Anda di halaman 1dari 12

EFFEKTIFITAS SENAM REMATIK TERHADAP KEMAMPUAN

BERJALAN DENGAN NYERI SENDI UNTUK MENCAPAI


HIDUP YANG SEHAT DAN SEJAHTERA
PADA LANJUT USIA

Anik Suwarni, Idris Yani P, Lilis Murtutik

INTISARI

Lansia dengan nyeri sendi dapat ditingkatkan kemampuan berjalannya dengan


mengurangi dan meringankan beban derita lansia.Pada lansia yang menderita nyeri
sendi, maka dengan mengurangi nyerinya diharapkan dapat membantu lansia mudah
untuk melakukan jalan.Dalam mengurangi rasa nyeri sendi, dapat digunakan metode
gerak tubuh yang dikenal dengan senam rematik. Menurut Nuhonni (2010) secara
umum gerakan-gerakan senam rematik dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
gerak, fungsi, kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas aerobik, keseimbangan, biomedi k
sendi dan rasa posisi sendi.Senam ini konsentrasinya pada gerakan sendi sambil
meregangkan ototnya dan menguatkan ototnya, karena otot-otot inilah yang membantu
sendi untuk menopang tubuh (Candra 2008). Kegiatan senam rematik diharapkan
meningkatkan kemampuan jalan lansia sehingga kualitas hidup lansia dapat meningkat
pula dan lansia tidak menjadi beban bagi orang lain.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif metode
eksperimen dengan rancangan faktorial 2X2 tahapan analisis meliputi tahap persiapan,
pengumpulan data baik melalui pustaka maupun di lapangan, analisis data, penarikan
kesimpulan, dan penyusunan laporan.
Pengembangan media pembelajaran ini diharapkan bisa menjadi solusi dalam
Peningkatan kemampuan berjalan pada lansia sehingga menurunkan angka kesakitan
dan kematian pada lansia.
Menjalani senam rematik mempunyai hubungan yang positif atau erat dengan
kemampuan berjalan para lansia, yang mana dari hasil penelitian diperoleh nilai korelasi
sebesar 0,934 dengan probabilitas value 0,000 (<) 0,05. Dengan demikian berarti
apabila senam rematik ditingkatkan maka kemampuan berjalan lansia juga akan
meningkat.

Keywords :Senam rematik, kemampuan berjalan, Nyeri sendi.

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 1


PENDAHULUAN memenuhi ADL maka kami ingin
Keterbatasan lansia yang tampak mengajarkan senam lansia di posyandu
jelas akibat penyakit nyeri sendi adalah lansia.
kemunduran kemampuan berjalan lansia. Nyeri sendi dapat dikurangi dengan
Kemampuan berjalan seseorang tidak metode gerak tubuh yang dikenal senam
lepas dari ketidakadekuatan sistem rematik. Menurut Nuhonni (2010) secara
persarafan dan muskuloskeletal. umum gerakan-gerakan senam rematik
Penurunan sistem muskuloskeletal pada dimaksudkan untuk meningkatkan
lansia dapat memberi dampak kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan
kemunduran kemampuan lansia dalam daya tahan otot, kapasitas aerobik,
berjalan. Penyakit gangguan persendian keseimbangan, biomedik sendi dan rasa
merupakan salah satu penyebab utama posisi sendi. Senam ini konsentrasinya
terjadinya disabilitas pada lansia pada gerakan sendi sambil meregangkan
(Stockslager & Schaeffer 2007). ototnya dan menguatkan ototnya, karena
Biasanya lansia mengalami sakit otot-otot inilah yang membantu sendi
ketika berjalan, naik tangga, bangun dari untuk menopang tubuh (Candra 2008).
tempat tidur ataupun saat berpakaian. Kegiatan senam rematik diharapkan
Pada dasarnya lansia masih mempunyai meningkatkan kemampuan jalan lansia
potensi untuk mengisi hari-harinya sehingga kualitas hidup lansia dapat
dengan kegiatan yang bermanfaat dan meningkat pula dan lansia tidak menjadi
menghibur. Disampaikan oleh Orem beban bagi orang lain. Untuk itu
dalam (Alligood 2006) bahwa seorang penelitian dilakukan dengan
individu mempunyai kekuatan untuk pengembangan sebuah strategi agar
melaksanakan perawatan diri sendiri, kemampuan lansia memenuhi ADL dapat
kekuatan tersebut dinamakan self care tercapai dan ditindaklanjuti dengan model
agency. pengembangan. Dari latar belakang diatas
Lansia yang mengalami nyeri sendi maka penelitian tentang Effektifitas
akibat rematik banyak yang tidak mampu Senam Rematik Terhadap Kemampuan
memenuhi kebutuhan ADL (Aktivitas Berjalan Lansia dengan Nyeri Sendi
Daily Lifing) sehingga mengantungkan untuk Mencapai hidup yang sehat dan
kebutuhan sehari-hari kepada orang lain. sejahtera pada lanjut usia
Untuk membantu lansia agar bisa

2 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


Tujuan Penelitian waktu berjalan. Berjalan merupakan suatu
Mengetahui Effektifitas Senam Rematik cara memperoleh posisi yang akan
Terhadap Kemampuan Berjalan Lansia digunakan untuk melihat, mendengar dan
dengan Nyeri Sendi untuk Mencapai melakukan tugas-tugas manual (Irfan,
hidup yang sehat dan sejahtera pada 2010).
lanjut usia Konsep Nyeri Sendi Pada Usia Lanjut
Nyeri sendi merupakan keluhan
TINJAUAN TEORI utama pada lansia.Perasaan tidak nyaman
Konsep Lanjut Usia tersebut dirasakan berlangsung
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap lama/kronik dan menetap.Rasa sakit
akhir perkembangan pada daur kehidupan biasanya digambarkan sebagai rasa sakit
manusia (Maryam, 2008). Sedangkan yang berat dan membatasi mobilitas
menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) No. 13 pasien (Reeves, C J, dkk, 1999).
tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan Konsep Senam Rematik
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang Senam rematik merupakan jenis
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun senam ringan yang berfungsi mengatasi
(Maryam, 2008). keluhan yang biasa muncul pada penyakit
Konsep Kemampuan Berjalan Pada rematik, misalnya kekakuan dan nyeri
Usia Lanjut sendi, kelemahan dan ketegangan
Gerakan berjalan merupakan otot.Senam rematik hanyalah satu upaya
gerakan dengan koordinasi tinggi yang untuk mencegah dan meringankan gejala-
dikontrol oleh susunan saraf pusat dan gejala rematik. (Wahyuni, 2008).
melibatkan sistem yang sangat
komplek.Jalan merupakan salah satu cara METODE PENELITIAN
dari ambulasi, pada manusia ini dilakukan Jenis dan Rancangan Penelitian
dengan cara bipedal (dua kaki). Dengan Penelitian ini merupakan jenis
cara ini jalan merupakan gerakan yang
sangat stabil meskipun demikian pada dengan rancangan penelitian
kondisi normal jalan hanya membutuhkan Randomized Pre Test Post Test With
sedikit kerja otot-otot tungkai. Komponen Control Group Design yaitu peneliti
signifikan dari berjalan adalah memberikan perlakuan tertentu pada
mempertahankan postur tubuh selama suatu kelompok subjek yang diobservasi

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 3


sebelum dan sesudah dilakukan kemampuan berjalansebelum dan sesudah
intervensi, dan tanpa memberikan pemberian intervensi pada masing-
intervensi pada kelompok control. masing kelompok. Selanjutnya untuk
Teknik Pengumpulan Data menganalisis kemampuan berjalan dari
Berikut ini adalah skema rancangan dua (2) kelompok (kelompok perlakuan
penelitian Randomized Pre Test Post dan kelompok kontrol), digunakan uji t
Test With Control Group Design: tidak berpasangan dengan tingkat

Subjek Pra Perla Pasca


kuan Tes
statistik menunjukkan
K-A O-A I(+) O1-A
hipotesis statistik (H0) ditolak dan
K-B O-B I(-) O1-B
hipotesis penelitian (H1) diterima, yang
berarti ada perbedaan yang bermakna
Teknik Analisis Data
antara kemampuan berjalan pada
Penelitian ini mencakup beberapa
kelompok perlakuan dan kemampuan
tahap yang meliputi tahap persiapan,
berjalanpada kelompok kontrol.
pengumpulan data baik melalui pustaka
maupun di lapangan, analisis data,
HASIL PENELITIAN
penarikan kesimpulan, dan penyusunan
Kuesioner yang telah diisi
laporan.
responden kemudian dilakukan tabulasi
Hasil eksperimen berupa skor-skor
data. Berikut ini disajikan hasil
nilai test tertulis dan hasil test praktek
pengumpulan data dari 59 responden
kemudian dianalisa. Data yang sudah
mengenai kemampuan berjalan lansia
diolah dilakukan analisis perbedaan
sebelum menjalani senam rematik dan
kemampuan mobilitas lansia sebelum
sesudah menjalani senam rematik.
(pre) dan sesudah (post) diberikan
intervensi baik pada kelompok perlakuan
1. Kemampuan Berjalan Sebelum
maupun pada kelompok kontrol dengan
Menjalani Senam Rematik
menggunakan ujit berpasangan dengan
Dari hasil jawaban responden
masing-masing pengkajian kemampuan
berjalan pada lansia di wilayah Desa
hipotesis statistik (H0) ditolak dan
Talang Kalijirak Kecamatan Tasikmadu
hipotesis penelitian (H1) diterima, yang
Kabupaten Karanganyar, kemudian
berarti ada perbedaanyang bermakna

4 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


dilakukan klasifikasi berdasarkan jumlah Berdasarkan tabel diatas,
skor yang diperoleh, sebagai berikut: diperoleh klasifikasi data kemampuan
berjalan lansia sebelum menjalani senam
a. Kategori mampu mobilitas sendiri dan
yaitu kebanyakan tergantung dalam
aman, serta mandiri dalam melakukan
melakukan mobilitas dan membutuhkan
ADL, dengan skor = 14 20
orang lain untuk melakukan ADL
b. Kategori batas aman untuk
melakukan mobilitas dan mandiri berjumlah 28 responden atau 47,5%.
dalam melakukan ADL, dengan skor Berikutnya lansia dalam batas aman
= 10 13 untuk melakukan mobilitas dan mandiri
c. Kategori tergantung dalam melakukan
dalam melakukan ADL, berjumlah 23
mobilitas dan membutuhkan orang lain
untuk melakukan ADL, dengan skor responden atau 39%. Sementara 8 lansia
=<10 lainnya (13,6%) mampu mobilitas sendiri
Berdasarkan tiga kategori tersebut
dan aman, serta mandiri dalam
di atas, berikutnya setiap responden dapat
melakukan ADL. Interpretasi data
dikelompokan ke dalam tiga tingkatan
kemampuan berjalan lansia sebelum
tertentu, sesuai table berikut :
menjalani senam rematik adalah
Persen
Jumlah membutuhkan orang lain untuk
Skor Kategori tase
(Lansia)
(%) melakukan ADL.
14 Mampu mobi- 8 13,6
20 litas sendiri dan
aman, serta 2. Kemampuan Berjalan Setelah
mandiri dalam
Menjalani Senam Rematik
melakukan
ADL. Tabel Distribusi Frekuensi Kemampuan
10 Batas aman 23 39,0 Berjalan Lansia Setelah Menjalani
13 untuk melaku- Senam
kan mobilitas
dan mandiri Persen
Jumlah
dalam Skor Kategori tase
(Lansia)
melaku-kan (%)
ADL. 14 Mampu 37 62,7
< 10 Tergantung 28 47,5 20 mobilitas
dalam sendiri dan
melaku-kan aman, serta
mobilitas dan mandiri
membutuh- dalam
kan orang lain melakukan
untuk melaku- ADL.
kan ADL. 10 Batas aman 19 32,2
Jumlah 59 100,0 13 untuk

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 5


melakukan Uji Beda Dua Sampel Berpasangan
mobilitas dan
(Paired Sample t-Test)
mandiri
dalam 1. Rata-rata Kemampuan Berjalan
melakukan
Tabel Paired Samples Statistics
ADL.
< 10 Tergantung 3 5,1
dalam Std. Std.
melakukan Me Devia Error
mobilitas dan an N tion Mean
membutuhkan Kemampuan 8.86 59 4.547 .592
orang lain Berjalan
untuk Sebelum
melakukan Senam
ADL. Kemampuan 15.1 59 3.546 .462
Jumlah 59 100,0 Berjalan 0
Sesudah
Senam
Berdasarkan tabel tersebut,
menunjukkan bahwa kemampuan
Berdasarkan tabel diatas tersebut,
berjalan pada 59 lansia setelah menjalani
terlihat bahwa nilai mean kemampuan
senam rematik, mayoritas sudah mampu
berjalan lansia sebelum senam adalah
mobilitas sendiri dan aman, serta mandiri
8,86, hal ini menunjukkan bahwa
dalam melakukan ADL, berjumlah 37
kemampuan berjalan yang dipeoroleh dari
responden atau 62,7%. Berikutnya adalah
59 lansia tersebut, rata-rata sebesar 8,86
lansia yang mampu melakukan mobilitas
meter per menit. Sedangkan nilai mean
dan mandiri dalam melakukan ADL,
kemampuan berjalan setelah menjalani
berjumlah 19 responden atau 32,2%.
senam sebesar 15,10. Hal ini
Sementara 3 lansia lainnya atau 5,1%
menunjukkan bahwa kemampuan
tergantung dalam melakukan mobilitas
berjalan yang diperoleh dari 59 lansia
dan membutuhkan orang lain untuk
tersebut, rata-rata permenit sebesar 15,10
melakukan ADL. Interpretasi data
meter. Dengan demikian, berarti dengan
kemampuan berjalan lansia setelah
melakukan senam rematik dapat
menjalani senam rematik adalah mampu
meningkatkan kemampuan berjalan bagi
mobilitas sendiri dan aman, serta mandiri
lansia.
dalam melakukan ADL.

6 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


2. Kekuatan Hubungan Berdasarkan tabel tersebut di
Tabel Paired Samples Correlations atas, diketahui bahwa korelasi
(hubungan) kemampuan berjalan lansia
Corre
dengan senam rematik adalah 0,934.
N lation Sig.
Pair Kemampuan 59 .934 .000 Dengan melihat nilai probabilitas (
1 Berjalan
value) adalah 0,000 < 0,05, hal ini berarti
Sebelum
Senam & hubungan antara kemampuan berjalan
Kemampuan
lansia dengan menjalani senam rematik
Berjalan
Sesudah adalah signifikan atau erat.
Senam

3. Hasil Perbedaan
Paired Differences
95%
Confidence
Std. Std. Interval of the
Devia Error Difference Sig. (2-
Mean tion Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Kemampuan -6.237 1.765 .230 -6.697 -5.777 -27.145 58 .000
Berjalan Sebelum
Senam
Kemampuan
Berjalan Sesudah
Senam

Dari hasil perhitungan data Kabupaten Karanganyar, terlihat antusias


diperoleh probabilitas value 0,000 < 0,05, dan menerima baik dengan adanya senam
maka Ho ditolak dan Ha diterima, dengan rematik. Hal ini dikarenakan dari
demikian berarti ada perbedaan sebanyak 59 lansia di Desa Talang,
kemampuan berjalan lansia sebelum semuanya mau mengikuti senam rematik.
menjalani senam rematik dengan Kemampuan berjalan dari 59
kemampuan berjalan lansia setelah lansia sebelum menjalani senam rematik
menjalani senam rematik. yang mampu mobilitas sendiri dan aman,
serta mandiri dalam melakukan ADL
PEMBAHASAN hanya 8 lansia atau 13,6%, tetapi setelah
Para lansia di wilayah Desa menjalani senam rematik, kemampuan
Talang Kalijirak Kecamatan Tasikmadu berjalan mampu mobilitas sendiri dan

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 7


aman, serta mandiri dalam melakukan mempunyai hubungan yang erat dengan
ADL meningkat menjadi 37 lansia atau senam rematik. Nilai correlation (0,934)
62,7%. Hal ini berarti dengan bertanda positif menunjukkan hubungan
dilakukannya senam rematik dapat yang searah, hal ini mempunyai arti
memberikan kepuasan kepada para lansia, bahwa apabila senam rematik lebih di
karena dengan menjalani senam rematik, tingkatkan maka kemampuan berjalan
para lansia di wilayah Desa Talang para lansia juga meningkat. Dengan
Kalijirak Kecamatan Tasikmadu demikian berarti, senam rematik
Kabupaten Karanganyar dapat mobilitas berpengaruh terhadap kemampuan
sendiri dan aman, serta mandiri dalam berjalan pada lansia.
melakukan ADL.
Kemampuan berjalan pada lansia
Berdasarkan hasil analisis data
dapat dilihat dari tujuh pengkajian,
diketahui bahwa rata-rata kemampuan
diantaranya berbaring ke duduk, duduk ke
berjalan lansia sebelum menjalani senam
berbaring, duduk ke berdiri, berdiri, gait
rematik hanya 8,86 meter per menit lebih
(gaya berjalan), waktu berjalan (6 meter),
kecil dibandingkan rata-rata kemampuan
dan kemampuan menjangkau. Pertam,
berjalan lansia setelah menjalani senam
pengkajian berbaring ke duduk. Sebelum
rematik yaitu 15,10 meter per menit. Dari
menjalani senam rematik, mayoritas
hasil analisis data pada paired samples
lansia membutuhkan bantuan 1 orang,
test diperoleh probabilitas value 0,000 <
namun setelah menjalani senam rematik
0,05, berarti ada perbedaan kemampuan
mayoritas lansia dalam berbaring ke
berjalan sebelum menjalani senam
duduk bisa mandiri.
rematik dengan kemampuan berjalan
Kedua, pengkajian duduk ke
setelah menjalani senam rematik pada
berbaring. Para lansia sebelum menjalani
lansia di wilayah Desa Talang Kalijirak
senam mayoritas membutuhkan bantuan 1
Kecamatan Tasikmadu Kabupaten
orang, namun setelah menjalani senam,
Karanganyar.
kegiatan duduk ke berbaring dilakukan
Begitu juga dilihat dari segi
secara mandiri.
hubungan yang menunjukkan nilai
Ketiga, pengkajian duduk ke
correlation sebesar 0,934 dengan
berdiri. Para lansia sebelum menjalani
probabilitas value 0,000 < 0,05, yang
senam hanya dua lansia yang mampu
berarti kemampuan berjalan para lansia
berdiri dengan waktu lebih dari 3 detik,

8 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


namun setelah menjalani senam rematik, dari 20 meter meningkat menjadi 26
lansia mampu secara mandiri dengan lansia.
waktu kurang dari 3 detik. Adanya pengaruh senam rematik
Keempat, pengkajian berdiri. Para terhadap kemampuan berjalan pada
lansia sebelum menjalani senam hanya 2 lansia, dikarenakan senam rematik
lansia yang mampu berdiri tanpa bantuan merupakan jenis senam ringan yang
dan mampu menjangkau dengan berfungsi mengatasi keluhan yang biasa
lengannya. Tetapi setelah menjalani muncul pada penyakit rematik, misalnya
senam rematik, kemampuan berdiri tanpa kekakuan dan nyeri sendi, kelemahan dan
bantuan dan mampu menjangkau dengan ketegangan otot. Senam rematik hanyalah
lengannya meningkat menjadi 22 lansia. satu upaya untuk mencegah dan
Kelima, pengkajian gait (gaya meringankan gejala-gejala rematik.
berjalan). Sebelum menjalani senam Senam rematik merupakan salah satu
rematik, para lansia yang gaya modal untuk memandu mencegah dan
berjalannya mandiri hanya 4 lansia, memberikan terapi terhadap gejala
sementara setelah menjalani senam rematik atau gejala osteoarthritis.
rematik meningkat menjadi 27 lansia. Gerakan-gerakan senam rematik
Keenam, pengkajian waktu dimaksudkan untuk meningkatkan
berjalan (6 meter). Para lansia sebelum kemampuan gerak, fungsi, kekuatan dan
menjalani senam rematik kebanyakan daya tahan otot, kapasitas aerobik,
lansia dalam berjalan 6 meter keseimbangan, biomekanik sendi dan rasa
membutuhkan waktu lebih dari 30 detik. posisi sendi. Senam rematik ini
Namun setelah menjalani senam rematik, konsentrasinya pada gerakan sendi sambil
para lansia dalam berjalan 6 meter meregangkan dan menguatkan otot,
membutuhkan waktu kurang dari 16 karena otot-otot inilah yang membantu
detik. sendi untuk menopang tubuh (Wahyuni,
Ketujuh, pengkajian kemampuan 2008).
menjangkau. Para lansia sebelum
menjalani senam rematik, yang mampu
menjangkau lebih dari 20 cm hanya 8
lansia, tetapi setelah menjalani senam
rematik kemampuan menjangkau lebih

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 9


SIMPULAN DAN SARAN 5. Menjalani senam rematik mempunyai
simpulan hubungan yang positif atau erat
Berdasarkan hasil analisis data dengan kemampuan berjalan para
dan pembahasan terhadap analisis data, lansia, yang mana dari hasil penelitian
dapat disimpulkan: diperoleh nilai korelasi sebesar 0,934
1. Penerimaan para lansia di wilayah dengan probabilitas value 0,000 (<)
Desa Talang Kalijirak Kecamatan 0,05. Dengan demikian berarti apabila
Tasikmadu Kabupaten Karanganyar senam rematik ditingkatkan maka
terhadap senam rematik, terlihat baik kemampuan berjalan lansia juga akan
Hal ini dikarenakan dari sebanyak 59 meningkat.
lansia di Desa Talang, semuanya Saran
bersedia mengikuti senam rematik. 1. Dengan adanya peningkatan
2. Para lansia merasa puas dengan kemampuan lansia dalam berjalan
menjalani senam rematik, karena setelah menjalani senam rematik,
dengan menjalani senam rematik, untuk itu hendaknya kegiatan senam
kemampuan berjalan para lansia rematik perlu ditingkatkan lagi, yang
menjadi meningkat. mana apabila semula 2 sampai 3 kali
3. Rata-rata kemampuan berjalan lansia dalam satu minggu, maka kedepannya
setelah menjalani senam rematik menjalani senam 4 sampai 5 kali
sebesar 15,10 meter per menit lebih dalam seminggu.
besar dibandingkan dengan 2. Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin
kemampuan berjalan lansia sebelum melakukan penelitian serupa,
menjalani senam rematik, yaitu 8,86 hendaknya perlu menambahkan
meter per menit. variabel yang lain, misalnya pola
4. Dari uji beda diperoleh nilai makan.
probabilitas value sebesar 0,000 <
0,05, berarti ada perbedaan
kemampuan berjalan lansia sebelum
menjalani senam rematik dengan
kemampuan berjalan lansia setelah
menjalani senam rematik.

10 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A, dkk 2010, Penyakit Di Usia Tua, EGC, Jakarta.


Keperawatan Lanjut Usia, Edisi Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Dahlan, Muhammad Sopiyudin 2009, Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan, edisi
4, Salemba Medika, Jakarta.
Darmojo, B 2010, Buku Ajar Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, edisi 4, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Dharma, Kelana Kusuma 2011, Metodologi Penelitian Keperawatan, cetakan pertama,
TIM, Jakarta.
Gallo, Joseph J 1998, Buku Saku Gerontologi, Alih Bahasa : James Veldman, edisi 2,
EGC, Jakarta.
Hardy, et al 2007, Improvement In Usual Gait Speed Predicts Better Survival In Older
Adults. Journal American Geriatrics Society, Vol. 55, No. 11
Kushariyadi 2011, Asuhan Keperawatan Pada Klien lanjut Usia, Salemba Medika,
Jakarta.
Maramis 2004, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan 9, Airlangga Univercity Press,
Surabaya.
Maryam, R Siti 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Salemba Medika,
Jakarta.
Nugroho, H Wahjudi 2008, Keperawatan Gerontologi, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Nursalam 2008, Konsep dan Penerapan Metodologi Penenlitian Ilmu Keperawatan :
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, edisi 2,
Salemba Medika , Jakarta.
Parker 2001. Nursing Theories and Nursing Practice, FA Davis Company,
Philadelphia.
Perry & Potter 2010, Fundamental Keperawatan, Buku 2 Edisi 7, Salemba Medika,
Jakarta.
Prawiro, M D 2012, Hidup Lansia Semakin Lama, BKKBN.go.id/rubrik/180, Jawa
Tengah.

Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017 11


Smeltzer & Bare 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
Vol. 2, edisi 8, EGC, Jakarta.
Somantri, Ating & Muhidin, Sambas Ali 2006, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian,
CV Pustaka Setia, Bandung.
Stanley, M & Beare, P Gauntlett 2006, Buku Ajar Keperawatan Gerontik, edisi 2, EGC,
Jakarta.
Sugiyono 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, cetakan ke-10,
Alfabeta, Bandung.
Stockslanger, JL & Schaeffer, L 2007, Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik, edisi
2, EGC, Jakarta.
Tamher, S & Noorkasiani 2009, Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Thrisyaningsih, Probosuseno dan Astuti 2011, Senam Bugar Lansia Berpengaruh
Terhadap Daya Tahan Jantung paru, Status Gizi Dan Tekanan Darah, Jurnal
Gizi Klinik Indonesia, Vol 8, No 1.
Wardhani, dkk 2011, Kekuatan Otot Dan Mobilitas Usia Lanjut Setelah Latihan
Penguatan Isotonik Quadriceps Femoris Di Rumah, Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol. 61, No. 1.

12 Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017

Anda mungkin juga menyukai