Anda di halaman 1dari 20

I.

SKENARIO 1

BUKA RAHASIA MEDIS BERAKHIR DI MEJA HIJAU

Seorang wanita, dirawat di salah satu RS Jiwa selama dua minggu karena gangguan
kejiwaan yang cukup berat. Beberapa setelah perawatan, suami wanita tersebut yang
kebetulan berprofesi sebagai dokter, menemui psikiater yang merawat istrinya. Atas
dasar pertimbangan bahwa sang suami merupakan teman sejawat, psikiater tersebut
memberikan keterangan yang sebenarnya dan bahkan ketika suami meminta salinan
rekam medis istrinya, maka dokter psikiater memberikannya dengan senang hati.

Tiga bulan setelah penyerahan salinan rekam medis, psikiater tersebut didatangi kuasa
hukum sang istri untuk menuntut secara pidana maupun perdata. Pasalnya dokter
psikiater memberikan salinan atau membuka rahasia medis tanpa sepengetahuan
kliennya kepada suami. Salinan tersebut digunakan suami untuk menggugat cerai
istrinya di pengadilan agama.

II. KATAKATA SULIT

1. Psikiater

Cabang ilmu yang berhubungan dengan pemeriksaan, pengobatan, dan


pencegahan penyakit jiwa. (Kamus Kedokteran Dorland)

2. Teman sejawat

Kawan seperjuangan, sepekerjaan. (KBBI)

3. Rekam medis

Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien. (PERMENKES no.269/MENKES/PER/2008)

4. Kuasa hukum

Orang yang mendapatkan izin dari ketua pengadilan pajak dan memperoleh
surat kuasa dari pihak yang bersangkutan.

5. Pidana

Hukum yang menentukan peristiwa (perbuatan kriminal) yang diancam


dengan pidana. (KBBI)

6. Perdata

Hukum yang mengatur hak, harta benda dan hubungan antara orangorang
dalam satu negara. (KBBI)
1
7. Rahasia medis

Data dan informasi tentang kesehatan seseorang yang diperoleh tenaga


kesehata pada waktu menjalankan pekerjaan atau profesinya.

III. IDENTIFIKASI MASALAH

A. PERTANYAAN

1. Mengapa seseorang menuntut dokter yang memberikan rekam medis ?

2. Mengapa rekam medis tidak boleh dipublikasikan ?

3. Bolehkah seorang dokter memberikan rekam medis kepada keluarga pasien ?

4. Apa sanksi dan hukuman bagi dokter yang memberikan salinan rekam medis
selain kepada pasien ?

5. Dalam keadaan apa rekam medis boleh dipublikasikan ?

6. Apa saja info yang dapat diberikan kepada keluarga pasien oleh dokter ?

7. Siapa saja yang mengetahui rekam medis pasien ?

8. Bagaimana pandangan islam terhadap psikiater dalam skenario tersebut ?

9. Apakah penggunaan rekam medis diperbolehkan untuk menggugat cerai ?

10. Apakah perilaku psikiater tersebut bertentangan dengan kode etik dokter dan
pasien ?

B. JAWABAN

1. Karena dokter memberikan salinan tanpa persetujuan pasien.

2. Karena dokter telah disumpahi janji bahwa dokter akan merahasiakan segala
sesuatu walaupun pasien tersebut sudah meninggal.

3. Boleh ketika pasien tidak dapat melakukan komunikasi atau keadaan coma,
dan ketika pasien dibawah umur.

4. Menurut KODEKI, pidana selama tiga bulan atau diberi hukuman yang
pantas.

5. Untuk kebutuhan penelitian, pendidikan, pemerintah.

6. Dokter, tenaga kesehatan yang berwenang, pasien.

7. Dokter tersebut menghianati kepercayaan pasien, tidak amanah.

2
8. Tidak diperbolehkan karena sama saja menyebar luaskan rekam medis pasien.

9. Ya, karena dokter tersebut menyebarluaskan rekam medis tanpa persetujuan


pasien.

IV. HIPOTESIS

Seorang dokter harus menjaga rekam medis dan rahasia medis pasien dari
siapapum kecuali atas ijin pasien sesuai dengan sumpah dokter, KODEKI, dan
undangundang. Apabila dokter tersebut melanggar, maka akan terkena hukuman
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai seorang dokter muslim harus bisa
menjaga amanah dengan tidak menyebar luaskan rahasia dan rekam medis walaupun
pasien tersebut sudah meninggal dunia.

V. LEARNING OBJECTIVE

1. Mengetahui dan Memahami Tentang Rekam Medis

1.1 Menjelaskan Definisi Rekam Medis

1.2 Menjelaskan Fungsi Rekam Medis

1.3 Menjelaskan Isi Rekam Medis

1.4 Menjelaskan Jenis Rekam Medis

1.5 Menjelaskan Ketentuan Rekam Medis

1.5.1 Kepemilikan Rekam Medis

1.5.2 Lama Penyimpanan Rekam Medis

2. Mengetahui dan Memahami Tentang Rahasia Medis

2.1 Menjelaskan Definisi Rahasia Medis

2.2 Menjelaskan Pihak yang Menyimpan Rahasia Medis

2.3 Menjelaskan Ketentuan Membuka Rahasia Medis

3. Mengetahui dan Memahami Tentang UndangUndang yang Mengatur Pembukaan


Rahasia Medis

4. Mengetahui dan Memahami Pandangan Islam Terhadap Menjaga Rahasia Medis

3
VI. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

1. Mempelajari dan Memahami Tentang Rekam Medis

1.1 Menjelaskan Definisi Rekam Medis

Menurut Huffman (1994), Rekam Medis adalah fakta yang berkaitan dengan
keadaan pasien, riwayat penyakit, dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang
ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien
tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 296/MENKES/PER/2008 dan


Undang-Undang Praktik Kedokteran tahun 2004, Rekam Medis adalah berkas
yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

Menurut Direktorat Jendrak Pelayanan Medik tahun 2006, Rekam Medis


adalah keterangan secara tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnesis,
penentuan fisik laboratorium, diagnosis, segala pelayanan dan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat
jalan, maupun yang mendapat pelayanan gawat darurat.

Menurut Hayt and Hayt dalam bukunya yang berjudul Legal Aspect of
Medical Record), Rekam Medis adalah himpunan fakta-fakta yang berhubungan
dengan sejarah atau riwayat kehidupan pasien, sakitnya, perawat atau
pengobatannya.

1.2 Menjelaskan Fungsi Rekam Medis

1. Menurut pasal 13 Bab V KODEKI :

1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai :

a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan


kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran
gigi;

c. Keperluan pendidikan dan penelitian;

d. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan

e. Data statistik kesehatan

2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


yang menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan secara
tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaannya.

4
3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian tidak
diperlukan persetujuan pasien, jika dilakukan untuk kepentingan negara.

2. Menurut Buku Manual Rekam Medis Konsil Kedokteran Indonesia


pemanfaatan rekam medis yaitu :

A. Pengobatan Pasien

Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk


merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan,
perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.

B. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran


dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk
melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang
optimal.

C. Pendidikan dan Penelitian

Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan kronologis


penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat
untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di
bidang profesi kedokteran dan kedokteran gigi.

D. Pembiayaan

Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk


menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.

E. Statistik Kesehatan

Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan,


khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan
untuk menentukan jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

F. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik

Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat


dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

3. Menurut KODEKI secara umum kegunaan rekam medis :

1) Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang
ikut ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan, dan perawatan
pasien.

5
2) Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan atau perawatan yang harus
diberikan kepada pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi
sesama dokter ditulis agar rencana pengobatan dan perawatan dapat
dilaksanakan.

3) Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan


pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat dirumah sakit.

4) Sebagai dasar analisis, strudi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang


diberikan kepada pasien. Baik buruknya pelayanan yang diberikan tercermin
dari catatan yang ditulis atau data yang didapati dalam rekam medis.

5) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.

6) Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan


penelitian, dan pendidikan.

7) Sebagai dasar di salam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik


pasien.

8) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta bahan sebagai


bahan pertanggung jawaban dan laporan.

Dapat di pendekkan menjadi CIALFREDS yaitu, Communication,


Information, Administration, Legal, Financial, Research, Education,
Documentation dan Statistics.

1.3 Menjelaskan Isi Rekam Medis

Isi rekam medis dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data Medis atau Data Klinis

Segala data tentang riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis,


pengobatan serta hasilnya, laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan
laboratorium, rontgen. Data ini bersifat rahasia, tidak dapat dibuka pihak ketiga
tanpa izin dari pasien yang bersangkutan.

2. Data Non-medis atau Data Sosiologis

Segala data lain yang tidak berkaitan dengan medis.

Berdasarkan Konsil Kedokteran Indonesia, Isi rekam medis dibagi menjadi dua
bentuk :

1. Catatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan uraian


tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis, pengobatan,

6
tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya.

2. Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain foto


rontgen, hasil laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi
keilmuannya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 pasal


3:

1) Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan

a) Identitas pasien;

b) Tanggal dan waktu;

c) Anamnesis, sekurang-kurangnya terdapat keluhan dan riwayat penyakit;

d) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis;

e) Diagnosis;

f) Rencana penatalaksanaan;

g) Pengobatan dan / atau tindakan;

h) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;

i) Untuk pasien kasus gigi di lengkapi dengan odontogram klinik;

j) Persetujuan tindakan jika diperlukan.

2) Isi rekam medis untuk pasien rawat inap

a) Sampai dengan f sama dengan rawat jalan dan selanjutnya

b) Pengobatan dan tindakan

c) Persetujuan tindakan jika diperlukan

d) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan

e) Ringkasan pulang

f) Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan


teretentu yang memberikan pelayanan

g) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu

h) Untuk pasien gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

3) Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat


7
a) Identitas pasien

b) Kondisi saat pasien tiba disarana pelayanan kesehatan

c) Identitas pengantar pasien

d) Tanggal dan waktu

e) Hasil anamnesis sekurangnya-kurangnya keluhan, riwayat penyakit

f) Hasil pemeriksaan penunjang fisik dan penunjang medis

g) Diagnosis

h) Pengobatan dan / atau tindakan

i) Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan UGD dan


rencana tindak lanjut

j) Nama dan tandatangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan


tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan

k) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan


ke sarana pelayanan kesehatan.

l) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

4) Isi rekam medis untuk pasien dalam keadaan bencana

a) Jenis bencana dan lokasi pasien ditemukan

b) Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal

c) Identitas orang yang menemukan pasien

5) Untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter spesialis gigi dapat


dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

6) Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat


dalam rekam medis sesuai ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (3) dan
disimpan pada sarana pelayanan kesehatan yang merawatnya.

1.4 Menjelaskan Jenis Rekam Medis

Menurut KODEKI jenis rekam medis ada dua, yaitu :

1. Rekam medis tertulis atau rekam medis konvensional

2. Rekam medis elektronik atau RKE

Rekam medis elektronik dapat menunjang dengan cepat aktivitas :

8
a. Perekaman data (Capture)

b. Menyimpan data (Storage)

1.5 Menjelaskan Ketentuan Rekam Medis

1.5.1 Menjelaskan tentang Kepemilikan dan Tanggung Jawab Rekam Medis

1. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


269/MENKES/PER/III/2008 dalam Bab V pasal 12, pemilik rekam
medis :

1) Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan

2) Isi rekam medis merupakan milik pasien

3) Isi rekam medis sebagaiman dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk
ringkasan medis

4) Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat


diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi
kuasa atau atas persetujuan pasien atau keluarga pasien yang berhak
untuk itu.

2. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


269/MENKES/PER/III/2008 dalam Bab V pasal 13, pemanfaatan rekam
medis :

1) Pemanfaatan rekam medis dapat dipakai sebagai :

a. Pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

b. Alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan


kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika
kedokteran gigi;

c. Keperluan pendidikan dan penelitian;

d. Dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan; dan

e. Data statistik kesehatan

2) Pemanfaatan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


c yang menyebutkan identitas pasien harus mendapat persetujuan
secara tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga
kerahasiaannya.

3) Pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian


tidak diperlukan persetujuan pasien, jika dilakukan untuk kepentingan
negara.
9
3. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 dalam Bab V pasal 14, tanggung jawab pada
rekam medis :

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang,


rusak, pemalsuan, dan/atau penggunaan oleh orang atau badan yang
tidak berhak terhadap rekam medis.

4. Menurut Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas rekam


medis itu merupakan milik sarana pelayanan kesehatan, yang harus
disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak
tanggal terakhir pasien berobat.Namun isi dari rekam medis sendiri
adalah milik pasien.

1.5.2 Menjelaskan tentang Lama Penyimpanan Rekam Medis

Berdasarkan Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 ketentuan


penyimpanan adalah sebagai berikut:

A. Untuk Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit dalam mengelola dan


pemusnahan rekam medis maka harus memenuhi aturan sebagai berikut:

1. Rekam medis pasien rawat inap wajib disimpan sekurang-kuangnya 5


tahun sejak pasien berobat terakhir atau pulang dari berobat di rumah
sakit.

2. Setelah 5 tahun rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringakasan


pulang dan persetujuan medik.

3. Ringakasan pulang dan persetujuan tindakan medik wajib


disimpan dalam jangka waktu 10 tahun sejak ringkasan dan persetujuan
medik dibuat.

4. Rekam medis dan ringkasan pulang disimpan oleh petugas yang


ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

B. Untuk Pelayanan Kesehatan Non-Rumah Sakit dalam mengelola dan


pemusnahan rekam medis maka harus memenuhi aturan sebagai berikut :

1. Rekam medis pasien wajib disimpan sekurang-kuangnya 2 tahun


sejak pasien berobat terakhir atau pulang dari berobat. Setelah 2 tahun
maka rekam medis dapat dimusnahkan.

2. Mengetahui dan Memahami Tentang Rahasia Medis

2.1 Menjelaskan Definisi Rahasia Medis

Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 36 tahun 2012 tentang


rahasia kedokteran yang dimaksud rahasia kedokteran adalah data dan
10
informasi tentang kesehatan seseorang yang diperoleh tenaga kesehatan pada
waktu menjalankan pekerjaan atau profesinya.

Menurut Undang Undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


Bagian Kedua Pengelolaan Klinik pasal 38, yang dimaksud dengan Rahasia
Kedokteran adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang
ditemukan oleh dokter dan dokter gigi dalam rangka pengobatan dan dicatat
dalam rekam medis yang dimiliki pasien dan bersifat rahasia.

Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 10 tahun 1996 tentang Wajib


Simpan Rahasia Kedokteran pasal 1, yang dimaksud dengan rahasia
kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut
dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam
lapangan kedokteran

2.2 Menjelaskan Pihak yang Menyimpan Rahasia Medis

Pada pasal 2 UU yang wajib menyimpan rahasia medis :

1. Tenaga kesehatan, seperti dokter,dokter gigi,apoteker, asisten apoteker,


bidan,perawat, nutrisionis DLL.
2. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan,pengobatan atau perawat orang lain yang ditetapkan oleh
menteri kesehatan.

PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008 menyatakan kerahasiaan


pasien dapat dibuka kepada pihak tertentu seperti diberikan kepada aparat
penegak hukum berdasarkan perintah pengadilan /instansi/institusi guna
kepentingan penelitian, pendidikan atau audit medis.

Namun, terdapat pengecualian terhadap kewajiban merahasiakan rahasia


kedokteran:
1. Karena daya paksa (Pasal 48 KUHP)
a. Kepentingan umum;

b. Kepentingan orang yang tidak bersalah;

c. Kepentingan pasien;

d. Kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri tidak dapat dipidana.

2. Karena menjalankan perintah UU (Pasal 50 KUHP)

3. Karena perintah jabatan (Pasal 51 KUHP)

4. Karena untuk mendapatkan santunan asuransi

2.3 Menjelaskan Ketentuan Membuka Rahasia Medis

11
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 36 tahun 2012 pada BAB IV
tentang Pembukaan Rahasia Kedokteran

1. Pada Pasal 5, menyatakan bahwa rahasia medis hanya dapat dibuka untuk
kepentingan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam
rangka penegakkan hukum, dan permintaan pasien sendiri.
Pasal 5
(1) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan
pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terbatas sesuai kebutuhan.

2. Pada pasal 6, pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan pasien


yang dimaksud pada pasal 5 adalah untuk
o pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan dan peerawatan
pasien, hal ini tentunya harus dilakukan dengan persetujuan pasien.
o Selain itu digunakan untuk keperluan administrasi, pembayaran asuransi
atau jaminan kesehatan, hal ini juga harus dilakukan dengan persetujuan
pasien secara tertulis mauun sistem informasi elektronik.

Pernyataan tersebut diberikan pada saat pendaftaran pasien di fasilitas


pelayanan kesehatan. Apabila pasien tidak cakap untuk memberikan
persetujuan, dapat diberikan ole keluarga dekat atau pengampunya.

Pasal 6
(1) Pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan kesehatan pasien
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a. kepentingan pemeliharaan kesehatan, pengobatan, penyembuhan,
dan perawatan pasien; dan
b. keperluan administrasi, pembayaran asuransi atau jaminan
pembiayaan kesehatan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan dengan persetujuan dari pasien.
(3) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan dengan persetujuan dari pasien baik secara tertulis
maupun sistem informasi elektronik.
(4) Persetujuan dari pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dinyatakan telah diberikan pada saat pendaftaran pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan.
(5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan persetujuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), persetujuan dapat diberikan
oleh keluarga terdekat atau pengampunya.
3. Yang dimaksud dengan pembukaan rahasia medis untuk memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka pengegakan hukum

12
dapat dengan cara proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan sidang
pengadilan. Hal ini dapat diakukan melalui pemberian data dan informasi
berupa ;
o visum et repertum
o keterangan ahli
o keterangan saksi
o dan atau ringkasan medis
Permohonan untuk membuka rahasia medis tersebu juga harus dilakukan
secara tertulis dari pihak yang berwenang. Dalam hal ini, maka rekam
medis seluruhnya dapat diberikan.
Pasal 7
(1) Pembukaan rahasia kedokteran untuk memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakan hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan pada proses penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, dan sidang pengadilan.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat melalui pemberian data dan informasi berupa visum et
repertum, keterangan ahli, keterangan saksi, dan/atau ringkasan
medis.
(3) Permohonan untuk pembukaan rahasia kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara tertulis dari pihak
yang berwenang.
(4) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran dilakukan atas dasar
perintah pengadilan atau dalam sidang pengadilan, maka rekam medis
seluruhnya dapat diberikan.
4. Pada pasal 8 dijelaskan bahwa , pembukaan rahasia medis atas dasar
permintaan pasien dapat dilakukan dengan pemberian data dan informasi
melalui lisan ataupun tertulis. Keluarga terdekat dapat memperoleh data dan
informasi, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh pasien sendiri. Pernyataan
pasien tersebut diberikan pada waktu penerimaan pasien.
Pasal 8
(1) Pembukaan rahasia kedokteran atas dasar permintaan pasien sendiri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat dilakukan dengan
pemberian data dan informasi kepada pasien baik secara lisan maupun
tertulis.
(2) Keluarga terdekat pasien dapat memperoleh data dan informasi
kesehatan pasien, kecuali dinyatakan sebaliknya oleh pasien.
(3) Pernyataan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
pada waktu penerimaan pasien.

5. Pada pasal 9 dijelaskan adapun pembukaan rahasia medis dapat dilakukan


tanpa meminta persetujuan pasien digunakan dalam rangka kepentingan
penegakan etik atau disiplin serta kepentingan umum. Pembukaan rahasia
medis dalam rangka kepentingan penegakan etik atau displin diberikan atas

13
permintaan tertulis majelis. Yang dimaksud dengan pembukaan rahasia
medis untuk kepentingan umum adalah :
o audit medis;
o ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
o penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
o pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang
akan datang; dan
o ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat.
Lalu pembukaan rahasia medis dalam rangka kepentingan umum dapat
dilakukan namun tanpa membuka pasien. Namun, ketika rahasia medis
tersebut meliputi ancaman kejadian luar biasa ataupun wabah penyakit
menular dan mengancam keselamatan orang lain, hal tersebut
diperbolehkan untuk mengungkap identitas pasien kepada institusi atau
pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti sesuai peraturan perundang
undangan.
Pasal 9
(1) Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dilakukan tanpa persetujuan pasien dalam rangka kepentingan
penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum.
(2) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan
penegakan etik atau disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis Kehormatan Etik
Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
(3) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa membuka
identitas pasien.
(4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. audit medis;
b. ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
c. penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di
masa yang akan datang; dan
e. ancaman keselamatan orang lain secara individual atau
masyarakat.
(5) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dan huruf e, identitas
pasien dapat dibuka kepada institusi atau pihak yang berwenang
untuk melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

6. Pada pasal 10, menjelaskan mengenai pihak pihak yang bertanggung


jawab dalam pembukaan rahasia medis. Pembukaan rahasia medis
dilakukan oleh penanggung jawab pelayanan pasien. Dalam hal pasien
ditangani atau dirawat oleh tim, maka yang berwenang dalam pembukaan
rahasia medis adalah ketua tim. Apabila ketua berhalangan, maka
14
pembukaan rahasia medis dapat dilakukan oleh salah satu anggota yang
ditunjuk. Jika penanggung jawab pelayanan pasien tidak ada, pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dapat membuka rahasia medis.
Pasal 10
(1) Pembukaan atau pengungkapkan rahasia kedokteran dilakukan oleh
penanggung jawab pelayanan pasien.
(2) Dalam hal pasien ditangani/dirawat oleh tim, maka ketua tim yang
berwenang membuka rahasia kedokteran.
(3) Dalam hal ketua tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhalangan
maka pembukaan rahasia kedokteran dapat dilakukan oleh salah satu
anggota tim yang ditunjuk.
(4) Dalam hal penanggung jawab pelayanan pasien tidak ada maka
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dapat membuka rahasia
kedokteran.

7. Pada pasal 11, penanggung jawab pelayanan pasien atau pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan dapat menolak membuka rahasia medis apabila
permintaan tersebut bertentangan dengan peraturan.
Pasal 11
Penanggung jawab pelayanan pasien atau pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dapat menolak membuka rahasia kedokteran apabila permintaan
tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Pada pasal 12, pembukaan rahasia kedokteran harus berdasarkan data dan
informasi yang benar dan tidak direkayasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan keasliannya.
Pasal 12
Pembukaan rahasia kedokteran harus didasarkan pada data dan informasi
yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

9. Pada pasal 13, apabila pasien ataupun keluarga pasien yang telah meninggal
dunia menuntut tenaga kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan lalu
menyebarkannya melalui media massa, hal itu termasuk dalam melepaskan
hak rahasia medisnya kepada umum.
Pasal 13
(1) Pasien atau keluarga terdekat pasien yang telah meninggal dunia yang
menuntut tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan serta
menginformasikannya melalui media massa, dianggap telah melepaskan
hak rahasia kedokterannya kepada umum.
(2) Penginformasian melalui media massa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) memberikan kewenangan kepada tenaga kesehatan dan/atau
fasillitas pelayanan kesehatan untuk membuka atau mengungkap rahasia
kedokteran yang bersangkutan sebagai hak jawab.

15
10. Pada pasal 14, pembukaan rahasia medis boleh dilakukan apabila tenaga
kesehatan dan atau fasilitas pelayanan kesehatan yang digugat oleh pasien
akan melakukan pembelaannya di dalam sidang.
Pasal 14
Dalam hal pihak pasien menggugat tenaga kesehatan dan/atau fasilitas
pelayanan kesehatan maka tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan
kesehatan yang digugat berhak membuka rahasia kedokteran dalam
rangka pembelaannya di dalam sidang pengadilan.

3. Mengetahui dan Memahami Tentang UndangUndang yang Mengatur Pembukaan


Rahasia Medis

1. Pasal 48 UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

(2) Rahasia Kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan keseatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakkan
hukum, permintaan pasien sendiri atau berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008


Menyatakan kerahasiaan pasien dapat dibuka kepada pihak tertentu seperti
diberikan kepada aparat penegak hukum berdasarkan perintah pengadilan
atau instansi atau institusi guna kepentingan penelitian, pendidikan atau audit
medis.

3. Peraturan Menteri Kesehatan No. 36 tahun 2012 pada BAB IV tentang


Pembukaan Rahasia Kedokteran

Menyatakan bagaimana proses dalam pembukaan rahasia medis, dalam keadaan


apa saja rahasia medis dapat dibuka, siapa saja yang terlibat dan untuk apa
rahasia medis itu sendiri dibuka.

4. Mengetahui dan Memahami Pandangan Islam Terhadap Menjaga Rahasia Medis

Rahasia adalah perkara tersembunyi yang terjadi di antara diri kita dan orang lain.
Menjaga rahasia adalah dengan tidak menyebarkannya atau bahkan sekedar
menampakkannya. Menjaga rahasia adalah termasuk janji yang harus ditunaikan.
Allah berfirman,:

Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan. (Al Isra:
34)

16
Di harapkan bagi seorang muslim untuk tidak mengungkap aib saudaranya karena
ini termasuk perbuatan ghibah ,yaitu mengungkap aib saudaranya sesama muslim
pada saat orang itu tidak ada di hadapanya.sebagai mana firman Allah :

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),


karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang

Berikut hadist agar kita tidak menyebarkan aib

)) : :
:

((

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, Nabi SAW bersabda: Seorang
hamba tidak menutupi aib hamba yang lain di dunia kecuali Allah akan menutupi
aibnya di hari kiamat. (HR; Muslim)

Berikut hadist tentang menjaga rahasia :

Dari Tsabit, dari Anas radhiyallahu anhu, beliau berkata,



: : : .
: : . :

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendatangiku dan di waktu itu aku sedang
bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau shallallahu alaihi wasallam
mengucapkan salam kepada kami, kemudian menyuruhku untuk sesuatu
keperluannya. Oleh sebab itu aku terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah
aku datang, ibu lalu bertanya, Apakah yang menahanmu?'

17
Aku pun berkata,Aku diperintah oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk
sesuatu keperluannya.

Ibu bertanya,Apakah hajatnya itu?

Aku menjawab,Itu adalah rahasia.

Ibu berkata,Kalau begitu jangan sekali-kali engkau memberitahukan rahasia


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersebut kepada siapapun juga.

Anas berkata,Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah aku beritahukan kepada
seseorang, sesungguhnya aku akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, wahai
Tsabit. (HR. Muslim, diriwayatkan pula oleh Al Bukhari dengan ringkas)

Menyembunyikan Rahasia medis bahkan ketika pasien telah meningal


dunia

Di antara perkara penting lainnya yang harus dijaga adalah rahasia mayyit, yakni aib
yang terdapat pada tubuh jenazah. Dari Abu Rafi Aslam, maula (bekas hamba
sahaya) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bahwasanya Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda,

Barangsiapa yang memandikan seorang mayit, lalu ia merahasiakan keburukan


mayit itu, maka Allah ampuni dia sebanyak empat puluh kali. (HR. Al Hakim dan
ia berkata bahwa ini adalah hadits shahih menurut syarat Imam Muslim,
dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Targhib wat Tarhib No.
3492)

Pendapat ulama tentang menjaga rahasia medis

Al-Ghazali berkata : menyebarkan rahasia hukumnya haram karena hal


tersebutmengingkari dan merendahkan hak kawan. Membocorkan rahasia termasuk
perbuatankhianat. (Ihya' Uhummudin)

Hukum asal ghibah adalah haram. Mayoritas ulama menganggapnya sebagai dosa
besar dan hukumnya menjadi wajib Ghibah atau membicarakan / menyebut aib orang
lain adakalanya wajib. Hal itu terjadi dalam situasi di mana ia dapat menyelamatkan
seseorang dari bencana atau potensi terjadinya sesuatu yang kurang baik.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Edna K.Huffman . 1994. Health Information Management, Edisi 10. Berwyn


Illionis:Physicians record company.

Indonesia. Undang Undang Republik Indonesia Tentang Praktik Kedokteran. UU


Nomor 29 Tahun 2004, LN. No. 116, TLN No.4431

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia,


Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran
Indonesia, Jakarta, 2002

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/MENKES/PER/III/2008.


Tentang Rekam Medis.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 36. 2012. Tentang Pembukaan
Rahasia.

20

Anda mungkin juga menyukai