Anda di halaman 1dari 39

Pengertian dan Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer| Kali ini seputar pengertian, dan

ciri-ciri serta mengaitkan kelebihan dan kekurangan/kelemahan sistem pemerintahan


parlementer. Langsung saja kita mulai dengan Pengertian Sistem Pemerintahan
Parlementer . Secara umum, Pengertian Sistem Pemerintahan Parlementer adalah sistem
pemerintahan dimana parlementer memiliki kewenangan dalam mengangkat perdana menteri
dan dapat menjatuhkan pemerintahan. Caranya dengan mengeluarkan semacam mosi tidak
percaya.
Dalam sistem pemerintaan parlementer terdapat seorang presiden dan seorang perdana
menteri, yang memiliki kewenangan mengenai jalannya pemerintahan. Dalam sistem
pemerintahan parlementer, presiden hanya menjadi simbol kepala negara. Sedangkan perdana
menteri menjadi kepala pemerintahan. Sistem pemerintahan parlementer dibedakan oleh cabang
eksekutif pemerintah tergantung dari adanya dukungan cabang legislatif atau parlementer baik
secara langsung atau tidak langsung, yang sering dikemukakan dalam sebuah veto keyakinan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pemisahan yang jelas antara eksekutif dan
legislatif.

1. Apakah Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer ?...


Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Parlementer - Dalam membedakan sistem pemerintahan yang
terdapat di suatu negara, perlunya kita mengetahui karekteristik/ciri-ciri negara tersebut, seperti
halnya mengenai ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer. Ciri-Ciri Sistem pemerintahan
parlementer adalah sebagai berikut...

Presiden sebagai kepala negara dan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan
Kekuasaan eksekutif memiliki dan bertanggung jawab kepada kekuasaan parlementer
Dalam kekuasaan eksekutif oleh presiden ditunjuk oleh legislatif/parlemen. Sedangkan
raja diseleksi menurut Undang-undang.
Legislatif memiliki kekuasaan dalam menjatuhkan kekuasaan eksekutif
Kabinet/Menteri-menteri beranggung jawab kepada kekuasaan legislatif
Perdana menteri mempunyai hak perogratif (hak istimewa) dalam mengangkat dan
memberhentikan para menteri-menteri yang baik itu memimpin suatu departemen dan
non departemen.

2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan Parlementer ?..


Kelebihan dan Kelemahan/Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer - Dalam sistem
pemerintahan parlementer dipuji, karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik.
Namun dalam sistem pemerintahan parlementer terdapat dua kekurangan yang mengarah pada
sering tidak stabilnya pemerintahan dan biasanya tidak ada pembedaan yang jelas mengenai
antara kepala pemerintahan dan kepala negara. dimana kepala pemerintahan adalah perdana
menteri, sedangkan kepala negara adalah biasanya hanya seremonial atau dengan kekuasaan
yang sedikit. Dalam hal ini, bukan hanya itu saja kelebihan dan kelemahan sistem pemerintahan
parlementer antara lain sebagai berikut..

a. Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer

Dalam membuat kebijakan/keputusan dalam ditangani secara cepat karena adanya


kemudahan penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena terdapat
dalam satu partai atau koalisi partai.
Pembuatan keputusan menggunakan waktu yang cepat
Dalam pertanggung jawaban terhadap pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas
Memiliki pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet/menteri-menteri
sehingga kabinet menjadi lebih berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan
b. Kelemahan/Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer

Kedudukan badan eksekutif atau kabinet bergantung dari mayoritas dukungan parlemen
sehingga sewaktu-waktu dapat dijatuhkan oleh parlemen
Dalam masa jabatan badan eksekutif atau kabinet tidak dapat ditentukan berakhir sesuai
dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu dapat dibubarkan oleh legislatif
Parlemen menjadi sebuah tempat dalam kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Menurut dari pengalaman para anggota parlemen yang menjadi bekal dalam menjadi
menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
Kabinet/menteri-menteri dapat mengendalikan legislatif, jika sejumlah para anggota
kabinet berasal dari partai mayoritas dalam parlemen, karena pengaruh mereka yang
besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat menguasai parlemen.
Mengenal Ciri-Ciri Negara Hukum| Apa sih yang menandakan bahwa negara ini adalah negara
hukum ?..., teman-teman dapat mengetahui dengan melihat ciri-ciri negara hukum. tapi sebelum
itu mari kita lihat pengertian negara hukum. Pengertian Negara Hukumadalah negara yang
mengambil tindakan didasarkan pada aturan hukum yang telah ada, jadi dalam Tugas
Negara adalah menjalankan kesadaran hukum berdasarkan hukum yang berlaku yang harus
ditaati oleh seluruh warga negara tersebut. sedangkan
dalam Pengertian Negara Hukum berdasarkan kekuasaan adalahnegara yang bersandar pada
keyakinan bahwa kekuasaan negara dijalankan dengan adil dan juga baik. Negara hukum
terdapat 2 unsur. Unsur-unsur negara hukum adalah pertama : adanya hubungan antara
pemerintah dan diperintah berdasarkan norma objektif yang memikat keduanya, sedangkan
unsur yang kedua : norma objektif bersifat formal dan juga dapat dipertahankan dengan
berhadapan idea hukum.

Alasan Menjadi Negara Hukum


1. Legitimiasi demokrasi
2. Demi kepastian hukum
3. Tuntutan perlakukan yang sama
4. Tuntutan akal budi

Unsur-Unsur Negara Hukum Secara Umum


1. Dihargainya hak asasi manusia
2. Munculnya pembagian atau pemisahan kekuasaan dalam menjamin hak-hak
3. Pemerintah dijalankan menurut perundang-undangan
4. Munculnya peradilan administrasi dalam mengatasi perselisihan antara rakyat dengan
pemerintah

Ciri-Ciri Negara Hukum


1. Kekuasaan berjalan sesuai dengan hukum positif yang berlaku
2. Menuntut pembagian kekuasaan
3. Kegiatan negara dikontrol oleh kekuasaan kehakiman efektif
4. Adanya pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia (ham)
5. Adanya legalitasi dalam arti hukum.

Kesimpulan : Negara hukum adalah alat-alat negara dapat menggunakan kekuasaannya


berdasarkan dalam hukum tersebut dengan cara yang terdapat dalam hukum itu sendiri.
Tugas dan Wewenang Kepala Daerah dan Wakilnya| Di dalam Pasal 19 UU Ayat (2) Nomor
32 Tahun 2004, disebutkan bahwa penyelenggara pemerintah daerah adalah adalah pemerintah
daerah dan DPRD. Selanjutnya dalam penjelasan undang-undang tersebut, antara lain
dijelaskan dalam pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah
yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah. Dalam setiap daerah dipimpin oleh kepala
daerah yang dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut
dengan gubernur, untuk kabupaten disebut bupati, dan untuk kota disebut dengan wali kota.
Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat di daerah yang bersangkutan. Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga
sebagai wakil pemerintahan di wilayah provinsi yang bersangkutan. Sebagai wakil pemerintah,
gubernur bertanggung jawab kepada presiden.

Tugas dan Wewenang Kepala Daerah dan Wakilnya


Terdapat beberapa tugas dan wewenang kepala daerah dan wakilnya antara lain sebagai
berikut...
1. Tugas dan Wewenang Kepala Daerah

Memimpin penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan


bersama DPRD
mengajukan rancangan perda
menetapkan Peraturan Daerah (Perda) yang telah mendapat persetujuan bersama
DPRD
menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Daerah (Perda) tentang APBD kepada
DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama
mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah
mewakili daerahnya di dalam dan diluar pengadilan, dan dapat diwakili oleh kuasa
hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan
melaksanakan tugas dan wewenang yang lainnnya sesuai dengan peraturan perundang-
udangan

2. Tugas dan Wewenang Wakil Kepada Daerah

Membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah


Membantu kepala daerah dalam mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah,
menindaklanjuti lampiran dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan,
melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan
pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup
Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi
wakil kepala daerah provinsi
Memberikan saran dan perimbangan kepala daerah dalam penyelenggaraan kegiatan
pemerintah daerah
Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala
daerah
Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.

Wakil kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya sepenuhnya bertanggung jawab kepada
kepala daerah. Wakil kepala daerah daerah menggantikan kepala daerah sampai masa
jabatannya habis atau kepala daerah meninggal duna, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
memenuhi segala kewajibannya selama enam bulan secara terus menerus dalam masa
jabatannya. Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah berhenti karena meninggal dunia,
permintaan sendiri, atau diberhentikan.
. Apakah Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Presidensial ?..
Ciri-Ciri Sistem Pemerintahan Presidensial - Dalam menentukan sistem pemerintahan suatu
negara adalah dengan mengetahui macam-macam karekteristik/ciri-ciri dari seluruh sistem
pemerintahan didunia. seperti halnya ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial yang dapat anda
lihat dibawah ini..

Presiden memangku jabatan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara


Presiden diangkat melalui pemilu yang dipilih langsung oleh rakyat
Anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum (pemilu)
Presiden mempunyai hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menterinya baik yang memimpin departemen dan non
departemen
Menteri (kabinet) sebagai pembantu presiden bertanggung jawab terhadap presiden dan
tidak boleh kepada legislatif karena menteri merupakan pembantu presiden
Kekuasaan eksekutif tidakbertanggung jawab oleh kekuasaan legislatif
Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif dan sebaliknya

2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan Presidensial


Kelebihan dan Kelemahan Sistem Pemerintahan Presidensial -Dalam berjalannya sistem
pemerintahan presidensial ini, memiliki berbagai kelebihan/keuntungan dan juga tentunya
memiliki kelemahan/kekurangan antara lain sebagai berikut..

a. Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial

Kekuasaan eksekutif lebih stabil karena tidak bergantung dan tidak terganggu pada
parlemen
Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dalam kurun waktu tertentu. Seperti di
indonesia masa jabatan presiden 5 tahun.
Legislatif bukan tempat kaderisasi mengenai jabatan-jabatan eksekutif karena diisi oleh
orang luar termasuk anggota parlemen sendiri
Dalam penyusunan program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya

b. Kelemahan/Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial

Sistem pertanggung jawaban kurang jelas


Pembuatan keputusan/mengambil kebijakan memakain waktu yang lama
Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlak
Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif yang mengakibatkan terjadinya keputusan yang tidak tegas
Pengertian dan Ciri-Ciri Ideologi Terbuka & Tertutup| Hai teman-teman, kali ini mengenai
pengertian dan ciri-ciri ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Pengertian Ideologi
Terbuka adalah nila-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan, melainkan digali dan diambil dari
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya itu sendiri. Sedangkan Pengertian Ideologi
Tertutup adalah ajaran atua pandangan dunia yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-
norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi,
tetapi harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi.

1. Pembahasan Ideologi Terbuka


Ideologi terbuka dapat juga diartikan sebagai ideologi yang tidak dimutlakkan. Ideologi terbuka
merupakan ideologi yang dapat berinteraksi dari perkembangan zaman dan dinamika yang
sifatnya internal. Ideologi terbuka bersumber dari penjelasan umum 1945 yang berbunyi "...
terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya
memuat aturan-aturan, pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok
itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya dan
mencabutnya".

2. Pembahasan Ideologi Tertutup


Ideologi tertutup dapat diartikan sebagai ideologi yang dimutlakkan. Ideologi tertutup merupakan.
Kebenaran dari ideologi tertutup tidak dipermasalahkan dalam nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral yang lain. Ideologi tertutup memiliki sifat yang dogmatis dan apriori. Arti dogmatis adalah
mempercayai terhadap suatu keadaan tanpa daya yang valid. Sedangkan arti apriori adalah
berprasangka terlebih dahulu terhadap suatu keadaan. Ideologi tertutup memakai pemaksaan
dalam pemberlakuan yang dipatuhi setiap masyarakat yang kordinir oleh masyarakat elit atau
kelompok masyarakat. hal ini berarti bersifat otoriter yang dijalankan dengan totaliter.

3. Ciri-Ciri Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup


a. Ciri-Ciri Ideologi Terbuka

Cita-cita hidup dalam masyarakat


Merupakan hasil dari musyawarah dan konsensus rakyatnya
Nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari diri masyarakat
Ideologi terbuka bersifat dinamis dan reformasi

b. Ciri-Ciri Ideologi Tertutup

Bukan cita-cita yang hidup dalam diri masyarakat


Tidak bersifat nilai atau cita-cita
Kepercayaan dan kesetiaan yang sifatnya kaku
Terdiri dari tuntutan konkret dan operasional secara mutlak
Pengertian Ideologi : Apa itu Ideologi| Apa sih itu Pengertian Ideologi yang sebenarnya
?...Ada banyak definisi para ahli tentang pengertian ideologi, dimana dari pendapat-pendapat
para ahli tersebut dapat disimpulkan mengenai pengertian ideologi sesungguhnya. Lalu apasih
itu Pengertian ideologi ?.. Secara umum, Pengertian Ideologi adalah suatu kumpulan
gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan
tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.

Istilah ideologi berasal dari kata 'idea' (inggris) yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita; dan kata 'logi' yang dalam bahasa Yunani logos artinya ilmu atau pengetahuan. Secara
Harfiah, Pengertian Ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan
tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari "idea" yang berarti 'cita-cita'. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-
cita yang bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan atau paham. Ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide,
pengertian dasar, gagasan dan cita-cita. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang luas, sebagai
cara memandang segala sesuatu. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga pembuat konsep ini
menjadi intisari politik.

Pengertian Ideologi Menurut Definisi Para Ahli - Berikut beberapa pengertian ideologi yang
dikemukakan oleh tokoh-tokoh kenegaraan.

Alfian : Menurut definisi Alfian, pengertian ideologi adalah suatu pandangan atau sistem
nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu
secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai
segi kehidupan.
C.C. Rodee : Menurut pendapat C.C. Rodee yang menyatakan bahwa pengertian
ideologi adalah sekumpulan yang secara logis berkaitan dan mengindentifikasikan nilai-
nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya.
Ali Syariati : Menurut Ali Syariati mengenai pendapat tentang pengertian ideologi yang
mengatakan bahwa ideologi adalah sebagai keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan
yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa atau suatu ras
tertentu.

Dari hasil pendapat para ahli mengenai pengertian ideologi, yang disimpulkan bahwa pengertian
ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, yang menyeluruh
dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.
Pengertian Ideologi : Apa itu Ideologi| Apa sih itu Pengertian Ideologi yang sebenarnya
?...Ada banyak definisi para ahli tentang pengertian ideologi, dimana dari pendapat-pendapat
para ahli tersebut dapat disimpulkan mengenai pengertian ideologi sesungguhnya. Lalu apasih
itu Pengertian ideologi ?.. Secara umum, Pengertian Ideologi adalah suatu kumpulan
gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan
tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.

Istilah ideologi berasal dari kata 'idea' (inggris) yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita; dan kata 'logi' yang dalam bahasa Yunani logos artinya ilmu atau pengetahuan. Secara
Harfiah, Pengertian Ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan
tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari "idea" yang berarti 'cita-cita'. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-
cita yang bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus
merupakan dasar, pandangan atau paham. Ideologi mencakup pengertian tentang ide-ide,
pengertian dasar, gagasan dan cita-cita. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang luas, sebagai
cara memandang segala sesuatu. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya
sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga pembuat konsep ini
menjadi intisari politik.

Pengertian Ideologi Menurut Definisi Para Ahli - Berikut beberapa pengertian ideologi yang
dikemukakan oleh tokoh-tokoh kenegaraan.

Alfian : Menurut definisi Alfian, pengertian ideologi adalah suatu pandangan atau sistem
nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu
secara moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai
segi kehidupan.
C.C. Rodee : Menurut pendapat C.C. Rodee yang menyatakan bahwa pengertian
ideologi adalah sekumpulan yang secara logis berkaitan dan mengindentifikasikan nilai-
nilai yang memberi keabsahan bagi institusi dan pelakunya.
Ali Syariati : Menurut Ali Syariati mengenai pendapat tentang pengertian ideologi yang
mengatakan bahwa ideologi adalah sebagai keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan
yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu kelas sosial, suatu bangsa atau suatu ras
tertentu.

Dari hasil pendapat para ahli mengenai pengertian ideologi, yang disimpulkan bahwa pengertian
ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, yang menyeluruh
dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia.
Pengertian Amandemen UUD 1945
Amandemen adalah proses perubahan terhadap ketentuan dalam sebuah peraturan.
Berupa penambahan maupun pengurangan/penghilangan ketentuan tertentu. Amandemen hanya
merubah sebagai ( kecil ) dari peraturan. Sedangkan penggantian peraturan terhadap ketentuan
dalam UUD 1945.
Amandemen UUD 1945 dilakukan sebanyak 4 kali. Keempat tahap amandemen tersebut adalah
sebagai berikut:
Amandemen pertama: dalam sidang umum MPR oktober 1999
Amandemen kedua: dalam sidang tahunan MPR tahun 2000
Amandemen ketiga: dalam sidang tahunan MPR oktober 2001
Amandemen keempat: dalam siding tahunan MPR Agustus 2002

A. Amandemen pertama menyakut 5 persoalan pokok. Kelima persoalan itu meliputi:


- perubahan tentang lembaga pemegang kekuasaan membuat undang-
undang
- perubahan tentang masa jabatan presiden
- perubahan tentang hak prerogative presiden
- perubahan tentang fungsi menteri
- perubahan redaksional
B. Amandemen kedua dilakukan terhadap 9 persoalan. Kesembilan persoalan
tersebut meliputi pengaturan mengenai:
- Wilayah Negara
- hak hak asasi manusia
- DPR
- Pemerintahan Daerah
- Pertahan dan keamanan
- Lambang Negara
- Lagu kebangsaan
C. Amandemen ketiga berkenaan dengan 16 persoalan pokok. Persoalan itu meliputi:
- Kedaulatan rakyat
- tugas MPR
- syarat syarat presiden dan wakil presiden
- Pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung
- pemberentian Presiden
- Presiden berhalangan tetap
- kekosongan wakil presiden
- perjanjian internasional
- kementrian Negara
- DPD
- Pemilihan umun
- APBN,pajak dan keuangan Negara
- Badan pemeriksa keuangan
- Kekuasaan kehakiman dan Mahkamah Agung
- Komisi yudisial
- Mahkamah Konstitusi
D. Amandemen keempat berkenaan dengan 12 persoalan. Persoalan tersebut adalah:
- komposisi keanggotaan MPR
- pemilu presiden dan wakil presiden
- presiden dan wakil presiden tidak dapat menjalankan kewajiban dalam masa
jabatan secara bersamaan
- dewan pertimbangan yang bertugas member nasihat presiden
- mata uang
- Bank sentral
- badan badan lain dalam kekuasan kehakiman
- Pendidikan
- Kebudayaan
Bagi pendukungnya, amandemen tersebut dinilai sebagai keberhasilan. Tidak demikian halnya bagi
penentangnya. Menurut mereka, semestinya UUD 1945 ( konstitusi 1 ) tidak perlu
diamandemenkan.

4 Kompetensi yang Wajib Dikuasai Guru


Share694

Untuk menciptakan peserta didik yang berkualitas, guru harus menguasai 4

kompetensi. Keempat kompetensi yang harus dikuasai guru untuk meningkatkan

kualitasnya tersebut adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan


kepribadian. Guru harus sungguh-sungguh dan baik dalam menguasai 4 kompetensi

tersebut agar tujuan pendidikan bisa tercapai.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang


membedakan guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7 aspek kemampuan, yaitu:

1. Mengenal karakteristik anak didik

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran

3. Mampu mengembangan kurikulum

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik


5. Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik

6. Komunikasi dengan peserta didik

7. Penilaian dan evaluasi pembelajaran

2. Kompetensi Profesional.

Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan
ilmu terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi profesional yang

harus terus dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi
profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang meliputi:

Konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan

materi ajar

Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah

Hubungan konsep antar pelajaran terkait

Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari

Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai

dan budaya nasional

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja

sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial yang harus
dikuasai guru meliputi:

Berkomunikasi lisan dan tulisan

Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional


Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,

orang tua/wali peserta didik

Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar

Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia

Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan

Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

4. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi ini

misalnya:

Dewasa

Stabil

Arif dan bijaksana

Berwibawa

Mantap

Berakhlak mulia

Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

Mengevaluasi kinerja sendiri

Mengembangkan diri secara berkelanjutan

Keempat kriteria tersebut biasanya didapat dan dikembangkan ketika menjadi calon
guru dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi khususnya jurusan
kependidikan. Perlu adanya kesadaran dan keseriusan dari guru untuk

mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Karena kian hari tantangan dan


perubahan zaman membuat proses pendidikan juga harus berubah.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKERASAN PADA SISWA

Tulisan ini, sengaja kami ambil secara utuh dari bloge-


psikologi.com, ditulis oleh Pudji Susilowati S.Psi, tulisan ini enak dibaca, sangat
penting dibaca olehguru dan orang tua, sayang daftar pustaka tidak disebutkan
secara jelas,

Kekerasan dapat terjadi dimana saja, termasuk di sekolah. Berdasarkan hasil


penelitian yang dilakukan oleh UNICEF (2006) di beberapa daerah di Indonesia
menunjukkan bahwa sekitar 80% kekerasan yang terjadi pada siswa dilakukan
oleh guru. Belakangan ini masyarakat dikejutkan dengan berita mengenai
seorang guru yang menganiaya salah satu siswanya akibatnya siswa tersebut
harus dirawat di rumah sakit. Di televisi juga pernah marak diberitakan
mengenai siswa yang melakukan kekerasan pada siswa lainnya, contohnya
kasus IPDN, dll. Hal ini, tentunya cukup mengejutkan bagi kita. Kita tahu bahwa
sekolah merupakan tempat siswa menimba ilmu pengetahuan dan seharusnya
menjadi tempat yang aman bagi siswa. Namun ternyata di beberapa sekolah
terjadi kasus kekerasan pada siswa yang dilakukan oleh sesama siswa, guru
atau pihak lain di dalam lingkungan sekolah.

Kuriake mengatakan bahwa di Indonesia cukup banyak guru yang menilai cara
kekerasan masih efektif untuk mengendalikan siswa (Phillip, 2007). Padahal cara
ini bisa menyebabkan trauma psikologis, atau siswa akan menyimpan dendam,
makin kebal terhadap hukuman, dan cenderung melampiaskan kemarahan dan
agresi terhadap siswa lain yang dianggap lemah. Lingkaran negatif ini jika terus
berputar bisa melanggengkan budaya kekerasan di masyarakat.

Untuk itu, pada kesempatan ini, kita akan membahas mengenai kekerasan pada
siswa dan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak yang terkait.
Definisi Kekerasan pada siswa

Kekerasan pada siswa adalah suatu tindakan keras yang dilakukan terhadap
siswa di sekolah dengan dalih mendisiplinkan siswa (Charters dalam Anshori,
2007). Ada beberapa bentuk kekerasan yang umumnya dialami atau dilakukan
siswa.

Kekerasan fisik : kekerasan fisik merupakan suatu bentuk kekerasan yang


dapat mengakibatkan luka atau cedera pada siswa, seperti memukul,
menganiaya, dll.

Kekerasan psikis : kekerasan secara emosional dilakukan dengan cara


menghina, melecehkan, mencela atau melontarkan perkataan yang menyakiti
perasaan, melukai harga diri, menurunkan rasa percaya diri, membuat orang
merasa hina, kecil, lemah, jelek, tidak berguna dan tidak berdaya.

Kekerasan defensive : kekerasan defensive dilakukan dalam rangka tindakan


perlindungan, bukan tindakan penyerangan (Rini, 2008).

Kekerasan agresif : kekerasan agresif adalah kekerasan yang dilakukan untuk


mendapatkan sesuatu seperti merampas, dll (Rini, 2008).

Faktor-faktor Penyebab Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan


Kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan dapat terjadi karena beberapa
faktor, yaitu:

Dari Guru
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru melakukan kekerasan pada
siswanya, yaitu:

Kurangnya pengetahuan bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif
untuk memotivasi siswa atau merubah perilaku, malah beresiko menimbulkan
trauma psikologis dan melukai harga diri siswa.

Persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Bagaimana pun juga, setiap anak
punya konteks kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata dan
tindakan yang terlihat saat ini, termasuk tindakan siswa yang dianggap
melanggar batas. Apa yang terlihat di permukaan, merupakan sebuah tanda
/ sign dari masalah yang tersembunyi di baliknya. Yang terpenting bukan
sebatas menangani tindakan siswa yang terlihat, tapi mencari tahu apa yang
melandasi tindakan / sikap siswa.

Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola


emosi hingga guru ybs menjadi lebih sensitif dan reaktif.
Adanya tekanan kerja : target yang harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi
kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa didiknya
sementara kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal dan
maksimal cukup besar.

Pola authoritarian masih umum digunakan dalam pola pengajaran di Indonesia.


Pola authoritarian mengedepankan faktor kepatuhan dan ketaatan pada figure
otoritas sehingga pola belajar mengajar bersifat satu arah (dari guru ke
murid). Implikasinya, murid kurang punya kesempatan untuk berpendapat dan
berekspresi. Dan, pola ini bisa berdampak negatif jika dalam diri sang guru
terdapat insecurity yang berusaha di kompensasi lewat penerapan kekuasaan.

Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan cenderung


mengabaikan kemampuan afektif (Rini, 2008). Tidak menutup kemungkinan
suasana belajar jadi kering dan stressful, dan pihak guru pun kesulitan dalam
menciptakan suasana belajar mengajar yang menarik, padahal mereka dituntut
mencetak siswa-siswa berprestasi.

Dari siswa
Salah satu factor yang bisa ikut mempengaruhi terjadinya kekerasan, adalah
dari sikap siswa tersebut. Sikap siswa tidak bisa dilepaskan dari dimensi
psikologis dan kepribadian siswa itu sendiri.
Kecenderungansadomasochism tanpa sadar bisa melandasi interaksi antara
siswa dengan pihak guru, teman atau kakak kelas atau adik kelas. Perasaan
bahwa dirinya lemah, tidak pandai, tidak berguna, tidak berharga, tidak dicintai,
kurang diperhatikan, rasa takut diabaikan, bisa saja membuat seorang
siswa clinging pada powerful / authority figure dan malah memancing orang
tersebut untuk actively responding to his / her need meskipun dengan cara yang
tidak sehat. Contohnya, tidak heran jika anak berusaha mencari perhatian
dengan bertingkah yang memancing amarah, agresifitas,atau pun hukuman.
Tapi, dengan demikian, tujuannya tercapai, yakni mendapat perhatian.
Sebaliknya, bisa juga perasaan inferioritas dan tidak berharga di kompensasikan
dengan menindas pihak lain yang lebih lemah supaya dirinya merasa hebat.

Dari Keluarga
Kekerasan yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa, perlu juga dilihat dari
factor kesejarahan mereka.

Pola Asuh

Anak yang dididik dalam pola asih yang indulgent, highly privilege(orang tua
sangat memanjakan anak dan memmenuhi semua keinginan anak), tumbuh
dengan lack of internal control and lack of sense of responsibility. Mengapa?
Dengan memenuhi semua keinginan dan tuntutan mereka, anak tidak belajar
mengendalikan impulse, menyeleksi dan menyusun skala prioritas kebutuhan,
dan bahkan tidak belajar mengelola emosi. Ini jadi bahaya karena anak merasa
jadi raja dan bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dan bahkan menuntut
orang lain melakukan keinginannya. Jadi anak akan memaksa orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya, dengan cara apapun juga asalkan tujuannya
tercapai. Anak juga tak memiliki sense of responsibilitykarena kemudahan yang
ia dapatkan, membuat anak tidak berpikiraction-consequences, aksi reaksi,
kalau mau sesuatu ya harus berusaha. Anak di sekolah ingin dapat nilai bagus
tapi tidak mau belajar, akhirnya mencontek, atau memaksa siswa lain memberi
contekan dengan ancaman atau pun bribe .

Orang tua yang emotionally or physically uninvolved, bisa menimbulkan


persepsi pada anak bahwa mereka tidak dikehendaki, jelek, bodoh, tidak baik,
dsb. Kalau situasi ini tidak sempat diperbaiki, bisa menimbulkan dampak
psikologi, yakni munculnya perasaan inferior, rejected, dsb.Unresolved feeling
of emotionally physically rejected, membuat anak memilih untuk jadi
bayang-bayang orang lain, clinging to strong identity meskipun sering jadi
bahan tertawaan atau hinaan, disuruh-suruh. Atau, anak cenderung menarik
diri dari pergaulan, jadi pendiam, pemurung atau penakut hingga memancing
pihak aggressor untuk menindas mereka. Sebaliknya, orang tua yang
terlalu rigid danauthoritarian, tidak memberikan kesempatan pada anaknya
untuk berekspresi, dan lebih banyak mengkritik, membuat anak merasa dirinya
not good enough person, hingga dalam diri mereka bisa tumbuh inferioritas,
dependensi, sikapnya penuh keraguan, tidak percaya diri, rasa takut pada
pihak yang lebih kuat, sikap taat dan patuh yang irrasional, dsb. Atau, anak
jadi tertekan, karena harus menahan semua gejolak emosi, rasa marah,
kecewa, sedih, sakit hati tanpa ada jalan keluar yang sehat. Lambat laun
tekanan emosi itu bisa keluar dalam bentuk agresivitas yang diarahkan pada
orang lain.

Orangtua mengalami masalah psikologis


Jika orangtua mengalami masalah psikologis yang berlarut-larut, bisa
mempengaruhi pola hubungan dengan anak. Misalnya, orang tua
yangstress berkepanjangan, jadi sensitif, kurang sabar dan mudah marah pada
anak, atau melampiaskan kekesalan pada anak. Lama kelamaan kondisi ini
mempengaruhi kehidupan pribadi anak. Ia bisa kehilangan semangat, daya
konsentrasi, jadi sensitif, reaktif, cepat marah, dsb.

Keluarga disfungsional
Keluarga yang mengalami disfungsi punya dampak signifikan terhadap sang
anak. Keluarga yang salah satu anggotanya sering memukul, atau menyiksa fisik
atau emosi, intimidasi anggota keluarga lain; atau keluarga yang sering konflik
terbuka tanpa ada resolusi, atau masalah berkepanjangan yang dialami oleh
keluarga hingga menyita energy psikis dan fisik, hingga mempengaruhi
interaksi, komunikasi dan bahkan kemampuan belajar, kemampuan kerja
beberapa anggota keluarga yang lain. Situasi demikian mempengaruhi kondisi
emosi anak dan lebih jauh mempengaruhi perkembangan kepribadiannya.
Sering dijumpai siswa bermasalah, setelah diteliti ternyata memiliki latar
belakang keluarga yang disfungsional.

Dari Lingkungan
Tak dapat dipungkiri bahwa kekerasan yang terjadi selama ini juga terjadi
karena adanya faktor lingkungan, yaitu:

Adanya budaya kekerasan : seseorang melakukan kekerasan karena dirinya


berada dalam suatu kelompok yang sangat toleran terhadap tindakan
kekerasan. Anak yang tumbuh dalam lingkungan tersebut memandang
kekerasan hal yang biasa / wajar.

Mengalami sindrom Stockholm : Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi


psikologis dimana antara pihak korban dengan pihak aggressorterbangun
hubungan yang positif dan later on korban membantuaggressor mewujudkan
keinginan mereka. Contoh, kekerasan yang terjadi ketika mahasiswa senior
melakukan kekerasan pada mahasiswa baru pada masa orientasi bersama
terjadi karena mahasiswa senior meniru sikap seniornya dulu dan dimasa
lalunya juga pernah mengalami kekerasan pada masa orientasi

Tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan : Jika seseorang terlalu


sering menonton tayangan kekerasan maka akan mengakibatkan dirinya
terdorong untuk mengimitasi perilaku kekerasan yang ada di televisi. Sebab,
dalam tayangan tersebut menampilkan kekerasan yang diasosiasikan dengan
kesuksesan, kekuatan dan kejayaan seseorang. Akibatnya, dalam pola berpikir
muncul premis bahwa jika ingin kuat dan ditakuti, pakai jalan kekerasan.

Dampak Kekerasan Pada Siswa


Apa saja dampak kekerasan pada siswa? Kekerasan yang terjadi pada siswa di
sekolah dapat mengakibatkan berbagai dampak fisik dan psikis, yaitu:

Dampak fisik : kekerasan secara fisik mengakibatkan organ-organ tubuh siswa


mengalami kerusakan seperti memar, luka-luka, dll.

Dampak psikologis : trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam,
menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilangnya
inisiatif, serta daya tahan (mental) siswa, menurunnya rasa percaya diri,
inferior, stress, depresi dsb. Dalam jangka panjang, dampak ini bisa terlihat
dari penurunan prestasi, perubahan perilaku yang menetap,

Dampak sosial : siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada


penanggulangan, bisa saja menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena
takut, merasa terancam dan merasa tidak bahagia berada diantara teman-
temannya. Mereka juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru
maupun dengan sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit mempercayai orang
lain, dan semakin menutup diri dari pergaulan.

Solusi Untuk Mengatasi Kekerasan pada siswa di Sekolah


Bukankah kita mengharapkan agar generasi penerus kita merupakan generasi
yang sehat secara fisik dan psikis? Oleh karena itu, kekerasan yang terjadi pada
siswa di sekolah perlu ditangani karena mengakibatkan dampak negatif bagi
siswa. Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi kekerasan
pada siswa di sekolah, yaitu:

Bagi Sekolah

Menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah

Pendidikan tanpa kekerasan adalah suatu pendidikan yang ditujukan pada anak
dengan mengatakan tidak pada kekerasan dan menentang segala bentuk
kekerasan. Dalam menanamkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah, guru
dapat melakukannya dengan menjalin komunikasi yang efektif dengan siswa,
mengenali potensi-potensi siswa, menempatkan siswa sebagai subjek
pembelajaran, guru memberikan kebebasan pada siswa untuk berkreasi dan
guru menghargai siswa sesuai dengan talenta yang dimiliki siswa (Susilowati,
2007).

Hukuman yang diberikan, berkorelasi dengan tindakan anak. Ada sebab ada
akibat, ada kesalahan dan ada konsekuensi tanggung jawabnya.Dengan
menerapkan hukuman yang selaras dengan konsekuensi logis tindakan siswa
yang dianggap keliru, sudah mencegah pemilihan / tindakan hukuman yang
tidak rasional.

Sekolah terus mengembangkan dan membekali guru baik dengan wawasan /


pengetahuan, kesempatan untuk punya pengalaman baru, kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas mereka. Guru juga membutuhkan aktualisasi diri,
tidak hanya dalam bentuk materi, status, dsb. Guru juga senang jika diberi
kesempatan untuk menuangkan aspirasi, kreativitas dan mencoba
mengembangkan metode pengajaran yang menarik tanpa keluar dari prinsip
dan nilai-nilai pendidikan. Selain itu, sekolah juga bisa memberikan pendidikan
psikologi pada para guru untuk memahami perkembangan anak serta dinamika
kejiwaan secara umum. Dengan pendekatan psikologi, diharapkan guru dapat
menemukan cara yang lebih efektif dan sehat untuk menghadapi anak didik.

Konseling. Bukan hanya siswa yang membutuhkan konseling, tapi guru pun
mengalami masa-masa sulit yang membutuhkan dukungan, penguatan, atau
pun bimbingan untuk menemukan jalan keluar yang terbaik.

Segera memberikan pertolongan bagi siapapun yang mengalami tindakan


kekerasan di sekolah, dan menindaklanjuti kasus tersebut dengan cara
adekuat.

Sekolah yang ramah bagi siswa merupakan sekolah yang berbasis pada hak
asasi, kondisi belajar mengajar yang efektif dan berfokus pada siswa, dan
memfokuskan pada lingkungan yang ramah pada siswa. Menurut Rini (2008),
perlu di kembangkan pembelajaran yang humanistik yaitu model pembelajaran
yang menyadari bahwa belajar bukan merupakan konsekuensi yang otomatis
namun membutuhkan keterlibatan mental, dan berusaha mengubah suasana
belajar menjadi lebih menyenangkan dengan memadukan potensi fisik dan psikis
siswa.

Bagi Orangtua atau keluarga

Perlu lebih berhati-hati dan penuh pertimbangan dalam memilihkan sekolah


untuk anak-anaknya agar tidak mengalami kekerasan di sekolah.

Menjalin komunikasi yang efektif dengan guru dan sesama orang tua murid
untuk memantau perkembangan anaknya.

Orangtua menerapkan pola asuh yang lebih menekankan pada dukungan


daripada hukuman, agar anak-anaknya mampu bertanggung jawab secara
sosial

Hindari tayangan televisi yang tidak mendidik, bahkan mengandung unsur


kekerasan. Kekerasan yang ditampilkan dalam film cenderung dikorelasikan
dengan heroisme, kehebatan, kekuatan dan kekuasaan.

Setiap masalah yang ada, sebaiknya dicari solusi / penyelesaiannya dan jangan
sampai berlarut-larut. Kebiasaan menunda persoalan, menghindari konflik,
malah membuat masalah jadi berlarut-larut dan menyita energy. Sikap terbuka
satu sama lain dan saling mendukung, sangat diperlukan untuk menyelesaikan
setiap persoalan dengan baik.

Carilah bantuan pihak professional jika persoalan dalam rumah tangga,


semakin menimbulkan tekanan hingga menyebabkan salah satu atau beberapa
anggota keluarga mengalami hambatan dalam menjalankan kehidupan mereka
sehari-hari.

Bagi siswa yang mengalami kekerasan


Segera sharing pada orangtua atau guru atau orang yang dapat dipercaya
mengenai kekerasan yang dialaminya sehingga siswa tersebut segera
mendapatkan pertolongan untuk pemulihan kondisi fisik dan psikisnya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi semua pihak, baik guru, orang tua dan
siswa untuk memahami bahwa kekerasan bukanlah solusi atau aksi yang tepat,
namun semakin menambah masalah. Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat
dan mengurangi terjadinya kekerasan pada siswa. Perlu diingat, bahwa untuk
mengatasi masalah ini dibutuhkan kerjasama dari semua pihak
TINDAK KEKERASAN GURU TERHADAP SISWA
PADA SAAT PEMBELAJARAN

21 Votes

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan dan pengajaran memang tidak identik dengan kekerasan, baik di masa yang lalu apalagi

sekarang ini. Tapi kekerasan sering kali dihubung-hubungkan dengan kedisiplinan dan penerapannya

dalam dunia pendidikan. Istilah tegas dalam membina sikap disiplin pada anak didik, sudah lazim

digantikan dengan kata keras. Hal ini kemudian ditunjang dengan penggunaan kekerasan dalam

membina sikap disiplin di dunia militer, khususnya pendidikan kemiliteran. Ketika kemudian cara-cara

pendidikan kemiliteran itu diadopsi oleh dunia pendidikan sipil, maka cara keras ini istilah sekarang

adalah kekerasan juga ikut diambil alih di lingkungan sekolah.

Kekerasan dapat terjadi dimana saja, termasuk di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh UNICEF (2006) di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 80% kekerasan yang

terjadi pada siswa dilakukan oleh guru. Belakangan ini masyarakat dikejutkan dengan berita mengenai

seorang guru yang menganiaya salah satu siswanya akibatnya siswa tersebut harus dirawat di rumah sakit.

Kita tahu bahwa sekolah merupakan tempat siswa menimba ilmu pengetahuan dan seharusnya menjadi

tempat yang aman bagi siswa. Namun ternyata di beberapa sekolah terjadi kasus kekerasan pada siswa

oleh guru. Kekerasan-kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa seperti dilempar penghapus dan

penggaris, dijemur di lapangan, dan dipukul. Di samping itu siswa juga mengalami kekerasan psikis dalam

bentuk bentakan dan kata makian, seperti bodoh, goblok, kurus, ceking dan sebagainya.

Kuriake mengatakan bahwa di Indonesia cukup banyak guru yang menilai cara kekerasan masih efektif

untuk mengendalikan siswa (Phillip, 2007). Padahal cara ini bisa menyebabkan trauma psikologis, atau

siswa akan menyimpan dendam, makin kebal terhadap hukuman, dan cenderung melampiaskan
kemarahan dan agresi terhadap siswa lain yang dianggap lemah. Lingkaran negatif ini jika terus berputar

bisa melanggengkan budaya kekerasan di masyarakat.


Untuk itu, pada kesempatan ini, kita akan membahas mengenai kekerasan pada siswa dan apa yang harus

dilakukan oleh masing-masing pihak yang terkait.

Kita sering mendengar kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada murid di tv dan koran,

diantaranya adalah:

Pamekasan Seorang guru agama Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Pamekasan, Madura, menggampar

seorang siswa kelas 2. Akibatnya, telinga kiri siswa tersebut terus berdengung dan nyaris tidak bisa

mendengar.

Siswa tersebut tidak mengetahui penyebab hingga dirinya menjadi sasaran pemukulan guru wanita itu.

Aksi pemukulan itu sendiri terjadi Selasa (15/12/2009) siang di ruang kelas. Siswa yang saat itu sedang di

ruang kelas tiba-tiba dihampiri sang guru. Setelah mendekat, tiba-tiba tangan kanan guru meninju wajah

siswa.

Selain itu tindak kekerasan guru terhadap siswanya adalah:

Surabaya Kepala Sekolah SMAN 16, membantah melakukan pemukulan terhadap siswa kelas XII IPS 1.

Menurutnya, dirinya tidak mempunyai niatan memukul siswanya. Dia mengatakan siswa tersebut dikenal

sebagai anak yang nakal dan sering berbuat onar. Ia juga dikenal sebagai ketua kelompok siswa-siswa

yang nakal. Pihak sekolah juga sudah mencatat kenakalannya sebanyak 3 kali melakukan pelanggaran di

sekolah. Diantaranya, sering mengolok-ngolok gurunya, sering memalak siswa lainnya. Bahkan, saat

senam pagi, ia dan kawan-kawannya bercanda dan tidak mau berolah raga. Sumber Berita
:http://surabaya.detik.com/read/2009/10/17/183214/1223371/466/kepsek-sman-16-bantah-pukul-muridnya.

Dan masih banyak lagi kasus yang mengkaji tentang pemukulan guru kepada siswa.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapaun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengapa kekerasan sering terjadi dalam dunia pendidikan?

2. Bagaimana dampak kekerasan pada siswa?

3. Bagaimana cara mengatasi kekerasan dalam dunia pendidikan?

C. TUJUAN

Adapun tujuan pada makalah berikut adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya kekerasan pada siswa oleh guru

2. Menguraikan dampak kekerasan guru terhadap siswa

3. Menetapkan solusi yang yang tepat untuk mengatasi kekerasan pada siswa.
ISI

A. TINJAUAN KEKERASAN DARI BERBAGAI LANDASAN

Kekerasan adalah tindakan yang tidak terpuji dan tentunya sangat bertentangan dengan berbagai

landasan dalam pendidikan. Berikut paparan mengenai kekerasan bila ditinjau dari berbagai landasan

pendidikan di Indonesia:

Tinjauan dari Landasan Hukum Pendidikan

Kekerasan dalam pendidikan sangat bertentangan dengan:

1. pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

2. pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demikratis dan

berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural dan kemajemukkan bangsa (UU Sisdiknas)

3. Tentang kekerasan fisik, pada pasal 80 UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

dinyatakan sebagai berikut:

(1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan

terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda

paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).

(2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta

rupiah).

(3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta

rupiah).

(4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat

(3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Kemudian yang berkaitan dengan kekerasan seksual;


Pasal 81

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak

melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama

15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang

dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan

persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Pasal 82

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan

tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan

dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling

singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling

sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

(UU Perlindungan Anak)

Selanjutnya secara khusus, undang-undang ini bahkan mengamanatkan bahwa anak-anak wajib dilindungi

dari tindak kekerasan yang dilakukan oleh siapapun, termasuk guru di sekolah.

Pasal 54

Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh

guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
pendidikan lainnya.

(UU Perlindungan Anak)

Jika melihat undang-undang tersebut, sesungguhnya sudah sangat nyata bahwa tindakan kekerasan

terhadap anak merupakan tindakan kriminal yang pelakunya akan diproses secara hukum. Tindakan

kekerasan dengan bungkus pendidikan juga dapat mengakibatkan pelaku dikenai tindak pidana,

sebagaimana disebutkan dalam pasal 80 UU. No. 23 tahun 2002.

Tinjauan dari Landasan Psikologi Pendidikan

Tindakan kekerasan atau bullying dapat dibedakan menjadi kekerasan fisik dan psikis. Kekerasan fisik

dapat diidentifikasi berupa tindakan pemukulan (menggunakan tangan atau alat), penamparan, dan

tendangan. Dampaknya, tindakan tersebut dapat menimbulkan bekas luka atau memar pada tubuh,
bahkan dalam kasus tertentu dapat mengakibatkan kecacatan permanen yang harus ditanggung seumur

hidup oleh si korban.


Adapun kekerasan psikis antara lain berupa tindakan mengejek atau menghina, mengintimidasi,

menunjukkan sikap atau ekspresi tidak senang, dan tindakan atau ucapan yang melukai perasaan orang

lain.

Dampak kekerasan secara psikis dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman, takut, tegang, bahkan dapat

menimbulkan efek traumatis yang cukup lama. Selain itu, karena tidak tampak secara fisik,

penanggulangannya menjadi cukup sulit karena biasanya si korban enggan mengungkapkan atau

menceritakannya.

Dampak lain yang timbul dari efek bullying ini adalah menjadi pendiam atau penyendiri, minder dan

canggung dalam bergaul, tidak mau sekolah, stres atau tegang, sehingga tidak konsentrasi dalam belajar,

dan dalam beberapa kasus yang lebih parah dapat mengakibatkan bunuh diri.

Ditinjau dari psikologi perkembangan, Havingrust dalam Pidarta (2007:199) menyatakan bahwa

perkembangan psikologi pada masa anak-anak adalah membentuk sikap diri sendiri, bergaul secara rukun,

membuat kebebasan diri, membentuk kata hati, moral dan nilai, dan mengembangkan sikap terhadap

kelompok serta lembaga-lembaga sosial. Tentu saja perkembangan ini akan terhambat dengan adanya

kekerasan dalam pendidikan.

Kekerasan yang dilakukan oleh guru sangat bertentangan dengan pendapat Freedman (Pidarta, 2007:220)

yang menyatakan bahwa guru harus mampu membangkitkan kesan pertama yang positif dan tetap positif

untuk hari-hari berikutnya. Sikap dan perilaku guru sangat penting artinya bagi kemauan dan semangat

belajar anak-anak. Jadi, hukuman yang dilakukan oleh guru akan menjadi kesan negatif yang berdampak

negatif pula dalam proses belajar anak.

Sekecil apapun dampak yang timbul terhadap praktek kekerasan dalam pendidikan, tetap saja hal ini

adalah suatu kesalahan. Sekolah sepatutnya tempat bagi siswa untuk berkembang. Namun, di saat

kekerasan terjadi di sekolah, sekolah justru mematikan perkembangan psikologi siswa.

Tinjauan dari Landasan Filsafat Pendidikan

Menurut Sekjen KPA, Arist Merdeka Sirait, pada tahun 2009 telah terjadi aksi bullying atau kekerasan di

sekolah sebanyak 472 kasus. Angka ini meningkat dari tahun 2008, yang jumlahnya sebanyak 362 kasus
(http://www.lautanindonesia.com/forum/berita-(news)/kekerasan-smun-jakarta-970-82-34-dll)/).

Begitu banyak kekerasan yang terjadi di sekolah merupakan hal yang menyedihkan bagi dunia pendidikan.

Kekerasan seharusnya tidak terjadi di negara kita yang berfalsafah Pancasila, apalagi ini terjadi dalam

dunia pendidikan. Bangsa kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai

dengan sila kedua Pancasila. Segala bentuk kekerasan tentunya melanggar nilai-nilai kemanusiaan

khususnya hak asasi manusia. Dan pelanggaran hakasasi manusia akan mendapatkan konsekuensi hukum

sesuai dengan perundang-undangan yang belaku di negara kita.


Tinjauan dari Landasan Sosial Budaya

Pada landasan sosial budaya, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan hubungan antarindividu,

individu dan kelompok dan antarkelompok serta mengembangkan nilai-nilai budaya Indonesia. Namun, hal

tersebut hanya menjadi wacana saat kekerasan terjadi dalam pendidikan. Siswa tidak dapat

mengembangkan hubungan yang baik antarindividu, individu dan kelompok dan antarkelompok ketika

budaya senioritas masih melekat di sekolah. Di sisi lain, terkikisnya budaya bangsa yang dikenal dunia

dengan sopan santunnya akibat maraknya tindak kekerasan khususnya dalam dunia pendidikan.

B. DEFINISI KEKERASAN PADA SISWA

Secara umum, kekerasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak menyenangkan atau

merugikan orang lain, baik secara fisik maupun psikis. Kekerasan tidak hanya berbentuk eksploitasi fisik

semata, tetapi justru kekerasan psikislah yang perlu diwaspadai karena akan menimbulkan efek traumatis

yang cukup lama bagi si korban. Dewasa ini, tindakan kekerasan dalam pendidikan sering dikenal dengan

istilah bullying. Pada kenyataannya, praktik bullying ini dapat dilakukan oleh siapa saja, baik oleh teman

sekelas, kakak kelas ke adik kelas, maupun bahkan seorang guru terhadap muridnya. Terlepas dari alasan

apa yang melatarbelakangi tindakan tersebut dilakukan, tetap saja praktik bullying tidak bisa dibenarkan,

terlebih lagi apabila terjadi di lingkungan sekolah.

Menurut Blask (1951) kekerasan, violence, adalah pemakaian kekuatan, force, yang tidak adil, dan tidak

dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau kemarahan yang tak terkendali, tiba-tiba,

bertenaga, kasar, dan menghina. Kekuatan itu, biasanya kekuatan fisik, disalahgunakan terhadap hak-hak

umum, terhadap aturan hukum dan kebebasan umum, sehingga bertentangan dengan hukum. Menurut

Webster, kekerasan adalah rough or injurious physical force, action, or treatment, or an unjust or

unwarranted exertion of force or power, as against rights, laws, etc. (Webster). Menurut UU Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 tahun 2004, pasal 1 ayat (1), kekerasan adalah perbuatan

terhadap seseorang, terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

secara fisik, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkungan rumah

tangga. Menurut KUHP, pasal 89, melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan

jasmani yang tidak kecil atau sekuat mungkin, secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau

dengan segala macam senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya, sehingga orang yang terkena

tindakan itu merasa sakit yang sangat.

Maraknya tayangan-tayangan kekerasan dalam dunia pendidikan, khususnya yang dilakukan oleh guru

terhadap siswanya ataupun oleh siswa terhadap temannya, seharusnya mampu membuka atau

menggugah hati kita sebagai seorang pendidik, bahwa tidak tertutup kemungkinan praktik bullying

tersebut terjadi pula di lingkungan sekolah kita masing-masing.


Pelecehan sekecil apapun atau hukuman yang berlebihan turut andil menabur benih kekerasan dalam diri

generasi muda. Karena itu, tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan harus sesegera

mungkin di tiadakan, agar lingkaran setan yang menjadi bencana dunia pendidikan dapat segera terputus.

C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEKERASAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Penyebab kekerasan terhadap peserta didik bisa terjadi karena guru tidak paham akan makna kekerasan

dan akibat negatifnya. Guru mengira bahwa peserta didik akan jera karena hukuman fisik. Sebaliknya,

mereka membenci dan tidak respek lagi padanya. Kekerasan dalam pendidikan terjadi karena kurangnya

kasih sayang guru. Seharusnya guru memperlakukan murid sebagai subyek, yang memiliki individual

differences (Eko Indarwanto,2004). Juga, karena kurang kompetensi kepala sekolah membimbing dan
mengevaluasi pendidik di sekolahnya. Orangtua mesti ikut mengurangi mengatasi kekerasan di sekolah

dalam bentuk hukuman fisik, karena sekolah bukan gedung pengadilan. Komite Sekolah mesti mengatasi

dan meniadakan praktik kererasan, yang bertentangan dengan tujuan pendidikan di sekolah, agar tidak

muncul kelak guru yang kasar, tidak menghormati orang lain, pemarah, pembenci dan sebagainya.

Kekerasan bisa terjadi karena pendidik sudah tidak atau sangat kurang memiliki rasa kasih sayang

terhadap murid, atau dahulu ia sendiri diperlakukan dengan keras.

Selain itu kekerasan oleh guru pada siswa disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Kurangnya pengetahuan guru bahwa kekerasan itu tidak efektif untuk memotivasi siswa atau

merubah perilaku,

b. Persepsi guru yang parsial dalam menilai siswa. Misalnya, ketika siswa melanggar, bukan sebatas

menangani, tapi mencari tahu apa yang melandasi tindakan itu,

c. Adanya hambatan psikologis, sehingga dalam mengelola masalah guru lebih sensitive dan reaktif,

d. Adanya tekanan kerja guru: target yang harus dipenuhi oleh guru, seperti kurukulum, materi,

prestasi yang harus dicapai siswa, sementara kendala yang dihadapi cukup besar,

e. Pola yang dianut guru adalah mengedepankan factor kepatuhan dan ketaatan pada siswa, mengajar

satu arah (dari guru ke murid),

f. Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan cenderung mengabaikan

kemampuan efektif, sehingga guru dalam mengajar suasananya kering, stressful, tidak menarik, padahal

mereka dituntut mencetak siswa-siswa berprestasi,

g. Tekanan ekonomi, pada gilirannya bisa menjelma menjadi bentuk kepribadian yang tidak

stabil,seperti berpikir pendek, emosional, mudah goyah, ketika merealisasikan rencana-rencana yang sulit

diwujudkan.

D. DAMPAK KEKERASAN PADA SISWA.


Dampak yang akan muncul dari kekerasan akan melahirkan pesimisme dan apatisme dalam sebuah

generasi. Selain itu terjadi proses ketakutan dalam diri anak untuk menciptakan ide-ide yang inovatif dan

inventif. Kepincangan psikologis ini dapat dilihat pada anak-anak sekolah saat ini yang cenderung pasif dan

takut berbicara dimuka kelas, bolos ketika guru galak mengajar. Sedangkan dalam keluarga, anak yang

sering diberi hukuman fisik akan mengalami gangguan psikologis dan akan berperilaku lebih banyak diam

dan selalu menyendiri selain itu terkadang melakukan kekerasan yang sama terhadap teman main,

kekerasan terhadap adik kelas, terjadi senioritas dan kekerasan lain dalam dunia pendidikan.

Apa saja dampak kekerasan pada siswa? Kekerasan yang terjadi pada siswa di sekolah dapat

mengakibatkan berbagai dampak fisik dan psikis, yaitu:

kekerasan secara fisik mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan seperti memar,
luka-luka, dll.
trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam, menurunnya semangat belajar, daya
konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif, serta daya tahan (mental) siswa, menurunnya rasa percaya
diri, inferior, stress, depresi dsb. Dalam jangka panjang, dampak ini bisa terlihat dari penurunan
prestasi, perubahan perilaku yang menetap,
siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada penanggulangan, bisa saja menarik diri dari
lingkungan pergaulan, karena takut, merasa terancam dan merasa tidak bahagia berada diantara
teman-temannya. Mereka juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan
sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit mempercayai orang lain, dan semakin menutup diri dari
pergaulan.

Hukuman fisik biasanya dijalankan oleh guru di bawah kondisi tekanan emosional yang dipicu oleh
perilaku murid. Akibat langsung pada pendidik sesudah melaksanakan hukuman fisik yaitu naiknya
tekanan darah, disusul dengan turunnya ketegangan emosi. Ini sebenarnya timbul dari kehendaknya
sendiri, self reinforced. Si guru akan berkata Sekarang aku sudah merasa baik lagi. Situasi ini
menuntut kendali-diri pendidik demi kepentingan jangka panjang peserta didik.
Murid yang mengalami hukuman fisik akan memakai kekerasan di keluarganya nanti, sehingga siklus
kekerasan makin kuat. Gershoff, yang meneliti kasus ini selama 60 tahun sejak 1938, menemukan
sejumlah perilaku negatif akibat dari kekerasan, seperti perilaku bermasalah dalam agresi, anti-sosial,
dan gangguan kesehatan mental. Kekerasan tidak mengajar murid untuk bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk, dan tidak menghentikan perilaku keliru jika mereka ada di luar pantauan
orangtua dan guru (Ad hoc Corporal Punishment Committee (2003)
Murid itu, sebagai korban, kehilangan haknya atas pendidikan, dan haknya untuk bebas dari segala
bentuk kekerasan fiisik dan mental yang tidak manusiawi. Martabat mereka direndahkan. Pertumbuhan
dan perkembangan diri mereka dihambat.

E. SOLUSI MASALAH

Karena sekolah dan guru yang kurang tegas maka murid jadi bebas sehingga tidak mengindahkan norma-

norma dan peraturan yang ada. Misalnya murid akan berpenampilan seenaknya sendiri seperti preman

atau spg, bebas bolos sekolah tanpa hukuman yang berat, bebas melakukan kenakalan di luar batas

kewajaran, meremehkan guru, dan lain sebagainya.

Oleh karena itulah maka diperlukan peran pemerintah untuk membuat delapan standar pendidikan yang

baik yang dapat membuat murid takut dalam artian yang baik. Guru seharusnya boleh menghukum siswa
yang nakal dan tidak disiplin dengan sedikit kekerasan dan hukuman fisik agar para siswa-siswi takut dan

terpacu untuk belajar, patuh, taat, hormat, disiplin, bertanggung jawab, tahu aturan, dan lain sebagainya.

Beberapa solusi yang diberikan untuk mengatasi kekerasan pada siswa di sekolah diantaranyan adalah

sebagai berikut:

a. Menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah

b. Mendorong/mengembangkan humaniasi pendidikan;

Menyatupadukan kesadaran hati dan pikiran,

Membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus,

Suasana belajar yang meriah,gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, menjadi suatu kekuatan

yang integral.

c. Hukuman yang di berikan berkolerasi dengan tindakan anak,

d. Terus menerus membekali guru untuk menambah wawasan pengetahuan, kesempatan, pengalaman

baru untuk mengembangkan kreativitas mereka.

e. Konseling.Bukan siswa saja membutuhkan konseling, tapi juga guru. Sebab guru juga mengalami

masa sulit yang membutuhkan dukungan, penguatan, atau bimbingan untuk menemukan jalan keluar yang

terbaik.

f. Segera memberikan pertolongan bagi siapa pun juga yang mengalami tindakan kekerasan di

sekolah,dan menindak lanjuti serta mencari solusi alternatif yang terbaik.

Secara yuridis, tindakan kekerasan diselesaikan secara hukum, litigasi atau non-litigasi. Menurut pasal

1365 KUHPdt, Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Pasal

1366 menetapkan bahwa Setiap orang bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan

karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian, atau kurang hati-

hatinya. Pasal 1367 menetapkan bahwa guru sekolah bertanggung-jawab tentang kerugian yang

diterbitkan oleh murid selama waktu murid itu berada di bawah pengawasan mereka, kecuali, jika mereka

dapat membuktikan bahwa mereka tidak dapat mencegah perbuatan yang mesti mereka seharusnya

bertanggungjawab. Dalam Hukum Pidana, perbuatan kekerasan bisa digolongkan sebagai perbuatan

pidana, umpama kejahatan kesusilaan, penghinaan, penganiayaan.

Ada 7 hal yang harus dipahami dan kemudian diterapkan oleh pendidik untuk memperoleh kepercayaan

anak didik agar mencapai maksud dari pendidikan itu, tanpa harus menggunakan kekerasan.

1. Tindakan alternatif
Cara pendidikan tanpa kekerasan digambarkan sebagai sebuah cara ketiga atau alternatif ketiga, setelah

tindakan menyalahkan dan aksi kekerasan karena hal itu. Seorang pendidik yang melihat kesalahan

seorang siswa, mempunyai tiga pilihan setelah itu, apakah dia akan menyalahkannya, menggunakan

kekerasan untuk memaksa siswa memperbaiki kesalahan itu atau menggunakan cara ketiga yang tanpa

kekerasan.

Menahan diri untuk tidak menyalahkan tentu bukan perkara mudah bagi orang dewasa apabila melihat

sebuah kesalahan dilakukan oleh anak di depan matanya. Tapi perlu diingat bahwa sebuah tudingan

bagaimanapun akan berbuah balasan dari anak, karena secara insting dia akan mempertahankan

dirinya. Reaksi atas sikap anak yang membela diri inilah yang ditakutkan akan berbuah kekerasan dari

pendidik terhadap anak didik.

2. Keakraban penuh keterbukaan

Keakraban maksudnya berbagi dengan orang lain dengan tidak membeda-bedakan anak-anak didik, dan

terbuka adalah tidak menutup-nutupi hal apa pun atau mencoba mengambil keuntungan dari hal-hal yang

tidak diketahui siswa. Sebuah keakraban yang penuh keterbukaan hanya bisa terjalin apabila adalah rasa

persaudaraan kemanusiaan antara pihak pendidik dan siswa.

Di dalam keakraban ada kasih sayang, keramahan, sopan-santun, saling menghargai dan

menghormati. Sedang keterbukaan mengandung unsur kejujuran, kerelaan dan menerima apa adanya.

Keakraban yang terbuka ini ibarat pintu bagi masuknya sebuah kepercayaan. Ketika anak didik sudah

merasakan keakraban yang terbuka dari gurunya, maka dia dengan senang akan mendengarkan apa pun

yang disampaikan oleh sang guru.

3. Komunikasi yang jujur

Penipuan adalah sesuatu yang sulit dipisahkan dari kekerasan, disebabkan kurangnya rasa hormat kepada

orang lain atau takut terhadap kenyataan. Tindakan dengan kasih sayang didasarkan pada ukurannya

dalam kebenarannya setiap orang, yang tidak bisa memisahkan dirinya dari kebenaran dan kenyataan.

Jadi, untuk menjadi benar kepada diri sendiri, kita juga harus benar terhadap orang lain. Sampaikan

kepada anak didik kebenarannya; arahkan kemarahan kita terhadap kesalahannya, bukan kepada

orangnya. Temukan solusi dalam konflik dan kesalahpahaman, dan itu tidak bisa dibangun apabila kita

menggunakan kebohongan dan penipuan.

4. Hormati Kebebasan dan Persamaan

Di dalam pendidikan tanpa kekerasan ini, kita semuanya bebas dan setara, setiap orang mendengarkan

suara nurani sendiri dan saling berbagi perhatian. Lalu kemudian dengan bebas diputuskan, berdasarkan
pada semua pertimbangan individu-individu, bagaimana keinginan bersama ingin diwujudkan. Dengan
demikian kita harus mengenali dengan jelas kebebasan memilih dan hak yang sama setiap orang untuk

mengambil bagian dalam kegiatan itu.

Yang lebih penting lagi adalah kita menyadari persamaan semua manusia dan menghormati kebebasan

anak didik sama seperti kita menghendaki kebebasan kita sendiri dihormati. Tindakan tanpa kekerasan

bukanlah bentuk usaha untuk mengendalikan yang lain atau penggunaan paksaan terhadap mereka. Jika

kita mencintai anak didik, kita menghormati otonomi mereka untuk membuat keputusan-keputusan

mereka sendiri. Kita pasti dapat berkomunikasi dengan mereka, dan kita bahkan dapat menghadapi

mereka dengan kehadiran kita untuk memaksa mereka tanpa kekerasan untuk membuat sebuah pilihan,

jika kita yakin mereka telah melakukan kesalahan. Perbedaan yang penting adalah kita tidak memaksa

mereka secara fisik atau dengan kasar untuk mencapai apa yang kita inginkan.

5. Rasa kasih yang berani

Bertentangan dengan kepercayaan umum, pendidikan tanpa kekerasan bukan sebuah metoda pasif dan

lemah, dan itu pasti bukan untuk para penakut. Tindakan tanpa kekerasan lebih banyak membutuhkan

keberanian dibanding perkelahian dengan kekerasan seperti dalam peperangan, meski tampaknya itu

semacam keberanian. Karena jika kita melihat lebih jauh penggunaan senjata merupakan kompensasi dari

rasa takut terhadap lawan. Dan tindakan kekerasan merupakan bukti adanya perasaan takut lawan lebih

dulu melakukannya terhadap kita. Jadi melakukan tindakan tanpa kekerasan menunjukkan ketinggian

martabat yang penuh keberanian.

Rasa kasihan adalah anugerah kepada hati kita. Rasa kasihan bisa digambarkan sebagai kasih yang tidak

hanya berempati terhadap orang lain di dalam merasakan apa yang mereka alami, tetapi juga mempunyai

keberanian dan kebijaksanaan untuk melakukan sesuatu terhadap hal itu. Di dalam rasa kasihan, kita

tidak melampiaskan kemarahan dan rasa benci kepada anak didik yang melakukan kesalahan, namun

dengan kemurahan hati dan kepedulian, kita memperbaikinya. Rasa kasihan datang dari rasa kesatuan

dengan orang lain, memperluas hati kita sehingga kita bisa merasakan empati atas penderitaan orang lain

dan menolong mereka.

6. Saling mempercayai secara penuh

Cara dengan kasih sayang didasarkan pada keyakinan bahwa jika kita bertindak dengan cara yang baik

tidak akan pernah merugikan bagi siapapun, dan akan menghasilkan kebaikan juga. Alih-alih

mengendalikan anak didik dengan ancaman dan kekuasaan kita, lebih baik menggunakan kecerdasan

masing-masing pihak untuk memecahkan masalah dengan komunikasi yang baik dan negosiasi.

Untuk mempercayai anak didik secara penuh kita harus melepaskan kepercayaan itu dari kendali kita

sendiri, dan membiarkan situasi memprosesnya. Tentu saja melepaskan kepercayaan tidak berarti kita

mempercayai dengan membabi buta. Kita harus tetap memonitor apa yang terjadi dan memantau
hasilnya secara terus menerus.
7. Ketekunan dan kesabaran

Dalam pendidikan tanpa kekerasan, kesabaran adalah kebaikan yang bersifat revolusioner. Kesabaran

bukanlah sebuah pembiaran tanpa tindakan apa pun, tetapi peningkatan kualitas dari sebuah pertolongan

yang bertahan pada tuntutannya, dan melanjutkannya dengan cara cerdas penuh ketenangan. Ketika kita

terperangkap dalam situasi konflik, emosi kita sering sangat aktif dan bergolak. Kita harus hati-hati

dengan reaksi tanpa pemikiran atas apa yang sedang kita lakukan dan konsekuensi-konsekuensi yang

mungkin terjadi. Kesabaran memberikan kepada kita waktu untuk berpikir tentang tindakan-tindakan kita

agar terhindar dari kekerasan dan bertindak efektif. Lebih baik menunggu dan kehilangan sebuah peluang

kecil dibandingkan terburu-buru namun menemui sesuatu yang bodoh dan tidak dipersiapkan. Peluang

baru pasti akan muncul kemudian, jika kita berusaha memecahkan persoalan, karena di lain waktu kita

akan siap untuk bertindak dengan cara yang baik.

Tidak seperti cara militer yang cepat dan kasar, pendidikan tanpa kekerasan bersifat melambat dan dimulai

dengan peringatan-peringatan untuk memberikan kesempatan kepada anak didik secara sadar berpikir

bagaimana seharusnya. Kita tidak menghendaki anak didik bereaksi dengan cepat secara insting. Kita

menghendaki anak didik mengetahui metoda-metoda kita sehingga mereka dapat menanggapi sama

tenang dan cerdasnya.

Ketekunan juga berarti kita harus fleksibel di dalam strategi dan taktik kita. Jika metodanya tidak berhasil,

kita perlu mencoba cara lain. Jika jalannya mendapatkan halangan, kita dapat beralih ke hal lain yang

juga memerlukan perhatian. Jika anak didik seperti kehilangan minatnya, kita dapat dengan kreatif

mencoba pendekatan baru terhadap permasalahan.

Pendidikan tanpa kekerasan harus dipenuhi kesabaran dan memaafkan dan di saat yang sama gigih dalam

membantu. Ketika anak didik mengakui bahwa mereka sudah melakukan kesalahan, kita harus

menunjukkan sifat pemaaf kepada mereka. Sasaran terakhir dari pendidikan tanpa kekerasan bukanlah

kemenangan atas anak-anak didik kita tetapi menemukan sebuah kehidupan yang harmonis antara

pendidik sebagai orang tua, bersama-sama dengan anak didik dalam damai dan keadilan.

PENUTUP

Dari penjelasan di atas, yang terpenting untuk menanggulangi munculnya praktik bullying di sekolah

adalah ketegasan sekolah dalam menerapkan peraturan dan sanksi kepada segenap warga sekolah,

termasuk di dalamnya guru, karyawan, dan siswa itu sendiri.

Kekerasan dalam pendidikan sangat bertentangan dengan berbagai landasan dalam pendidikan antara lain,

landasan hukum, psikologi, sosial budaya dan filsafat. Hal ini dapat dicegah apabila guru melaksanakan 7

prinsip pendidikan tanpa kekerasan.


Diharapkan, dengan penegakan displin di semua unsur, tidak terdengar lagi seorang guru menghukum

siswanya dengan marah-marah atau menampar. Dan diharapkan tidak ada lagi siswa yang melakukan

tindakan kekerasan terhadap temannya. Sebab, kalau terbukti melanggar, berarti siap menerima sanksi.

Kita semua berharap kisah-kisah suram kekerasan oleh pendidik dan orang tua secara umum tidak terjadi

lagi. Pendidikan dengan kekerasan hanya akan melahirkan traumatis-traumatis yang berujung pada

pembalasan dendam, dan kita semua pasti tidak menghendaki hal demikian terus berlanjut tanpa

berkeputusan, kemudian melahirkan generasi-generasi penuh kekerasan.


TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI INDONESIA
On 3 Jun, 2014
By hukum
With 15 Comments
Tata perundang-undangan diatur dalam :

1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR mengenai sumber tertib hukum
Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan Republik Indonesia.
Urutannya yaitu :
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.
2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Undang-Undang.
Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-undangan RI yaitu :
1) UUD 1945;
2) Tap MPR;
3) UU;
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
5) PP;
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.


Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai
berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) UU/Perppu;
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.


Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU/Perppu;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah Provinsi;
6) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Definisi :

1. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
2. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar (konstitusi) yang tertulis yang
merupakan peraturan negara tertinggi dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
3. Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR, yang terdiri dari 2 (dua)
macam yaitu : Ketetapan yaitu putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis, Keputusan
yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
4. Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan Persetujuan bersama Presiden.
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan : Perppu diajukan
ke DPR dalam persidangan berikut; DPR dapat menerima/menolak Perppu tanpa melakukan
perubahan; Bila disetujui oleh DPR, Perrpu ditetapkan menjadi Undang-Undang; Bila ditolak oleh DPR,
Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
6. Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
7. Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk
menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.
8. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan Gubernur.
9. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan Bupati/Walikota.

Tata Urutan Perundang - Undangan di Indonesia

Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia menurut UU No. 12 Tahun 2011. Berikut


merupakan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Indonesia di masa sebelumnya.

Tata perundang-undangan diatur dalam :

1. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR mengenai sumber tertib
hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan Republik Indonesia.

Urutannya yaitu :
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Keputusan Presiden;
6) Peraturan Pelaksana yang terdiri dari : Peraturan Menteri dan Instruksi Menteri.
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

2. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Undang-
Undang.

Berdasarkan ketetapan MPR tersebut, tata urutan peraturan perundang-undangan RI yaitu :


1) UUD 1945;
2) Tap MPR;
3) UU;
4) Peraturan pemerintah pengganti UU;
5) PP;
6) Keppres;
7) Peraturan Daerah;
Ketentuan dalam Tap MPR ini sudah tidak berlaku.

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan.

Berdasarkan ketentuan ini, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan Republik


Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) UU/Perppu;
3) Peraturan Pemerintah;
4) Peraturan Presiden;
5) Peraturan Daerah.
Ketentuan dalam Undang-Undang ini sudah tidak berlaku.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


undangan.

Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) UU/Perppu;
4) Peraturan Pemerintah
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Provinsi;
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Perbedaan Hirarkhi Tata Urutan Perundang-undangan di


dalam Undang-undang 12 tahun 2011 dan Undang-undang
Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan

Disahkannya Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 ini mempunyai dampak hukum


terhadap Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan dimana sesuai dengan asas bahwa ketika ada suatu peraturan perundang-undangan
yang sama, maka yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang baru. Hal ini
dipertegas dalam Pasal 102 dimana berbunyi :
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4389), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Sehingga dengan adanya Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 ini menggantikan Undang-
undang yang lama yaitu Undang-undang Nomor 10 tahun 2004. Perubahan yang mencolok
terdapat pada Hirarkhi Peraturan Perundang-undanganya dimana dalam UU No 10 tahun 2004.

Piramida Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia


Berdasarkan azas lex superiori derogate lex inferiori yang maknanya hukum yang
unggul mengabaikan atau mengesampingkan hukum yang lebih rendah. Maka kami merasa
harus memberikan penjelasan mengenai tata urutan perundang-undangan di Indonesia.

Definisi :

1. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma


hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.
2. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar (konstitusi)
yang tertulis yang merupakan peraturan negara tertinggi dalam tata urutan Peraturan
Perundang-undangan nasional.
3. Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam sidang MPR,
yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu :
4. Ketetapan yaitu putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis;
5. Keputusan yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
6. Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan bersama Presiden.
7. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah Peraturan
Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa, dengan ketentuan :
8. Perppu diajukan ke DPR dalam persidangan berikut;
9. DPR dapat menerima/menolak Perppu tanpa melakukan perubahan;
10. Bila disetujui oleh DPR, Perrpu ditetapkan menjadi Undang-Undang;
11. Bila ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
12. Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.
13. Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
14. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan Perundang-undangan yang
dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan Gubernur.
15. Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
dengan persetujuan Bupati/Walikota.
Dalam Peraturan Daerah ada tiga tingkat yakni Tingkat I ( provinsi), Tingkat II
(kbupaten/kota) dan Tingkat III (desa). Dengan demikian peraturan daerah yang dikeluarkan oleh
desa tidak boleh bertentangan dengan peraturan Presiden, begitu pula dengan peraturan
pemerintah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Maksudnya ketentuan yang
tingkatnya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi sesuai
dengan urutan diatas.

Kewenangan pemerintah daerah dalam membentuk sebuah Peraturan Daerah


berlandaskan pada Pasal 18 ayat (6) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menyatakan, Pemerintahan daerah berhak menetapkan Peraturan Daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Peraturan
Daerah merupakan bagian integral dari konsep peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 1
ayat (7) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.

Mengenai ruang lingkup Peraturan Daerah, diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-
undang Nomor 10 Tahun 2004, yang menjelaskan bahwa Peraturan Daerah meliputi:

1. Perturan Daerah Provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi bersama dengan
gubernur;
2. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten/kota
bersama bupati/walikota;

3. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya
bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

Jenis dan bentuk produk hukum daerah terdapat dalam Pasal 2 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah, pasal
tersebut menyebutkan jenis dan bentuk produk hukum daerah terdiri atas:

1. Peraturan Daerah;

2. Peraturan Kepala Daerah;

3. Peraturan Bersama Kepala Daerah;

4. Keputusan Kepala Daerah; dan

5. Instruksi Kepala Daerah.

Sumber Hukum
1. Undang-Undang 1945;
2. Tap MPRS NO. XX/MPRS/1996 tentang Memorandum DPR-GR mengenai
sumber tertib hukum Republik Indonesia dan tata urutan perundang-undangan
Republik Indonesia;
3. Tap MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Undang-Undang;
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;

Anda mungkin juga menyukai