557482069
557482069
media yang bersifat katalis, dimana media tersebut diharapkan dapat membantu atau
mempercepat terjadinya proses perubahan suatu zat (reaksi kimia) sehingga gas
seperti CO dapat teroksidasi menjadi CO2 [15]. Media katalis adalah suatu zat yang
mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau
terpakai oleh reaksi itu sendiri. Media yang biasa digunakan sebagai katalis adalah
logam yang mahal dan jarang seperti Palladium, Platinum dan Stainless Steel [7].
Logam-logam mulia tersebut memiliki aktifitas spesifik yang tinggi, namun memiliki
tingkat volatilitas besar, mudah teroksidasi dan mudah rusak pada suhu 500 900
derajat Celicius sehingga mengurangi aktifitas katalis. Selain itu logam-logam mulia
tersebut mempunyai kelimpahan yang rendah dan harga yang cukup mahal.
Pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang yang menggunakan
bahan logam katalis Pd, Pt dan Rh dengan penyangga alumina, silica dan keramik, saat
ini memerlukan biaya yang cukup mahal dalam pembuatannya, sulit di dapat dan
kurang cocok digunakan di Indonesia yang bahan bakarnya masih ada yang
mengandung Pb. Jenis Catalytic Converter ini dapat mengkonversi emisi gas buang
(CO, HC dan NOx) cukup tinggi (80 - 90%) [19].
Oleh sebab itu penggunaan logam transisi yang mempunyai kelimpahan yang tinggi
dan harga relatif murah dapat menjadi salah satu alternatif. Beberapa oksida logam
transisi yang cukup aktif dalam mengoksidasi emisi gas CO antara lain : CuO, NiO dan
Cr2O3. Beberapa bahan yang diketahui sebagai katalis oksidasi yaitu Platinum.
Plutonium, nikel, Mangan,Chromium dan oksidanya dari logam-logam tersebut.
Sedangkan beberapa logam diketahui sebagai katalis reduksi, yaitu besi, tembaga,
nikel paduan dan oksida dari bahan-bahan tersebut [13].
Disamping itu beberapa logam yang diketahui efektif sebagai bahan katalis oksida dan
reduksi mulai dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt, Pd, Ru > Mn, Cu > > Ni >
Fe > Cr > Zn dan oksida dari logam-logam tersebut [5]. Penelitian yang dilakukan oleh
Dwyer dengan menggunakan skala laboratorium menunjukkan bahwa aktifitas Catalytic
Copper Chromite yang merupakan campuran antara CuO dengan Cr2O3 lebih baik
daripada campuran tunggalnya dalam mengosidasi CO. Disamping itu masih ada logam
katalis yang lebih murah, mudah dikerjakan dan mudah didapat untuk dijadikan catalityc
converter antara lain : CuO/zeolite alam, Cu-Al2O3, Cu, Mn, Mg danZeolit Alam,
Catalytic Converter jenis ini mampu mengurangi emisi gas buang (CO, HC,Nox) cukup
tinggi antara 16% sampai 80%.
Mengingat bahaya emisi gas buang tersebut, maka perlu usaha-usaha untuk
mengendalikan dan mengurangi pencemaran udara agar dampak negatif bagi manuisa
dapat dikurangi dan diminimalkan.
Salah satu teknologi rekayasa untuk mengurangi emisi gas buang yang berbahaya
adalah dengan melakukan pemasangan Catalytic Converter pada system pembuangan
gas kendaraan bermotor yang bertujuan mampu menurunkan kadar gas buang HC, CO
dan NOx. Hal ini menjadikan tembaga sebagai salah satu alternatif pengganti logam
mulia dalam katalis.
Pemasangan Catalytic Converter pada saluran gas buang yang menggunakan bahan
logam katalis Pd, Pt dan Rh dengan penyangga alumina, silica dan keramik, saat ini
memerlukan biaya yang cukup mahal dalam pembuatannya, sulit di dapat dan kurang cocok
digunakan di Indonesia yang bahan bakarnya masih ada yang mengandung Pb. Jenis Catalytic
Converter ini dapat mengkonversi emisi gas buang (CO, HC danNOx) cukup tinggi (80 - 90%).
(Warju.2006)
Beberapa logam yang diketahui efektif sebagai bahankatalis oksida dan reduksi mulai
dari yang besar sampai yang kecil adalah Pt, Pd, Ru> Mn, Cu > > Ni > Fe > Cr > Zn dan oksida
dari logam-logam tersebut (Dowden. 1970).
Disamping itu masih ada logam katalis yang lebih murah, mudah dikerjakan dan
mudah didapat untuk dijadikan catalityc Converter antara lain : CuO/zeolite alam, Cu-Al2O3,
Cu, Mn, Mg dan Zeolit Alam, Catalytic Converter jenis ini mampu mengurangi emisi gas buang
(CO, HC, Nox) cukup tinggi antara 16% sampai 80% (Dwyer, 1973).
Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga dapat bereaksi dengan
oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar
1000 C, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah
Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer
dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan
membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2(aq)
yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga,
Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk
larutan yang berwarna biru dari kompleks Cu(NH3)4+.
Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang
membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen
membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.
Pembuatan
Tembaga diperoleh dari bijih tembaga yang disebut Chalcopirit. Besi yang ada larut dalam terak
dan tembaga yang tersisa / matte dituangkan kedalam konverter. Udara dihembuskan
kedalamnya selama 4 atau 5 jam, kotoran teroksidasi, dan besi membentuk terak yang dibuang
pada waktu tertentu. Bila udara dihentikan, oksida kupro bereaksi dengan sulfida kupro maka
akan membentuk Tembaga blister dan Dioksida belerang.Tembaga blister ini dilebur dan dicor
menjadi slab, kemudian diolah secara elektrolitik menjadi tembaga murni.
Manfaat
Merupakan penghantar panas dan listrik yang sangat baik, maka banyak digunakan pada alat-alat
listrik.
Sebagai perhiasan, campuran antara tembaga dan emas.
Sebagai bahan pembuat uang logam.
Sebagai bahan pembuat logam lain, seperti kuningan (campuran antara tembaga dan seng),
perunggu (campuran antara tembaga dan timah), monel, dan alniko.
CuSO4 dalam air berwarna biru, banyak digunakan sebagai zat warna.
PERANCANGAN CATALYTIC CONVERTER
DENGAN BAHAN TEMBAGA BERBENTUK SARANG LEBAH UNTUK
MENGURANGI EMISI GAS BUANG
ABSTRAK
PENDAHULUAN
i
2C + O2 bereaksi 2CO
Akan tetapi reaksi ini sangat lambat dan tidak dapat merubah seluruh sisa
CO menjadi CO2 [16].
Secara umum dengan merujuk pada program EST, untuk mengontrol atau
mengurangi polutan udara dari kendaraan bermotor (internal combustion
engine) dapat dilakukan dengan cara modifikasi pada mesin, modifikasi
penggunaan bahan bakar atau sistem bahan bakarnya dan modifikasi
pada saluran gas buang. [11].
Salah satu teknologi rekayasa untuk mengurangi emisi gas buang yang
berbahaya adalah dengan melakukan pemasangan Catalytic Converter
pada system pembuangan gas kendaraan bermotor yang bertujuan
mampu menurunkan kadar gas buang HC, CO dan NOx. Hal ini
menjadikan tembaga sebagai salah satu alternatif pengganti logam mulia
dalam katalis.
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
2. Proses persiapan
Pembuatan Katalis
v
3. Pelaksanaan Pengujian
a. Persiapan Pengujian
Alat Ukur
Alat ukur emisi gas buang yang digunakan adalah Gas Analyser Ultra 4/5
Gas Analyzer Type IM 2400 dengan spesifikasi :
Pengukuran kadar O2 : 0-25 % Vol
Pengukuran kadar CO : 0-9.99 % Vol
Pengukuran kadar CO2: 0-19.9 % Vol
Pengukuran kadar HC : 0 - 9999 ppm (part per million)
NOx :0
vii
Engine
b. Prosedur Pengujian
Pengukuran ini memiliki tujuan untuk mengetahui jumlah emisi gas buang
yang di cetak oleh gas analyzer. Data yang didapatkan dalam proses
pengukuran ini di gunakan sebagai pembanding dengan data dari
pengukuran dengan mengunakan Catalytic Converter. Langkahnya
sebagai berikut:
Mesin dalam keadaan menyala dalam kondisi idel 1.000 rpm.
Masukan porbe sensor kedalam kenalpot sedalam 250 mm dan tunggu
10 menit.
Pasang alat ukur temperatur pada badan knalpot kemudian lihat
hasilnya.
Setelah mengambil data dari alat ukur temperatur secara bersamaan
maka mulailah mengambil data pada monitor gas analyzer dengan cara
mencatat data pada kertas yang di sediakan.
Kemudian langkah yang sama di lakukan kembali dengan putaran
mesin yang berbeda yaitu: 1000 rpm, 2000 rpm, 2500 rpm, dan 3500
rpm. Setelah langkah tersebut selesai maka pengukuran emisi gas
buang tanpa katalis telah selesai.
Converter ke dalam chasing setelah itu di tutup oleh cover dan kunci
dengan screw. Pastikan sambungan dalam kondisi rapat dan tidak ada
kebocoran.
Setelah unit Catalytic Converter sudah terpasang dengan benar, mesin
dihidupkan kembali lalu pengukuran di ulangi kembali sesuai
pengukuran yang pertama.
Pengukuran di lakukan berbagai variasi putaran seperti pada pengujian
pertama
Data di ambil dari nominal angka yang tertera pada monitor Gas Analyzer,
dengan cara mencatat secara langsung tiap variabel yang di ukur,
bersamaan dengan pengambilan data temperatur (C) chasing katalis.
Diantara gas analisis yang tertera adalah HC, CO, CO2, O2dan lamda.
d. Analisa Data
e. Tempat Penelitian
x
f. SkemaPengujian.
HASIL PENELITIAN
CH + C2 H2O + CO2
Polutan emisi gas CO yang di keluarkan oleh motor bakar di hasilkan dari
proses pembakaran yang kurang sempurna, untuk campuran kaya
konsentrasi CO pada gas buang akan meningkat sedangkan untuk
campuran miskin konsentrasi CO pada gas buang akan menurun. Polutan
xii
CO mempunyai sifat yang tidak berwarna, tidak berbau dan beracun, bila
terhirup manusia dalam paparan jam dapat menyebabkan kematian.
Dengan pemasangan katalis berbahan tembaga sebagai Catalytic
Converter diharapkan mampu mengurangi kandungan zat yang bersifat
toksin.
2CO + O2 2CO2
xiii
Emisi CO2 yang dikeluarkan oleh motor bakar dihasilkan dari proses
pembakaran yang kurang sempurna. Untuk campuran kaya konsentrasi
CO2 pada gas buang akan meningkat sedangkan untuk campuran miskin
konsentrasi CO2 pada gas buang sangat kecil. Polutan CO 2 mempunyai
sifat tidak berwarna, tidak berbau dan beracun, bila terhirup oleh manusia
untuk paparan 8 jam dapat menyebabkan kematian. Dengan pemasangan
katalis tembaga sebagai Catalytic Converter dapat dilihat pada gambar 13
bahwa bahan katalis tembaga dapat menekan kadar polutan (emisi CO 2)
yang keluar darik nalpot, terliahat dari grafik perbandingan dengan kondisi
tanpa adanya Catalytic Converter (sebelum memasuki Catalytic
Converter).
Secara umum dapat dilihat dari gambar 4.3 bahwa pengaruh tembaga
terhadap emisi CO2 dapat mengoksidasi dengan baik, hal ini disebabkan
karena tembaga meningkatkan luas permukaan katalis yang mendukung.
Untuk menjadi katalis yang dapat mengoksidasi CO menjadi CO 2 dengan
xiv
baik, sehingga emisi gas buang yang keluar dari knalpot lebih rendah dari
pada sebelum memasuki Catalytic Converter.
ReduksiNOx :
KESIMPULAN
SARAN
1. Untuk selanjutnya membentuk katalis model sarang lebah dapat di
bentuk dengan lebih rapi dan lebih rapat lagi celah antara sirip-siripnya,
hal ini menyebabkan meningkatnya efisiensi reduksi dan mengoksidasi
gas buang.
2. Model katalis (sarang lebah) yang sama tetapi dengan material berbeda
untuk penelitan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Aryanto A, Razif M, 2000, study penggunaan tembaga (Cu) sebagai
Catalytic Converter pada knalpot sepeda motor dua tak terhadap
emisi gas CO (jurnal), Teknik Lingkungan, ITS.
Emisi gas buang sangat tergantung pada perbandingan campuran bahan bakar
dengan udara, jadi untuk mengetahui kadar emisi gas buang maka alat uji emisi
dilengkapi dengan pengukur nilai (lambda) atau AFR (air-fuel ratio) yang dapat
mengindikasikan campuran tersebut. Teori stoichiometric menyatakan, untuk
membakar 1 gram bensin dengan sempurna diperlukan 14,7 gram oksigen.
Dengan kata lain, perbandingan campuran ideal 14,7 : 1.Perbandingan campuran
ini disebut AFR atau perbandingan udara dan bensin (bahan bakar). Untuk
membandingkan antara teori dan kondisi nyata, dirumuskan suatu perhitungan
yang disebut dangan istilah lambda (), secara sederhana, dituliskan sebagai
berikut
Jika jumlah udara sesungguhnya 14,7, maka:
= 14,7 / 14,7 : 1
= 14,7 / 14,7 = 1,0
Artinya :
= 1; berarti campuran ideal
> 1; berarti campuran kurus (lebih banyak udara)
< 1; berarti campuran kaya (kaya bahan bakar)
xx