SKENARIO 1
Seorang wanita, dirawat di salah satu RS Jiwa selama dua minggu karena gangguan
kejiwaan yang cukup berat. Beberapa setelah perawatan, suami wanita tersebut yang
kebetulan berprofesi sebagai dokter, menemui psikiater yang merawat istrinya. Atas
dasar pertimbangan bahwa sang suami merupakan teman sejawat, psikiater tersebut
memberikan keterangan yang sebenarnya dan bahkan ketika suami meminta salinan
rekam medis istrinya, maka dokter psikiater memberikannya dengan senang hati.
Tiga bulan setelah penyerahan salinan rekam medis, psikiater tersebut didatangi kuasa
hukum sang istri untuk menuntut secara pidana maupun perdata. Pasalnya dokter
psikiater memberikan salinan atau membuka rahasia medis tanpa sepengetahuan
kliennya kepada suami. Salinan tersebut digunakan suami untuk menggugat cerai
istrinya di pengadilan agama.
1. Psikiater
2. Teman sejawat
3. Rekam medis
Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien. (PERMENKES no.269/MENKES/PER/2008)
4. Kuasa hukum
Orang yang mendapatkan izin dari ketua pengadilan pajak dan memperoleh
surat kuasa dari pihak yang bersangkutan.
5. Pidana
6. Perdata
Hukum yang mengatur hak, harta benda dan hubungan antara orangorang
dalam satu negara. (KBBI)
1
7. Rahasia medis
A. PERTANYAAN
4. Apa sanksi dan hukuman bagi dokter yang memberikan salinan rekam medis
selain kepada pasien ?
6. Apa saja info yang dapat diberikan kepada keluarga pasien oleh dokter ?
10. Apakah perilaku psikiater tersebut bertentangan dengan kode etik dokter dan
pasien ?
B. JAWABAN
2. Karena dokter telah disumpahi janji bahwa dokter akan merahasiakan segala
sesuatu walaupun pasien tersebut sudah meninggal.
3. Boleh ketika pasien tidak dapat melakukan komunikasi atau keadaan coma,
dan ketika pasien dibawah umur.
4. Menurut KODEKI, pidana selama tiga bulan atau diberi hukuman yang
pantas.
2
8. Tidak diperbolehkan karena sama saja menyebar luaskan rekam medis pasien.
IV. HIPOTESIS
Seorang dokter harus menjaga rekam medis dan rahasia medis pasien dari
siapapum kecuali atas ijin pasien sesuai dengan sumpah dokter, KODEKI, dan
undangundang. Apabila dokter tersebut melanggar, maka akan terkena hukuman
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai seorang dokter muslim harus bisa
menjaga amanah dengan tidak menyebar luaskan rahasia dan rekam medis walaupun
pasien tersebut sudah meninggal dunia.
V. LEARNING OBJECTIVE
3
VI. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
Menurut Huffman (1994), Rekam Medis adalah fakta yang berkaitan dengan
keadaan pasien, riwayat penyakit, dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang
ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien
tersebut.
Menurut Hayt and Hayt dalam bukunya yang berjudul Legal Aspect of
Medical Record), Rekam Medis adalah himpunan fakta-fakta yang berhubungan
dengan sejarah atau riwayat kehidupan pasien, sakitnya, perawat atau
pengobatannya.
4
3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak
diperlukan persetujuan pasien, jika dilakukan untuk kepentingan negara.
A. Pengobatan Pasien
D. Pembiayaan
E. Statistik Kesehatan
1) Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang
ikut ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan, dan perawatan
pasien.
5
2) Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan atau perawatan yang harus
diberikan kepada pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi
sesama dokter ditulis agar rencana pengobatan dan perawatan dapat
dilaksanakan.
5) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
Berdasarkan Konsil Kedokteran Indonesia, Isi rekam medis dibagi menjadi dua
bentuk :
6
tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya.
a) Identitas pasien;
e) Diagnosis;
f) Rencana penatalaksanaan;
e) Ringkasan pulang
g) Diagnosis
8
a. Perekaman data (Capture)
3) Isi rekam medis sebagaiman dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
ringkasan medis
c. Kepentingan pasien;
11
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 36 tahun 2012 pada BAB IV
tentang Pembukaan Rahasia Kedokteran
1. Pada Pasal 5, menyatakan bahwa rahasia medis hanya dapat dibuka untuk
kepentingan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakkan hukum, dan permintaan pasien sendiri.
Pasal 5
(1) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terbatas sesuai kebutuhan.
Pasal 6
(1) Pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan kesehatan pasien
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a. kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan,
dan perawatan pasien; dan
b. keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan
pembiayaan kesehatan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan dengan persetujuan dari pasien.
(3) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan dengan persetujuan dari pasien baik secara tertulis
maupun sistem informasi elektronik.
(4) Persetujuan dari pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dinyatakan telah diberikan pada saat pendaftaran pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan.
(5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), persetujuan dapat diberikan
oleh keluarga terdekat atau pengampunya.
3. Yang dimaksud dengan pembukaan rahasia medis untuk memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka pengegakan hukum
12
dapat dengan cara proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan sidang
pengadilan. Hal ini dapat diakukan melalui pemberian data dan informasi
berupa ;
o visum et repertum
o keterangan ahli
o keterangan saksi
o dan atau ringkasan medis
Permohonan untuk membuka rahasia medis tersebu juga harus dilakukan
secara tertulis dari pihak yang berwenang. Dalam hal ini, maka rekam
medis seluruhnya dapat diberikan.
Pasal 7
(1) Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakan hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan pada proses penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan sidang pengadilan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat melalui pemberian data dan informasi berupa visum et
repertum, keterangan ahli, keterangan saksi, dan/atau ringkasan
medis.
(3) Permohonan untuk pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis dari pihak
yang berwenang.
(4) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran dilakukan atas dasar
perintah pengadilan atau dalam sidang pengadilan, maka rekam medis
seluruhnya dapat diberikan.
4. Pada pasal 8 dijelaskan bahwa , pembukaan rahasia medis atas dasar
permintaan pasien dapat dilakukan dengan pemberian data dan informasi
melalui lisan ataupun tertulis. Keluarga terdekat dapat memperoleh data dan
informasi, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh pasien sendiri. Pernyataan
pasien tersebut diberikan pada waktu penerimaan pasien.
Pasal 8
(1) Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar permintaan pasien sendiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan dengan
pemberian data dan informasi kepada pasien baik secara lisan maupun
tertulis.
(2) Keluarga terdekat pasien dapat memperoleh data dan informasi
kesehatan pasien, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh pasien.
(3) Pernyataan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
pada waktu penerimaan pasien.
13
permintaan tertulis majelis. Yang dimaksud dengan pembukaan rahasia
medis untuk kepentingan umum adalah :
o audit medis;
o ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
o penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
o pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang
akan datang; dan
o ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat.
Lalu pembukaan rahasia medis dalam rangka kepentingan umum dapat
dilakukan namun tanpa membuka pasien. Namun, ketika rahasia medis
tersebut meliputi ancaman kejadian luar biasa ataupun wabah penyakit
menular dan mengancam keselamatan orang lain, hal tersebut
diperbolehkan untuk mengungkap identitas pasien kepada institusi atau
pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang
undangan.
Pasal 9
(1) Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dilakukan tanpa persetujuan pasien dalam rangka kepentingan
penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan
penegakan etik atau disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik
Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
(3) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa membuka
identitas pasien.
(4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. audit medis;
b. ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
c. penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di
masa yang akan datang; dan
e. ancaman keselamatan orang lain secara individual atau
masyarakat.
(5) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dan huruf e, identitas
pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak yang berwenang
untuk melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Pada pasal 11, penanggung jawab pelayanan pasien atau pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan dapat menolak membuka rahasia medis apabila
permintaan tersebut bertentangan dengan peraturan.
Pasal 11
Penanggung jawab pelayanan pasien atau pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dapat menolak membuka rahasia kedokteran apabila permintaan
tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Pada pasal 12, pembukaan rahasia kedokteran harus berdasarkan data dan
informasi yang benar dan tidak direkayasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.
Pasal 12
Pembukaan rahasia kedokteran harus didasarkan pada data dan informasi
yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
9. Pada pasal 13, apabila pasien ataupun keluarga pasien yang telah meninggal
dunia menuntut tenaga kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan lalu
menyebarkannya melalui media massa, hal itu termasuk dalam melepaskan
hak rahasia medisnya kepada umum.
Pasal 13
(1) Pasien atau keluarga terdekat pasien yang telah meninggal dunia yang
menuntut tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan serta
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan
hak rahasia kedokterannya kepada umum.
(2) Penginformasian melalui media massa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memberikan kewenangan kepada tenaga kesehatan dan/atau
fasillitas pelayanan kesehatan untuk membuka atau mengungkap rahasia
kedokteran yang bersangkutan sebagai hak jawab.
15
10. Pada pasal 14, pembukaan rahasia medis boleh dilakukan apabila tenaga
kesehatan dan atau fasilitas pelayanan kesehatan yang digugat oleh pasien
akan melakukan pembelaannya di dalam sidang.
Pasal 14
Dalam hal pihak pasien menggugat tenaga kesehatan dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan maka tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan
kesehatan yang digugat berhak membuka rahasia kedokteran dalam
rangka pembelaannya di dalam sidang pengadilan.
(2) Rahasia Kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan keseatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakkan
hukum, permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.
Rahasia adalah perkara tersembunyi yang terjadi di antara diri kita dan orang lain.
Menjaga rahasia adalah dengan tidak menyebarkannya atau bahkan sekedar
menampakkannya. Menjaga rahasia adalah termasuk janji yang harus ditunaikan.
Allah berfirman,:
Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan. (Al Isra:
34)
16
Di harapkan bagi seorang muslim untuk tidak mengungkap aib saudaranya karena
ini termasuk perbuatan ghibah ,yaitu mengungkap aib saudaranya sesama muslim
pada saat orang itu tidak ada di hadapanya.sebagai mana firman Allah :
)) : :
:
((
Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, Nabi SAW bersabda: Seorang
hamba tidak menutupi aib hamba yang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi
aibnya di hari kiamat. (HR; Muslim)
: : : .
: : . :
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang
bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu alaihi wasallam
mengucapkan salam kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu
keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah
aku datang, ibu lalu bertanya, Apakah yang menahanmu?'
17
Aku pun berkata,Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk
sesuatu keperluannya.
Anas berkata,Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada
seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai
Tsabit. (HR. Muslim, diriwayatkan pula oleh Al Bukhari dengan ringkas)
Di antara perkara penting lainnya yang harus dijaga adalah rahasia mayyit, yakni aib
yang terdapat pada tubuh jenazah. Dari Abu Rafi Aslam, maula (bekas hamba
sahaya) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bahwasanya Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda,
Hukum asal ghibah adalah haram. Mayoritas ulama menganggapnya sebagai dosa
besar dan hukumnya menjadi wajib Ghibah atau membicarakan / menyebut aib orang
lain adakalanya wajib. Hal itu terjadi dalam situasi di mana ia dapat menyelamatkan
seseorang dari bencana atau potensi terjadinya sesuatu yang kurang baik.
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 36. 2012. Tentang Pembukaan
Rahasia.
20