Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Farmakokinetika
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan cepat dalam bentuk utuh di
lambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Kadar tertinggi dicapai kira-kira 2
jam setelah pemberian. Kecepatan absorbsinya tergantung dari kecepatan disintegrasi dan
disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Absorbsi pada
pemberian secara rektal, lebih lambat dan tidak sempurna sehingga cara ini tidak
dianjurkan. Asam salisilat diabsorbsi cepat dari kulit sehat, terutama bila dipakai sebagai
obat gosok atau salep. Keracunan dapat terjadi dengan olesan pada kulit yang luas. Metil
salisilat juga diabsorbsi dengan cepat melalui kulit utuh, tetapi penyerapan di lambung
lambat dan lama bertahan di lambung, oleh karena itu bila terjadi keracunan, bilas lambung
masih berguna walaupun obat sudah ditelan lebih dari 4 jam.
Setelah diabsorbsi, salisilat segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan cairan
transeluler sehingga ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal, cairan peritoneal, liur
dan air susu. Obat ini mudah menembus sawar darah otak dan sawar uri. Kira-kira 80%
sampai 90% salisilat plasma terikat pada albumin. Aspirin diserap dalam bentuk utuh,
dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama dalam hati, sehingga hanya kira-kira 30 menit
terdapat dalam plasma.
Biotransformasi salisilat terjadi di banyak jaringan, tetapi terutama di mikrosom dan
mitokondria hati. Salisilat diekskresi dalam bentuk metabolitnya terutama melalui ginjal,
sebagian kecil melalui keringat dan empedu.
Farmakodinamika
Salisilat, khususnya asetosal merupakan obat yang banyak digunakan sebagai analgesik,
antipiretik dan anti-inflamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai
antipiretik. Dosis toksik obat ini justru memperlihatkan efek piretik sehingga pada keracunan
berat terjadi demam dan hiperhidrosis.
Untuk memperoleh efek anti-inflamasi yang baik kadar plasma perlu dipertahankan
antara 250-300 g/mL. Kadar ini tercapai dengan dosis aspirin oral 4 gram perhari untuk
orang dewasa. Pada penyakit demam reumatik, aspirin masih belum dapat digantikan oleh
AINS yang lain dan masih dianggap standar dalam studi perbandingan arthritis rheumatoid.
c. Efek urikosurik
Efek ini sangat ditentukan oleh besarnya dosis. Dosis kecil (1 g atau 2 g sehari) menghambat
ekskresi asam urat, sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Dosis 2 atau 3 g
sehari biasanya tidak mengubah ekskresi asam urat. Tetapi pada dosis lebih dari 5 g per hari
terjadi peningkatan ekskresi asam urat melalui urin, sehingga kadar asam urat dalam darah
menurun. Hal ini terjadi karena pada dosis rendah salisilat menghambat sekresi tubuli
sedangkan pada dosis tinggi salisilat juga menghambat reabsorbsinya dengan hasil akhir
peningkatan ekskresi asam urat. Efek urikosorik ini bertambah bila urin bersifat basa.
Dengan memberikan NaHCO3 kelarutan asam urat dalam urin meningkat sehingga tidak
terbentuk kristal asam urat dalam tubuli ginjal.
Dosis
Dosis analgesik atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang secara umum dipergunakan
adalah kurang dari 0,6 gram dosis oral. Dosis yang lebih besar mungkin memperpanjang
efek. Dosis biasa tersebut dapat diulang setiap 4 jam dan dosis yang lebih kecil (0,3 g) setiap
3 jam. Dosis untuk anak-anak adalah 50-75 mg/kg/hari (tetapi tidak pernah lebih dari dosis
orang dewasa) dalam dosis yang terbagi.
Rata-rata dosis antiinflamasi 3,2-4 g setiap hari dapat ditoleransi oleh kebanyakan
orang dewasa. Untuk anak-anak, 50-75 mg/kg/hari biasanya menghasilkan kadar darah yang
adekuat. Kadar darah 15-30 mg/dL dikaitkan dengan efek-efek antiinflamasi. Karena waktu
paruh yang panjang (kira-kira 12 jam) dari metabolit-metabolit aktif aspirin, pemberian obat
yang sering tidak diperlukan bilamana dosis sehari 4 gram atau lebih diperlukan.
Indikasi
Antipiretik : dosis salisilat untuk dewasa ialah 325 mg-650 mg diberikan secara oral tiap 3
atau 4 jam. Untuk anak 15-20 mg/kgBB, diberikan tiap 4-6 jam. Berdasarkan asosiasi
penggunaan aspirin dengan Sindroma Reye, aspirin dikontraindikasikan sebagai antipiretik
pada anak di bawah 12 tahun. Di inggris aspirin dilarang digunakan pada anak dibawah 16
tahun.
Analgesik : Salisilat bermanfaat untuk mengobati nyeri tidak spesifik misalnya sakit kepala,
nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan mialgia. Dosis sama seperti pada penggunaan untuk
antipiretik.
Demam reumatik akut : dalam waktu 24-48 jam setelah pemberian obat yang cukup terjadi
pengurangan nyeri, kekakuan, pembengkakan, rasa panas dan memerahnya jaringan
setempat. Suhu badan, frekuensi nadi menurun dan pasien merasa lebih enak. Dosis untuk
dewasa, 5-8 g per hari, diberikan 1 g per kali. Dosis untuk anak 100-125 mg/kg/BB/hari,
diberikan tiap 4-6 jam, selama seminggu. Setelah itu tiap minggu dosis berangsur diturunkan
sampai 60 mg/kg/BB/hari.
Artritis reumatoid : walaupun telah banyak ditemukan obat antireumatoid baru, salisilat
masih dianggap obat standar pada studi perbandingan dengan obat antireumatik lain.
Sebagian pasien arthritis reumatoid dapat dikontrol dengan salisilat saja, bila hasilnya tidak
memadai, dapat digunakan obat lain. Selain menghilangkan nyeri, salisilat jelas menghambat
inflamasi. Dosisnya ialah 4-6 g/hari, tetapi dosis 3 g sehari kadang-kadang cukup
memuaskan.
IBUPROFEN
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan pertama kali di banyak
negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama seperti aspirin. Efek anti-inflamasinya terlihat dengan dosis 1200-2400
mg sehari. Absorbsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma
dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh persen
ibuprofen terikat dalam protein plasma. Ekskresinya berlangsung cepat dan lengkap, kira-
kira 90% dari dosis yang diabsorbsi akan diekskresi melalui urin sebagai metabolit atau
konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi.
Ibuprofen oral sering diresepkan dalam dosis yang lebih rendah (<2400 mg/hari)
yang pada dosis ini mempunyai kemanjuran analgesik tetapi bukan antiinflamasi. Tersedia di
toko obat dalam dosis lebih rendah dengan berbagai merek. Iritasi gastrointestinal dan
pendarahan terjadi, sekalipun tidak sesering seperti dengan aspirin. Pemakaian ibuprofen
bersamaan dengan aspirin mungkin menurunkan efek antiinflamasi total. Obat ini
dikontraindikasikan secara relatif pada orang dengan polip hidung, angioedema, dan
reaktivitas bronkospastik terhadap aspirin. Di samping gejala-gejala gastrointestinal (yang
bisa dimodifikasi dengan meminum obat tersebut bersama makanan), raum kulit, pruritus,
tinitus, pusing, sakit kepala, meningitis, aseptis (khususnya pada pasien dengan lupus
eritematosus sistemik), dan retensi cairan telah dilaporkan. Interaksi dengan antikoagulansia
tidak umum. Efek hematologis yang jarang terjadi meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik. Efek pada ginjal (seperti dengan semua AINS) meliputi gagal ginjal akut, nefritis
interstitial, dan sindroma nefrotik, yang juga jarang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi ke-8. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC;