wilayah negara Republik Indonesia merupakan
bekas wilayah jajahan kerajaan Belanda yang disebut dalam
administrasi Hindia Belanda. Pemerintah Indonesia
menjalankan administrasi pemerintahan secara efektif kepada
seluruh penduduk dalam wilayahnya.
3. Pemerintahan yang berdaulat
Pemeritah Indonesia melakukan hubungan internasional yang
sederajat dan menjadi anggota organisasi-organisasi dalam
lingkup regional atau internasional. Hal ini menunjukkan adanya
pemerintahan yang berdaulat baik ke dalam maupun ke luar.
4. Pengakuan
Berdasarkan teori unsur-unsur negara maka Negara Kesatuan
Republik Indonesia sudah dapat disebut sebagai negara berdaulat atau
berkedudukan sebagai subjek hukum internasional penuh.

Arinita Sandria, SH., M.Hum 122


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

BAB XI
TEORI FUNGSI NEGARA

Tugas suatu negara akan diuraikan dalam Teori Fungsi Negara.


Dalam Teori Fungsi Negara terdapat lima paham, yaitu :
1. Fungsi Negara pada Abad ke-XVI di Perancis
Fungsi negara pertama kali dikenal pada abad XVI di Perancis,
yaitu :
a. Diplomacie tugasnya adalah penghubung antar negara,
dulu penghubung antar raja.
b. Difencie tugas yang dijalankan adalah masalah
keamanan dan pertahanan negara.
c. Financie bertugas menyediakan keuangan negara.
d. Justicie tugasnya adalah menjaga ketertiban
perselisihan antar warganegara dan urusan dalam negara.
e. Policei bertugas mengurus kepentingan negara yang
belum menjadi wewenang keempat fungsi negara lainnya.
2. Fungsi Negara menurut John Locke
John Locke membagi fungsi negara menjadi 3, yaitu :
a. Fungsi legislatif membuat peraturan.
b. Fungsi eksekutif melaksanakan peraturan. Menurut John
Locke, fungsi mengadili termasuk tugas eksektutif.
c. Fungsi federatif mengurusi urusan luar negeri, urusan
perang dan damai.
3. Fungsi Negara menurut Montesquieu (Trias Politica)
Teori John Locke disempurnakan oleh Montesquieu yang
membagi fungsi negara menjadi 3 namun masing-masing fungsi
tersebut terpisah dan dilaksanakan oleh lembaga yang terpisah
pula.
Tiga fungsi negara tersebut adalah :
a. Fungsi legislatif membuat undang-undang

Arinita Sandria, SH., M.Hum 123


FH - UNIKOM
Ilmu Negara

b. Fungsi Eksekutif melaksanakan undang-undang


c. Fungsi Yudikatif mengawasi agar semua peraturan
ditaati.
Tujuan Montesquieu memperkenalkan Trias Politica adalah
untuk kebebasan berpolitik, melindungi hak asasi manusia yang
hanya dapat dicapai dengan kekuasaan yudikatif yang berdiri
sendiri.
4. Fungsi Negara menurut Van Vollen Hoven
Menurut Van Vollen Hoven, fungsi negara adalah :
a. Membuat peraturan (regeling)
b. Menyelenggarakan pemerintahan (bestuur)
c. Fungsi mengadili (rechtspraak)
d. Fungsi ketertiban dan keamanan (politie)
Ajaran dari Van Vollen Hoven dikenal dengan Catur Praja.
5. Fungsi Negara menurut Goodnow
Menurut Goodnow, fungsi negara ada dua, yaitu :
a. Policy Making
Adalah kebijakan negara untuk waktu tertentu
b. Policy Eksekuting

Arinita Sandria, SH., M.Hum 124


FH - UNIKOM

Anda mungkin juga menyukai