Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan
suatu penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal monosodium urat
di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh.
Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia
seperti perasaan nyeri di daerah persendian diakibatkan tingginya kadar asam urat
dalam darah. Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan
kadar urat dalam darah antara 0,5 0,75 g/ml purin yang dikonsumsi.1,2
Kadar asam urat darah dipengaruhi oleh herediter, jenis kelamin, kelainan
enzim spesifik, idiopatik, faktor lingkungan, penyakit tertentu, kegiatan dan diet.
Prevalensi hiperurisemia lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan, terutama pada laki-laki dengan usia di atas 40 tahun, sedangkan pada
perempuan terutama saat menopause. Diperkirakan bahwa gangguan asam urat
terjadi pada 840 dari setiap 100.000 orang, dan mewakili sekitar 5% dari total
radang sendi. Penyakit ini dapat dikelompokan menjadi bentuk gout primer yang
umum terjadi (90% kasus). Gout umumnya dialami oleh laki laki berusia lebih
dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder (10 % kasus) dialami oleh umumnya
wanita setelah menopause. Penyebabnya adalah gangguan hormon (Redaksi Vita
Health, 2008).3,4,5
Prevalensi gout yang ditemukan pada laki-laki 4 kali lebih besar
dibandingkan wanita, pada usia dibawah 65 tahun. Secara keseluruhan, prevalensi
gout bervariasi antara 0.03% 15.2% dengan persentase kejadian pada laki-laki
mencapai 1 2% . Hasil penelitian epidemiologi diketahui bahwa usia 15- 45
tahun yang diteliti sebanyak 85 orang, dimana pria mengalami penyakit asam urat
sebanyak 1,7% dan perempuan 0,05 %.4,5
Angka kejadian atau prevalensi gout arthritis bervariasi di tiap negara.
Lima tahun terakhir, di Amerika angka kejadian gout meningkat menjadi sekitar
18,83%. Di Indonesia Penyakit ini pertama kali diteliti oleh seorang dokter
Belanda, dr. Van Den Hors, pada 1935. Saat itu, ia menemukan 15 kasus gout
berat pada masyarakat kurang mampu di Jawa.5,6
Hasil Riskesdas 2012 menungkapkan bahwa prevalensi penyakit
hiperurisemia di Indonesia adalah 11,9% dan di Jawa Timur adalah 26,4%. Selain
itu, menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Nasional Cipto
Mangun Kusumo Jakarta, penderita rematik gout dari tahun ke tahun semakin
meningkat dan ada kecendrungan diderita pada usia semakin muda, yaitu
kelompok usia produktif yaitu usia 30 sampai 50 tahun. Penyakit gout memang
bukan termasuk penyakit yang mematikan, tetapi jika tidak ditangani dengan
benar bisa menjadi gout kronik dimana penderitanya akan sering sekali menderita
sakit pada sendi. Hal ini tidak hanya mengganggu aktifitas dalam jangka waktu
lama, tetapi juga berpotensi menimbulkan batu ginjal bahkan penyakit jantung.5,6,7

Anda mungkin juga menyukai