DEMAM THYPOID
Disusun Oleh :
NAMA : HASMIDAR
NIM : 12 14201 169
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat,
serta hidayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Kolesterol dengan lancar dan tepat waktu.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami, serta teman-teman yang telah bekerja keras menuangkan pikiran
dan tenaga dalam proses penyusunan makalah ini.
Tiada satupun yang sempurna di dunia fana ini, penyusun menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan guna memperbaiki kesalahan serta meningkatkan
kualitas pada penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat membawa
berkah dan manfaat bagi kita semua, amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kolesterol .......................................................... 3
B. Jenis Kolesterol ................................................................... 4
C. Penyebab Kolesterol ............................................................ 5
D. Pengukuran Kadar Kolesterol.............................................. 7
E. Faktor Resiko Jantung & Stoke Akibat Kolesterol ............. 8
F. Penanganan Hiperkolesterol ................................................ 9
G. Cara Menyikapi Kolesterol.................................................. 10
H. Cara Mengontrol Kolesterol ................................................ 10
I. Cara Mencegah Kolesterol .................................................. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 14
B. Saran .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif,ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Asmadi, 2008 ; 2).
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat
mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang
dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan
berbeda dengan orang dewasa. Demikian juga keluarga tidak lagi dipandang
sebagai pengunjung anak yang sakit tetapi dipandang sebagai mitra perawat
dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk
pelayanan yang berpusat pada keluarga (Supartini, 2004 ; 2).
Salah satu penyakit yang penularannya dapat disebabkan oleh lingkungan
rumah yang kotor dan tidak sehat adalah demam typhoid. Typhoid dikenal
dengan nama lain yaitu Thypus Abdominalis, Typhoid fever atau Enteric fever.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui tangan yang kotor, adalah penyakit
sistematik akut yang disebabkan oleh infeksi Salmonella Thypi, suatu bakteri
batang gram negatif berflagela. Thypoid banyak terjadi didaerah yang sosial
ekonominya rendah, sanitasi dan higiene perseorangan penduduknya kurang
memenuhi persyaratan kesehatan (Yonathan, 2013 ; 1).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012, angka kematian anak
yaitu 48 per 1.000 kelahiran hidup. WHO memperkirakan terdapat sekitar 17 juta
kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian
tiap tahun (http://www.who.int Diakses 17 Juni 2014).
1
Data yang diperoleh melalui rekam medik BLUD RS Tenriawaru Kelas B
Kab. Bone pada tahun 2011 tercatat 50 kasus demam typoid, pada tahun 2012
tercatat 54 orang menderita demam typoid sedangkan pada tahun 2013 tercatat
52 pasien. (Rekam Medik BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone)
Berdasarkan dengan fenomena diatas dan sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan pada Akademi Keperawatan Batari
Toja Watampone maka penulis menyusun sebuah karya tulis ilmiah dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada Klien An. H Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Demam Typhoid di Zaal Anak II BLUD RS Tenriawaru Kelas B
Kab. Bone Tanggal 09-11 Juni 2014.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman yang nyata dalam
melaksanaan asuhan keperawatan pada klien An. H dengan gangguan
sistem pencernaan Demam Typhoid di Zaal Anak II BLUD RS Tenriawaru
Kelas B Kab. Bone tanggal 09-11 Juni 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan : Demam Thypoid
b. Dapat menetapkan diagnosa keperawatan untuk menangani masalah
keperawatan pada klien dengan : Demam Typhoid
c. Dapat menetapkan perencanaan keperawatan untuk menangani masalah
keperawatan pada klien dengan : Demam Typhoid
d. Dapat melaksanakan atau mengimplementasikan rencana keperawatan
yang telah disusun untuk klien dengan : Demam Typhoid
e. Dapat mengevaluasi dari hasil implementasi asuhan keperawatan yang
telah diberikan kepada klien dengan gangguan sistem pencernaan:
Demam Typhoid
2
f. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan khususnya pada klien dengan gangguan
sistem pencernaan : Demam Typhoid
g. Dapat memperoleh kesenjangan antara teori dan kasus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Demam Typhoid (enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari
satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
(Nursalam, 2005 ; 152 dan Suriadi, 2006 ; 254)
2. Thypus Abdomalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella typhosa. (Nugroho, 2011 ; 187)
3. Demam Typhoid atau Typhoid Fever atau Typhus Abdomalis adalah
penyakit yang disebabkan oleh Salmonella Typhii. (Tapan, 2004 ; 131).
4. Tifus Abdomalis (Demam Typhoid) adalah penyakit infeksi bakteri
hebat yang diawali diselaput lendir usus dan jika tidak diobati, secara
progresif menyerbu jaringan diseluruh tubuh. (Tambayong, 2000;143)
5. Demam Typhoid atau tifus abdomalis merupakan penyakit infeksi perut
yang masih banyak ditemukan pada anak dan orang dewasa. Penyakit
ini mulai sering ditemukan pada anak setelah usia dua tahun. (Suririnah,
2010 ; 307).
6. Demam Typhoid/tifus abdomalis merupakan penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.
(Febry, 2010 ; 109).
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan Demam Typhoid
3
adalah penyakit infeksi akut yang terjadi pada saluran percernaan dengan
gejala demam lebih dari satu minggu yang disebabkan oleh kuman
Salmonella Thyposa dan dapat masuk melalui makanan, minuman yang
sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dan mengalami gangguan
kesadaran.
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa yang mempunyai
ciri- ciri sebagai berikut :
a. Basil gram negatif yang begerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
b. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen yaitu, antigen O
(somatiik yang terdiri zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flagella), dan antigen VI dalam serum pasien terdapat zat anti
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. (Nursalam, 2005 ;
152-153).
C. Insidensi
Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat
sporadic, terpencar-pencar disuatu daerah, dan jarang terjadi lebih dari kasus
pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam typhoid dapat ditemukan
sepanjang tahun dan insiden tertinggi pada daerah endemic terjadi pada
anak-anak. Terdapat dua sumber penularan S.typhi, yaitu pasien dengan
demam tifoid dan yang lebih sering, karier. Di daerah endemic, transmisi
terjadi melalui air yang tercemar S. typhi, sedangkan makanan yang
tercemar oleh karier merupakan sumber penularan tersering di daerah
nonendemik. (Mansjoer, 2000; 422).
D. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan
dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk usus halus, ke
jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian
kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer) dan mencapai sel
4
retikuloendotelial, hati, limpa dan organ-organ lainnya. Proses ini terjadi
dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendotelial
melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan menimbulkan bakteremia
untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ
tubuh terutama limpa, usus dan kandung empedu. Pada minggu pertama
sakit, terjadi hyperplasia plaks peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus
halus. Minggu ke dua terjadi nekrosis dan pada minggu ke tiga terjadi
ulserasi plaks peyer. Pada minggu ke empat terjadi penyembuhan ulkus yang
dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan
sampai perforasi usus. Selain hepar, kelenjar-kelenjar mesenterial dan limpa
membesar. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala
pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus
(Suriadi, 2006 ; 254).
E. Manifestasi Klinik
Menurut Suriadi (2006 ; 255-256), Manifestasi klinis tifus abdomalis
adalah sebagai berikut :
a. Nyeri kepala, lemah dan lesu.
b. Demam tidak terlalu tinggi berlangsung selama 3 minggu, minggu
pertama peningkatan suhu tubuh berpluktuasi biasanya suhu meningkat
pada malam hari dan turun pada pagi hari. Minggu kedua suhu tubuh
terus meningkat. Minggu ketiga suhu mulai turun dan dapat kembali
normal.
c. Gangguan pada saluran cerna ; holitosis, bibir kering dan pecah, lidah
kotor (coated tongue), meteorismus, mual, tidak nafsu makan,
hepatomegali, splenomegali disertai dengan nyeri perabaan.
d. Penurunan kesadaran ; apatis atau somnolen.
e. Bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat emboli bakteri pada
kapiler kulit.
f. Epistaksis
5
Menurut Mansjoer (432; 2000) masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30) hari.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal berupa rasa
tidak enak badan. Pada kasus khas terdapat demam retimen pada minggu
pertama, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan
demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu ketiga. Lidah
kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,
jarang disertai tremor. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan.
Biasanya terdapat konstipasi, tetapi mungkin normal bahkan dapat diare.
a. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris
remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga
suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
6
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi
konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Di samping itu gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lain yaitu pada punggung dan anggota gerak dapat
ditemukan roseola, yaitu bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam.
Kadang ditemukan bradikardia dan epistaksis pada anak besar
F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Muttaqin (2011;492), pengkajian diagnostik yang diperlukan
adalah pemeriksaan laboratorium dan radiografi meliputi hal-hal berikut ini:
a. Pemeriksaan darah
Untuk mengidentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang
terbatas malabsobsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan
penghancuran seldarah merah dalam peredaran darah. Leukopenia
dengan jumlah leukosit antara 3000-4000 mm3 ditemukan pada fase
demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran leukosit oleh
endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari tepi.
Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama.
Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan
endotoksin. Laju endap darah meningkat.
b. Pemeriksaan urine
Didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan
leukosit dalam urine.
c. Pemeriksaan feses
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya peredaran
darah usus dan perforasi.
7
d. Pemeriksaan bakteriologis
Untuk identifikasi adanya kuman Salmonella pada biakan darah tinja,
urine, cairan empedu, atau sumsum tulang.
e. Pemeriksaan serologis
Untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Respons antibodi yang dihasilakan tubuh akibat infeksi
kuman Salmonella adalah antibodi O dan H. Apabila titer antibodi yang
progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1/2 minggu
kemudian menunjukkan diagnosis positif dari infeksi salmonella typhi .
f. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi
akibat Demam Typhoid..
G. Komplikasi
Kompliksi yang sering adalah pada usus halus, namun hal tersebut
jarang terjadi. Apabila komplikasi ini dialami oleh seorang anak, maka dapat
berakibat fatal. Golongan pada usus halus ini dapat berupa:
a. Perdarahan usus, apabila sedikit, maka perdarahan tersebut hanya
ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
perdarahan banyak maka dapat terjadi melena, yang bisa disertai nyeri
perut dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada
minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.
b. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila
terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen
yang dibuat dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis, biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu neyeri perut yang
hebat, dinding abdomen tegak (defense musculain) dan nyeri tekan.
8
d. Komplikasi di luar usus, terjadi karena lokalisasi peradangan akibat
sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis, ensefelopati, dan lain-
lain, komplikasi di luar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia. (Nursalam, 2005; 153)
H. Penatalaksanaan
a. Isolasi, desinfeksi pakaian dan ekskreta
b. Istirahat selama demam hingga dua minggu
c. Diit tinggi kalori,tinggi protein,tidak mengandung banyak serat
d. Pemberian antibiotik kloramfenikol dengan dosis tinggi (Suriadi, 2006 ;
256).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak
diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan
ditemukan hamper sepanjang tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada
anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan
pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang
berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.
B. Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran untuk
selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan
perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
9
DAFTAR PUSTAKA
Febry, 2010. Smart Parents Pandai Mengatur Menu dan Tanggap Saat Anak Sakit.
Jakarta : Gagas Media.
10
Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. EGC
Suririnah, 2010. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Tapan, 2004. Dokter Internet Flu, HFMD, Diare Pada Pelancong, Malaria,
Demam Berdarah, dan Tifus. Jakarta : Pustaka Populer Obor
Yonathan, 2013. Hubungan Antara Kualitas Sarana dan Prasarana Rumah dan
Perilaku Sehat Dengan Kejadian Demam Typhoid Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume
2, Nomor 1, Tahun 2013. http://ejournals1.ac.id/index.php/jkm. (Online)
Diakses 17 Juni 2014
11