Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada

umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya

memerlukan tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia

ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada

umumnya pada pria.

Hernia dapat terjadi pada beberapa bagian tubuh, antara lain di lipatan

paha, umbilikus atau pusar, sekat rongga dada, dan perut (diafragma) serta

bagian-bagian lainnya. Yang umum terlihat langsung adalah hernia pada

umbilikus atau pusar, serta pada lipatan paha karena dapat langsung ke

kantung buah pelir.

Hernia ingunal indirek merupakan hernia yang paling sering ditemukan

yaitu sekitar 50% sedangkan hernia ingunal direk 25% dan hernia femoralis

sekitar 15%. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 25% penduduk pria dan

2% penduduk wanita menderita hernia inguinal didalam hidupnya, dengan

hernia inguinal indirek yang sering terjadi.

Hernia dapat terjadi akibat kelainan kongenital maupun didapat. Pada

anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya


2

procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah

zakar. Pada orang dewasa adanya faktor pencetus terjadinya hernia, antara

lain kegemukan, beban berat, batuk kronik, asites, riwayat keluarga, dll.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Hernia

Hernia merupakan penonjolan isi melalui defek atau bagian lemah dari

dinding atau rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut

menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik

dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

2.2. Anatomi

a) Dinding Perut

Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari :

1. Kutis

2. Lemak subkutis

3. Fasia skarpa

4. Muskulus obligus eksterna

5. Muskulus obligus abdominis interna

6. Muskulus abdominis tranversal

7. Fasia transversalis

8. Lemak peritoneal

9. Peritoneum.
4

Gambar 1. Anatomi abdomen

b) Usus halus

Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari

sphincter pylorus ke katup ileocecal.

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari

(duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong (jejunum) 1-2 m, dan usus

penyerapan (ileum) 2-4 m.

1) Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus

yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus

kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian

terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir

di ligamentum Treitz.
5

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari

yang normal berkisar pada derajat sembilan.

Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari

pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa

Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.

2) Usus Kosong (jejunum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)

adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari

(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,

panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian

usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam

tubuh dengan mesenterium.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar"

dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin,

jejunus, yang berarti "kosong".

3) Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus

halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar

2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan

oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit

basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.


6

Gambar 2. Anatomi Usus halus

c) Usus Besar

Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata

panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum,

colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari

cecum. Colon terbagi menjadi colon ascending, colon transversal, colon

descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah

rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi

untuk mengontrol pembukaan anus.

Gambar 3. Anatomi Usus Besar


7

d) Regio Inguinalis

1. Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis

internus yang merupakan bagian yang terbuka dari fasia tranversus

abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini

dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari

aponeurosis m. Obligus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus

eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi

tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum pada perempuan.

Gambar 4. Kanalis inguinalis

2. Kanalis Femoralis

Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam

lakuna vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena

magna bermuara di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi


8

oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh

ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari

ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh

sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare

gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari

ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan

inkaserasi hernia femoralis.

2.3. Klasifikasi Hernia

Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:

a) Hernia eksterna

Jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara keseluruhan

(komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk dan

indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.

b) Hernia intraparieta

Kantong hernia berada didalam dinding abdomen.

c) Hernia interna

Hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen seperti

hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat.

d) Hernia reponibel (reducible hernia)

Apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak

ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.


9

e) Hernia ireponibel (inkarserata)

Apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke abdomen. Ini

biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum

kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia

ireponibel yang sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan

vaskularisasi.

f) Hernia strangulasi

Hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi.

Berdasarkan terjadinya:

a) Hernia bawaan atau kongenital

b) Hernia didapat atau akuisita

Berdasarkan tempatnya:

a) Hernia Inguinalis

Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regioinguinalis).

b) Hernia femoralis

Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis.

c) Hernia umbilikalis

Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah isi perut.

d) Hernia diafragmatik

Adalah hernia yang masuk melalui lubang diafragma ke dalam rongga

dada.
10

2.4. Definisi Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata

Hernia inguinalis lateralis inkarserata adalah hernia yang melalui anulus

inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,

menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus

inguinalis eksternus dimana isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi

kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-

8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penutunan testis

tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi

penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi

yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga

isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa

hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu

maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang

terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan

timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah

menutup namun karena lokus minoris resistensi maka pada keadaan yang

menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut

dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.


11

Gambar 5. Hernia inguinalis lateralis inkarserata dektra

2.5. EtiologiHernia Inguinalis Lateralis Inkarserata

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena

sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak

pada lelaki ketimbang perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada

pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar

sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu

diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang

sudah terbuka cukup lebar itu.


12

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,

adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus

inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat

yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot.

Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia

inguinalis antara lain:

Peninggian tekanan intraabdomen yang terus menerus

1. Batuk kronik

2. Mengedan ( BPH , Hemoroid )

3. Obesitas

Kelemahan otot dan jaringan

1. Usia tua

2. Kurang aktivitas fisik

3. Kurang gizi ( marasmus kuasiorkor )

Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka,

sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum

tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.

tidak sampai 10 % anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia.

Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis

paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya


13

disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan

penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti

anulus inguinalis yang cukup besar.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi

anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak

tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot

dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan

anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam

kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat

kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika

kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia

skrotalis.

2.6. Gambaran Klinis dan DiagnosisHernia Inguinalis Lateralis Inkarserata

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi

hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di

lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan

menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada

biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri

visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus

masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul

kalau terjadi inkaserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau

gangren.
14

Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang

mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan

keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi

karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan

gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh

nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan

peritoneal.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada

saat inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral

muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas

medial bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus

spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi

gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,

tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi

organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum

maupun ovarium. Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak

dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan

menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan

apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat

direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien

diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis

lateralis, dan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis

medial.
15

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau

jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di

sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

2.7. Diagnosa

Anamnesa : - keluhan Utama

- Talaah ( sudah berapa lama ,sifatnya )

- RPT

P.fisik :

1. inspeksi : inspeksi (valsava manuver terlihat benjolan dilipatan

paha, Tekniknya disuruh berdiri lalu disuruh mengedan timbul

atau tidak benjolannya, sesudah berbaring masuk atau menetap

benjolanya

2. palpasi :( finger tip test (+) ) ( jika ujung jari menyentuh hernia

berarti hernia inguinalis lateralis dan bagiansisi jari yang

menyentuh adalah hernia inguinalis medial

3. auskultasi : peristaltik meningkat, metalik sound ( + )


16

2.8. Diagnosa Banding

Limfadenitis

Orkitis

Varikokel

Hidrokel

Hematokel

2.9. Penatalaksanaan Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan

pemakain penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang

telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada

anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual dimana tangan kiri

memegang isi hernia dengan membentuk corong dan tangan kanan

mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan

yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkaserasi sering terjadi

pada umur kurang dari dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan

sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibanding orang

dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada anak-anak masih

elastis dibanding dewasa. Reposisi dilakukan dengan cara menidurkan anak

dengan pemberian sedativ dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi
17

ini berhasil maka anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya. Jika

reposisi tidak berhasil dalam waktu enam jam maka harus dilakukan operasi

sesegera mungkin.

Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar menahan

hernia yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai

seumur hidup. Cara ini mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan

tonus otot dinding perut di daerah yang ditekan sedangkan strangulasi tentang

mengacam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena

tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia

inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis

ditegakkan. Prinsip pengobatan hernia adalah herniotomi dan hernioplasti.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke

lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,

kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu

dipotong.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis

internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik

dalam mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenalnya

berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus

dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa, dan

menjahitkan pertemuan m. tranversus abdominis internus dan m. internus

abdominis yang dikenal dengan cojoint tendon ke ligamentum inguinal


18

poupart menurut metode basinni atau menjahit fasia tranversa, m.tranversa

abdominis, m.oblikus internus ke ligamentum cooper pada Mc Vay.

Teknik herniorafi yang dilakukan oleh basinni adalah setelah diseksi

kanalis inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha dengan cara

mengaproksimasi muskulus oblikus internus, muskulus tranversus abdominis

dan fasia tranversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale,

teknik ini dapat digunakan pada hernia direk maupun hernia inderek.

Kelemahan teknik Basinni dan teknik lain yang berupa variasi teknik

herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot yang

dijahit. Untuk mengatasi masalah ini pada tahun delapan puluhan

dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan

protesis mesh untuk memperkuat fasia tranversalis yang membentuk dasar

kanalis inguinalis tanpa menjahit dasar otot-otot ke inguinal

Gambar 6. Teknik Bassini Plasty


19

2.8. KomplikasiHernia Inguinalis Lateralis Inkarserata

Komplikasi hernia tergatung kepada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Isi hernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel,

ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum,

organ ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan kecuali ada benjolan. Dapat

pula isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan hernia

strangulata. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi

jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi

udem organ atau struktur didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam

kantong hernia. Timbulnya udem akan menambah jepitan pada cincin hernia

sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan

kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat serosanguinis. Kalau isi

hernia terdiri dari usus maka akan terjadi perforasi yang akhirnya akan

menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika ada hubungan dengan

rongga perut.
20

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui

defek atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Terdiri atas

cincin, kantong, dan isi hernia.

Secara umum diklasifikasikan menjadi, hernia eksterna, hernia

intraparietal, hernia interna, hernia reponibel (reducible hernia), hernia

ireponibel (inkarserata) dan hernia strangulasi.

Berdasarkan lokasinya hernia diklasifikasikan menjadi hernia

inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia paraumbilikalis, hernia

ventralis, hernia epigastrika, hernia lumbalis, hernia Littre, hernia Speighel,

hernia obturatoria, hernia perinealis, hernia pantalon.

Gambaran klinik dan penegakkan diagnosis pada hernia tergantung dari

perkembangan dan lokasi hernia.

Penatalaksanaan hernia ada dua yaitu konservatif dan operatif,

tergantung dari gambaran klinis dan jenis hernia.


21

STATUS ORANG SAKIT

II. Anamnesa
Ku : Ada benjolan di lipatan paha kiri bawah
Talaah : Hal ini sudah di alami oleh os sejak 2 bulan yang
lalu, dimana pada awalnya benjolan bisa keluar
masuk tapi sejak 2 hari sebelum masuk ke rumah
sakit benjolan sudah tidak bisa masuk kembali dan
benjolan nya sudah sampai ke daerah scrotum. Os
juga mengeluhkan sangat nyeri 1 jam sebelum
masuk rumah sakit. mual (-) muntah (-) bab (+)
bak (+)
Rpt :-
Rpk :-
Rpo :-
III. Status Pasien
Vital sign
Sensorium : compos mentis
TD : 140/ 90 mmhg
HR : 86X/i
RR : 22x/i
T : 37,5 c
IV. Status Generalis
a. Kepala
Mata : konjungtiva anemis (-) sklera (-)
Hidung : sekret (-) perdarahan (-)
Telingga : sekret (-) perdarahan (-)
Mulut : sianosis (-) mukosa bibir basah
b. Leher
Dalam batas normal
22

c. Thorax
Inspeksi : simetris, refraksi (-)
Palpasi : fremitus ka=ki
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
d. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : distensi
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik meningkat (+)
e. Ekstremitas
Superior : akral hangat , oedema (-)
Inferior : akral hangat , oedema (-)
f. Status lokasi
Regio inguinalscrotalis sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan dari inguinal sinistra
sampai ke skrotum, berbentuk lonjong ,
permukaan rata, warna sesuai dengan warna
kulit, kemerahan (-) ukuran 9x7x5 cm
Palpasi :nyeri (+) , batasatastidakdapat diraba , batas
bawah teraba testis dan mobaile
Auskultasi : paristaltik meningkat (+) dijumpai metalic
sound
V. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Darah lengkap
Hb : 13,0 g/dl
Ht : 39 %
Leukosit : 8.9 ribu/ nl
Trombosit : 179 ribu/ nl
Eritrosit : 4.1 juta/nl
Mcv :94
Mch :31.4 pq
Mchc :33.5 q/dl
LED : 10 mm/jam
2. Hemositosis
Masa perdarahan / Bt : 5.00
23

Masa pembekuan/ Ct : 11.00


3. Kimia klinik / fungsi ginjal
Ureum : 49 mg/%
Keratinin : 0,8 mg/dl
Asam urat : 4,6 mg/dl
4. Fungsi hati rutin
Bilirubin total : 0.89 mg/%
Bilirubin direk : 0.08 mg/%
Alkali pospat : 58 u/i
Ast ( SGOT ) : 36 u/i
Alt ( SGPT ) : 8 u/i
5. Glukosa darah sewaktu : 113 mg/%
VI. Resume
VII. Diagnosis Banding
- Hernia inguinal lateral incraserata sinistra
- Hidrokokel
- Vericocel
VIII. penatalaksanaan
- Bed rest
- Ivfd rl 20gtt / i
- Asam mefenamat
1. Rencana operasi dan persiapan
1. Inform concent 2. Persiapan sio
3. Persiapan puasa4. Hernioraphy cito + mesh graft

DAFTAR PUSTAKA

1. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition,

The Mc Graw-Hill Companies, Inc, Singapore, 2003, 307-317.


24

2. Manthey, D. hernia. http//www.emedicine.com [diakses tanggal 12 april

2007]

3. Schwartz, Shires, Spencer. Abdominal Wall Hernias. Principles of Surgery

. 5th Edition. The Mc Graw-Hill Companies, Inc, 1988. 1525- 1544

4. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC

. 1997.523-538.

5. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel

RCG, Williams NS.Bailey & Loves Short Practice Of Surgery. 22nd

Edition. London: ELBS With Chapmann & Hall, 1995, 1277-1290

6. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta

Edisi ke-3, Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000.313-317

7. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC.

1994.228-245.

8. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu

bedah, edisi VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.

Anda mungkin juga menyukai