Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beraneka makhluk hidup menghuni alam ini salah satunya adalah tumbuhan yang
banyak ditemui disekitar kita. Ilmu tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang
demikian pesat sehingga bidang-bidang pengetahuan yang semula merupakan cabang-
cabang ilmu tumbuhan saja sekarang ini telah menjadi ilmu yang telah berdiri sendiri.
Beragam upaya dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat obat dimulai dari
mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di dalamnya serta bentuk morfologi dari
tumbuhan tersebut yang memberikan ciri khas. Namun,tidak semua pula tumbuhan
berkhasiat yang memberikan ciri khas itu dapat dikategorikan sebagai tumbuhan berkhasiat
obat. Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun diluar
negeri berkembang pesat. Penelitian yang berkembang, terutama dari segi farmakologi
maupun fitokimianya penelitian dilakukan berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah
digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji empiris.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan canggih di
zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser atau mengesampingkan begitu saja
obat tradisional, tetapi justru hidup berdampingan dan saling melengkapi. Hal ini terbukti
dari banyaknya peminat pengobatan tradisional. Namun yang menjadi masalah dan kesulitan
bagi para peminat obat tradisional adalah kurangnya pengetahuan dan informasi yang
memadai mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional untuk
pengobatan penyakit tertentu (Dalimartha, 2000).
Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja mengingat
perkembangan indunstri obat modern dan obat tardisional terus meningkat. Kondisi ini terus
dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang semakin meningkat tentang manfaat tanaman
sebagai obat. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature)
dengan memanfaatkan obat-obat alami. Banyak masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan dengan mengonsumsi produk alami (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Memang obat modern berkembang cukup pesat, namun potensi obat tradisional
terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini disebabkan obat tradisional dapat
diperoleh tanpa resep dokter, dapat diramu sendiri, bahan baku tidak perlu diimpor, dan
tanaman obat dapat ditanam sendiri oleh pemakainya (Djauhariya dan Hernani, 2004).
Beragam upaya pun dilakukan dalam pencarian tumbuhan berkhasiat obat dimulai dari
mengidentifikasi kandungan zat kimia apa di dalamnya serta bentuk morfologi dari
tumbuhan tersebut yang memberikan ciri khas. Namun, tidak semua pula tumbuhan
berkhasiat yang memberikan ciri khas itu dapat dikategorikan sebagai tumbuhan berkhasiat
obat.
Oleh karena itu diadakannya praktek kerja lapangan ini untuk mengambil sampel
tumbuhan untuk dapat mengetahui berbagai macam khasiat dari tumbuhan yang dibuat
dalam bentuk simplisia.
1.2 Maksud dan tujuan PKL
1.2.1 Maksud
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara pengambilan sampel
yang baik dan benar.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori serta cara pembuatan
herbarium dan simplisia.
1.2.2 Tujuan
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pengambilan sampel yang baik
dan benar.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori serta cara pembuatan herbarium
dan simplisia.
1.3 Manfaat PKL
Manfaat dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini antara lain :
1. Mahasiswa dapat mengetahui khasiat dari sampel tanaman yang diambil.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan herbarium dan simplisia.
3. Mahasiswa menjadi lebih mandiri selama mengikuti PKL.
4. Mahasiswa menjadi lebih akrab dengan asisten.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
a. Cara kerja pembuatan herbarium
Langkah pertama dalam pembuatan herbarium adalah dipilih salah satu tanaman utuh
yang akan dibuat herbarium. Dibersihkan tanaman dari debu dan tanah dengan
menggunakan air yang mengalir, kemudian diangin-angkin sampai tanaman itu kering.
Setelah itu disemprotkan alkohol 70%. Letakan sampel tersebut diatas kertas koran
kemudian dipress dengan sasak
b. Cara kerja pembuatan simplisia
Langkah pertama dalam pembuatan simplisisa adalah dipilih dan dikumpulkan
tanaman yang akan dibuat simplisia. Dipisahkan tanaman dari kotoran kotoran atau bahan
bahan asing lainnya dari bahan simplisia, kemudian dibersihkan tanaman dari debu dan
tanah pada air yang mengalir dan dikeringkan agar tidak lembab. Setelah itu letakan
tanaman pada kertas koran, kemudian bersihkan sampel menggunakan alkohol 70%
dengan cara menyeprotkan. Setelah itu dirajang untuk mempermudah proses pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan dua cara secara alamiah dan buatan. Pada Tahap akhir
sortasi kering untuk memisahkan benda asing seperti bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan kotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Pengawetan simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau
cemaran mikroba sehingga tidak membahayakan kesehatan. Penyimpanan simplisia yang
baik yaitu pada suhu kamar terkendali adalah 15 C dan 30C.
V.2 Saran
V.2.1 Asisten
Aisisten diharapkan dapat lebih sabar dalam membimbing praktikan dalam mengikuti
PKL
V.2.2 Praktikan
Praktikan harus lebih mempersiapkan diri baik secara fisik untuk mengikuti PKL agar
tidak sakit. Praktikan harus lebih memperhatikan asistennya.
Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trobus
Agriwidya.

Djauhariya, E dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Cetakan I. Jakarta:


Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai