Anda di halaman 1dari 17

Penggolongan Antibiotik

Penisilin :
(Benzilpenisilin (Penisilin G) dan fenoksimetilpenisilin (penisilin V)
-penisilin tahan penisilase : kloksasilin, flukoksasilin
-penisilin spektrum luas : ampisilin, amoksisilin, amoksiklav, bakampililin, pivampisilin.
-penisilin antipseudomonas : piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, tikarsilin
-mesilinam : pivmesilinam),
golongan sofalosporin :
(sefradin, sefuroksim, Sefaleksim
sefotaksim, seftazidin, seftriakson, sefaklor)
Antibiotik betalaktam lainnya :
-golongan monobaktam, aztreonam dan
-golongan karbapenem, imipenem (turunan tienamisin) dan meropenem),
golongan tetrasiklin :
(demeklosiklin, doksisiklin, minosiklin, oksitetrasiklin, tetrasiklin)
Golongan Aminoglikosida
(amikasin, gentamisin, kamamisin, neomisin, netilmisin, streptomisin, dan tobramisin.)
golongan makrolida :
(azitromisin, Eritromisin, Klaritromisin, Roksitromisin, Spiramisin)
Golongan Kuinolon :
(Siprofloksasin (Cyprofloxacin), Levofloksasin, Ofloksasin, Asam nalidiksat, Norfloksasin,
Moksifloksasin)
Sulfonamida dan Trimetoprim ( Kotrimoksazol)
Antibiotik Lain
(Kloramfenikol, Klindamisin, Vankomisin dan Teikoplanin, Spektinomisin, Linezolid)
Penggolongan Antibiotik, Klasifikasi Antibiotik

Antibakteri terdiri dari antibiotik dan kemoterapi


Antibiotik adalah zat yang dihasilkan mikroba, terutama fungi, yang dapat membasmi
ataupun menghambat pertumbuhan mikroba jenis lain.
Antibiotik dapat dibuat secara sintesis, yang bisa juga disebut kemoterapi. Kemoterapi
adalah zat kimia yang dapat membasmi ataupun menghambat pertumbuhan mikroba, tetapi
zat ini tidak berasal dari suatu mikroba atau fungi.
Klasifikasi antibiotik/antibakteri :
1. Penisilin
2. Sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya
3. Tetrasiklin
4. Aminoglikosida
5. Makrolida
6. Kuinolon
7. Sulfonamida dan trimetoprim
8. Antibiotik lain

1.Penisilin
Penisilin adalah antibiotik yang bersifat bakterisida (membunuh bakteri) dengan mekanisme
menghambat sintesa dinding sel bakteri. Obat ini berdifusi baik pada jaringan dan cairan
tubuh, tapi penetrasi kedalam cairan otak kurang baik kecuali selaput otak mengalami infeksi.
Antibiotik yang termasuk golongan penisilin antara lain :
-Benzilpenisilin (Penisilin G) dan fenoksimetilpenisilin (penisilin V)
-penisilin tahan penisilase : kloksasilin, flukoksasilin
-penisilin spektrum luas : ampisilin, amoksisilin, amoksiklav, bakampililin, pivampisilin.
-penisilin antipseudomonas : piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, tikarsilin
-mesilinam : pivmesilinam

2.Sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya


Sefalosporin merupakan antibiotik spektruk luas yang digunakan untuk terapi septikemia,
pneumonia, meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis, dan infeksi saluran urin.
Aktivitas farmakologisnya sama dengan penisilin, diekskresikan melalui ginjal, kemempuan
melewati sawar otak sangat rendah kecuali terjadi inflamasi. Antibiotik golongan
sofalosporin ini termasuk :
-sefradin, sefuroksim, Sefaleksim
-sefotaksim, seftazidin, seftriakson, sefaklor
Antibiotik betalaktam lainnya :
-golongan monobaktam, aztreonam dan
-golongan karbapenem, imipenem (turunan tienamisin) dan meropenem.

3. Tetrasiklin
Tetrasiklim merupakan antibiotik spektrum luas, secara mikrobiologis, hanya sedikit mikroba
yang dapat diatasi oleh golongan tetrasiklin, kecuali minosiklin, namun minosiklin jarang
digunakan karna efek samping pusing dan vertigo. Dilain sisi tetra merupakan salah satu
alternatif pilihan obat bagi pasien yang alergi terhadap antibiotik golongan betalaktam.
Penggunaannya mulai menurun karena banyaknya terjadi resistensi bakteri, namun obat ini
masih merupakan pilihan untuk infeksi saluran pernafasan, dan mikoplasma genital, serta
infeksi yang disebabkan klamidia (trakoma, psitakosis, salpingitis, uretritis, dan
limfogranuloma venereum), riketsia (termasuk Q-fever), brusela, dan spiroketa.
Obat yang termasuk golongan tetrasiklin :
-demeklosiklin, doksisiklin, minosiklin
-oksitetrasiklin, tetrasiklin,
4. Aminoglikosida
Antibiotik golongan ini bersifat bakterisidal yang terutama aktif terhadap bakteri gram
negatif, golongan ini meliputi amikasin, gentamisin, kamamisin, neomisin, netilmisin,
streptomisin, dan tobramisin.
Aminoglikosida tidak diabsorpsi melalui saluran cerna, sehingga harus diberikan secara
parenteral untuk mengatasi infeksi sistemik. adapun efek samping obat golongan ini adalah
ototoksik (menganggu pendengaran/ketulian) dan nefrotoksik (merusak ginjal), efek samping
tergantung dosis, lama pemberian, umur (lansia dan anak anak paling beresiko) maupun
variasi individual terkait fisiologi dan metabolisme.
Aminoglikosida sebaiknya jangan diberikan bersamaan dengan diuretik (misal
furosemid/HCT dll) karena potensial memperparah resiko ototoksik. jika terpaksa (darurat)
memberikannya, maka jarak minum antar kedua obat harus sepanjang mungkin.

5. Makrolida
yang termasuk golongan makrolida antara lain : azitromisin, Eritromisin, Klaritromisin,
Roksitromisin, Spiramisin.
Azitromisin adalah makrolida yang aktivitasnya terhadap bakteri gram positif, sedikit lebih
lemah dibanding eritromisin. Waktu paruh relatif lama sehingga memungkinkan penggunaan
dosis satu kali sehari.
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang mirip dengan penisilin, sehingga dapat
digunakan sebagai alternatif terhadap pasien yang alergi maupun yang resisten terhadap
penisilin, umunya eritromisin digunakan untuk infeksi saluran nafas. Klaritromisinmerupakan
derivat eritromisin, dimana klaritromisin lebih kuat aktivitasnya dibandingkan eritromisin.

6. Kuinolon
Antibiotik yang termasuk kedalam kuinolon antara lain : Siprofloksasin (Cyprofloxacin),
Levofloksasin, Ofloksasin, Asam nalidiksat, Norfloksasin, Moksifloksasin,
Siprofloksasin aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif, namun lebih kuat dan aktif
terhadap bakteri gram negatif, siproksasi tidak boleh digunain terhadap pneumonia
pneumococus karena tidak efektif.
Levofloksasin merupakan antibakteri gram positif dan negatif, lebih aktif terhadap
P.Pneumococus dibanding siprofloksasin.

7. Sulfonamida dan Trimetoprim


yang cukup banyak digunakan adalah sulfametoksazol dan trimetoprim dalam bentuk
kombinasi (Ko-Trimoksazol) , namun kotrimoksazol dapat menyebabkan efek samping yang
serius, namun jarang terjadi seperti sindrom stevens johnson, diskrasi darah : penekanan
sumsum tulang belakang, kernikterus bagi bayi yang berumur kurang dari 6 minggu, adanya
resiko anemia hemolitik pada anak dewasa yang defisiensi G6PD,

8. Antibiotik Lain
a. Kloramfenikol
kloramfenikol adalah antibiotik spektrum luas, penggunaannya sebaiknya untuk penanganan
infeksi yang mengancam jiwa.
b. Klindamisin
Klindamisin aktif terhadap bakteri kokus gram positif, Klindamisin mempunyai efek samping
yang serius, seperti kolitis. bila penggunaannya menyebabkan diare, maka sebaiknya
pengobatan dihentikan segera.
c. Vankomisin dan Teikoplanin
antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram positif aerob dan non aerob termasuk stafilokokus
yang multiresisten.
d. Spektinomisin
Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram negatif termasuk N. Gonnorhoeae, obat ini hanya
diindikasikan terhadap penyakit gonorhoe yang resisten terhadap penisilin.
e. Linezolid
Linezolid merupakan antibakteri oksazolidinon yang aktif terhadap bakteri gram positif.
FARMAKOKINETIK ANTIBIOTIK 1 . G o l o n g a n P e n i s i l i n Amoksisilin diabsorbsi
dengan baik melalui saluran gastrointestinal dimana kloksasilin !an"asebagian diabsorbs.
Kekuatan #engikatan #ada #rotein dari dua obat ini berbeda amoksisilin $%& berikatan #ada
#rotein dan kloksasilin tinggi berikatan #ada #rotein '(%& . toksisitas obatda#atter)adi )ika
obat*obat lain "ang tinggi berikatan #ada #rotein di#akai bersamaan dengankloksasilin.
Kedua obat ini mem#un"ai +aktu #aru! "ang singkat. ,%& dari amoksisilindiekskresikan ke
dalam urin- kloksasilin diekskresikan ke dalam em#edu dan
urin.$ . e / a l o s # o r i n Keban"akan se/alos#orin muda! dirusak asam lambung
se!ingga !arus diberikan #arenteral.Obat "ang da#at diberika #er oral iala! se/aleksin
se/radin se/adroksil se/aklor dan se/iksim.0istribusi se/alos#orin ke seluru! tubu! baik
teta#i !an"a generasi III "ang da#at men a#aikadar tera#i #ada meningitis. Obat ini da#at
mele+ati sa+ar uri dan air susu ibu 2A I3 diekskresimelalui gin)al. ekresi tubuler
se/alos#orin di!ambat #robenesid.4 . A m i n o g l i k o s i d a Aminoglikosida tidak
disera# #ada #emberian oral. Neomisin digunakan untuk in/eksiintralumen usus. e)umla!
ke il obat terikat #rotein #lasma. Pada #a"a! gin)al obat inida#atterakumulasi dalam #lasma
dan da#at menimbulkan e/ek toksik #ada telinga dan gin)al karena itudosis !arus dikurangi.
0istribusi ke seluru! tubu! se ara merata ke uali susunan sara/ #usat danmata diekskresi
melalui urin terutama dalam bentuk utu!.5 . T e t r a s i k l i n Absor#si #ada
#emberian oral baik teta#i tidak sem#urna. Absor#sin"a terganggu ole! makanan"ang
berasal dari susu karena tetrasiklin membentuk sen"a+aan dengan ion kalsium "ang
sukardisera#. 6al "ang sama )uga ter)adi bila dimakan bersama antasida "ang mengandung
aluminiumdan magnesium serta sediaan "ang mengandung besi.0istribusi tetrasiklin
terkonsentrasi di !ati gin)al lim#a dan kulit. Tetrasiklin terikat #ada )arinngan "ang
sedang mengalami kalsi/ikasi misaln"a gigi dan tulang dan )uga #ada tumor
"angmengandung kalsium tinggi. Penetrasi ke airan tubu! uku# adekuat.
emua tetrasiklin da#atmen a#ai airan serebros#inal teta#i kadarn"a tidak uku#
tinggi. Minosiklin kadarn"a uku#tinnggi di otak dan )uga air mata serta sali7a se!ingga
digunakan #ada #asien dengan kariermeningokokus. emua tetrasiklin mele+ati #lasenta dan
terkonsntrasi di tulang serta bakal gigi )anin. Nasib tetrasiklin dimetabolisme di !ati serta
dikon)ugasi ole! glukoronid. Tetrasiklin danmetabolitn"a disekresi melalui em#edu
direabsor#si di usus !alus dan mengalami /iltrasiglomerular.0oksisiklin tidak mengalami
kumulasi bila diberikan #ada #enderita dengan gangguan gin)al.
INDIKASI PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA

Posted by admin on Monday, August 15, 2011 Leave a Comment

Indikasi yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotika


pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for
Disease Control and Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah
bila batuk dan pilek berkelanjutan selama lebih 10 14 hari.yang terjadi sepanjang hari
(bukan hanya pada malam hari dan pagi hari).

Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 C
dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah.

Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian
Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 3 hari membaik pengobatan
dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau biasanya selama 10 14 hari.

Bila batuk dan pilek yang berkelanjutan yang terjadi hanya pada malam hari dan pagi hari
(bukan sepanjang hari) biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi
dan tidak perlu antibiotika Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat
seperti panas > 39 C dengan cairan hidung purulen, nyeri, bengkak di sekitar mata dan
wajah. Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian
Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 3 hari membaik pengobatan
dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau biasanya selama 10 14 hari.
Indikasi lainnya adalah radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini
pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia 4 tahun hanya
15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Bila sakit batuk dan pilek
timbul sepanjang hari (bukan hanya malam dan pagi hari) lebih dari 10-14 hari disertai cairan
hidung mukopurulen (kuning atau hijau). Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri
biasanya dengan melakukan kultur yang membutuhkan beberapa hari untuk observasi.
Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan sample urin dan
kemudian di lakukan pemeriksaan kultur di rumah sakit. Setelah beberapa hari akan
ketahuan bila ada infeksi bakteri berikut jenisnya dan sensitivitas terhadap jenis obatnya.
Penyakit yang lain yang harus mendapatkan antibiotika adalah infeksi saluran kemih dan
penyakit tifus Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan
kultur darah atau urine. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan
pemeriksaan kulut urine. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut
jenis dan sensitivitas terhadap antibiotika. Untuk mengetahui penyakit tifus harus dilakukan
pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gal. Anak usia di bawah 5 tahun yang mengalami
infeksi virus sering mengalami overdiagnosis penyakit Tifus. Sering terjadi kesalahan
persepsi dalam pembacaan hasil laboratorium. Infeksi virus dengan peningkatan sedkit
pemeriksaan nilai widal sudah divonis gejala tifus dan dihantam dengan antibiotika.
Sebagian besar kasus penyakit infeksi pada anak penyebabnya adalah virus. Dengan kata lain
seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak besar atau mungkin hanya
sekitar 10 15% penderita anak. Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk self limiting
disease atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu 5 7 hari. Sebagian besar penyakit
infeksi diare, batuk, pilek dan panas penyebabnya adalah virus. Secara umum setiap anak
akan mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran napas karena virus. Sebaiknya jangan
terlalu mudah mendiagnosis (overdiagnosis) sinusitis pada anak. Bila tidak terdapat
komplikasi lainnya secara alamiah pilek, batuk dan pengeluaran cairan hidung akan menetap
paling lama sampai 14 hari setelah gejala lainnya membaik. Sebuah penelitian terhadap
gejala pada 139 anak penderita pilek(flu) karena virus didapatkan bahwa pemberian
antibiotik pada kelompok kontrol tidak memperbaiki cairan mucopurulent dari hidung.
Antibiotika tidak efektif mengobati Infeksi saluran napas Atas dan tidak mencegah infeksi
bakteri tumpangan. Sebagian besar infeksi Saluran napas Atas termasuk sinus paranasalis
sangat jarana sekali terjadi komplikasi bakteri.
No related posts.
indikasi/kontraindikasi antibiotika

obat antibiotik banyak digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Antibiotik
adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Obat antibiotik
berasal dari bahan kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme. Beberapa antibiotiK bersifat
bakterisida, yang berarti bekerja dengan membunuh bakteri.
Dan lainnya bersifat bakteriostatik, yang berarti bekerja dengan menghentikan
perkembangan bakteri. Obat antibiotik juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit
menular yang disebabkan oleh protozoa dan jamur. Beberapa antibiotik yang tersedia di pasar
antara lain azithromycin, clarithromycin, eritromisin, amoksisilin, penisilin, trimethoprim.
Dalam beberapa dekade terakhir, antibiotik diproduksi dalam skala besar dan terdapat
antibiotik yang dikhususkan untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Tetapi sangat sedikit
yang menyadari bahaya antibiotik jika dikonsumsi secara sembarangan, tanpa mengetahui
dosis tepat dan keterangan lebih rinci tentang obat tersebut. Selain itu penggunaan obat
antibiotik yang tidak sesuai dengan dosis dapat menghilangkan manfaat dan menyebabkan
resisten terhadap obat tersebut.
Berikut merupakan efek samping antibiotik yang umumnya terjadi.
1. Efek samping antibiotik antara lain dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti
rasa gatal, peradangan atau ruam, yang menyebabkan adanya pembengkakan.
Pembengkakan dapat terjadi di leher, hidung, tenggorokan, atau mulut, sehingga dapat
mengganggu kemampuan Anda dalam bernapas. Pada reaksi alergi yang sangat
kronis, berakibat terjadinya penurunan tekanan darah yang sangat drastis. Reaksi
alergi pada perempuan dapat menyebabkan gatal-gatal pada vagina.
2. Gangguan pencernaan seperti diare, muntah, sakit perut, merupakan efek
samping antibiotik yang sering terjadi. Pada manusia dalam kondisi sehat terdapat
bakteri baik yang mengatur metabolisme, membantu pencernaan, memproduksi
vitamin tertentu. Bakteri tersebut dapat terbunuh oleh obat antibiotik, sehingga
mengganggu keseimbangan dalam usus, dan memungkinkan bakteri yang merugikan
akan tumbuh. Sebab tempat bakteri biasanya berkolonial telah terbunuh,
kemungkinan akan ditumbuhi jamur. Clindamycin merupakan obat antibiotik yang
digunakan untuk infeksi yang paling serius, dengan efek samping akan mengalami
radang usus (sejenis kolitis) yang dapat menyebabkan diare kronis, terutama bagi
pasien lanjut usia.
3. Efek samping terbesar terjadi pada organ hati dan ginjal. Bahaya antibiotik
akan sangat tampak, ketika obat dikonsumsi dengan dosis tinggi oleh pasien yang
menderita penyakit seperti pielonefritis, glomerulonefritis dan hepatitis. Sehingga
dapat berakibat pada kerusakan hati, dengan gejala seperti penyakit kuning, demam,
dan perubahan warna feses serta urin yang lebih gelap.
Berikut ini adalah daftar efek samping yang jarang terjadi dari beberapa obat antibiotik:
Pembentukan batu ginjal (sulphonamides)
Pembekuan darah yang abnormal (sefalosporin)
Kepekaan berlebihan terhadap matahari (tetrasiklin)
Kelainan pada darah (trimetoprim)
Berkurangnya fungsi indra pendengar (eritromisin dan aminoglikosida)
Penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa penggunaan antibiotik secara terus-menerus
dapat menyebabkan supresi imun. Sebab antibiotik bekerja menghambat proses enzimatis
suatu bakteri, sehingga sel-sel normal juga akan terpengaruh, dan berakibatnya akan
melemahkan respon kekebalan tubuh. Meskipun antibiotik berpotensi menyebabkan beberapa
efek samping, bukan berarti Anda harus menghindarinya. Ketika obat antibiotik digunakan
dengan tepat dan di bawah pengawasan dokter, dapat menjadi cara efektif dalam pengobatan
berbagai jenis infeksi. Jangan pernah mengkonsumsi antibiotik tanpa resep dokter, sebab hal
tersebut dapat membahayakan kesehatan Anda.
Penggunaan antibiotika
Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin
terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang kebal terhadap
antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang
menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi
tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang tanggung hanya membuka peluang munculnya
tipe bakteri yang kebal.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena


dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-
sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para
aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.

INDIKASI PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA


Indikasi yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotika pada anak adalah bila
penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control
and Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah bila batuk dan pilek yang
berkelanjutan selama lebih 10 14 hari.yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada
malam hari dan pagi hari). Batuk malam dan pagi hari biasanya berkaitan dengan alergi
atau bukan lagi dalam fase infeksi dan tidak perlu antibiotika
Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 C
dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah. Pilihan
pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian Amoxicillin,
Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 3 hari membaik pengobatan dapat
dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau biasanya selama 10 14 hari.
Indikasi lainnya adalah radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus.
Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia
4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Penyakit
yang lain yang harus mendapatkan antibiotika adalah infeksi saluran kemih dan penyakit
tifus Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur
darah atau urine. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan
kultur urine. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut jenis
dan sensitivitas terhadap antibiotika. Untuk mengetahui penyakit tifus harus dilakukan
pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gal. Anak usia di bawah 5 tahun yang
mengalami infeksi virus sering mengalami overdiagnosis penyakit Tifus. Sering terjadi
kesalahan persepsi dalam pembacaan hasil laboratorium. Infeksi virus dengan
peningkatan sedikit pemeriksaan nilai widal sudah divonis gejala tifus dan dihantam
dengan antibiotika.
Sebagian besar kasus penyakit pada anak yang berobat jalan penyebabnya adalah virus.
Dengan kata lain seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak
besar atau mungkin hanya sekitar 10 15% penderita anak. Penyakit virus adalah
penyakit yang termasuk self limiting disease atau penyakit yang sembuh sendiri dalam
waktu 5 7 hari. Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek dan panas
penyebabnya adalah virus. Secara umum setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali
penyakit saluran napas karena virus. Sebaiknya jangan terlalu mudah mendiagnosis
(overdiagnosis) sinusitis pada anak. Bila tidak terdapat komplikasi lainnya secara
alamiah pilek, batuk dan pengeluaran cairan hidung akan menetap paling lama sampai
14 hari setelah gejala lainnya membaik
Sebuah penelitian terhadap gejala pada 139 penderita pilek(flu) karena virus didapatkan
bahwa pemberian antibiotik pada kelompok kontrol tidak memperbaiki cairan
mucopurulent dari hidung. Antibiotika tidak efektif mengobati Infeksi saluran napas
Atas dan tidak mencegah infeksi bakteri tumpangan. Sebagian besar infeksi Saluran
napas Atas termasuk sinus paranasalis sangat jarang sekali terjadi komplikasi bakteri.

Di Amerika Serikat, karena upaya kampanye dan pendidikan terus menerus terhadap
masyarakat dan dokter ternyata dapat menurunkan penggunaan antibiotika secara drastis.
Proporsi anak usia 0 4 tahun yang mendapatkan antibiotika menuirun dari 47,9% tahun
1996 menjadi 38,1% tahun 2000. Jumlah rata-rata antibiotika yang diresepkan menurun, dari
47.9 1.42 peresepan per anak tahun 1996 menjadi 0.78 peresepan per anak tahun 2000. Rata-
rata pengeluaran biaya juga dapat ditekan cukup banyak, padfa tahun 1996 sebesar $31.45
US menjadi $21.04 per anak tahun 2000

OSIS DAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK

NAMA DOSIS
1.Penisillin
Dewasa dan anak >20 kg 250-500mg,anak<20kg:30-75mg/kgB
1.1 Amoxicillin
dalam 3 dosis IV,IM,oral
Dewasa dan anak >20 kg 250-500mg,anak<20kg:50-100kgB
1.2 Ampicillin
dalam 4 dosis IV,IM,oral
2. Sefalosporin
2.1 Cefadroksil 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral
2.2 Cefiksim 3-6mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral
2.3 Cefotaksim 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-4 dosis IV
2.4 Ceftriakson 50-75mg/kgBB/hari dibagi dalam dosis IV/IM
2.5 Ceftazidin 30-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis IV/IM
2.6 Cefuroksim 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis IV
3. Makrolid
3.1 Spiramisin 50-75mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis
3.2 Eritromisin 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
4. Kloramfenikol 25-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis oral/IV
4.1 Tiamfenikol 50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis oral
5.Kuinolon
5.1 Ciprofloksasin 10-20mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

Penggunaan antibiotik harus didasarkan pada leaflet yang terdapat pada obat, atau menurut
anjuran dokter atau apoteker.

Antibiotik dapat diberikan dalam tiga cara:

Antibiotik oral - tablet, pil, kapsul atau sirup.


Antibiotik topikal - salep, lotion, semprotan atau tetes, yang sering digunakan untuk
mengobati infeksi kulit.
Antibiotik suntikan - dapat diberikan dalam bentuk suntikan langsung atau melalui
infus ke dalam aliran darah atau otot, biasanya antibiotik suntikan hanya diberikan pada
orang dengan penyakit yang serius.
Berikut adalah beberapa langkah sederhana yang dapat meringankan situasi lebih
jauh.

1. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memotong faktor permulaan awal yang
memaksa Anda untuk mengambil antibiotik.

2. Berhenti merokok dan minuman bersoda. Mengesampingkan makan cokelat, gula,


dan makanan bertepung. Juga berlaku untuk produk susu, makanan berlemak dan
pedas, teh dan kopi. Tingkatkan asupan air.

3. Jangan mengkonsumsi jus jeruk. Vitamin C yang lebih baik diperoleh dari buah
jeruk. Mengambil melalui jus hanya akan menyediakan Anda kelebihan gula, yang
akan memperburuk kondisi Anda.

4. Mulai mengambil probiotik dalam bentuk yogurt secara teratur, setiap kali Anda
memiliki antibiotik. Probiotik harus terus dikonsumsi setelah pengobatan selesai.
Bahkan sebaliknya, itu adalah ide yang baik untuk membuat probiotik sebagai bagian
rutin dari diet Anda. Baca juga Daftar Makanan Mengandung Probiotik.

5. Makanan fermentasi seperti acar mentimun, acar lobak, dan wortel mengandung
probiotik alami. Minuman kefir juga mengandung probiotik alami juga bagus untuk
dikonsumsi pasca pengambilan obat antibiotik Anda.

6. Makan ringan, makan dengan makanan yang mudah dicerna karena pencernaan
Anda akan berada dalam kondisi yang buruk selama beberapa bulan setelah
mengambil pil kecil ini.

7. Rebus lima daun mint, satu inci jahe dan sekitar setengah sendok teh Ajwain (biji
Ajowan) dalam segelas air sampai air berkurang setengah. Minum setengah gelas tiga
kali sehari.
8. Latihan ringan juga sama pentingnya. Yang penting adalah teratur berolahraga
demi menjaga kesehatan Anda.

9. Obat luar biasa lain di dapur Anda adalah bawang putih. Allicin yang ada di
dalamnya menghilangkan efek antibiotik dalam tubuh.

10. Vitamin A, C, E, seng, dan selenium juga membantu. Jus lidah buaya melindungi
lapisan usus.

11. Pastikan bahwa Anda tidak mendapatkan sembelit. Sekam psyllium dan biji rami
bukan hanya membantu dalam buang air besar tetapi juga akan meredakan diare
dengan menyerap kelebihan air.

12. Minyak oregano antibakteri diambil tiga kali sehari memberikan bantuan yang
cukup besar.

Anda mungkin juga menyukai