BAB I
PENDAHULUAN
Hernia dapat terjadi pada beberapa bagian tubuh, antara lain di lipatan
paha, umbilikus atau pusar, sekat rongga dada, dan perut (diafragma) serta
umbilikus atau pusar, serta pada lipatan paha karena dapat langsung ke
yaitu sekitar 50% sedangkan hernia ingunal direk 25% dan hernia femoralis
sekitar 15%. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa 25% penduduk pria dan
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah
zakar. Pada orang dewasa adanya faktor pencetus terjadinya hernia, antara
lain kegemukan, beban berat, batuk kronik, asites, riwayat keluarga, dll.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Hernia merupakan penonjolan isi melalui defek atau bagian lemah dari
dinding atau rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
2.2. Anatomi
a) Dinding Perut
1. Kutis
2. Lemak subkutis
3. Fasia skarpa
7. Fasia transversalis
8. Lemak peritoneal
9. Peritoneum.
4
b) Usus halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir
di ligamentum Treitz.
5
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin,
oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
c) Usus Besar
panjangnya 1,5 m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum,
colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari
descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah
rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi
d) Regio Inguinalis
1. Kanalis Inguinalis
2. Kanalis Femoralis
oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh
a) Hernia eksterna
b) Hernia intraparieta
c) Hernia interna
Apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia
vaskularisasi.
f) Hernia strangulasi
Berdasarkan terjadinya:
Berdasarkan tempatnya:
a) Hernia Inguinalis
Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regioinguinalis).
b) Hernia femoralis
c) Hernia umbilikalis
d) Hernia diafragmatik
dada.
10
inguinalis eksternus dimana isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-
yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa
hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu
maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang
timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup namun karena lokus minoris resistensi maka pada keadaan yang
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat
1. Batuk kronik
3. Obesitas
1. Usia tua
sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum
tertutup. Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.
Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis
anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak
tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot
kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
skrotalis.
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul
kalau terjadi inkaserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren.
14
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi
nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneal.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
saat inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas
medial bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,
tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi
maupun ovarium. Dengan jari telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara mendorong isi hernia dengan
apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien
diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis
lateralis, dan bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia inguinalis
medial.
15
jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di
2.7. Diagnosa
- RPT
P.fisik :
benjolanya
2. palpasi :( finger tip test (+) ) ( jika ujung jari menyentuh hernia
Limfadenitis
Orkitis
Varikokel
Hidrokel
Hematokel
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada
mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan
yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkaserasi sering terjadi
pada umur kurang dari dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan
dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada anak-anak masih
dengan pemberian sedativ dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi
17
ini berhasil maka anak akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya. Jika
reposisi tidak berhasil dalam waktu enam jam maka harus dilakukan operasi
sesegera mungkin.
hernia yang sudah direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai
seumur hidup. Cara ini mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding perut di daerah yang ditekan sedangkan strangulasi tentang
mengacam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena
lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan,
dipotong.
teknik ini dapat digunakan pada hernia direk maupun hernia inderek.
Kelemahan teknik Basinni dan teknik lain yang berupa variasi teknik
hernia. Isi hernia dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel,
ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum,
organ ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan kecuali ada benjolan. Dapat
pula isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan hernia
jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi
udem organ atau struktur didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam
kantong hernia. Timbulnya udem akan menambah jepitan pada cincin hernia
sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat serosanguinis. Kalau isi
hernia terdiri dari usus maka akan terjadi perforasi yang akhirnya akan
menimbulkan abses lokal, fistel dan peritonitis jika ada hubungan dengan
rongga perut.
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
defek atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Terdiri atas
II. Anamnesa
Ku : Ada benjolan di lipatan paha kiri bawah
Talaah : Hal ini sudah di alami oleh os sejak 2 bulan yang
lalu, dimana pada awalnya benjolan bisa keluar
masuk tapi sejak 2 hari sebelum masuk ke rumah
sakit benjolan sudah tidak bisa masuk kembali dan
benjolan nya sudah sampai ke daerah scrotum. Os
juga mengeluhkan sangat nyeri 1 jam sebelum
masuk rumah sakit. mual (-) muntah (-) bab (+)
bak (+)
Rpt :-
Rpk :-
Rpo :-
III. Status Pasien
Vital sign
Sensorium : compos mentis
TD : 140/ 90 mmhg
HR : 86X/i
RR : 22x/i
T : 37,5 c
IV. Status Generalis
a. Kepala
Mata : konjungtiva anemis (-) sklera (-)
Hidung : sekret (-) perdarahan (-)
Telingga : sekret (-) perdarahan (-)
Mulut : sianosis (-) mukosa bibir basah
b. Leher
Dalam batas normal
22
c. Thorax
Inspeksi : simetris, refraksi (-)
Palpasi : fremitus ka=ki
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
d. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : distensi
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik meningkat (+)
e. Ekstremitas
Superior : akral hangat , oedema (-)
Inferior : akral hangat , oedema (-)
f. Status lokasi
Regio inguinalscrotalis sinistra
Inspeksi : Terlihat benjolan dari inguinal sinistra
sampai ke skrotum, berbentuk lonjong ,
permukaan rata, warna sesuai dengan warna
kulit, kemerahan (-) ukuran 9x7x5 cm
Palpasi :nyeri (+) , batasatastidakdapat diraba , batas
bawah teraba testis dan mobaile
Auskultasi : paristaltik meningkat (+) dijumpai metalic
sound
V. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1. Darah lengkap
Hb : 13,0 g/dl
Ht : 39 %
Leukosit : 8.9 ribu/ nl
Trombosit : 179 ribu/ nl
Eritrosit : 4.1 juta/nl
Mcv :94
Mch :31.4 pq
Mchc :33.5 q/dl
LED : 10 mm/jam
2. Hemositosis
Masa perdarahan / Bt : 5.00
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition,
2007]
4. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC
. 1997.523-538.
1994.228-245.