NASIONAL
1
Robert P. Multhauf, Some Observations on the State of the History of Technology, Technology
and Culture 15 (Januari 1974). Hlm.1
2
Antonio Chialastri, Automation in Aviation, InTech, 2012. Hlm.79
Sehingga dapat dikatakan bahwa otomasi atau automation merujuk pada
menggantikan.3 Berkembangnya otomasi terutama di bidang Industri,
memberikan dampak negatif bagi tenaga kerja manusia, tentunya akan
meningkatkan jumlah pengangguran. Mohandas Pai, salah satu veteran industri di
India mengatakan bahwa pada tahun 2025 dimungkinkannnya tenaga kerja
dengan usia 20 tahun ke atas tidak akan dibutuhkan lagi dalam industri, sebab
adanya peningkatan otomasi dan teknologi.4 Isu inilah yang menjadi fokus penulis
bahwa otomasi dapat memberikan dampak serius terhadap tenaga kerja manusia.
Dalam tulisan ini, penulis akan menjelaskan sejarah berkembangnya otomasi,
penyebab dan dampak automasi dilihat dari perspektif hukum, serta pemecahan
masalah dari berkurangnya tenaga kerja akibat perkembangan otomasi.
Awal berkembangnya otomasi dapat dilihat dari alat sistem kontrol pada
jam air kuno Ktesibios di Alexandria, Mesir sekitar 250 sebelum Masehi.5 Jam ini
menggunakan bahan bakar air yang dirancang untuk mengatur mekanisme
ketepatan waktu. Pada abad ke-17, jam ini kemudian digantikan dengan pendulum
(bandul jam) yang ditemukan oleh Christiaan Huygens6 yang mana pendulum ini
memiliki akurasi waktu yang lebih dibandingkan Ktesibios.
Automasi yang diterapkan ke dalam mesin dapat dilihat pada waktu 400
sebelum masehi, dimana seorang filsuf Yunani bernama Archytas membuat mesin
berbentuk burung yang dapat terbang tanpa menggunakan kabel. Teknologi ini
menjadi acuan utama dalam perkembangan sistem kontrol ulang terbuka.7 Pada
3
Charles C. Killingsworth, Industrial Relations and Automation, The Annals of the American
Academy of Political and Social Science 340 (Maret 1962). Hlm.69.
4
The Economic Times, The why, what and how of automation and its impact on job market
http://economictimes.indiatimes.com/slideshows/work-career/the-why-what-and-how-of-
automation-and-its-impact-on-job-market/shadow-of-automation/slideshow/57062527.cms
diakses pada 4 Oktober 2017.
5
Ernie Hayden, An Abbreviated History of Automation & Industrial Control System and
Cybersecurity The SANS Institute (2015). Hlm.9
6
Bennett, S. A History of Control Engineering 1800-1930, ( London: Peter Peregrinus Ltd., 1979)
Hlm. 47 dan 266.
7
Ernie Hayden, An Abbreviated History of Automation & Industrial Control System and
Cybersecurity . Hlm.10.
tahun 1620, Cornelis Drebbel merancang ulang sistem kontrol tertutup untuk
mengatur thermostat pertama di dunia secara efektif.8
Kemudian sekitar abad ke-18 dan 19, menjadi tolak ukur utama pada alat
otomatis yang kemudian melahirkan industri otomatis.9 Pada abad tersebut, sistem
kontrol lebih difokuskan pada pengaturan suhu, tekanan, dan kecepatan
perputaran mesin. Berkembangnya ukuran kapal dan senjata baru mengakibatkan
meningkatnya pengaturan industri yang bergerak pada hidrolik, pneumatic
(kompresi udara yang menciptakan gerakan mekanis) dan sistem uap panas. Saat
ini peneliti otomasi menekankan efesiensi, produktivitas, kualitas, dan
kehandalan, dengan fokus pada sistem yang beroperasi secara otonom di
lingkungan terstruktur selama jangka periode yang panjang, dan pada penataan
eksplisit lingkungan.10
Hubungan antara otomasi dengan perkembangan kebudayaan manusia
pada hakikatnya berawal dari kebiasaan manusia terhadap suatu cara atau
kegiatan yang dianggap menyulitkan apabila dikerjakan oleh manusia, lalu
muncul keingitahuan manusia lainnya untuk memecahkan permasalahan tersebut
dengan tujuan mampu mengurangi beban kerja manusia. Seiring dengan adanya
penemuan-penemuan maju (canggih), membawa pergantian pada penemuan
sebelumnya. Hal inilah yang membawa sifat manusia untuk terus mengikuti
perkembangan teknologi pada setiap waktu yang mengakibatkan munculnya
determinisme teknologi.
Determinisme teknologi merupakan suatu pandangan yang berpendapat
bahwa perkembangan masyarakat didasarkan pada pengaruh perkembangan
teknologi. Di sisi lain, determinisme teknologi dapat diartikan sebagai suatu
tatanan budaya manusia dimana teknologi merupakan faktor dominan yang
membawa perubahan sosial, sedangkan pengaruh budaya-nya berasal dari
kepentingan orang lain.11 Determinisme teknologi dapat menjadi suatu
permasalahan yang dinilai memiliki keterkaitan pada bidang sosial dan ekonomi.
8
Stuart Bennett, A Brief of Historical Automatic Control IEEE Control System 16 (Juni 1996).
Hlm.18.
9
S. Moos, The Scope of Automation The Economic Journal 67 (Maret 1957). Hlm.26.
10
Ken Goldberg, What Is Automation? IEEE Transactions on Automation Science and
Engineering 9 (Januari 2012). Hlm.1.
11
Bruce Bimber, Karl Marx and the Three Faces of Technological Determinism Social Studies
of Science 20 (May 1990). Hlm.333.
Torsten Hagerstrand yang merupakan seorang sosiologis berpendapat bahwa jika
melihat kilas balik alat dan instrumen teknologi, akan lebih baik menelusuri motif
manusia untuk mengendalikan teknologi tersebut.12
Apabila ada motif untuk menguasai suatu pasar atau wilayah, maka
terdapat kepentingan seseorang atau sekelompok yang kemudian memberikan
pengaruh kepada masyarakat dengan cara menyampaikan informasi yang
disisipkan pada suatu teknologi terbaru. Akibat yang ditimbulkan yaitu terjadinya
pergesaran nilai, norma dan budaya berinteraksi maupun berkomunikasi satu sama
lain. Dampak yang ditimbulkan bisa positif, negatif atau campuran dari keduanya.
Penulis berpendapat bahwa jika masyarakat mengikuti arus perkembangan
teknologi akan dimungkinkannya terjadi dampak negatif yang lebih besar
dibandingkan dampak positifnya.
Jika dilihat dari bidang ekonomi, pada dasarnya mengacu pada
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran seminimal mungkin.
Apabila teknologi dijadikan faktor dominan, maka otomasi akan terus
berlangsung dan terus meningkat dan berbanding terbalik dengan tingkat fungsi
tenaga manusia, sebab diambil alih oleh otomasi (robot). Otomasi dapat
menghasilkan lebih banyak jumlah produksi sekaligus mengurangi biaya pekerja
tanpa mengurangi keuntungan (profit) sedikit pun bagi suatu perusahaan.13
12
Wolfhard Weber, Technology and Its Impact on Society: Stockholm, August 1977
Technology and Culture 20 (Juli 1979). Hlm.616
13
J. James Miller, Automation, Job Creation, and Unemployment The Academy of Management
Journal 7 (Desember 1964). Hlm.302
PERKEMBANGAN OTOMASI INDUSTRI
14
Hoedi Prasetyo, Perkembangan Keilmuan Teknik Industri Menuju Era Industri 4.0,
http://idec.industri.ft.uns.ac.id/storage/app/media/IDEC%202017/Prosiding/ID069.pdf hlm. 4,
diakses pada 4 Oktober 2017
Terjadinya pemecatan massal yang berujung pada meningkatnya
pengangguran dalam suatu daerah/negara. Dari sini kita dapat melihat lagi
permasalahan yang lebih luas sebagai konsekuensi dari pemecatan. Yang
paling dikhawatirkan adalah bagaimana pengangguran ini kemudian dapat
menjadi akar dari berbagai permasalahan atau tindak kriminal yang tentu
saja akan mempengaruhi kondisi keamanan serta perekonomian menjadi
tidak stabil.
2. Kesenjangan Ekonomi yang Ekstrim
Perusahaan-perusahaan berskala besar tetap dapat beroperasi
menggunakan robot mereka. Sedangkan para tenaga kerja mulai
kesulitan mendapatkan pekerjaan.
3. Berkurangnya lapangan pekerjaan
Berdasarkan laporan dari Deloitte dan Oxford University, sebanyak 35
persen pekerjaan diprediksi akan diotomasi selama dua dekade ke depan.
Selain itu, berdasarkan penelitian Carl Benedikt Frey dan Michael
Osborne di tahun 2013, diperkirakan sekitar 50 persen dari pekerjaan akan
lenyap dalam empat hingga lima dekade berikutnya.15
Dalam kondisi seperti ini, kita melihat bahwa otomasi industri merupakan
ancaman serius yang dapat mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Ancaman-
ancaman itu tercermin dari bagaimana otomasi industri dapat menimbulkan
kegaduhan perekonomian bangsa serta menciptakan suasana yang tidak ramah
bagi banyak tenaga kerja di Indonesia. Kita perlu kritis menghadapi situasi ini.
15
Otomatisasi di Industri teknologi, sebuah ancaman atau peluang?
https://www.labana.id/view/otomatisasi-di-industri-teknologi-sebuah-ancaman-atau-
peluang/2016/05/30/?fullview diakses pada 4 Oktober 2017
16
Lihat Pasal 1 Ayat (7) UU No. 13 Tahun 2003
Negara mempunyai kewajiban untuk memastikan agar rakyatnya hidup sejahtera.
Tentu lah dapat kita maknai bahwa negara dalam konteks yang sedang kita
bicarakan ini, berkewajiban menetapkan kebijakan yang dapat melindungi
keberlangsungan hidup tenaga keja serta menciptakan perluasan kesempatan
kerja.17
17
Lihat Pasal 41 Ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003