Anda di halaman 1dari 25

Catalytic Converter merupakan sebuah converter (pengubah) yang menggunakan

media yang bersifat katalis, dimana media tersebut diharapkan dapat membantu atau
mempercepat terjadinya proses perubahan suatu zat (reaksi kimia) sehingga gas
seperti CO dapat teroksidasi menjadi CO2 [15]. Media katalis adalah suatu zat yang
mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau
terpakai oleh reaksi itu sendiri. Media yang biasa digunakan sebagai katalis adalah
logam yang mahal dan jarang seperti Palladium, Platinum dan Stainless Steel [7].
Logam-logam mulia tersebut memiliki aktifitas spesifik yang tinggi, namun memiliki
tingkat volatilitas besar, mudah teroksidasi dan mudah rusak pada suhu 500 900
derajat Celicius sehingga mengurangi aktifitas katalis. Selain itu logam-logam mulia
tersebut mempunyai kelimpahan yang rendah dan harga yang cukup mahal.
Pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang yang menggunakan
bahan logam katalis Pd, Pt dan Rh dengan penyangga alumina, silica dan keramik, saat
ini memerlukan biaya yang cukup mahal dalam pembuatannya, sulit di dapat dan
kurang cocok digunakan di Indonesia yang bahan bakarnya masih ada yang
mengandung Pb. Jenis Catalytic Converter ini dapat mengkonversi emisi gas buang
(CO, HC dan NOx) cukup tinggi (80 - 90%) [19].

Oleh sebab itu penggunaan logam transisi yang mempunyai kelimpahan yang tinggi
dan harga relatif murah dapat menjadi salah satu alternatif. Beberapa oksida logam
transisi yang cukup aktif dalam mengoksidasi emisi gas CO antara lain : CuO, NiO dan
Cr2O3. Beberapa bahan yang diketahui sebagai katalis oksidasi yaitu Platinum.
Plutonium, nikel, Mangan,Chromium dan oksidanya dari logam-logam tersebut.
Sedangkan beberapa logam diketahui sebagai katalis reduksi, yaitu besi, tembaga,
nikel paduan dan oksida dari bahan-bahan tersebut [13].

Disamping itu beberapa logam yang diketahui efektif sebagai bahan katalis oksida dan
reduksi mulai dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt, Pd, Ru > Mn, Cu > > Ni >
Fe > Cr > Zn dan oksida dari logam-logam tersebut [5]. Penelitian yang dilakukan oleh
Dwyer dengan menggunakan skala laboratorium menunjukkan bahwa aktifitas Catalytic
Copper Chromite yang merupakan campuran antara CuO dengan Cr2O3 lebih baik
daripada campuran tunggalnya dalam mengosidasi CO. Disamping itu masih ada logam
katalis yang lebih murah, mudah dikerjakan dan mudah didapat untuk dijadikan catalityc
converter antara lain : CuO/zeolite alam, Cu-Al2O3, Cu, Mn, Mg danZeolit Alam,
Catalytic Converter jenis ini mampu mengurangi emisi gas buang (CO, HC,Nox) cukup
tinggi antara 16% sampai 80%.

Mengingat bahaya emisi gas buang tersebut, maka perlu usaha-usaha untuk
mengendalikan dan mengurangi pencemaran udara agar dampak negatif bagi manuisa
dapat dikurangi dan diminimalkan.

Salah satu teknologi rekayasa untuk mengurangi emisi gas buang yang berbahaya
adalah dengan melakukan pemasangan Catalytic Converter pada system pembuangan
gas kendaraan bermotor yang bertujuan mampu menurunkan kadar gas buang HC, CO
dan NOx. Hal ini menjadikan tembaga sebagai salah satu alternatif pengganti logam
mulia dalam katalis.
Pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang yang menggunakan bahan
logam katalis Pd, Pt dan Rh dengan penyangga alumina, silica dan keramik, saat ini
memerlukan biaya yang cukup mahal dalam pembuatannya, sulit di dapat dan kurang cocok
digunakan di Indonesia yang bahan bakarnya masih ada yang mengandung Pb. Jenis Catalytic
Converter ini dapat mengkonversi emisi gas buang (CO, HC danNOx) cukup tinggi (80 - 90%).
(Warju.2006)
Beberapa logam yang diketahui efektif sebagai bahankatalis oksida dan reduksi mulai
dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt, Pd, Ru> Mn, Cu > > Ni > Fe > Cr > Zn dan oksida
dari logam-logam tersebut (Dowden. 1970).
Disamping itu masih ada logam katalis yang lebih murah, mudah dikerjakan dan
mudah didapat untuk dijadikan catalityc Converter antara lain : CuO/zeolite alam, Cu-Al2O3,
Cu, Mn, Mg dan Zeolit Alam, Catalytic Converter jenis ini mampu mengurangi emisi gas buang
(CO, HC, Nox) cukup tinggi antara 16% sampai 80% (Dwyer, 1973).

Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga dapat bereaksi dengan
oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar
1000 C, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah
Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer
dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan
membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2(aq)
yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga,
Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk
larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang
membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen
membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.

Pembuatan
Tembaga diperoleh dari bijih tembaga yang disebut Chalcopirit. Besi yang ada larut dalam terak
dan tembaga yang tersisa / matte dituangkan kedalam konverter. Udara dihembuskan
kedalamnya selama 4 atau 5 jam, kotoran teroksidasi, dan besi membentuk terak yang dibuang
pada waktu tertentu. Bila udara dihentikan, oksida kupro bereaksi dengan sulfida kupro maka
akan membentuk Tembaga blister dan Dioksida belerang.Tembaga blister ini dilebur dan dicor
menjadi slab, kemudian diolah secara elektrolitik menjadi tembaga murni.
Manfaat
Merupakan penghantar panas dan listrik yang sangat baik, maka banyak digunakan pada alat-alat
listrik.
Sebagai perhiasan, campuran antara tembaga dan emas.
Sebagai bahan pembuat uang logam.
Sebagai bahan pembuat logam lain, seperti kuningan (campuran antara tembaga dan seng),
perunggu (campuran antara tembaga dan timah), monel, dan alniko.
CuSO4 dalam air berwarna biru, banyak digunakan sebagai zat warna.
PERANCANGAN CATALYTIC CONVERTER
DENGAN BAHAN TEMBAGA BERBENTUK SARANG LEBAH UNTUK
MENGURANGI EMISI GAS BUANG

Oleh : Sudaryono, Spd


(Widyaiswara Muda P4TK BOE Malang)

ABSTRAK

Untuk mengurangi polusi udara yang mengandung toksisitas dari mesin


pembakar internal digunakan alat yang disebut Catalytic Converter. Catalityc Converter
berfungsi untuk mengurangi kadar emisi Hidrokarbon (HC), Carbon Monoksida (CO),
dan Nitrogen Oksida (NOX) dengan cara mengoksidasi dan mereduksi zat tersebut
menjadi CO2, H2O dan N2 yang ramah lingkungan.Namun dengan harga mahal dan sulit
untuk di dapatkan maka tidak semua kendaraan bermotor menggunakan teknologi
tersebut. Dikarenakan katalis tersebut terbuat dari logam mulia antara lain Paladium,
Platinum, dan Rhodium. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan membuat
katalis dari material tembaga (Cu). Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
perubahan kadar Emisi antara kendaraan bermotor yang menggunakan Catalytic
Converter berbahan tembaga dan tanpa menggunakan Catalytic Converter.

Metode yang di pakai adalah metode experimental dengan membandingkan


hasil percobaan emisi gas buang sebelum melewati Catalytic Converter dan sesudah
melewati Catalytic Converter. Proses penelitian diawali dengan perancangan Desain
Chasing Catalytic Converter, Pembuatan Katalis dan pelaksanaan pengujian yang
terdiri dari pengujian tanpa Catalytic Converter dan dengan Catalytic Converter yang
diakhiri dengan analisa data dan pengambilan kesimpulan.

Terdapat penurunan Emisi gas HC sebesar 23.449 %pada Catalytic


Converterberbahan tembaga dibandingkan tanpa catalytic, serta terjadi penurunan CO
sebesar 32,284% pada setiap tingkatan Catalytic Converter. Penggunaan plat tembaga
bermodel sarang lebah mampu menetralisir emsi gas buang HC dan CO dengan
prosentase penurunan yang cukup baik.

Kata kunci: Catalytic Converter, Tembaga.

PENDAHULUAN
i

Kontribusi emisi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber


polusi udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang
hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan sisanya berasal dari rumah
tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan/ladang dan lain-lain. Hal
ini diakibatkan oleh laju pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi.
Sebagian besar kendaraan bermotor tersebut menghasilkan emisi gas
buang yang buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun
dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang baik [2].

Peningkatan polusi udara dari sektor transportasi sangat signifikan dan


bedampak pada kehidupan dan lingkungan saat ini. Sebuah kendaraan
dari proses bekerjanya dapat menghasilkan polutan berupa gas Carbon
monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Nitorgen oksida (NOx), Sulfur Oksida
(SO2) dan Timbal (Pb) yang sering disebut sebgai polutan primer Salah
satu polutan udara yang berbahaya dan sangat dominan jumlahnya
adalah gas Carbon Monoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran
bahan bakar dan udara motor bensin yang tidak sempurna [20].

Gas carbon Monoksida dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak


sempurna akibat dari pencampuran bahan bakar dan udara yang terlalu
kaya. Boleh dikatakan bahwa terbentuknya CO sangat tergantung dari
perbandingan campuran bahan bakar yang masuk dalam ruang bakar.
Menurut teori bila terdapat oksigen yang melebihi perbandingan campuran
ideal (teori) campuran menjadi terlalu kurus maka tidak akan terbentuk
CO. Tetapi kenyataannya CO juga terjadi dan dihasilkan pada saat kondisi
campuran terlalu kurus.Proses terjadinya CO :

2C + O2 bereaksi 2CO

2CO + O2 bereaksi CO2

Akan tetapi reaksi ini sangat lambat dan tidak dapat merubah seluruh sisa
CO menjadi CO2 [16].

Mengingat bahaya emisi gas buang khusunya Carbon Monoksida tersebut


yang biasa menyebabkan kematian bagi manusia yang menghirupnya,
maka perlu usaha-usaha untukmengendalikan dan mengurangi
ii

pencemaran udara agar dampak negatif bagi manusia dapat dikurangi


dan diminimalkan. Langkah-langkah dan usaha yang dilakukan untuk
mengurangi gas buang yang berbahaya pada kendaraan bermotor sudah
banyak dilakukan terutama di negara-negara maju (USA, Eropa). Metode
dan teknik yang dilakukan ada beberapa macam, antara lain dengan
memodifikasi beberapa bagian dari kendaraan bermotor. pendekatan yang
biasanya dilakukan dan dipakai dalam mengurangi gas buang kendaraan
bermotor antara lain: modifikasi mesin, modifikasi penggunaan bahan
bakar atau system bahan bakarnya, modifikasi pada saluran gas buang
(penambahan Catalytic Converter).

Secara umum dengan merujuk pada program EST, untuk mengontrol atau
mengurangi polutan udara dari kendaraan bermotor (internal combustion
engine) dapat dilakukan dengan cara modifikasi pada mesin, modifikasi
penggunaan bahan bakar atau sistem bahan bakarnya dan modifikasi
pada saluran gas buang. [11].

Untuk mengurangi toksisitas dari mesin pembakar internal digunakan alat


yang disebut catalytic Converter. Alat ini telah digunakan di USA sejak
1975 karena peraturan EPA yang semakin ketat tentang gas buang
kendaraan bermotor. Alat ini mengkonversi senyawa-senyawa toksit
dalam gas buang menjadi zat-zat yang kurang toksit atau tidak toksit.

Catalytic Converter merupakan sebuah converter (pengubah) yang


menggunakan media yang bersifat katalis, dimana media tersebut
diharapkan dapat membantu atau mempercepat terjadinya proses
perubahan suatu zat (reaksi kimia) sehingga gas seperti CO dapat
teroksidasi menjadi CO2 [15]. Media katalis adalah suatu zat yang
mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami
perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Media yang biasa
digunakan sebagai katalis adalah logam yang mahal dan jarang seperti
Palladium, Platinum dan Stainless Steel [7]. Logam-logam mulia tersebut
memiliki aktifitas spesifik yang tinggi, namun memiliki tingkat volatilitas
besar, mudah teroksidasi dan mudah rusak pada suhu 500 900 derajat
Celicius sehingga mengurangi aktifitas katalis. Selain itu logam-logam
mulia tersebut mempunyai kelimpahan yang rendah dan harga yang
cukup mahal.

Pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang yang


menggunakan bahan logam katalis Pd, Pt dan Rh dengan penyangga
alumina, silica dan keramik, saat ini memerlukan biaya yang cukup mahal
iii

dalam pembuatannya, sulit di dapat dan kurang cocok digunakan di


Indonesia yang bahan bakarnya masih ada yang mengandung Pb. Jenis
Catalytic Converter ini dapat mengkonversi emisi gas buang (CO, HC dan
NOx) cukup tinggi (80 - 90%) [19].

Oleh sebab itu penggunaan logam transisi yang mempunyai kelimpahan


yang tinggi dan harga relatif murah dapat menjadi salah satu alternatif.
Beberapa oksida logam transisi yang cukup aktif dalam mengoksidasi
emisi gas CO antara lain : CuO, NiO dan Cr2O3. Beberapa bahan yang
diketahui sebagai katalis oksidasi yaitu Platinum. Plutonium, nikel,
Mangan,Chromium dan oksidanya dari logam-logam tersebut. Sedangkan
beberapa logam diketahui sebagai katalis reduksi, yaitu besi, tembaga,
nikel paduan dan oksida dari bahan-bahan tersebut [13].

Disamping itu beberapa logam yang diketahui efektif sebagai bahan


katalis oksida dan reduksi mulai dari yang besar sampai yang kecil adalah
Pt, Pd, Ru > Mn, Cu > > Ni > Fe > Cr > Zn dan oksida dari logam-logam
tersebut [5]. Penelitian yang dilakukan oleh Dwyer dengan menggunakan
skala laboratorium menunjukkan bahwa aktifitas Catalytic Copper
Chromite yang merupakan campuran antara CuO dengan Cr2O3 lebih
baik daripada campuran tunggalnya dalam mengosidasi CO. Disamping
itu masih ada logam katalis yang lebih murah, mudah dikerjakan dan
mudah didapat untuk dijadikan catalityc converter antara lain : CuO/zeolite
alam, Cu-Al2O3, Cu, Mn, Mg danZeolit Alam, Catalytic Converter jenis ini
mampu mengurangi emisi gas buang (CO, HC,Nox) cukup tinggi antara
16% sampai 80%.

Mengingat bahaya emisi gas buang tersebut, maka perlu usaha-usaha


untuk mengendalikan dan mengurangi pencemaran udara agar dampak
negatif bagi manuisa dapat dikurangi dan diminimalkan.

Salah satu teknologi rekayasa untuk mengurangi emisi gas buang yang
berbahaya adalah dengan melakukan pemasangan Catalytic Converter
pada system pembuangan gas kendaraan bermotor yang bertujuan
mampu menurunkan kadar gas buang HC, CO dan NOx. Hal ini
menjadikan tembaga sebagai salah satu alternatif pengganti logam mulia
dalam katalis.

Dari hasil penelaahan tersebut penulis dapat membuat suatu catalytic


converter dengan bahan tembaga berbentuk sarang lebah untuk
mengurangi emisi gas buang yang mempunyai kelebihan material
iv

mudah di dapatkan, harganya relatif murah dan proses pembuatanya


yang mudah.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perubahan kadar


Emisi antara kendaraan bermotor yang menggunakan Catalytic Converter
berbahan tembaga dan tanpa menggunakan Catalytic Converter.

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Metode yang di pakai adalah metode experimental, untuk


membandingkan hasil percobaan emisi gas buang sebelum melewati
Catalytic Converter dan sesudah melewati Catalytic Converter berbahan
tembaga.

2. Proses persiapan

Proses persiapan yang dilakukan antara lain :

Desain Chasing Catalytic Converter

Perancangan chasing untuk katalis ini di sesuaikan dengan engine stand


yang sudah ada, seperti: menyamakan iner diameter pipa saluran gas
buang pada engine stand, menyamakan tebalnya plat sebagai rumah
katalis supaya panas dapat tersalurkan secara merata.

Gambar 1. Dimensi Chasing Catalytic

Pembuatan Katalis
v

Plat tembaga di persiapkan dengan panjang tiap lembar 80 cm dengan


lebar 40cm. Kemudian plat tembaga di marking dengan pensil dan
penggaris sesuai ukuran yaitu panjang 80cm, lebarnya 10cm. Barulah di
dapat potongan plat tembaga yang siap untuk di buat zig-zag (sirip-sirip).

Gambar 2. Proses pembentukan sirip (zig-zag)

Gambar 3. Proses pembentukan lingkaran


vi

Gambar 4. Proses pemasangan sirip katalis

Gambar 5. Katalis yang sudah jadi dan siap untuk di uji

3. Pelaksanaan Pengujian
a. Persiapan Pengujian

Alat Ukur

Alat ukur emisi gas buang yang digunakan adalah Gas Analyser Ultra 4/5
Gas Analyzer Type IM 2400 dengan spesifikasi :
Pengukuran kadar O2 : 0-25 % Vol
Pengukuran kadar CO : 0-9.99 % Vol
Pengukuran kadar CO2: 0-19.9 % Vol
Pengukuran kadar HC : 0 - 9999 ppm (part per million)
NOx :0
vii

Gambar 6. Gas Analyzer Ultra (Lab. Ototronik VEDC malang)

Engine

Spesifikasi Engine Stand:

Toyota Avanza 1.300 cc

Engine : 4 silider, 16 katup DOHC

System bahan bakar : EFI (Electric Fule Injection)

Diameter x langkah : 72.0 mm x 79.7 mm

Volume Silinder : 1.289 cc

Gambar 7. Engine Stand Toyota Avanza tahun 2005

b. Prosedur Pengujian

Engine di tune-up dengan membersihkan filter udara, mengganti oli mesin


dengan yang baru dan mengganti busi baru yang standart supaya hasil
pengujian optimal.

Pemanasan mesin selama 10 menit yang bertujuan untuk mempersiapkan


mesin pada kondisi kerja.
viii

Pengujian tanpa Catalytic Converter.

Pengukuran ini memiliki tujuan untuk mengetahui jumlah emisi gas buang
yang di cetak oleh gas analyzer. Data yang didapatkan dalam proses
pengukuran ini di gunakan sebagai pembanding dengan data dari
pengukuran dengan mengunakan Catalytic Converter. Langkahnya
sebagai berikut:
Mesin dalam keadaan menyala dalam kondisi idel 1.000 rpm.
Masukan porbe sensor kedalam kenalpot sedalam 250 mm dan tunggu
10 menit.
Pasang alat ukur temperatur pada badan knalpot kemudian lihat
hasilnya.
Setelah mengambil data dari alat ukur temperatur secara bersamaan
maka mulailah mengambil data pada monitor gas analyzer dengan cara
mencatat data pada kertas yang di sediakan.
Kemudian langkah yang sama di lakukan kembali dengan putaran
mesin yang berbeda yaitu: 1000 rpm, 2000 rpm, 2500 rpm, dan 3500
rpm. Setelah langkah tersebut selesai maka pengukuran emisi gas
buang tanpa katalis telah selesai.

Gambar 8. Pengujian Tanpa Menggunakan Catalytic Converter

Pengujian dengan Catalytic Converter.

Setelah pengukuran pertama selesai maka pengukuran kedua dilakukan


seperti berikut:
Setelah mesin di matikan dan sudah dalam keadaan temperatur mesin
tidak panas, langkah awal mulai untuk melepaskan cover chasing
katalis dengan membuka screw pengunci, kemudian masukan Catalytic
ix

Converter ke dalam chasing setelah itu di tutup oleh cover dan kunci
dengan screw. Pastikan sambungan dalam kondisi rapat dan tidak ada
kebocoran.
Setelah unit Catalytic Converter sudah terpasang dengan benar, mesin
dihidupkan kembali lalu pengukuran di ulangi kembali sesuai
pengukuran yang pertama.
Pengukuran di lakukan berbagai variasi putaran seperti pada pengujian
pertama

Gambar 9. pengujian dengan menggunakan Catalytic Converter

c. Prosedur Pengambilan Data

Data di ambil dari nominal angka yang tertera pada monitor Gas Analyzer,
dengan cara mencatat secara langsung tiap variabel yang di ukur,
bersamaan dengan pengambilan data temperatur (C) chasing katalis.
Diantara gas analisis yang tertera adalah HC, CO, CO2, O2dan lamda.

d. Analisa Data

Data yang diperoleh akan di analisa secara Deskriptif dengan melihat


melalui tampilan grafik-grafik yang ada untuk mengetahui seberapa berarti
pengaruh variasi variasi yang di lakukan dalam penelitian ini terhadap
emisi gas buang HC dan CO.

e. Tempat Penelitian
x

Pengujian dilakukan di Laboratorium Autotronik Pusat Pengembangan dan


Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Otomotif dan
Elektronika VEDC, Malang.

f. SkemaPengujian.

Gambar 10. Skema pengujian Emisi Gas Buang

HASIL PENELITIAN

AnalisaEmisi Gas BuangHidrocarbon (HC)

Hidrokarbon yang dihasilkan oleh sisa pembakaran berasal dari bahan


bakar yang tidak habis terbakar.Penyebab timbulnya HC antara lain rasio
(perbandingan) udara dan bahan bakar kurang tepat dan lenyapnya panas
pada dinding ruang bakar sehingga menyebabkan campuran bahan bakar
dan udara sulit terbakar dengan berkurangnya temperatur.
xi

Dengan pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang


diharapkan konsentrasinya menurun, karena pengaruh Hidrokarbon pada
manusia sangat mengganggu serta bisa menyebabkan menurunya daya
penglihatan (asap). Jika kondisi tersebut berlangsung pada waktu yang
lama maka akan mengakibatkan kerusakan pada syaraf.

Gambar 11. Grafik hubunganantara Emisi HC denganVariabelputaran

Penggunaan bahan katalis sebagai Catalytic Converter dapat mengurangi


HC yang dikeluarkan dari knalpot. Dengan melihat grafik diatas
menujukan bahwa emisi HC secara keseluruhan mengalami penurunan
konsentrasi pada setiap variasi putaran yang terbukti bahwa pemasangan
Catalytic Converter pada saluran gas buang dapat menurunkan kadar
Hidrokarbon yang dihasilkan oleh motor bakar. Adapun proses oksidasi
yang terjadi dalam knalpot adalah:

CH + C2 H2O + CO2

AnalisaEmisi Gas BuangCarbon Monoksida (CO)

Polutan emisi gas CO yang di keluarkan oleh motor bakar di hasilkan dari
proses pembakaran yang kurang sempurna, untuk campuran kaya
konsentrasi CO pada gas buang akan meningkat sedangkan untuk
campuran miskin konsentrasi CO pada gas buang akan menurun. Polutan
xii

CO mempunyai sifat yang tidak berwarna, tidak berbau dan beracun, bila
terhirup manusia dalam paparan jam dapat menyebabkan kematian.
Dengan pemasangan katalis berbahan tembaga sebagai Catalytic
Converter diharapkan mampu mengurangi kandungan zat yang bersifat
toksin.

Gambar 12. Grafik hubunganantaraEmisi CO dengan Variable putaran

Dari gambar 12 menunjukan bahwa emisi CO secara keseluruhan


mengalami penurunan konsentrasi pada setiap variasi putaran.
Penurunan tersebut akibat dari pemasangan Catalytic Converter. Dari
gambar di atas terlihat bahwa penurunan emisi CO terbesar adalah pada
Catalytic Converter Double (dualapisan), Hal tersebut disebabkan kadar
dan luasan penampang tembaga lebih besar yang mampu mengoksidasi
emisi CO lebih besar. Sesuai gambar 12 diatas ditemukan data grafik
yang menunjukan naik turunya prosentasi emisi CO itu disebabkan oleh
kurang homogennya campuran bahan bakar dan udara yang di gunakan
untuk proses pembakaran. Adapun proses oksidasi yang terjadi dalam
knalpot adalah :

2CO + O2 2CO2
xiii

Analisa Emisi Gas buang Carbon Dioksida(CO2)

Emisi CO2 yang dikeluarkan oleh motor bakar dihasilkan dari proses
pembakaran yang kurang sempurna. Untuk campuran kaya konsentrasi
CO2 pada gas buang akan meningkat sedangkan untuk campuran miskin
konsentrasi CO2 pada gas buang sangat kecil. Polutan CO 2 mempunyai
sifat tidak berwarna, tidak berbau dan beracun, bila terhirup oleh manusia
untuk paparan 8 jam dapat menyebabkan kematian. Dengan pemasangan
katalis tembaga sebagai Catalytic Converter dapat dilihat pada gambar 13
bahwa bahan katalis tembaga dapat menekan kadar polutan (emisi CO 2)
yang keluar darik nalpot, terliahat dari grafik perbandingan dengan kondisi
tanpa adanya Catalytic Converter (sebelum memasuki Catalytic
Converter).

Gambar 13. Grafik hubunganantaraEmisi CO2dengan Variable putaran

Secara umum dapat dilihat dari gambar 4.3 bahwa pengaruh tembaga
terhadap emisi CO2 dapat mengoksidasi dengan baik, hal ini disebabkan
karena tembaga meningkatkan luas permukaan katalis yang mendukung.
Untuk menjadi katalis yang dapat mengoksidasi CO menjadi CO 2 dengan
xiv

baik, sehingga emisi gas buang yang keluar dari knalpot lebih rendah dari
pada sebelum memasuki Catalytic Converter.

AnalisaEmisi Gas Oksigen(O2)

Konsentrasi dari oksigen di gas buang kendaraan berbanding terbalik


dengan konsentasi CO2. Untuk mendapatkan proses pembakaran yang
sempurna, maka kadar oksigen harus mencukupi untuk setiap molekul
Hidrokarbon. Untuk mengurangi HC, maka dibutuhkan sedikit tambahan
udara atau Oksigen untuk memastikan bahwa semua molekul bensin
dapat bertemu dengan molekul Oksigen untuk bereaksi sempurna.

Gambar 14. Grafik hubunganantaraEmisi O2dengan Variabel putaran

Menurut data penelitian sebelumnya, Catalytic Converter dengan material


tembaga dan kuningan prosentase O2 pada variasi katalis 12 keping sel
lebih tinggi dibandingkan dengan katalis 6 keping sel.
xv

Akan tetapi menurut reaksi reduksi, katalisakan mengabsorpsi menyimpan


atom nitrogen dan membebaskan oksigen dalam bentuk gas oksigen.
Atom nitrogen yang tersimpan akan bereaks idengan atom nitrogen lainya.
Berikut ini reaksinya

ReduksiNOx :

2NO+2CO N2+ 2CO2

Analisa kada rprosentase penurunan emisi gas buang pada katalis

Emisigas Buang tanpa Catalytic Converter

Tabel 1. Emisi Gas Buang tanpa Catalytic Converter

EmisiGas Buang dengan Catalytic Converter


xvi

Tabel 2. Emisi Gas Buang dengan Catalytic Converter

KESIMPULAN

Dari eksperimen, analisa dan diskusi dapat ditarik beberapa kesimpulan


tentang pengaruh pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas
buang dengan menggunakan bahan Tembaga (Cu) sebagai berikut:
1. Penggunaan plat tembaga bermodel sarang lebah mempunyai hasil
yang lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan katalis. Ditinjau dari
emisi berikut :
- Emisi gas HC mengalami penurunan yang cukup baik dengan
menunjukan prosentase penurunan sebesar 23.449 %, di bandingkan
tanpa adanya katalis.
Emisi gas CO mengalami penurunan yang sangat baik dengan
menunjukan prosentase penurunan sebesar 32.284 %, dibandingkan
tanpa adanya katalis.
xvii

2. Setelah melakukan penelitian dengan penggunaan Catalytic Converter


(plat tembaga bermodel sarang lebah) dengan perbedaan tingkatan
pada saluran gas buang, hasil yang didapat mampu menetralisir emsi
gas buang HC dan CO dengan prosentase penurunan yang cukup baik.

SARAN
1. Untuk selanjutnya membentuk katalis model sarang lebah dapat di
bentuk dengan lebih rapi dan lebih rapat lagi celah antara sirip-siripnya,
hal ini menyebabkan meningkatnya efisiensi reduksi dan mengoksidasi
gas buang.

2. Model katalis (sarang lebah) yang sama tetapi dengan material berbeda
untuk penelitan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Aryanto A, Razif M, 2000, study penggunaan tembaga (Cu) sebagai
Catalytic Converter pada knalpot sepeda motor dua tak terhadap
emisi gas CO (jurnal), Teknik Lingkungan, ITS.

[2] Badan Pengendalian Dampak lingkungan (2002), Sumber Dan


Standart Emisi Gas Buang.
[3] Chusnul. M 2005, Study Penggunaan Katalis CuO/yAL203 sebagai
Catalytic Converter Untuk Mereduksi Emisi CO, ITS, Surabaya.
[4] Dirjen perhubungan darat, 2000, program langit biru dan konservasi
energi (jurnal).
[5] Dowden D.A., atall, 1970, Catalytic Hand Book, Verlag New York, Inc
[6] Edward F. Obret. 1973. Unternal Combution Engine And Air Polution.
Harper & Row. Publisher. New York.
[7] Heinz Heisler , 1995, advanced technology hodder headline group,
London.
[8] Heisler H., 1995, Advanced Engine Tecnology Hodder Headline
Group, London.
xviii

[9] Intisari, 1999, upaya mengurangi emisi gas buang kendaraan


bermotor (jurnal).
[10] Irawan, Bagus, Subri Muhammad. 2005. Unjuk Kemampuan
Catalytic Converter Dengan Katalis Kuningan Untuk Mereduksi Gas
Hydrocarbon Motor Bensin. Laporan Penelitian. UNIMUS
[11] Irawan B. , 2003, Rancang Bangun Catalytric Converter dengan
Material Substrat Tembaga (Cu) untuk Mereduksi Emisi Gas CO,
Tesis MIL UNDIP
[12] Irawan RM Bagus. 2006. Pengaruh katalis Tembaga Dan Crom
Terhadap Emisi Gas Carbonmonoksida Dan Hidrokarbon Pada
Kendaraan Motor Bensin. Laporan Penelitian. UNIMUS.
[13] Obert. Erdward F. , 1973, Internal Combustion Engine and Air
Pollution, Third Edition. Harper & Row, Publisher, Inc, New York
[14] PPPPTK, VEDC 2012, Laboratorium Ototronik
[15] Springer Verlag New York Inc, 1970, catalyst hand book. Walfe
Scintific Book, London England
[16] Swisscontact, 2003, Clean Air Project. Jakarta
[17] Toyota Training Center, 2000, Emission Control Step Two.
[18] V.A.W Heller, 1995, Fundamental Motor Vehicle Technology, edisi
ke-4, FIMI Stanley Thone (publisehers) Ltd.
[19] Warju, 2006, Pengaruh Penggunaan Catalytic Concerter Tembaga
berlapis Mangan Terhadap Kadar Polutan Motor Bensin Empat
Langkah. Institut Teknologi Surabaya
[20] Wisnu Arya Wardhana :"Dampak Pencemaran Lingkungan", ISBN
979-533-251-1, Andi Offset, Yogyakarta, 1995.
xix

Emisi gas buang sangat tergantung pada perbandingan campuran bahan bakar
dengan udara, jadi untuk mengetahui kadar emisi gas buang maka alat uji emisi
dilengkapi dengan pengukur nilai (lambda) atau AFR (air-fuel ratio) yang dapat
mengindikasikan campuran tersebut. Teori stoichiometric menyatakan, untuk
membakar 1 gram bensin dengan sempurna diperlukan 14,7 gram oksigen.
Dengan kata lain, perbandingan campuran ideal 14,7 : 1.Perbandingan campuran
ini disebut AFR atau perbandingan udara dan bensin (bahan bakar). Untuk
membandingkan antara teori dan kondisi nyata, dirumuskan suatu perhitungan
yang disebut dangan istilah lambda (), secara sederhana, dituliskan sebagai
berikut
Jika jumlah udara sesungguhnya 14,7, maka:
= 14,7 / 14,7 : 1
= 14,7 / 14,7 = 1,0
Artinya :
= 1; berarti campuran ideal
> 1; berarti campuran kurus (lebih banyak udara)
< 1; berarti campuran kaya (kaya bahan bakar)
xx

Anda mungkin juga menyukai