Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM

UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PEMBIMBING: H.SUDIRAHARJO, MA, M.P.I

KELOMPOK 3
1. IRMA SINTIA
2. AL GEBRA GAMAL EL LATIF
3. ILVAN ROMADHON
4. RINI
5. GITA AYU
6. ELVINA MELINDA
7. DEWANGGA S.H.A
8. FATIH NIDHAMUL MULUK

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2017

i
KATA PENGANTAR

Seraya mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan


Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga kita masih dalam keadaan sehat. Dan
khususnya, kami (penyusun) bisa menyelesaikan Makalah dengan judul
SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat


dikaji melalui sudut pandang. Islam sebagai agama telah berkembang selama
empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti baik itu
menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik,
ekonomi, dan budaya.

Dalam penyusunan tugas dan materi, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, sehingga masalah yang penulis hadapi dapat teratasi.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya bertujuan
untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan
pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang
lain. Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan
atau kata-kata di dalam makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pekalongan, 29 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN ....................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM ............................................. 3


1. ALQURAN ........................................................................................ 3
2. HADIST ............................................................................................. 6
3. IJTIHAD ............................................................................................ 10
4. PERBEDAAN GOLONGAN ............................................................ 11
5. PERBEDAAN NU DAN MUHAMMADIYAH ............................... 11

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN .................................................................................... 13
B. SARAN ................................................................................................ 13

BIOGRAFI ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau
pedoman syariat Islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam.
Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-
Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau
unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syariah dan akhlak) dikembangkan
dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ain, yakni kewajiban


pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama
yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat
atau kelompok masyarakat.

Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan


seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang
memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta
mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari
keduanya.

Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan


dengan Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan
pemahaman Islam yang komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena
kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan mempengaruhi pola pikir,
sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu uraian di bawah
ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Al-Quran?
2. Apa itu Hadist?
3. Apa itu Ijtihad?
4. Mengapa ajaran Islam satu sumber, tetapi terbagi menjadi beberapa
golongan seperti NU dan MUHAMMADIYAH
5. Apa yang membedakan NU dan MUHAMMADIYAH?

C. TUJUAN MASALAH

1. Menambah nilai dan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama


Islam

2. Mengetahui sumber-sumber ajaran agama Islam

3. Mengkaji perbedaan antara NU dan Muhammadiyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM


1. Alquran dan hubungannya dengan Hadist dan Ijtihad
Sumber ajaran Islam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad saw. Wahyu Allah diturunkan dalam bahasa Arab dan
secara autentik terhimpun dalam mushaf Alquran. Alquran adalah kitab
suci yang demikian mashyur sehingga sulit untuk menemukan satu definisi
yang ada masih bersifat parsial; tergantung kepada jenis kajian yang
dilakukan. Dr. Dawud-al-Attar (1997), beliau menyebutkan bahwa
Alquran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Secara lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa(uslub)-nya yang
termasuk dalam, mushaf yang dinukil darinyua secara mutawatir. Berikut
beberapa defisi Alquran :
a. Alquran sebagai wahyu Allah, yaitu seluruh ayat Alquran adalah
wahyu Allah, tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau
pikiran Nabi.
b. Alquran diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya
bahasanya. Artinya isi maupun redaksi Alquran datang dari Allah
sendiri.
c. Alquran terhimpun dalam mushaf, artinya Alquran tidak mencakup
wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum
yang kemudian disampaikan dalam bahasa Nabi sendiri.
d. Alquran dinukil secara mutawatir, artinya Alquran disampaikan
kepada orang lain secara terus menerus oleh sekelompok orang yang
tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah
orang dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.

3
Alquran turun secara berangsur-angsur dalam tengang waktu lebih
kurang 23 tahun, yaitu sejak diangkatnya Nabi Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul Allah hingga beliau wafat. Ayat-ayat yang turun ditulis dan
dihafal oleh sejumlah sahabat Nabi dan hasil pencatatan mereka
diserahkan kepada Rasullullah. Rasul menyimpan catatan ayat-ayat
Alquran itu di rumahnya dan ada pula yang disimpan oleh penulisnya
sendiri. Tidak berapa lama setelah rasul wafat, Khalifah Abu Bakar
membentuk tim untuk mengkodifikasi Alquran. Berdasarkan cek silang
antara satu penulis dengan penulis yang lain serta konfirmasi langsung
kepada banyak saksi hidup dan para penghapal Alquran, tim berhasil
mengkodifikasi ayat-ayat Alquran ke dalam satu mushaf Alquran.

Khalifah Usmnan juga membentuk tim untuk menyempurnakan sistem


penulisan Alquran, terutama yang berkaitan dengan tanda-tanda bacanya.
Mushaf Alquran inilah yang kemudian menjadi standar rujukan penerbitan
Alquran seperti yang ada sekarang ini. Berbeda dengan Alquran, informasi
tentang Sunnah atau Hadis tersebar di kalangan para sahabat secara
individual. Rasul sendiri pada saat itu melarang menuliskan sabdanya. Hal
ini mengisyaratkan kekhawatiran beliau akan kemungkinan bercampur
baurnya ayat Alquran dengan sabdanya.

Selain kedua sumber di atas terdapat pula sumber yang lain yakni
ijtihad. Ijtihad adalah penggunaan akal untuk merumuskan hukum yang
tidak tersurat dalam Alquran dan Sunnah dengan cara istinbat kepada dua
sumber tersebut.

2. Kandungan Alquran
Alquran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6.236 ayat. Ayat-ayat
Alquran yang turun pada periode Mekah (Ayat Makiyah) sebanyak 4.780
ayat yang tercakup dalam 86 surat, dan pada periode Madinah (Ayat
Madaniyah) sebanyak 1.456 ayat yang tercakup dalam 28 surat. Ayat-ayat
Makiyah pada umumnya mengandung nuansa sastra yang kental karena itu
ayat-ayatnya pendek-pendek. Isinya banyak mengedepankan prinsip-

4
prinsip dasar kepercayaan dan meletakkan kaidah-kaidah umum syariah
(peraturan) dan akhlak. Adapun ayat Madaniyah menerangkan aspek
syariah baik menyangkut peraturan tentang ibadah maupun muamalah dan
akhlak.
3. Alquran : Mukjizat Nabi Muhammad
Secara umum Alquran membawa dua fungsi utama, yaitu sebagai
mukjizat dan pedoman dasar ajaran islam. Mukjizat menurut bahasa
berarti melemahkan. Alquran sebagai mukjizat menjadi bukti kebenaran
Muhammad selaku utusan Allah yang membawa misi universal, risalah
akhir, dan syariah yang sempurna bagi manusia. Untuk itu Allah
menurunkan Alquran dengan susunan bahasa, kandungan makna, hukum
dan pengetahuan yang terkandung di dalamnya unsur-unsur mukjizat. Ia
menjadi dalil atau argumentasi yang mampu melemahkan segala argumen
dan mematahkan segala dalil yang dibuat manusia untuk mengingkari
kebenaran Muhammad selaku Rasulullah.
Allah telah memerintahkan Rasul supaya menantang kaum yang
ingkar sehingga tampak jelas kelemahan mereka dan sempurnalah dalil-
dalil yang menundukkan mereka. Dalam kaita ini Allah berfirman :

Artinya: dan jika kamu(tetap) dalam keraguan tentang Al-Quran yang


kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu
surat (saja) yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.
a. Aspek Bahasa Alquran
Keistimewaan bahasa Alquran terletak pada gaya
pengungkapannya, antara lain kelembutan dalam jalinan huruf dan kata
dengan lainnya. Susunan huruf-huruf dan kata-kata Alquran terajut

5
secara teratur sehingga menjelma menjadi ayat-ayat yang indah untuk
dibaca dan diucapkan. Keindahan bahasa Alquran ini menjadikannya
sebagai mukjizat sehingga apabila ada kata-kata manusia yang
disisipkan ke dalamnya, maka rusaklah keindahannya. Karena itu
upaya-upaya untuk memalsukan ayat-ayat Alquran tidak pernah
berhasil.
Keistimewaan lainnya dari segi bahasa adalah keserasian bahasa
Alquran dengan akal dan perasaan manusia. Alquran menggabungkan
kebenaran dan keindahan sehingga menyentuh akal dan hati manusia
sekaligus. Misalnya Alquran mengemukakan dalil-dalil yang rasional
mengenai kebangkitan manusia dari alam kubur yang ditunjukan untuk
orang-orang yang mengingkarinya untuk ini Alquran membawakan
dalil-dalil dengan mengetuk hati dan menyenangkan perasaan manusia
sehingga dapat memuaskan dan menyejukkan hati.
b. Aspek sejarah
Kedudukan, peran, proses perjuangan, dan ketabahan para rosul
Allah mulai dari Adam hingga Isa serta kondisi umat dihadapi mereka
dikisahkan dalam Alquran.
c. Isyarat tentang ilmu pengetahuan
Alquran berbicara mengenai hukum-hukum alam; diterangkannya
persoalan-persoalan biologi, farmasi, astronomi dan geografi. Misalnya
tentang kejadian alam (Al-Anbiyaa 21:30), kemungkinan manusia
dapat menembus langit (Al-Anaam, 6:125). Isyarat demi isyarat yang
ditunjukkan Alquran mengenai sains, sebagian nya telah terbukti sahih
menurut ilmu pengetahuan yang obyektif.
d. Konsistensi ajaran selama proses penurunan yang panjang
Alquran diturunkan secara bertahap selama kurun waktu kurang
lebih 23 tahun. Rentang waktu itu bukanlah waktu yang pendek dan ini
menjadi bukti tersendiri akan kebenaran Muhammad selaku Rasulullah.
Sekiranya Alquran merupakan produk pikiran nabi maka norma-norma
yang dikandung Alquran pastilah saling bertentangan. Bukankah

6
manusia sering berubah-ubah dalam soal pandangan, gagasan, cita-cita,
harapan dan keinginannya? Tidak demikian dengan Alquran. Dari awal
hingga akhir membawa nilai-nilai dan hukum-hukum bagai cerita
bersambung. Tidak ada pada Alquran nilai-nilai dan hukum yang saling
berlawanan, karena ia datang dari Allah. Demikianlah konsistensi nilai-
nilai Alquran selama proses penurunannya menjadi dalil yang
meneguhkan keberadaan Muhammad selaku Rasulullah dan kebenaran
risalah yang dibawanya. Dalam kaitan ini Allah berfirman :
e. Nabi Muhammad yang Ummi
Muhammad saw. adalah seorang yang ummi (umi) yaitu tidak
pandai membaca dan menulis. Masa remajanya habis dengan
menggembala domba dan masa dewasanya di medan niaga. Ia tidak
pernah mengenyam pendidikan, tidak sempat belajar menulis dan
membaca, apalagi untuk menyelami filsafat. Namun demikian ia
dikenal oleh masyarakat luas karena pribadi nya yang mulia sehingga
menjadi daya tarik yang amat luar biasa. Ia menjadi seorang yang
populer dengan kejujurannya, dan pada sisi lain, juga populer dari segi
keumiannya. Popularitas pribadinya itu setingkat dengan kemashyuran
umminya. Itulah Muhammad seorang masyur karena ummi namun
berpribadi menawan hati.
4. Alquran hidayah sempurna
Alquran adalah sumber hidayah dan petunjuk, sumber syariah dan
hukum-hukum. Yang wajib dijadikan pedoman dan diikuti oleh manusia.
Supaya memperoleh kedamaian, ketentraman, dan kebahagiaan hidup di
dunia dan keselamatan di akhirat.
5. Komitmen terhadap Alquran
Ada empat sikap yang menunjukkan komitmen muslim terhadap
Alquran. Pertama, mengimani Alquran, yaitu meyakini bahwa Alquran
adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Kedua,
mempelajari Alquran. Mempelajarinya berarti membuka pintu rahmat
Allah. Mempelajari Alquran adalah modal dasar mengarungi kehidupan

7
dunia untuk memperoleh keuntungan. Ketiga, mengamalkan Alquran.
Meyakini kebenaran dan keagungan Alquran serta memahami dan
mengamalkannya merupakan garansi bagi kebahagiaan dan keselamatan
hidup manusia di dunia dan akhirat. Keempat, mendakwahkan Alquran,
yaitu mensosialisakan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran kepada
orang lain dari mulai lingkungan keluarga hingga masyarakat pada
umumnya.
A. Hadis sebagai Sumber Ajaran
1. Pengertian Hadits

Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan


dari Nabi Muhammad yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits dijadikan
sumber hukum Islam selain Alquran, dalam hal ini kedudukan hadits merupakan
sumber hukum kedua setelah Alquran.

a. Struktur Hadits
1. Sanad (Rantai Penutur/Perawi /Periwayat Hadits).

Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut
dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan
gambaran keaslian suatu riwayat.

2. Matan ( Redaksi dari Hadits)

Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami
hadits ialah Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi
Muhammad atau bukan. Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan
hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau
menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang
bertolak belakang).

Berikut beberapa hadits berdasarkan beberapa kriteria:

I. Klasifikasi Hadits Menurut Jumlah perawi

8
1. Mutawattir; adalah hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang
dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua
sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi hadits mutawatir
memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan (thaqabah)
berimbang.
2. Hadits Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun
tidak mencapai tingkatan mutawatir. Hadits ahad kemudian dibedakan atas
tiga jenis antara lain :
Hadits Shahih yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits.
Hadits shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut: Sanadnya
bersambung. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil, memiliki sifat
istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah (kehormatan)-nya,
dan kuat ingatannya. Matannya tidak mengandung
kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab tersembunyi atau
tidak nyata yg mencacatkan hadits.
Hadits Hasan bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh rawi yg adil namun tidak sempurna ingatannya, serta
matannya tidak syadz serta cacat.
Hadits Dhaif (lemah), ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung
(dapat berupa mursal, muallaq, mudallas, munqati atau mudal) dan
diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya,
mengandung kejanggalan atau cacat.
II. Klasifikasi Hadits Menurut Macam Periwayatannya
1. Hadits yang bersambung sanadnya.

Yaitu hadits yang bersambung sanadnya hingga Nabi saw. Hadits ini disebut
hadits marfu' atau Maushul.

2. Hadits yang terputus sanadnya:


1. Hadits Mu'allaq (Tergantung): Yaitu hadits yang permulaan sanadnya
dibuang oleh seorang atau lebih hingga akhir sanadnya. Contoh: "Seorang
pencatat hadits mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah

9
mengatakan...." tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga
Rasulullah).
2. Hadits Mursal (Hadits yang dikirim);Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
para tabi'in dari Nabi saw.tanpa menyebutkan sahabat penerima hadits
tersebut. Atau Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4
atau 3.
3. Hadits Mudallas; (Yang ditutup-tutupi): disebut juga hadits yang
disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang
memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya
ada, baik dalam sanad atau pada gurunya. Jadi, hadits Mudallas ini ialah
hadits yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
4. Hadits Munqati (Hadits yang terputus); Yaitu hadits yang hilang seorang
atau dua orang perawi selain sahabat dan tabi'in. Bila penutur 1 tidak
dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung
kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur 2) mengatakan
"Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang
menuturkan kepadanya).
5. Hadits Mu'dhal (Terputus sanadnya); Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
para tabi'it dan tabi'in dari Nabi saw. atau dari sahabat tanpa menyebutkan
tabi'in yang menjadi sanadnya. Atau bila sanad terputus pada dua generasi
penutur berturut-turut.

III. Hadits-Hadits Dha'if Karena Cacat Perawi


1. Hadits Maudhu (Yang dilarang); Yaitu bila hadits dicurigai palsu atau
buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang memiliki
kemungkinan berdusta.
2. Hadits Matruk ( yang ditinggalkan): yaitu hadits yang hanya diriwayatkan
oleh seorang perawi saja dan perawi itu dituduh berdusta.
3. Hadits Mungkar; yaitu hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang
perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan
oleh perawi yang tepercaya/jujur.

10
4. Hadits Mu'allal (yang sakit atau cacat): Yaitu hadits yang di dalamnya
terdapat cacat yang tersembunyi. Menurut Ibnu Hajar, hadits Mu'allal ialah
hadits yang nampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya.
Hadits ini biasa juga disebut hadits Ma'lul (yang dicacati) dan disebut
hadits Mu'tal (hadits sakit atau cacat).
5. Hadits Mudlthorib (yang kacau): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
seorang perawi dari beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak
sama dan kontradiksi dengan yang dikompromikan.
6. Hadits Maqlub ( yang terbalik): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
perawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau
sebaliknya baik berupa sanad (silsilah) maupun matan (isi).
7. Hadits Munqalib (yang terbalik): Yaitu hadits yang terbalik sebagian
lafalnya hingga pengertiannya berubah.
8. Hadits Mudraj; yaitu hadits yang mengalami penambahan isi oleh
perawinya.
9. Hadits Syad (yang jarang): Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi
yang tsiqah (terpercaya) yang bertentangan dengan hadits lain yang
diriwayatkan dari perawi-perawi (periwayat/pembawa) yang terpercaya
pula. Hadits syad jarang dihafal para ulama hadits, beda dengan hadits
Mahfudz yang banyak dihafal.
IV. Klasifikasi Hadits Berdasarkan ujung sanad
1. Hadits Maqtu' adalah hadits yang sanadnya berujung pada para Tabiin
(penerus).
2. Hadits Mauquf adalah hadits yang sanadnya terhenti pada para sahabat.
3. Hadits Marfu' adalah hadits yang sanadnya berujung langsung pada Nabi
Muhammad saw.

11
Berikut adalah sanad (persambungan) beberapa perawi hadits dengan Nabi saw.

Beberapa istilah dalam hadits


1. Hadits gholia, yaitu hadits yang terbalik sebagian lafalnya hingga
pengertiannya berubah.
2. Hadits Musnad; urutan sanad yang dimiliki hadits tersebut tidak terpotong
pada bagian tertentu.
3. Hadits Gharib, bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan
terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain terdapat banyak
penutur)
4. Hadits Aziz, bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu
lapisan).
5. Hadits Mashur, bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih
penutur pada salah satu lapisan) namun tidak mencapai derajat mutawatir.

12
6. Muttafaq 'alaih: Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Muslim dari sumber sahabat yang sama, atau dikenal juga dengan Hadits
Bukhari-Muslim.
7. As-Sab'ah: Yaitu 7 perawi hadits termasyhur: Imam Ahmad, Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasi'i dan Ibnu Majah.
8. Perawi: Yaitu orang yang meriwayatkan hadits.

3. Ijtihad
A. Arti dan kedudukan Ijtihad

Ijtihad adalah derivasi dari kata jahada, artinya berusaha sungguh-sungguh.


Dalam pengertian terminologi hukum, Mukti Ali (1990) menyebutkan bahwa
ijtihad adalah berusaha sekeras-kernya untuk membentuk penilaian yang bebas
tentang sesuatu masalah hukum. Ijtihad merupakan pekerjaan akal dalam
memahami masalah dan menilainya berdasarkan isyarat-isyarat Alquran dan As-
Sunnah kemudian menetapkan kesimpulan mengenai hukum masalah tersebut.

Ijtihad dipandang sebagai aktivitas penelitian ilmiah karena itu bersifat relatif.
Relativitas ijtihad ini menjadikannya sebagai sumber nilai yang bersifat dinamis.

B. Metode Ijtihad

Metode Ijtihad yang dinilai valid antara lain :

a) Qiyas (reasonign by analogi), yaitu menerapkan hukum perbuatan tertentu


kepada perbuatan lain yang memiliki kesamaan. Misalnua Alquran
melarang jual beli ketika Jumat (Al-Jumuah, 62:9) dan hukum perbuatan
lain selain dagang juga terlarang, karena sama-sama mengganggu salat
jumat.
b) b.Istihsan, yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan berdasarkan prinsip-
prinsip umum ajaran Islam, seperti prinsip keadilan dan kasih sayang.
Misalnua, seseorang mesti memilih satu dari dua alternatif perbuatan yang

13
sama-sama buruk. Maka ia mengambil salah satu yang diyakini paling
ringan keburukannya.
c) Masalihul mursalah, yaitu menetepkan hukum berdasarkan tinjauan
kegunaan atau kemanfaatannya sesuai dengan tujuan syariat.
Perbedaannya dengan istihsan adalah jika istihsan menggunakan
konsiderasi hukum-hukum universal dari Alquran dan Al-Hadist atay
menggunakan dalil-dalil umum dari kedua sumber tersebut, sedangkan
massahhul mursalah menitikberatkan kepada kemanfaatan perbuatan dan
kaitannya dengan tujuan universal syariat Islam.
4. Mengapa dalam islam padalah Sumber nya sama, tetapi terpecah
menjadi beberapa golongan?

Setiap kelompok mengaku dalilnya Quran dan Hadist tapi mengapa bisa berbeda,
umat Islam berpecah belah? Umar juga mempertanyakan Hal Ini. Lalu Umar
berdiskusi dengan Abdullah bin Abbas

Umar bertanya :

Wahai Abdullah bin Abbas mengapa umat Islam Ini berpecah belah?

Padahal kitabnya satu, Rasulullah nya sama, kiblatnya sama

Abdullah bin Abbas menjawab : Ya amirul mukminin, sesungguhnya alquran ini


diturunkan ditengah-tengah kita, kita yang pertama kali membacanya, kita
memahami isinya, kita memahami seluruh tafsir alquran, kita paham benar
bagaimana Cara mengamalkannya

Wahai amirul mukminin setelah kita meninggal maka Akan lahirlah generasi
selanjutnya, mereka membaca quran tapi tidak memahami apa yg dimaksud, apa
tafsir yang benar, ketika mereka tidak paham maka mulailah keluar pemahaman-
pemahaman yang menurut pemikiran mereka sendiri.

Apabila setiap kelompok sudah berani mentafsirkan alquran menurut pemahaman


masing-masing maka umat Islam akan berpecah belah.

14
5. Perbedaan NU DAN MUHAMMADIYAH
Secara historis, kedua pendiri organisasi Islam tersebutKH
Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asyarisama-sama mendalami ilmu
agama di Arab Saudi. Sepulang dari Arab Saudi, keduanya bersepakat
akan memberikan kontribusi bagi agama, nusa dan bangsa dengan cara
melandasi putra putri bangsa Indonesia dengan pendidikian dan juga
agama. Keduanya memakai cara yang berbeda dalam hal syiar sebab
masing-masing berasal dari area dengan tradisi yang berbeda. KH Ahmad
Dahlan berasal dari daerah perkotaan dan memilih cara syiar dengan
pendidikan perkotaan sedangkan KH Hasyim Asyari yang berasal dari
Jombang memilih metode pendidikan pesantren sebagai cara dakwahnya.
Perbedaan mencolok antara NU dan Muhammadiy adalah pada qunut
sholat Subuh. NU memakai Qunut sedangkan Muhammadiyah tidak. Di
masanya, KH Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah juga
memakai qunut untuk sholat subuh. Kedua pendiri organisasi ini juga
melakukan dibaan atau pembacaan sholawat untuk memuliakan nabi
Muhammad SAW. Pada saat hari raya, kalimat takbir pada takbiran di
ulang sebanyak tiga kali oleh keduanya. Kalimat qad qamat as-Shalat pada
saat iqomah di ulang sebanyak dua kali dan diiringi dengan berdirinya
para makmum dan imam sholat jamaah. Persamaan terakhir adalah itsbat
hilal yang dua-duanya memakai rukyah.

a. Perbedaan NU dan Muhammadiyah dalam hal tradisi ibadah

Dalam hal ibadah, bisa kita lihat perbedaan yang kentara antara NU dan
Muhammadiyah. Pertama, pada bulan Ramadlan, warga Nahdliyin tarawih
dengan jumlah rakaat sebanyak dua puluh dengan tiga rakaat witir. Sedangkan
warga muhammadiyah jumlah rakaatnya adalah delapan dengan tiga rakaat witir.
Kedua, bagi warga NU malam jumat adalah malam yang sakral. Pada malam ini

15
masjid diramaikan dengan bacaan maulid nabi, tahlil, yasin, manaqib syaikh abdul
Qadir al-Jaelani, barzanji dan sebagainya sedangkan tidak demikian yang
dilakukan warga Muhammadiyah. Ketiga, khutbah sholat Ied dilakukan sebanyak
dua kali oleh warga NU sedangkan warga Muhammadiyah khutbah sebanyak
sekali. Keempat, kalimat allahu akbar dalam takbiran hari raya diucapkan
sebanyak tiga kali untuk warga NU sedangkan warga Muhammadiyah
melafaldkannya sebanyak dua kali, kalimat qad qamat as-sholat dalam iqomat
dibaca sebanyak dua kali untuk warga nahdliyin dan sekali untuk warga
Muhammadiyah. Yang terakhir adalah itsbat penentuan jatuhnya hari raya, NU
memakai dasar rukyah sedangkan Muhammadiyah memakai hilal sebagai
dasarnya.

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan:

Al-Quran adalah kamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW sebagai mukjizat melalui perantara malaikat Jibril, sedangkan Hadist adlah
segala yang datang dari nabi SAW baik perkataan, perbuatan mauqun taqir lalu
yang dimaksud Ijtihad adalah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
penguasa atau pemimpin yang status hukum tersebut belum ada dalam Al-Quran
maupun Hadist. Dengan adanya sumber-sumber ajaran islam tersebut maka
munculah pemikiran atau pendapat manusia dengan pahamnya sendiri-sendiri.
Maka timbullah beberapa golongan tetapi tetap menggunakan satu sumber.

Saran:

Saran dari penulis adalah marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-
Quran dan Hadist sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang dapat
membuat kita bahagiabaik itu di dunia maupun di akhirat nanti.

17
BIOGRAFI SINGKAT PENULIS MAKALAH

Nama : Irma Sintia

NPM : 0217048651

Alamat : Degayu-Pekalongan

Nama : Rini Rahmawati

NPM : 0217048681

Alamat : Ulujami-Pekalongan

Nama : Gita Ayu Dwiyanti

NPM : 0217048691

Alamat : Pekuncen Karangasem Utara Batang

Nama : Elvina Melinda

18
NPM : 0217048701

Alamat : Perumahan Griya Permai B.40, Kebulen

Nama : Dewangga Septian H.A

NPM : 0217048711

Alamat : Kedungwuni- Pekalongan

Nama : Fatih Nidhamul M

NPM : 0217048721

Alamat : Pasekaran- Batang

19
Nama : Ilvan Romadhon

NPM : 0217048671

Alamat : Wiradesa- Pekalongan

Nama : Al Gebra Gamal El Latif

NPM : 0217048731

Alamat : Wiradesa-Pekalongan

20
DAFTAR PUSTAKA:

Ali, Mohammad Daud: Hukum Islam Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2011)

Azra, Azymardi: Pendidikan Agama Islam

http://inspiring.id/sumber-ajaran-islam/

https://aslibumiayu.net/7666-kenapa-umat-islam-terpecah-menjadi-73-golongan-
padahal-alquran-mereka-satu.html

http://www.jadipintar.com/2013/03/Pengertian-Hadits-dan-Jenis-Jenisnya.html

21

Anda mungkin juga menyukai