Anda di halaman 1dari 25

LBM 3 MODUL 7

Sering Diare Dengan Penurunan Berat Badan Yang Drastis

STEP 1

1. Pembesaran Kelenjar limfe multiple :


a. Pembesaran kelenjar limfe dibanyak posisi. (axilaris,
oksipitalis,kgb,inguinal)

2. Stomatitis :
a. Radang pada stoma (pecah2 pada bibir)

3. P24 antigen test :


Test yang digunakan untuk mencari apakah ada polipeptida p24 yang
membungkus RNA
P24 : bagian dari virus HIV

STEP 2
1. Mengapa pasien mengeluh badan lemah,batuk, diare yang tidak kunjung
sembuh sejak 1 bulan lalu,nafsu makan menurun dan penurunan BB?
Apa hubungan gejala tersebut dengan p[rofesinya sebagai PSK?
2. Mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang seperti p24 test, apa ada
pemeriksaan penunjang yang lain selain p24 test?
3. Apa hubungan penderita dengan pacarnya yang menggunakan injection
drug user?
4. Mengapa timbul pembesaran limfe multiple?
5. Apa diagnosa penyakit pada skenario diatas?
STEP 3
1. Mengapa pasien mengeluh badan lemah,batuk, diare yang tidak kunjung
sembuh sejak 1 bulan lalu,nafsu makan menurun dan penurunan BB?
Apa hubungan gejala tersebut dengan profesinya sebagai PSK?

- Karena yang diserang sistem imun, sehingga sistem tidak protektif


seperti pada keadaan normalnya(immunodeficiency). Ketika ada
penyakit ringan menjadi penyakit yang berat untuk pasien tersebut.
-
2. Mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang seperti p24 test, apa ada
pemeriksaan penunjang yang lain selain p24 test?
- Untuk mengetahui ada virus HIV atau tidak.
- Untuk menegakkan diagnosa

Pemeriksaan
- ELISA
- Western Blot
- Rapid Test
- PCR

3. Apa hubungan penderita dengan pacarnya yang menggunakan injection


drug user?
- Aids dapat ditularkan dari injeksi,hub sex, transfusi darah, dari ibu ke
anaknya saat persalinan dan menyusui.
Pada kasus di skenario, kemungkinan aids ditularkan melalui sperma
ketika hub sex.

Bagaimana cara penularan HIV?

4. Mengapa timbul pembesaran limfe multiple?


Virus HIV masuk ke tubuh melalui mukosa. Pada permukaan virus HIV
terdapat glikoprotein.
virus tersebut ber replikasi pada KGB.

Virus HIV menyerang sel Th.

5. Apa diagnosa penyakit pada skenario diatas?


Kemungkinan HIV
6. Sebutkan klasifikasi immunodeficiency.
a. Spesifik (ada faktor dari luar tubuh)
-kongenital ( bawaan dari lahir)
-fisiologi ( karena kehamilan,usia tua, usia bayi)
-didapat/sekunder ( ada sumber yang ,merangsang tubuh,sehingga
imun tubuh turun ;infeksi;obat;trauma;penyinaran)
-AIDS
b. Non spesifik (faktor dari dalam tubuh)
-komplemen(komplemen menurun;C3,C5)
-interferon (IFN alfa,beta,gamma)
-sel NK
-fagosit

Pengertian immunosupresan,immunotoleran,dll
7. Apa definisi immunodeficiency?
- menurunnya sistem imun pada tubuh .

HIV AIDS
1. definisi
HIV : human immunodeficiency virus. Stadium akut dari AIDS (HIV
dalam waktu lama AIDS)

2. etiologi
AIDS disebabkan HIV

Berikan gambaran HIV

3. faktor resiko
a. sering bergonta-ganti pasangan
b. pengguna narkoba suntik
c. penggunaaan jarum suntik tidak steril
d. transfusi darah yang mengandung HIV

4. patofisiologi
hiv dibagi 2 jenis, HIV 1 dan HIV 2.
HIV 1 virusnya menyerang sel CD4+. Menyerang sel makrofag dan
sel dendritis.
Pada permukaan Virus terdapat glikoprotein yang dapat mengikat
CD4+, lalu menginfeksi virus tersebut. Genom virus masuk, genom
virus masuk ke sitoplasma, lalu menyeran CD4+ pada tubuh.
Sehingga CD4+pada tubuh menurun. Sehingga ketika ada
infeksi/benda asing,sudah tidak ada CD4+yang memproteksi tubuh.

HIV 2 : lebih sering terjadi di afrika barat


HIV 1 : lebih sering terjadi di

Cari perjalanan penyakit HIV

Fase window : 3-6bulan. Tertular HIV tetapi belum menunjukan gejala HIV

5. manifestasi klinik
ada 4 tingkat:
1. belum ada gejala
2. penurunan BB , kelainan pada mulut, herper zooster, setelah
5tahun
3. BB turun , diare kronis, demam tidak diketauhi sebabnya
4. BB turun drastis, TBC, pneumonia

6. Diagnosis
Dinyatakan HIV apabila :
- Pemeriksaan lab terbukti positif HIV dengan pemeriksaan
antibodi/pemeriksaan untuk ,mendeteksi adanya virus yang berda
dalam tubuh.
- pada tes ELISA positif +++ dengan reagen yang berbeda (rapid
test,western blot,CD4+).
Normal cd4+ (800-1300/1500), turun (<200, karena CD4 sudah banyak
yang mati), turun drastis (<50, tanda2 HIV sudah muncul seluruhnya)
-
7. penatalaksanaan
ANGGA LIAN
MODUL 7
LBM 3

Pengubahan aktivitas sistem imun dapat berupa:

a. Imunopotensiasi
adalah penambahan respon imun non-
spesifik penderita dengan menggunakan substansi biologik se-
cara luas. Banyak upaya ini masih pada tingkat eksperimental
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/07KelainanKornea087.pdf/07KelainanKorn
ea087.html

Imunostimulasi,
Imunostimulasi merupakan suatu upaya memperbaiki sistem imun yang
terganggu dengan
cara merangsang sistem imun, misalnya dengan pemberian ekstrak hormon
dari kelenjar timus,
limfokin, interferon, levamisol, methisoprinol, muramil dipeptida dan lain-lain.

Imunorestorasi, yaitu mengembalikan sistem imun yang terganggu dengan


mengganti komponen sistem imun yang terganggu. seperti imunoglobulin
dalam bentuk ISG (Immune Serum Globulin) atau IHSG (Immune Hiperimune
Serum Globulin), plasmafircsis, lekafersis, transplantasi sumsum tulang.
lmunorestorasi juga dapat dilakukan dengan mengoreksi fungsi komponen
sistem imun yang terganggu dengan pemberian imunomodulator (Morahan et
al,. 1982: Baratawidjaja, 2001).

b. Imunosupresi (down regulation), penekanan respon imun baik respon yang


normal misalnya pemberian steroid. Hal ini sering diterapkan pada orang-
orang yang mengalami pencangkokan organ tubuh yang berasal dari orang
lain untuk mengatasi reaksi penolakan dari tubuh.. atau yang berlebihan
(misalnya pada alergi, penyakit autoimun).

(dr.Pirma Siburian Sp PD, pemerhati masalah kesehatan lansia dan dokter


pada klinik lansia Klinik Spesialis Bunda Medan).

Toleransi:
kegagalan untuk membentuk antibodi atau mengembangkan respon imun
seluler pasca pajanan dengan imunogen atau antigen terjadi hanya terhadap
antigen tertentu saja dan tidak disertai gangguan terhadap respon antigen
yang lain.

imuno compromise:
Hal-hal yang menimbulkan imunokompromis
Factor predisposisi Efek terhadap system imun Jenis infeksi
Obat atau sinar x dan terapi kanker Imunitas selular dan humoral
menurun Infeksi paru, infeksi jamur
Virus imunokompromais (virus hepatitis, HIV) Replikasi virus dalam
sel limfoid yang menimbulkan gangguan fungsi sel Infeksi bakteri
pada AIDS
Tumor Replacement sel system imun Bakteremi, infeksi saluran
kencing
Malnutrisi Limfosit dalam sirkulasi menurun, kemampuan fagositosis
menurun Campak, tuberculosis, infeksi saluran nafas dan cerna
Rokok Inflamasi paru Infeksi saluran nafas
Penyakit endokrin kronik (diabetes) Kemampuan fagositosis
menurun Tuberkulosisi, infeksi saluran nafas
Defisiensi imun primer Imunitas selular dan humoral menurun
(Imunologi dasar, karnen garna baratawidjaja dan iris rengganis.
Edisi 8, hal:498)

1. Mengapa pasien mengeluh badan lemah,batuk, diare yang tidak kunjung sembuh
sejak 1 bulan lalu,nafsu makan menurun dan penurunan BB?
Apa hubungan gejala tersebut dengan profesinya sebagai PSK?
2. Mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang seperti p24 test, apa ada
pemeriksaan penunjang yang lain selain p24 test?

HIV P24 antigent Test adalah pemeriksaan antigent persisnya untuk


mendeteksi adanya protein p24 dari HIV. Memang dulunya digunakan untuk
mendeteksi adanya HIV termasuk pada periode jendela. Namun sekarang di
Amerika dan Eropa sudah tidak digunakan lagi dan mereka beralih ke NAT
(nucleic acid based test) yang lebih baik. Test P24 ini juga tidak
digunakan secara massal karena sensitivitasnya rendah, lagipula hanya
dapat digunakan pada waktu terbatas sebelum terbentuknya antibodi terhadap
p24 ini.

http://health.groups.yahoo.com/group/wartaaids/message/2784

Pemeriksaan laboratorium dalam menentukan diagnosis infeksi


H I V dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menunjukkan adanya
antibodis p e s i f i k . B e r b e d a d e n g a n v i r u s l a i n , a n t i b o d i t e r s e b u t
t i d a k m e m p u n ya i e f e k perlindungan. Pemeriksaan secara langsung
dapat dilakukan, yaitu antara laindengan melakukan biakan virus, antigen virus
(p24), asam nukleat virus.

Pemeriksaan adanya antibodi spesifik dapat dilakukan dengan


Rapid Test
Enzime Linked Sorbent Assay(ELISA) dan
Western Blot
. Sesuai dengan pedoman nasional,

diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan 3 jenis pemeriksaan Rapid Testyang


b e r b e d a a t a u 2 j e n i s p e m e r i k s a a n Rapid Test
y a n g b e r b e d a d a n 1 pemeriksaan ELISA.

Pada pemeriksaan ELISA


hasil test ini positif bila antibodi dalam serum mengikat antigen virus
murni di dalam
enzyme-linked antihuman globulin.
Padaminggu 23 masa sakit telah diperoleh basil positif, yang lama-lama akan menjadi
negatif oleh karena sebagian besar HIV telah masuk ke dalam tubuh
.Interpretasi pemeriksaan ELISA adalah pada fase pre AIDS basil masih
negatif, fase AIDS b a s i l t e l a h p o s i t i f . H a s i l ya n g s e m u l a p o s i t i f
m e n j a d i n e g a t i f , m e n u n j u k k a n prognosis yang tidak baik.

PemeriksaanWestern Bolt
merupakan penentu diagnosis AIDS setelah testELISA dinyatakan positif. Bila terjadi
serokonversi HIV pada test ELISA dalam keadaan infeksi HIV primer, harus
segera dikonfirmasikan dengan test WB ini. H a s i l t e s t y a n g p o s i t i f
akan menggambarkan garis presipitasi pada
p r o s e s elektroforesis antigen-antibodi HIV di sebuah kertas nitroselulosa yang
terdiri atas protein struktur utama virus. Setiap protein terletak pada posisi yang
berbeda padag a r i s , d a n t e r l i h a t n y a s a t u p i t a m e n a n d a k a n
r e a k t i v i t a s a n t i b o d i t e r h a d a p komponen tertentu virus.
Berdasarkan kriteria WHO, serum dianggap positif antibodi HIV-1 bila 2envelope
pita glikoprotein terlihat pada garis. Serum yang tidak menunjukkan pita-
pita tetapi tidak termasuk 2 envelope pita glikoprotein disebut indeterminate.
Hasil indeterminate
harus dievaluasi dan diperiksa secara serial selama 6 bulan s e b e l u m
d i n ya t a k a n n e g a t i f . B i l a h a n ya d i j u m p a i 1 p i t a s a j a ya i t u p 2 4 ,
d a p a t diartikan hasilnya fase positif atau fase dini AIDS atau infeksi HIV-1.

Waktu antara infeksi dan serokonversi yang berlangsung beberapa minggudisebut


antibody negative window period.
Pada awal infeksi, antibodi terhadapg l i k o p r o t e i n e n v e l o p e
t e r m a s u k g p 4 1 m u n c u l d a n m e n e t a p s e u m u r h i d u p . Sebaliknya
antibodi antigen inti (p24) yang muncul pada infeksi awal, jumlahnyamenurun pada
infeksi lanjut. Pada infeksi HIV yang menetap, titer antigen
p24meningkat, dan ini menunjukkan prognosis yang buruk. Penurunan
cepat dan konsisten antibodi p24 juga menunjukkan prognasi yang buruk
3. Apa hubungan penderita dengan pacarnya yang menggunakan injection drug
user?
Melalui hubungan seksual :

Hubungan seksualmasuk ke tubuh melalui membran mukosa vagina, mulut, rectumsel


langerhans (makrofag di kulit/sel dendritik)dipermukaan mukosa mengikat virus dan
membawanya ke limfonodi (yang banyak mengandung sel T halper, CD4+) Lalu virus HIV
menyerang sel T CD4+ REPLIKASI viremia (penyebaran virus ke jaringan limfonodi)
virus menyebar ke jaringan limfonodi lainnya.

(Sumber : Imunologi Dasar ed.7 Karnen Garna Bratawidjaja. FK UI )

Bagaimana cara penularan HIV?


4. Mengapa timbul pembesaran limfe multiple?
Hubungan seksualmasuk ke tubuh melalui membran mukosa vagina, mulut,
rectumsel langerhans (makrofag di kulit/sel dendritik)dipermukaan mukosa
mengikat virus dan membawanya ke limfonodi (yang banyak mengandung sel T halper,
CD4+) Lalu virus HIV menyerang sel T CD4+ REPLIKASI viremia (penyebaran virus
ke jaringan limfonodi) virus menyebar ke jaringan limfonodi lainnya.

(Sumber : Imunologi Dasar ed.7 Karnen Garna Bratawidjaja. FK UI )

5. Apa diagnosa penyakit pada skenario diatas?

HIV AIDS

Stadium WHO untuk Penyakit HIV pada Orang Dewasa Unduh versi
dan Remaja PDF

Stadium Klinis 1
Tanpa gejala (asimtomatis)
Limfadenopati generalisata persisten

Stadium Klinis 2
Kehilangan berat badani yang sedang tanpa alasanii (<10% berat badan diperkirakan atau
diukur)
Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang (sinusitis, tonsilitis, ototis media dan
faringitis)
Herpes zoster
Kheilitis angularis
Ulkus di mulut yang berulang
Erupsi papular pruritis
Dermatitis seboroik
Infeksi jamur di kuku

Stadium Klinis 3
Kehilangan berat badan yang parah tanpa alasan (>10% berat badan diperkirakan atau
diukur)
Diare kronis tanpa alasan yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan tanpa alasan (di atas 37,5C, sementara atau terus-menerus, lebih
dari 1 bulan)
Kandidiasis mulut berkepanjangan
Oral hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru
Infeksi bakteri yang berat (mis. pnemonia, empiema, piomiositis, infeksi tulang atau
sendi,meningitis atau bakteremia)
Stomatitis, gingivitis atau periodontitis nekrotising berulkus yang akut
Anemia (<8g/dl), neutropenia (<0,5 109/l) dan/atau trombositopenia kronis (<50 109/l)
tanpa alasan

Stadium Klinis 4iii


Sindrom wasting HIV
Pneumonia Pneumocystis
Pneumonia bakteri parah yang berulang
Infeksi herpes simplex kronis (orolabial, kelamin, atau rektum/anus lebih dari 1 bulan
atauviskeral pada tempat apa pun)
Kandidiasis esofagus (atau kandidiasis pada trakea, bronkus atau paru)
Tuberkulosis di luar paru
Sarkoma Kaposi (KS)
Infeksi sitomegalovirus (retinitis atau infeksi organ lain)
Toksoplasmosis sistem saraf pusat
Ensefalopati HIV
Kriptokokosis di luar paru termasuk meningitis
Infeksi mikobakteri non-TB diseminata
Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
Kriptosporidiosis kronis
Isosporiasis kronis
Mikosis diseminata (histoplasmosis atau kokidiomikosis di luar paru)
Septisemia yang berulang (termasuk Salmonela nontifoid)
Limfoma (serebral atau non-Hodgkin sel-B)
Karsinoma leher rahim invasif
Leishmaniasis diseminata atipikal
Nefropati bergejala terkait HIV atau kardiomiopati bergejala terkait HIV

i. Penilaian berat badan pada perempuan hamil harus mempertimbangkan penambahan yang umum
waktu hamil

ii Tanpa alasan berarti keadaan tidak dapat diakibatkan oleh alasan lain.
iii Beberapa penyakit khusus yang juga dapat dimasukkan pada klasifikasi wilayah (misalnya
penisiliosis di Asia)

http://spiritia.or.id/cst/bacacst.php?artno=1080

6. Sebutkan klasifikasi immunodeficiency.?


1. Non spesifik:
Def.komplemen
o Def komplemen congenital
a. Def C1 INH
Defek yang menimbulkan aktivitas C1 yang tidak dapat dikontrol dan
produksi kinin yang meningkatkan permiabilitas kapiler sehingga
timbul edema pada kulit. ( cont : angioedem herediter )
b. Def C2 dan C4
Disebabkan kegagalan eliminasi komplek imun komplemen yang
dependen
c. Def C3
Dapat menimbulkan reaksi berat terutama yang berhubungan dengan
infeksi mikroba piogenik ( cont : streptococcus dan stapilococcus )
d. Def C5
Defek pada C5 akan mengakibatkan gangguan saat kemotaksis
e. Def C6,C7,C8
Meningkatkan kerentanan terhadap septikemi meningokokus dan
gonokokus.
o Def komplemen Fisiologik (NEONATUS)
DKF ini hanya ditemukan pada neonates yang disebabkan karena kadar
C3,C5 dan factor B yang masih rendah .
o Def komplemen Didapat
DKD ini dsbabkan oleh depresi sintesis, mis pada serosis hati dan malnutrisi
protein / kalori. ( cont : defisiensi C1q,r,s ; C4,C2,C3,C5-C8,C9 )
Def interferon dan lisozim:
o Def INF congenital ( infeksi mononucleosis yg fatal )
o Def INF &lisozom didapat ( pada malnutrisi protein/kalori )
Def sel NK:
o def congenital ( osteoporosis )
o def didapat ( def sel NK akibat imunosupresi atau radiasi )
Def system fagosit :
o def. Kuantitatif
neutropenia ( neutrofil < 1500 sel/mmk ).
o def kualitatif
a. chronic granulomatous diseases
CDG adl infeksikarena berbagai mikroba, baik gram (+) maupun gram
(-). Ditemukan defek neutrofil dan ketidakmampuan membentuk
peroksid hydrogen atau metabolic oksigen lainnya.
b. Sindrom chediak-higashi
Netrofil yang mengandung lisosom besar abnormal sehingga proses
menelan, memakan dan menghancurkan mikroba terlambat. Pada
SCH ini ditemukan kemampuan membunuh yang abnormal, kadar sel
Nk dan enzim lisozim yang menurun.
2. Spesifik:
Def.kongenital atau primer
a. Pada sel B disebabkan karena infeksi rekuren oleh bakteri yang
mengakibatkan kehilangan satu kelas atau subkelas ig atau
semua ig.
b. Pada sel T disebabkan karena infeksi virus, jamur dan
protozoa.yang menyebabkan tidak adanya respon thdap vaksinasi
.
c. Def sel B dan sel T .
Def imun fisiologi
Kehamilan
Usia 1 tahun pertama
Sel T yang diproduksi adl set T naf sehingga tidak memberikan
respon yang adekuat terhadap antigen.
Usia lanjut
Usia lanjut rentan terhadap penyakit karena terjadi atrofi pada
tymus dengan fungsi yang menurun.
Def didapat
Infeksi : Pada beberapa keadaan, infeksi dapat menekan sistem
imun.
Obat, trauma, tindakan katetrisasi dan bedah
o obat menimbulkan def. Imun sekunder
o kateterisasimenimbulkan imuno-kompromais
o trauma (luka bakar atau tindakan bedah
besar)kurang mampu menghadapai pathogen
Penyinaran ( pada dosis tinggi )
Penyinarn dosis tinggi menekan seluruh jaringa limfoid, sedang dosis
rendah dapat menekan aktifitas sel Ts secara selektif.
Penyakit berat
berbagai penyakit yang menyerang jaringan limfoid, seperti
Hodgkin, MM, leukimia, dan limfosarkoma.
Kehilangan ig/leukosit
terjdi karena tubuh kehilangan protein berlebihan seperti pada
penyakit ginjal dan diare.
Stress
Akibat stres yang lama BB jumlah leptin defisiensi
imun.
AIDS
IMUNOLOGI DASAR edisi 8 Karnen Grana Bratawaidjaja hal. 477

Spesifik
- Primer: faktor genetik yang dibawa sejak lahir, herediter, bawaan.
Cth: defisiensi igA, hiper igM, sindrom digeorge

defisiensi imun primer sel B


a. X-linked hypogamaglobulinemia
b. Hipogamaglobulinemia yang sementara
c. Common Variable ypogamaglobulinemia
d. Defisiensi immunoglobulin yang selektif
(disgamaglobulinemia)
defisiensi imun Sel T
a. aplasi timuskongenital (syndrome DiGeorge)
b. kandidiasis mukokutan kronik
Defisiensi kombinasi sel B dan Sel T yang berat
a. defisiensi kombinasi sel B dan Sel T yang berat atau Severe
Combined Immunodeficiency Disease.(SCID)
b. Sindrome Nezelof
c. Wiskott-Aldrich Syndrome
d. Ataksia telengiektasi
e. Defisiensi adenosine deaminase

- Sekunder: didapat
Cth: melalui infeksi, malnutrisi, penyinaran

malnutrisi
infeksi
obat, trauma, tindakan katetirisasi dan bedah
penyinaran
penyakit berat
kehilangan Ig/Leukosit
stress
Agamaglobulinemia dengan timoma

- Fisiologik: mengganggu kehamilan


kehamilan
usia tahun pertama
usia lanjut
- AIDS
(Imunologi Dasar FK UI, Edisi 8, Karnen Garna Baratawijaya )

Nonspesifik

- Defisiensi komplemen
berhubungan dengan peningkatan insidens infeksi dan penyakit
autoimun Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Defisiensi komplemen
dapat menimbulkan berbagai akibat seperti infeksi bakteri yang
rekuren, peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun.
Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter.
Cth: LES
- Defisiensi interferon atau lisozim
Cth: malnutrisi protein, inf mononukleosis fatal
defisiensi interferon congenital : dapat menimbulkan infeksi
mononucleosis yang fatal
defisiensi interferon dan lisozim didapat : dapat ditemukan pada
malnutrisi prtein/kalori.
- Defisiensi sel NK
defisiensi congenital : telah dilaporkan pada penderita Osteoporosis
(defek osteoklas dan monosit). Kadar IgG,IgA dan kekerapan antibodi
biasanya meningkat.
defisiensi didapat : dapat terjadi akibat imunosupresi atau radiasi.
Cth: osteoporosis
- Defisiensi sistem fagosit
: menimbulkan kerentanan terhadap infeksi piogenik berhubungan
langsung dengan jumlah neutrofil yang menurun dan risiko infeksi
meningkat bila jumlah sel tersebut turun sampai dibawah
500/mm3. Meskipun defek terutama mengenai fagosit, defisiensi
disini ditekankan terhadap sel PMN.
defisiensi kuantitatif : Neutropenia atau Granulositopenia
yang ditemukan dapat disebabkan oleh penurunan produksi
atau peningkatan destruksi.
defisiensi kualitatif : mengenai fungsi fagosit seperti
kemotaksis, menelan/memakan dan membunuh mikroba
interselular.
a. Chronic Granulomatous Disease mempunyai cirri infeksi
rekuren berbagai mikroba baik gram negative
(Escherchia,serratia,klebsiela) maupun gram positif
(stafilokok).
b. Defisiensi Glucose -6- phosphate dehydrogenase
c. Defisiensi mieloperoksidase ditemukan infeksi mikroba
rekuren terutama kandida albicans dan S.aureus.
d. Sindrom Chediak Higashi : sangat jarang ditemukan,
ditandai dengan iinfeksi rekuren, piogenik, terutama
streptokok san stafilokok.
e. Syndrome Job berupa pilek yang berulang (tidak terjadi
inflamasi normal), abses stafilokok, eksim kronis dan otitis
media.
f. Syndrome leukosit Malas (Lazy Leukosit) berupa kerentanan
terhadap infeksi mikroba yang berat.
g. Defisiensi adhesi leukosit merupakan penyakit
immunodefisiensi lain, ditandai dengan infeksi bakteri dan
jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka.

Cth: defisiensi piogenik

(Imunologi Dasar FK UI, Edisi 8, Karnen Garna Baratawijaya )

7. Apa definisi immunodeficiency?

perkembangan sistem imun yang dipengaruhi oleh kerusakan herediter, atau dapat
terjadi akibat efek sekunder misalnya mal nutrisi, infeksi, imunosupresi,.

(Sumber : Imunologi Dasar ed.7 Karnen Garna Bratawidjaja. FKU )

Menurunya respon imun atau gangguan yang di tandai dengan kurangnya respon
imun.
( Kamus Kedokteran Dorlan,ed 29 EGC )
1. Apa saja penyakit2 yg disebabkan oleh imunodefisiensi?
- AIDS
- Tumor
- Kelainan pada limf. T : adanya kandidiasis mukokutaneus kronis
- Kelainan pada limf. B dan T: adanya ataksia

Chronic Granulomatous Disease


CGD adalah infeksi rekuren berbagai mikroba, baik gram negatif maupun gram
positif. Merupakan penyakit X-linked resesif yang terjadi pada usia 2 tahun
dimana ditemukan defek neutrofil dan ketidakmampuan membentuk peroksid
hidrogen atau metabolit oksigen toksin lainnya.
Defisiensi Glucose-6-phosphate dehydrogenase
Defisiensi G6PD adalah penyakit imunodefisiensi tang X-linked dengan gambaran
klinis seperti CGD dan ditemukan anemia hemolitik. Diduga karena defisiensi
geberasi NADPH. Dalam keadaan normla, fagositosis akan mengaktifkan oksidase
NADPH yang diperlukan untuk pembentukan peroksidase. Pada defisiensi
oksidase NADPH tidak dibentuk peroksidase yang diperlukan untuk membunuh
kuman intraseluler
Defisiensi mieloperoksidase
Peroksidase ditemukan dalam granul sitoplasma dan dilepas ke fagosom melalui
proses degranulasi yang diikuti dengan fagositosis, pada DMP proses tersebut
terganggu sehingga kemampuan membunuh neutrofilnya terganggu.
Sindrom Chediak-Higashi
Kebanyakan penderita meninggal pada usia anak, neutrofil mengandung
lisososom besar abnormal yang dapat bersatu dengan fagosom tetapi terganggu
dalam kemampuan melepas isinya, sehingga proses menelan, memakan dan
menghancurkan mikroba terlambat. Pada SCH ditemukan neutrofil denagn
kemotaksis dan kemampuan membunuh abnormal dengan aktivitas sel NK dan
kadar enzim lisosom yang menurun.
Sindrom Job
Pilek berulang, tidak terjadi inflamasi normal. Kemampuan neutrofil untuk
menelan memakan tidak menunjukan kelainan, tetapi kemotaksisnya terganggu.
Kadar IgE serum sangat tinggi dan dapat ditemukan eosinofilia
Sindrom Leukosit Malas ( Lazy Leucocyte)
Berupa kerentanan terhadap infeksi mikroba yang berat. Jumlah neutrofil turun,
respon kemotaksis dan respon inflamasi menurun
Defisiensi adhesi Leukosit
Leukosit menunjukkan defek adhesi dengan endotel dan antar leukosit (agregasi),
kemotaksis, dan aktivitas fagositosis yang buruk
(Sumber : Imunologi Dasar ed.7 Karnen Garna Bratawidjaja. FK UI )

Berikan gambaran HIV


Definisi HIV
Human imunodeficiency Virus yaitu suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia dimana target utamanya adalah sel T Helper
Definisi Aids
Acquired imun deficiency Syndrome adalah syndrom kehilangan kekebalan tubuh dimana
terdapat sekumpulan penyakit yang menyerang tubuh manusia setelah sistem kekebalan
tubuhnya dirusak oleh virus HIV

(sumber : Buku Ajar IPD Jilid II)

Faktor resiko epidemiologis infeksi HIV adalah sebagai berikut :

1. Mempunyai perilaku seksual beresiko tinggi (sekarang atau di masa lalu) yaitu melakukan hubungan
seksual tanpa kondom dengan banyak mitra seksual, dengan mitra seksual yang diketahui HIV/AIDS,
dengan mitra seksual dari daerah dengan prevalensi HIV/AIDS tinggi atau kontak sek anal.
2. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual.
3. Mempunyai riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa tes penapisan.
4. Mempunyai riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril dan
bergantian.
5. Sebagai pemakai narkotik suntik terutama pemakaian jarum bersama secara bergantian tanpa
sterilisasi yang memadai.
http://wwwlaresae.blogspot.com/2010/09/faktor-resiko-infeksi-hiv.html

Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor
(umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

Gejala mayor:

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis

e. Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala minor:

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b. Dermatitis generalisata

c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang

d. Kandidias orofaringeal

e. Herpes simpleks kronis progresif

f. Limfadenopati generalisata

g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER)


(2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

a. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam,
sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah
bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS
dapat menularkan virus kepada orang lain.

b. Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel
imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang
kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan
gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan
pernafasan pendek.

c. Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi
tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16725/4/Chapter%20II.pdf

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang


berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina
dan air susu ibu (KPA, 2007c).

Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual,
kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa
kehamilan, persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)

1. Seksual

Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan


dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat
terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki
dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi
vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu. Resiko tertinggi
adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang
terinfeksi HIV.

2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar


dengan virus HIV.

3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau
tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti
jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara bergantian. Bisa
juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medik ataupun terjadi
sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi petugas kesehatan.

4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian


hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali
benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.

5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV

6. Penularan dari ibu ke anak Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat
dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.

7. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas


laboratorium.

Terdapat resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif,


yaitu pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang
bekerja dengan spesimen/bahan terinfeksi HIV, terutama bila
menggunakan benda tajam (Fauci, 2000).

Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan
infeksi baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu
bekerja pada pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor
terhadap aktivitas HIV(Fauci,2000).

Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat

ditularkan antara lain:

1. Kontak fisik
Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS,
bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu
ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan
maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan
menyebabkan seseorang tertular.

2. Memakai milik penderita

Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun


peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.

3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.

4. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16725/4/Chapter%20II.pdf

Virus masuk tubuh dengan menginfeksi sel langerhans di mukosa kemudian bergerak dan bereplikasi
di kgb setempat. Virus menginfeksi cd4, makrofag, dendritik dalam darah dan organ limfoid.antigen
p24 dapat ditemukan dalam darah pada fase ini.fase ini kemudian dikontrol cd8 dan aB sirkulasi, dan
destruksi sel cd4 berlangsung terus dalam kelenjar limfoid. Akhirnya jumlah cd4 dalam sirkulasi
turun.

Perlekatan virus:

o HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki molekul
reseptor membran CD4 (sel T4 atau limfosit CD4+)
o Gp120 HIV berikatan dengan kuat dengan limfosit CD4+ sehingga gp41 dapat memerantai
fusi membran virus ke membran sel
o Koreseptor CCR5 atau CXCR4 menyebabkan perubahan-perubahan konfirmasi sehingga gp41
dapat masuk ke membran sasaran.
o Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4+ ,maka berlangsung serangkaian proses kompleks
yang apabila berjalan lancar menyebabkan terbentuknya partikel virus baru dari sel yang
terinfeksi.
o Limfosit CD4+ yang terinfeksi tetap dalam keadaan provirus atau mengalami siklus replikasi
sehingga menghasilkan banyak virus.
Replikasi virus

Setelah terjadi fuis sel virus ,RNA virus masuk ke bagian tengah sitoplasma limfosit CD4+ .
Setelah nukleokapsid dilepas maka terjadi transkripsi terbalik dari satu untai tunggal RNA
menjadi DNA salinan untai ganda virus.
Replikasi HIV berlanjut sepanjang periode latensi klinis,bahkan saat hanya terjadi aktivasi
virus yang minimal didalam darah.
HIV ditemukan dalam jumlah besar didalam limfosit CD4+ dan makrofag diseluruh sistem
limfoid pada semua tahap infeksi.
Partikel virus telah dihubungkan dengan sel-sel dendritik folikular,yang memindahkan infeksi
ke sel-sel selama migrasi melalui folikel-folikel limfoid.

-virus masuk sel lagerhans mukosa rektum atau vagina bereplikasi di KGB

SEBAGAI AKIBAT INFEKSI VIRUS RNA HIV-1 DAN HIV-2


HIV MENGINFEKSI SEL T HELPER MELALUI IKATAN gp120 KE CD 4. HIV JUGA MENGINFEKSI
MAKROFAG, MIKROGLIA DAN SEL DENDRITIK YANG DISTIMULASI SEL T
DI DALAM SEL RNA DIUBAH OLEH REVERSE TRANSKRIPITASE MENJADI DNA YANG DAPAT
MENYATU DENGAN GENOM PEJAMU DAN TINGGAL DORMANDI SITU SAMPAI SEL
TERAKTIFASI OLEH STIMULATOR eg. TNF A.
PENURUNAN CEPAT SEL T CD4 MENURUNKAN KEKEBALAN SELULER DAN MENYEBABKAN
PENDERITA MUDAH TERINFEKSI PENYAKIT YANG MENGANCAM NYAWA
SEL T JUGA RENTAN TERHADAP APOPTOSIS DAN KEGAGALAN UNTUK MENJAGA POPULASI
MEMORI.

1. periode-periode HIV

Fase perkembangan HIV sampai menjadi AIDS


1. Infeksi utama dimana pengidap HIV tidak menyadari dengan segera bahwa mereka
telah terinfeksi HIV.
2. Fase asimptomatik / fase tanpa gejala, dimana gejala tidak tampak tapi virus tetap
aktif.
3. Fase simptomatik / fase gejala, dimana seseorang mulai merasa kurang sehat dan
mengalami infeksi infeksi oportunistik yang bukan HIV, melainkan disebabkan oleh
bakteri dan virus virus yang berada di sekitar kita.
4. AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, merupakan
fase akhir

2. alur penegakan diagnosis HIV

Pemeriksaan laboratorium dalam menentukan diagnosis infeksi


H I V dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan menunjukkan adanya
antibodis p e s i f i k . B e r b e d a d e n g a n v i r u s l a i n , a n t i b o d i t e r s e b u t
t i d a k m e m p u n ya i e f e k perlindungan. Pemeriksaan secara langsung
dapat dilakukan, yaitu antara laindengan melakukan biakan virus, antigen virus
(p24), asam nukleat virus.

Pemeriksaan adanya antibodi spesifik dapat dilakukan dengan


Rapid Test
Enzime Linked Sorbent Assay(ELISA) dan
Western Blot
. Sesuai dengan pedoman nasional,

diagnosis HIV dapat ditegakkan dengan 3 jenis pemeriksaan Rapid Testyang


b e r b e d a a t a u 2 j e n i s p e m e r i k s a a n Rapid Test
y a n g b e r b e d a d a n 1 pemeriksaan

ELISA.

Pada pemeriksaan ELISA


, hasil test ini positif bila antibodi dalam serummengikat antigen virus
murni didalam
enzyme-linked antihuman globulin.
Padaminggu 23 masa sakit telah diperoleh basil positif, yang lama-lama akan
menjadinegatif oleh karena sebagian besar HIV telah masuk ke dalam tubuh
.Interpretasi pemeriksaan ELISA adalah pada fase pre AIDS basil masih
negatif, fase AIDS b a s i l t e l a h p o s i t i f . H a s i l ya n g s e m u l a p o s i t i f
m e n j a d i n e g a t i f , m e n u n j u k k a n prognosis yang tidak baik.

PemeriksaanWestern Bolt
merupakan penentu diagnosis AIDS setelah testELISA dinyatakan positif. Bila terjadi
serokonversi HIV pada test ELISA dalam keadaan infeksi HIV primer, harus
segera dikonfirmasikan dengan test WB ini. H a s i l t e s t y a n g p o s i t i f
akan menggambarkan garis presipitasi pada
p r o s e s elektroforesis antigen-antibodi HIV di sebuah kertas nitroselulosa yang
terdiri atas protein struktur utama virus. Setiap protein terletak pada posisi yang
berbeda padag a r i s , d a n t e r l i h a t n y a s a t u p i t a m e n a n d a k a n
r e a k t i v i t a s a n t i b o d i t e r h a d a p komponen tertentu virus.
Berdasarkan kriteria WHO, serum dianggap positif antibodi HIV-1 bila 2envelope
pita glikoprotein terlihat pada garis. Serum yang tidak menunjukkan pita-
pita tetapi tidak termasuk 2 envelope pita glikoprotein disebut indeterminate.
Hasil indeterminate
harus dievaluasi dan diperiksa secara serial selama 6 bulan s e b e l u m
d i n ya t a k a n n e g a t i f . B i l a h a n ya d i j u m p a i 1 p i t a s a j a ya i t u p 2 4 ,
d a p a t diartikan hasilnya fase positif atau fase dini AIDS atau infeksi HIV-1.

Waktu antara infeksi dan serokonversi yang berlangsung beberapa minggudisebut


antibody negative window period.
Pada awal infeksi, antibodi terhadap g l i k o p r o t e i n e n v e l o p e
t e r m a s u k g p 4 1 m u n c u l d a n m e n e t a p s e u m u r h i d u p . Sebaliknya
antibodi antigen inti (p24) yang muncul pada infeksi awal, jumlahnyamenurun pada
infeksi lanjut. Pada infeksi HIV yang menetap, titer antigen
p24meningkat, dan ini menunjukkan prognosis yang buruk. Penurunan
cepat dan konsisten antibodi p24 juga menunjukkan prognasi yang buruk

Pencegahan

Menghindari hubungan seks di luar nikah


Pemakaian kondom pada mereka yang mempunyai pasangan HIV positif
Menggunakan jarum suntik dan alat tusuk lainnya yang terjamin
sterilitasnya
Skrining pada semua kantong donor darah
Wanita dengan HIV positif tidak hamil
Kondom untuk kelompok resiko tinggi

www.dinkes-dki.go.id

- penyuluhan untuk mempertahankan perilaku tidak beresiko serta penggunaan


kondom untuk mencegah penularan melalui hubungan seks.

- Dengan metode harm reduction dalam upaya mengurangi pengurangan penyakit


melalui jarum suntik dengan cara membagikan jarum suntik steril serta mengajarkan
prinsip prinsip sterilisasi.

- Pada ibu hamil kebayinya dengan pemberian obat antiretroviral azidotimidin (AZT)
dan seksio sesaria.

- Pendekatan agama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan


pendekatan yang penting karena dengan meningkatkan ajaran agama dan nilai-nilai
budaya diharapkan perilaku hubungan seks yang beresiko dapat dikurangi begitu juga
dengan penggunaan narkotika.
ILMU PENYAKIT DALAM Jilid 2.Ed 3.FKUI.hlm 82

Upaya pencegahan dan penanggulangan


a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda
b. Program penyuluhan sebaya (peer group discussion) untuk berbagai
kelompok sasaran
c. Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik
d. Program pendidikan agama
e. Program layanan kesehatan infeksi menular seksual
f. Program promosi kondom di lokalisasi
g. Pelatihan ketrampilan hidup
h. Program pengadaan tempat untuk test HIV dan konseling
i. Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak
j. Pengobatahn, perawatan, dan dukungan untuk ODHA
k. Pemberian ARV
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III, Edisi V
a. Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui menderita
AIDS dan orang yang sering menggunakan obat bius secara intravena
b. Mitra seksual multiple atau hubungan seksual dengan orang yang
mempunyai banyak teman kencan seksual, memberikan kemungkinan
lebih besar mendapat AIDS
c. Cara hubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rectal, dapat
memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS
d. Kasus AIDS yang menggunakan obat bius intravena dapat dikurangi
dengan cara memberantas kebiasaan buruk tersebut dan melarang
penggunaan jarum suntik bersama
e. Semua orang yang beresiko tinggi AIDS seharusnya tidak melakukan donor
Buku Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin, Edisi kelima, FKUI.
STEP 4 CONCEPT MAPPING

IMMUNODEFICIENCY

SPESIFIK NON SPESIFIK

KONINGE FISIOLOGI SEKUNDER HIV


NTAL

PENULARAN

Anda mungkin juga menyukai