BVBG 20110103 PDF
BVBG 20110103 PDF
Estu KRISWATI
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 31-37 Hal :31
Remote Sensing Untuk Pemantauan Deformasi Gunungapi (Estu Kriswati)
1. Tracking radar. Jarak ke obyek ditentukan adalah reflector yang baik, sementara jalan
berdasarkan waktu tempuh radar dan jalan tol sebaliknya. Permukaan yang
berkecepatan cahaya dari transmitter ke kasar biasanya lebih terang pada image radar
obyek dan kembali ke receiver. Obyek yang dibandingkan dengan permukaan yang
bergerak terhadap transmitter, kecepatannya halus, karena bagian dari elemen yang kasar
ditentukan dari frekuensi sinyal balik yang berarah tegak lurus terhadap datangnya
berbeda dari sinyal yang dipancarkan karena sinyal dan memantulkan energi kembali ke
adanya efek Doppler. Jika receiver diatur sumbernya. Dengan permukaan yang halus,
untuk menolak sinyal balik yang sama hampir semua energi terbelokkan menjauh
frekuensinya dengan yang dipancarkan dan dari sumber yang menyebabkan obyek
memperbesar hanya sinyal yang berbeda tampak gelap di image radar. Contohnya
frekuensi, maka obyek yang bergerak dapat adalah pada saat tenang, tubuh air akan
terdeteksi. Radar pengontrol lalulintas udara berwarna gelap dan pada cuaca berangin
dan detektor kecepatan yang digunakan oleh akan tampak terang.
polisi menggunakan teknologi ini.
Dua karakteristik radar yang menjadikannya
2. Imaging radar. Pada radar untuk keperluan penting dalam pemantauan gunungapi adalah :
imaging, saat sinyal microwave mencapai (1) radar adalah sensor aktif yang menyediakan
target, sebagian dari energi dipantulkan sinyal sendiri sehingga efektif pada siang
kembali ke sumbernya yang kemudian maupun malam hari, pada cuaca baik maupun
diterima, diperbesar, dan diproses. Jarak buruk (tidak tergantung cuaca) dan (2) dengan
antara obyek dan transmitter dan sifat dari panjang gelombangnya yang lebih panjang
obyek ditentukan oleh waktu tempuh dan sehingga mampu untuk menembus awan dan
karakter dari sinyal yang diterima. Tidak vegetasi. Untuk imaging radar rentang frekuensi
semua target memantulkan microwave dari 1 hingga 12 GHz, terbagi atas X-band ( ~
secara sama. Daya pantul benda tergantung 3 cm), C-band ( ~ 5 cm), dan L-band ( ~ 20
pada ukuran, bentuk, kekasaran permukaan, cm). Hal ini memberikan keuntungan dalam
arah, dan sifat dielectric (sangat dipengaruhi pemantauan gunungapi terutama pada saat
oleh kandungan uap air). Obyek berbahan terjadi erupsi atau pada peningkatan aktivitas
metal adalah reflektor terbaik, sementara vulkanik.
kain dan plastik menghasilkan pantulan
lemah. Air laut yang bergerak dan danau es
Hal :32 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 32-37
Remote Sensing Untuk Pemantauan Deformasi Gunungapi (Estu Kriswati)
Incidence
Orbit Panjang angle at
Satelit Institusi Periode Frekuensi Resolusi
repeat cycle gelombang swath
center
Juli 1991 Maret 2000
ERS-1 European Space Agency (ERS-1) C-Band
35 hari 5.66 cm 23 30 m
ERS-2 (ESA) April 1995 sekarang 5.3 GHz
(ERS-2)
National Aeronautics and
Space Development Agency
Februari 1992 L-Band 39
JERS-1 of Japan (NASDA) dan 44 hari 23.5 cm 18 m
Oktober 1998 1.275 GHz
Ministry of International
Trade and Industry (MITI)
Canadian Space Agency November 1995 - C-Band 10 - 59
RADARSAT-1 24 hari 5.66 cm 8 100 m
(CSA) sekarang 5.3 GHz
L-Band
National Aeronautics and 9 20 April 1994 24 cm 17 63
1.249 GHz
Space Administration (STS-59) (L dan C-
C-Band
SIR-C/X-SAR (NASA), German Space 30 September 11 N/A 5.66 cm band) 10 200 m
5.298 GHz
Agency (DARA), and Italian Oktober 1994 54
X-Band
Space Agency (ASI) (STS-68) 3.1 cm (X-band)
9.6 GHz
17 63
C-Band
11 22 Februari 2002 (L dan C-
National Aeronautics and 5.3 GHz 5.8 cm
SRTM (Space Shuttle mission N/A band) 30 m
Space Administration (NASA) X-Band 3.1 cm
STS-99) 54
9.6 GHz
(X-band)
European Space Agency C-Band
Envisat Maret 2002 - sekarang 35 hari 5.63 cm 14 - 45 30 m
(ESA) 5.331 GHz
Japan Aerospace Exploration L-Band
ALOS Sejak 24 Januari 2006 46 hari 23.5 cm 8 - 60 10 - 100 m
Agency (JAXA) 1.275 GHz
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 33-37 Hal :33
Remote Sensing Untuk Pemantauan Deformasi Gunungapi (Estu Kriswati)
Hal :34 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 34-37
Remote Sensing Untuk Pemantauan Deformasi Gunungapi (Estu Kriswati)
mirip tetapi dengan sudut pandang yang berbeda. image sulit untuk didapatkan karena pengaruh
NASA menggunakan satelit jenis ini untuk vegetasi dan perbedaan cuaca serta iklim yang
Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) dan berimbas pada perbedaan kandungan uap air di
(2) membuat citra yang overlap dengan cara atmosfer serta kenampakan bentang alamnya
mengambil data citra setidaknya dua kali dengan yang berubah dari waktu ke waktu. Untuk
titik/sudut yang berdekatan pada waktu yang mengatasi permasalahan tersebut ditempuh
berbeda. Prinsip ini sama dengan pengambilan beberapa cara, yaitu diantaranya:
data deformasi menggunakan metode lapangan 1. Menggunakan data satelit dengan panjang
secara episodik. gelombang yang lebih tinggi, dalam hal
menghilangkan pengaruh vegetasi akan lebih
Kedua, co-registration dan membuat
baik digunakan L-band radar dibandingkan
interferogram untuk mendapatkan beda phase
dengan C-band atau X-band.
antara dua radar image. Hasil yang baik
2. Hanya menggunakan pasangan image yang
ditentukan oleh nilai koherensi kedua image.
diambil pada musim yang sama untuk
Nilai koherensi dipengaruhi terutama oleh
menghindari kesalahan yang disebabkan oleh
baseline/jarak satelit pada waktu pengambilan
perubahan permukaan bumi karena cuaca
data yang berbeda. Pada baseline yang panjang,
misalnya karena tertutup salju, dan reduksi
perbedaan yang disebabkan oleh topografi dan
efek atmosfer yang berbeda. Karena meskipun
sudut datang sinyal akan menyulitkan tercapainya
temporal decorrelation tidak menjadi
koherensi yang baik. Interferogram dihasilkan
masalah, anomali yang disebabkan oleh delay
dari geometri sudut pandang kedua image
karena efek atmosfer dapat menyulitkan
(orbital fringe), topografi (topographic fringe),
interpretasi. Delay karena efek atmosfer
delay karena perbedaan kondisi atmosfer,
terjadi di ionosfer atau troposfer dan
gangguan, dan perubahan range yang disebabkan
disebabkan oleh ketidak homogenan
oleh deformasi permukaan bumi (deformation
kandungan air, suhu, tekanan, atau kerapatan
fringe) selama rentang dua waktu pengambilan
elektron. Akan lebih baik lagi kalau
data. Untuk menghasilkan informasi deformasi
pengambilan data dilakukan pada malam hari
permukaan, efek dari geometri dan topografi
pada saat kondisi atmosfer stabil.
harus dihilangkan. Pada pengambilan data radar,
sinyal yang kembali dan ditangkap oleh receiver
Bagaimana data InSAR bisa diinterpretasikan
sangat bervariasi dan random termasuk
sebagai deformasi di tubuh gunungapi? Ilustrasi
perubahan fase yang disebabkan oleh sinyal radar
pada Gambar 2a memperlihatkan bagaimana
yang berinteraksi dengan permukaan suatu
interferogram menginformasikan adanya inflasi.
benda. Pembuatan interferogram dimaksudkan
Suatu tubuh gunungapi yang menggembung
untuk menghilangkan variasi dan data yang acak
menghasilkan pola fringe konsentrik pada
tersebut dengan cara meregistrasi dua citra yang
interferogram yang efek geometri dan
diambil pada waktu yang berbeda namun dari
topografinya sudah dihilangkan (Massonnet,
titik dan sudut yang hampir sama, menghilangkan
1997 dalam Dzurisin, 2007). Pada gambar
efek geometri dan topografi, dan pada akhirnya
tersebut, jika tinggi gunungapi berubah dari garis
hanya menghasilkan perubahan/deformasi di
tegas ke garis putus-putus pada radar yang
permukaan.
diambil pada waktu t1 dan t2, range R(t) dari
SAR ke permukaan akan menurun setengah
InSAR UNTUK PEMANTAUAN
panjang gelombangnya (R=/2) di beberapa
GUNUNGAPI
area, R= di area lain, dan R = 3/2 di area
berikutnya, dan seterusnya. Untuk setiap
Banyak contoh keberhasilan penggunaan InSAR
setengah panjang gelombang perubahan, akan
untuk mengukur adanya deformasi di gunungapi.
terbentuk fringe yang diperlihatkan dengan
Meskipun metode ini tidak selalu berhasil di
perubahan warna dari merah ke biru pada
semua gunungapi terutama di daerah tropis dan
interferogram.Deformasi berupa inflasi dengan
subtropis dimana koherensi yang baik antar
sumber titik (point-source) akan diperlihatkan
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 35-37 Hal :35
Remote Sensing Untuk Pemantauan Deformasi Gunungapi (Estu Kriswati)
oleh pola fringe yang konsentrik di sekitar 1. Gunung Sinabung, Sumatera Utara
gunungapi dengan interval kontur /2. Penurunan
Gunung Sinabung memperlihatkan adanya
(subsidence) akan ditunjukkan dengan perubahan
inflasi sebesar 4 cm selama periode Februari
warna ke arah sebaliknya (Gambar 2b). Pola
2007 2009 dengan kecepatan deformasi 2.2
fringe yang berhubungan dengan sumber tidak
cm/tahun (Chaussard, 2010). Pada bulan
simetrik seperti misalnya pada model pipa
September 2010 Gunung Sinabung meletus
terbuka maupun tertutup tidak berbentuk
setelah lebih dari 300 tahun istirahat.
melingkar karena radar melihatnya dari samping
Deformasi teramati di puncak Gunung
dan peka terhadap perubahan vertikal maupun
Sinabung merupakan gejala awal letusan
horizontal.
tersebut. Data lain (komunikasi pribadi)
menunjukkan bahwa terjadi inflasi sebesar 2
cm pada rentang waktu Februari Juli 2010
(Gambar 3).
(a)
Gambar 3. Hasil InSAR G. Sinabung Februari Juli
2010 (Agustan, dkk, 2010)
3. Gunung Merapi
(b)
Gambar 2. (a) Ilustrasi deformasi di tubuh gunungapi Dari data InSAR terdeteksi inflasi yang cukup
dan perubahan range dan (b) interferogram yang besar di Gunung Merapi hingga September
menginformasikan adanya inflasi dan deflasi di 2010 di lereng barat kawah. Inflasi terukur
gunungapi (Dzurisin, 2007). sebesar 5 cm, bersesuaian dengan hasil
pengukuran lapangan sebesar 11 mm/hari
Berikut ini adalah contoh penggunaan metode pada 16 September 2010. Inflasi juga masih
InSAR memakai data ALOS untuk terdeteksi hingga 1 November 2010 selama
pemantauan/pengukuran deformasi di gunungapi letusan berlangsung (Agustan, 2011).
Indonesia:
Hal :36 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 36-37
Remote Sensing Untuk Pemantauan Deformasi Gunungapi (Estu Kriswati)
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 37-37 Hal :37