Anda di halaman 1dari 42

Artikel-artikel populer :

daftar artikel

Persepsi dan Penerimaan Masyarakat terhadap PLTN


M. Naviandri

"Hingga kini, energi nuklir tetap pilihan terakhir. Apalagi dengan ditemukannya
beberapa sumber gas alam di Natuna, Irian Jaya, Kalimantan dan lain-lain.
Penggunaan energi nuklir di Indonesia bahkan akan mundur dari tahun 2003
menjadi beberapa puluh tahun kemudian, bisa tahun 2020, bisa tahun 2030,
tergantung analisis yang akan dilakukan terhadap skenario kebijakan energi
nasional jangka panjang," kata Menristek/Ketua BPPT B.J. Habibie pada
pembukaan Konferensi Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Jakarta, 11
Maret 1997.

Di lain pihak, kapanpun PLTN (bila jadi) dibangun, memberikan pengetahuan iptek
nuklir kepada masyarakat secara obyektif perlu dilakukan, seperti saran H.A.
Amiruddin, Ketua Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia pada Lokakarya Energi
Nasional 16-18 Oktober 1996. Berikut kutipan makalah H.A. Aminuddin secara
lengkap.

Pendahuluan

Ada dua cara untuk menghasilkan listrik secara ekonomis dalam skala besar.
Pertama menggunakan tenaga air dan kedua menggunakan tenaga panas. Tenaga
air memanfaatkan energi grafitasi air terjun, sedangkan tenaga panas
memanfaatkan energi yang terdapat pada uap bertekanan tinggi. Kedua-duanya
untuk memutar turbin dan generator listrik. Murahnya pusat listrik tenaga air (PLTA)
karena ia tidak memerlukan bahan bakar. Bahan bakar PLTA disuplai secara tidak
langsung dari energi surya melalui siklus hidrologik. Jadi PLTA satu-satunya
pemanfaatan energi surya sebagai pembangkit listrik yang layak secara ekonomi.
Uap bertekanan tinggi pada pusat listrik tenaga uap dapat diperoleh dengan cara
membakar batubara, minyak, gas kayu dan bahan-bahan lain yang dapat terbakar
untuk memanaskan air. Pemanasan air ini juga dapat ditempuh dengan
memanfaatkan energi yang dikeluarkan melalui proses pembelahan inti atom
uranium (proses fissi inti). Pusat listrik yang terakhir ini dikenal dengan nama Pusat
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Dalam sudut pandang kebutuhan energi di masa sekarang dan akan datang,
sebagian besar masyarakat sepakat bahwa Indonesia harus meningkatkan suplai
energinya, terutama energi listrik yang peningkatan kebutuhannya untuk kini saja
gagal diantisipasi oleh PLN. Selain listrik merupakan salah satu komponen dalam
perhitungan produk domestik bruto (PDB), ia mempunyai peranan lain yaitu sebagai
pendorong perekonomian, sehingga ada suatu korelasi antara konsumsi energi
listrik dan keadaan perekonomian suatu masyarakat. Namun demikian, dari
beberapa sumber energi yang ada perlu ditentukan beberapa alternatif pilihan.
Alternatif-alternatif tersebut sudah sering ditawarkan oleh pemerintah dan telah
banyak dibahas, dikaji dan dikomentari oleh para pakar energi, pakar listrik maupun
masyarakat umum.
Dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana presepsi dan penerimaan masyarakat
bila PLTN dipilih sebagai salah satu alternatif dalam pemenuhan kebutuhan energi
listrik di masa mendatang. Dilihat secara garis besar pasang surut perkembangan
pandangan masyarakat dunia tentang PLTN sejak berakhirnya perang dunia II
hingga sekarang, kemudian hanya secara garis besar, karena harus diakui bahwa
hingga kini belum ada studi yang mendalam dan objektif dalam rangka mengukur
presepsi atau penerimaan masyarakat terhadap kehadiran PLTN di Indonesia, akan
dibahas berbagai pandangan yang berkembang di masyarakat tentang perlu
tidaknya PLTN di Indonesia yang akhir-akhir semakin marak.

Pandangan Masyarakat Terhadap PLTN

Pada awalnya, ada kegairahan pasca perang terhadap segala sesuatu yang bersifat
ilmiah yang telah dicakup oleh iptek nuklir, yang menimbulkan optimisme di
kalangan media bahwa mobil dan listrik tenaga atom akan membuatnya "terlalu
murah untuk diukur". Media memaklumkan bahwa "abad atom telah mulai". Tiga
puluh tahun kemudian, pada pertengahan tahun 70-an mulai muncul suatu reaksi
karena impian tentang tentang segalanya bertenaga nuklir ternyata tidak realistis.
Pada kondisi ini, suara kritis dari gerakan anti nuklir mulai mendapat liputan lebih
besar dari media.

Pembalikan opini masyarakat besar-besaran terjadi setelah kecelakaan reaktor


nuklir Three Mile Island (TMI) di Amerika Serikat pada tahun 1979. Kecelakaan ini
konon disebabkan oleh kombinasi antara kegagalan salah satu bagian peralatan dan
kesalahan operator yang akhirnya menyebabkan melelehnya sebagian dari bahan
bakar di teras reaktor karena kehilangan air pendingin. Namun demikian pada
kecelakaan itu struktur pembungkus reaktor berperilaku sebagaimana yang
dirancang sehingga sangat sedikit zat radioaktif yang terlepas keluar bangunan
reaktor. Sementara itu efek jangka panjang terhadap kesehatan diperkirakan kurang
dari satu kematian statistik pada populasi yang berjumlah lima juta orang.

Media memperlakukan TMI sebagai bencana besar dan bukan sekedar kecelakaan
suatu industri mahal. Perlakuan ini sedikit banyak dibantu oleh pejabat hubungan
masyarakat industri nuklir yang bertindak tidak pada tempatnya dan klaim yang
berlebihan dari gerakan anti nuklir. Dengan terjadinya kecelakaan ini menurunkan
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap tenaga nuklir sebagai pembangkit listrik
yang aman. Kemudian ditambah lagi dengan terjadinya kecelakaan reaktor
Chernobyl pada bulan April 1996. Kecelakaan ini menelan korban 31 orang
meninggal, 200 orang luka-luka dan sekitar 135 ribu orang pada zone 30 km di
sekeliling reaktor dievakuasi, dan sebagian hingga kini belum diperkenankan
kembali. Kontaminasi radioaktif tingkat rendah terbawa angin ke daerah yang lebih
luas di Uni Sovyet dan Eropa.

Gerakan anti-nuklir di dunia muncul sejak tahun 1950-an ketika Uni Sovyet
meledakkan senjata nuklirnya yang pertama pada tahun 1949 yang disusul oleh
Inggris pada tahun 1952. Motivasi awal gerakan ini adalah menentang penggunaan
nuklir oleh pemerintah mereka untuk senjata pemusnah. Gerakan yang juga
menyokong gerakan kampanye anti-nuklir adalah apa yang bila sebutannya
diperhalus disebut gerakan kaum "environmentalis". Kata ini perlu diberi tanda petik
karena sebenarnya sekarang ini setiap orang dapat disebut sebagai kaum
environmentalis. Tidak ada seorangpun yang tidak suka mandi di air yang bersih
atau bernafas di udara yang bersih. Sasaran utama dari gerakan ini pada awalnya
adalah menentang meningkatnya kontaminasi dan polusi lingkungan dan industri.
Mereka mempunyai kecocokan dengan gerakan anti-nuklir karena salah satu
polutan di alam ini adalah radiasi nuklir.

Persepsi Penerimaan Masyarakat Indonesia

Introduksi PLTN di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1968 melalui seminar
Cipayung atas prakarsa Dirjen Tenaga Listrik, Departemen PUTL bekerjasama
dengan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN). Seminar berikutnya
diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 19-24 Januari 1970 yang melahirkan
usulan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan PLTN (KP2-PLTN). Sejak saat
itu, teknologi PLTN mulai mendapat perhatian serius oleh para ahli nuklir di
Indonesia. Persiapan lebih serius dimulai setelah Presiden pada tanggal 11
Desember 1989, meresmikan labolatoria BATAN, LIPI dan BPPT dikawasan
Puspitek Serpong, menginstruksikan agar dilakukan usaha persiapan sebaik-
baiknya untuk membangun suatu PLTN di Indonesia. Instruksi tersebut dipertegas
pada saat peresmian pemakaian beberapa instalasi nuklir yang terletak dikawasan
yang sama pada tanggal 12 Desember 1990. Instruksi Presiden ini memberikan
dorongan dan pegangan yang kuat bagi para pekerja di bidang penyediaan energi
listrik yang selama ini masih merasa ragu untuk merencanakan program energi
nuklir di Indonesia. Keraguan ini jelas beralasan karena gencarnya kampanye
sekelompok orang yang kurang menyukai pembangkit energi listrik tenaga nuklir.
Bagi sebagian anggota masyarakat, kata-kata nuklir mengandung rasa ngeri. Hal ini
mudah dipahami karena pertama kali terjadi pemboman nuklir atas Hirosima dan
Nagasaki tahun 1945 dengan korban jiwa yang tidak sedikit. Usaha persiapan
pembangunan PLTN tersebut dijabarkan secara lebih kongkrit dengan keputusan
BAKOREN yang menunjuk Batan untuk memulai kegiatan yang terarah menuju
pembangunan PLTN. Untuk itu BATAN melakukan pemutakhiran studi kelayakan
Pembangunan PLTN yang dimulai sejak akhir tahun 1991 dan berakhir pada
pertengahan tahun 1996 ini.

Seiring dengan rencana pemerintah membangun PLTN tersebut, di dalam


masyarakat berkembang tanggapan-tanggapan yang bernada setuju dan tidak
setuju atau paling tidak bertanya-tanya mengenai rencana tersebut. Akhir-akhir ini
sikap setuju dan tidak setuju makin marak berkenaan dengan hampir selesainya
studi kelayakan, yang kemudian secara kebetulan disusul dengan adanya RUU
Tenaga Nuklir yang diusulkan pemerintah ke DPR. Yang perlu mendapat perhatian
dari hasil studi tersebut adalah bahwa dari pihak yang tidak setuju sebagian besar
tinjauan yang ditampilkan adalah dari sisi sosio-kultural, politik, ekonomi, dan
lingkungan dengan sedikit porsi tinjauan teknis, sedangakan dari pihak yang setuju
sebagaian besar tinjauan dari sisi teknis dan implementasi pembangunannya
semata dan dianggap kurang mengakomodasi pertimbangan-pertimbangan sosial,
kultural, ekonomi dan politis. Menarik pula dipaparkan kembali di sini menurut studi
tersebut, lantunan yang sifatnya netral dan informatif sebagaian besar merupakan
tinjauan dari segi teknis dan implementasi, sedangkan lantunan yang sifatnya setuju
umumnya merupakan propaganda (impelentasi, krisis energi, dan pemasyarakatan).
Meskipun validitas studi tersebut masih dapat dipertanyakan, namun paling tidak
dapat memberikan gambaran kasar bahwa selama ini ada kesenjangan informasi
yang perlu dipertemukan antara yang dilantunkan oleh pihak yang setuju dan tidak
setuju. Sedikitnya porsi teknis yang dilantunkan oleh pihak yang tidak setuju adalah
wajar karena latar belakang pengetahuan mereka tentang PLTN sebenarnya sangat
minim. Oleh karena itu merupakan tantangan bagi pihak yang setuju untuk
menyajikan yang benar dan objektif ditinjau dari sisi sosio-kultural, politik, ekonomi
dan lingkungan dengan porsi yang lebih besar sehingga dapat mengimbangi
lantunan teknisnya.

Secara garis besar, masyarakat yang kurang senang akan kehadiran PLTN dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok, pertama adalah kelompok masyarakat awam,
bagi mereka nuklir menimbulkan rasa takut, karena kurang paham terhadap sifat-
sifat atau karakter nuklir itu. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa
budayawan, politikus, tokoh keagamaan dan beberapa anggota masyarakat umum
lainnya. Ke dua adalah masyarakat yang sedikit pahamnya tentang nuklir. Mereka
menyangsikan kemampuan orang Indonesia dalam megoperasikan PLTN dengan
aman, termasuk pengambilan limbah radioaktif yang timbul dari pengoperasian
PLTN itu. Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa LSM dan kalangan
akademis. Ke tiga adalah kelompok masyarakat yang cukup paham tentang nuklir
tetapi mereka menolak kehadiran PLTN. Karena mereka melihat PLTN dari
kacamata berbeda sehingga keluar argumen-argumen yang berbeda pula.
Termasuk dalam kelompok ini adalah beberapa pejabat dan mantan pejabat
pemerintah yang pernah berhubungan dengan masalah keenergian, kelistrikan dan
penukliran.

Beberapa Usaha Pemasyarakatan PLTN

Secara umum dapat disarankan memberikan pengetahuan iptek nuklir secara


obyektif kepada masyarakat yang belum terkena pengaruh gerakan anti-nuklir
adalah cara termudah untuk menghambat kampanye anti-nuklir. Untuk
membendung pengaruh tersebut, berikut ini disajikan beberapa di antara banyak
langkah yang mungkin dapat ditempuh antara lain :

Meluruskan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan.


Aktivitas anti-nuklir pada umumnya akan megeluarkan pernyataan-
pernyataan yang sebenarnya keliru namun diucapkan secara berulang-ulang.
Informasi y ang keliru ini bila tidak dikoreksi akan menjadi kontraversi dalam
masyarakat. Sebagai "PLTN dapat meledak seperti bom atom ". Pada
kenyataannya tidak mungkin suatu reaktor nuklir dapat meledak seperti bom
atom. Hukum fisika tidak memungkinkan itu terjadi. Namun ketidakbenaran ini
bila diucapkan berulang-ulang lambat atau cepat semakin banyak orang
menerimannya. Contoh yang lebih aktual adalah khabar "akan terjadi
penggusuran besar-besaran terhadap penduduk di sekitar calon tapak PLTN".
Padahal kenyataannya PLTN merupakan suatu industri energi yang relatif
tidak memakan tempat dibandingkan industri energi lain.
Memberikan perbandingan resiko antara PLTN dengan aktivitas lain.
Gerakan anti nuklir biasanya dilatarbelakangi oleh adanya ketakutan terhadap
kecelakaan nuklir. Sekecil apapun kecelakaan tersebut pasti akan dijadikan
alat untuk kampanye anti nuklir. Pada umumnya aktivis anti-nuklir menolak
untuk membuat perbandingan antara resiko PLTN dengan resiko kegiatan
manusia sehari-hari yang lain. Padahal di dunia ini tidak ada kegiatan
manusia yang bebas resiko, apakah itu mengendarai mobil, menumpang
pesawat, membangun dan mengoperasikan pabrik kimia dan termasuk pula
mengoperasikan PLTN. Semua kegiatan mengandung resiko, meskipun
beberapa kegiatan memiliki resiko yang sangat kecil. Dalam hal pembangkit
energi, secara teknis tidak ada pembangkit energi yang mempunyai faktor
resiko lebih kecil daripada PLTN.
Mengganti emosi dengan akal sehat.
Masyarakat anti nuklir amat mahir membangun kecemasan masyarakat
terhadap kanker akibat radiasi, demikian pula efek genetik akibat radiasi yang
sifatnya stokastik sering dilebih-lebihkan sehingga menimbulkan kecemasan
yang berlebihan terutama terhadap wanita. Dengan demikian penjelasan
yang abyektif terhadap masalah tersebut dari pihak yang berkompeten (misal
dari dokter ahli di bidang tersebut) sangat diperlukan.
Menguasai media sepenuhnya
Media memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk opini
masyarakat. Memang harus diakui bahwa karena minimnya pengetahuan
para wartawan tentang nuklir, media mengalami kesulitan dalam memberikan
cerita yang sebenarnya. Para wartawan sering tidak cukup memiliki
pengetahuan tentang suatu topik agar mampu membedakan cerita nuklir
yang benar dan sekedar isapan jempol. Akibatnya meskipun jika ceritannya
menguntungkan industri nuklir, namun karena desakan keseimbangan berita,
media juga harus mengakomodasikan suara-suara dari sudut pandang anti-
nuklir. Disinilah kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh gerakan anti nuklir,
karena dengan model pemberitaan seperti ini orang awam menjadi bingung
siapa yang benar dan siapa yang salah.
Bekerja secara hati-hati dan cermat sehingga hal-hal yang dikhawatirkan
masyarakat benar-benar tidak terbukti.

Secara obyektif, PLTN merupakan suatu industri energi yang relatif paling aman
dibandingkan dengan industri energi yang lain. Namun oleh kalangan masyarakat
anti-nuklir PLTN dianggap sebagai industri energi yang paling berbahaya. Sikap hati-
hati tersebut misalnya dengan tidak berlaku gegabah dengan menggangap bahwa
seluruh PLTN itu aman sebagimana 426 Unit PLTN yang sekarang beroperasi di
dunia. Jadi setiap PLTN yang akan dibangun harus selalu diteliti dan diawasi
kendalanya mulai dari sejak tahap persiapan, pengembangan dan pengoperasian.

Sumber : Elektro Indonesia 7/1997


kirim ke teman revisi terakhir : 22 November 2004
versi cetak
http://energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1101088430&9

Pemakaian Listrik Tumbuh


Signifikan, Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Menggembirakan
(Jakarta, 16/6) Pertumbuhan pemakaian listrik hingga akhir Mei 2013 ini kembali memberikan optimisme
bahwa perkenomian Indonesia terus membaik. Indikasi ini terlihat dari pemakaian listrik pada Mei 2013
sebesar 16,07 Tera Watt hour (TWh) atau tumbuh 9,96 % bila dibanding dengan pemakaian listrik pada Mei
2012 yang sebesar 14,61 TWh Sementara pertumbuhan pertumbuhan pemakaian listrik bulan Mei 2012 bila
dibandingkan pemakaian Mei 2011 sebesar 9,68%. Pertumbuhan konsumsi listrik adalah salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi.
Hal yang juga memberi optimisme bergeraknya perekonomian Indonesia adalah pertumbuhan konsumsi listrik
dari segmen Industri yang masih tetap tinggi, di sekitar 10%. Bila sampai dengan April 2013, pertumbuhan
konsumsi kWh segmen industri sebesar 9,0%, angka sampai dengan Mei 2013 sebesar 10,0% kata Kepala
Divisi Niaga PLN, Benny Marbun. Angka ini menunjukkan sektor penggerak utama perekonomian tetap
bergairah, yang pada akhirnya diharapkan dapat menyediakan tambahan lapangan pekerjaan, dan mengurangi
kemiskinan.
Secara akumulatif dari Januari sampai dengan Mei 2013, penjualan listrik tumbuh 7,6% dibanding penjualan
listrik periode yang sama tahun lalu. Namun, pertumbuhan yang relatif rendah ini secara akumulatif tidak lain
karena rendahnya penjualan listrik pada Januari 2013 dan Februari 2013 sebagai dampak dari banjir besar
yang melanda sebagian Jakarta, Bekasi, dan Karawang.
Selain itu, tentu tidak terelakkan juga dampak psikologis pengenaan tarif listrik baru yang mendorong
konsumen, terutama konsumen bisnis, mengendalikan pemakaian listriknya.
Pemakaian listrik yang mulai tinggi kembali pada Maret dan April 2013 memberikan gambaran bahwa
perekonomian telah pulih dari dampak banjir, dan kegiatan usaha serta industri telah berjalan normal kembali.
PLN telah berkomitmen menjadi badan usaha yang menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Karenanya,
perkembangan pertumbuhan penjualan listrik ini dipantau secara khusus. Untuk mendukung pertumbuhan
konsumsi yang menggerakkan perekonomian, pasokan listrik kepada sektor-sektor produktif, seperti konsumen
komersil dan industri, tetap mendapat perhatian khusus agar kualitas dan keberlangsungan pasokan listrik dari
waktu ke waktu semakin baik, termasuk pemenuhan kebutuhan listrik smelter.
Insentif PLN Menjaga Keseimbangan Ekonomi
PLN juga memantau dengan serius tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Tekanan
nilai tukar uang ini dapat saja berdampak kepada menurunnya konsumsi listrik dari industri yang menggunakan
bahan baku dominan impor dan produksinya dipasarkan di Indonesia, seperti industri peralatan elektronik.
Namun, di sisi lain konsumsi listrik diharapkan meningkat dari industri yang produksinya menggunakan bahan
baku dominan lokal dan pemasarannya ekspor, seperti industri pengolahan ikan, kayu, dan turunannya.
Karenanya, untuk menjaga keseimbangan pergerakan perekonomian melalui peningkatan produksi industri,
PLN kini mendekati dan memberi kemudahan bagi calon industri yang menggunakan bahan baku dominan
lokal yang pasar produksinya ekspor maupun lokal. Keseimbangan ini diharapkan dapat mengurangi dampak
tekanan mata uang asing terhadap rupiah Indonesia, dan dampak dari masih lesunya perekonomian Eropa dan
Amerika.
**)
Contact Person :
Benny Marbun, Kepala Divisi Niaga PLN
Bambang Dwiyanto, Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN
http://www.pln.co.id/blog/pemakaian-listrik-tumbuh-signifikan-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-
menggembirakan/
PLN Luncurkan RUPTL 2011-2020
(Jakarta, 24/2) Kendati saat ini PLN tidak lagi menjadi pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan (PKUK) dan
statusnya sama dengan perusahaan ketenagalistrikan lainnya yaitu sebagai pemegang izin usaha
ketenagalistrikan, namun PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara, tetap memiliki kewajiban untuk melistriki
Indonesia secara menyeluruh. Hal ini disampaikan Murtaqi Syamsuddin, Direktur Perencanaan dan Manajemen
Resiko PLN ketika meluncurkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik
(RUPTL) tahun 2011 2020, di Direktur Jendral Kelistrikan Kementrian ESDM, Jumat (24/2).

Dirjen Ketenagalistrikan ESDM, Jarman (kiri), Direktur Utama PLN, Nur Pamudji (tengah), dan Kepala Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah, Teguh Dwi Paryono (kanan) sedang berbincang usai
acara Coffee Morning "Peluncuran RUPTL 2011 - 2020" di Kantor Dirjen Ketenagalistrikan, Jakarta, Jum'at (24/2).
Menurut Murtaqi, salah satu ukuran keberhasilan PLN adalah bagaimana PLN bisa mendorong tingkat elektrifikasi
di Indonesia menjadi lebih baik. PLN menyadari, partisipasi perusahaan listrik swasta harus terus dilibatkan
dalam melistriki Indonesia. Dan kehadiran perusahaan swasta di bidang ketenagalistrikan akan mewarnai RUPTL
tahun 2011-2020.
RUPTL adalah perencanaan dari PLN yang harus disetujui pemerintah.
Sejalan dengan kewajiban yang diberikan pemerintah kepada PLN, warna RUPTL itu adalah warna bagaimana
infrastruktur itu harus dibangun dan bisa menopang pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan oleh pemerintah,
jelas Murtaqi.
RUPTL 2011-2020 ini mencakup program-program pembangunan pembangkit, pembangunan infrastruktur
transmisi dan distribusi dengan indikasi proyek PLN dan IPP, yang juga tercermin bagaimana upaya-upaya
penyediaan tenaga listrik menjadi lebih efesien dengan memanfaatkan energi-energi yang melimpah di tanah air.
Tergambarkan juga informasi tentang prakiraan pertumbuhan demand listrik, proyeksi fuel mix dan kebutuhan
energi primer serta kebutuhan investasi.
Perkiraan pertumbuhan listrik tahun 2011-2020, dalam RUPTL ini, diasumsikan kebutuhan Jawa-Bali akan
tumbuh 7,8 % per tahun, untuk Indonesia Barat 10, 2 % per tahun dan untuk Indonesia Timur akan tumbuh
10,8% per tahun. Kebutuhan listrik Indonesia akan tumbuh rata-rata 8,46% per tahun. Luar jawa kami
sumsikan pertumbuhannya lebih tinggi karena elektrifikasinya masih rendah, dan tingkat industrialisasinya belum
sejauh di Jawa, kata Murtaqi.
Target rasio elektrifikasi dalam RUPTL ini, pada 2020 sudah lebih 90 %. Sementara proyek transmisi strategis
berada pada backbone 275 kV Sumatera, Grid 150 kV Kalimantan, Grid 150 kV Sulawesi, Jawa-Bali Overhead
Crossing 500 kV HV, Interkoneksi Kalimantan Barat-Serawak, Interkoneksi Sumatera-Malaysia, Penguatan 500 kV
Jawa koridor utara, dan interkoneksi Sumatera-Jawa 500 kV HVDC. Karena dokumen RUPTL ini milik publik,
maka RUPTL ini bisa diunduh dalam website www.pln.co.id.
http://www.pln.co.id/blog/pln-luncurkan-ruptl-2011-2020/
Pasokan kurang, Indonesia dapat
mengalami krisis listrik
15 Mei 2014
Kirim

Beberapa
wilayah di Sumatera dan Kalimantan mengalami pemadaman listrik setiap hari.

Indonesia dapat mengalami krisis listrik dua tahun lagi bila pemerintah tidak segera
menangani masalah ini secepatnya, ungkap Lembaga Konsuman Indonesia.

Pekan ini masalah di gardu listrik Muara Karang, Jakarta, menyebabkan pemadaman listrik
bergilir di sebagian besar wilayah DKI Jakarta dan Banten.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan telah memperbaiki gardu listrik Muara Karang
yang rusak.

Namun, Tulus Abadi, anggota harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
mengatakan jika pemerintah tidak segera mengatasi masalah listrik, Indonesia dapat mengalami
krisis listrik pada tahun 2016.

"Jadi yang ada saat ini pertumbuhan listrik di pulau Jawa itu memerlukan 2500 megawatt dalam
satu tahun. Tapi ironisnya PLN tidak dapat membangun pembangkit baru sehingga dua tahun ke
depan cadangan yang ada itu akan dimakan dengan pertumbuhan yang ada sehingga praktis kalau
ada gangguan sedikit, kita tidak akan punya cadangan," jelas Tulus.

Krisis listrik sudah dialami warga di Sumatera dan Kalimantan setiap hari dalam kurun waktu
satu setengah tahun terakhir.

Salah seorang yang mengalami hal tersebut adalah Tetty Batubara, warga Medan, Sumatera
Utara.
"Itu durasinya (pemadaman listrik) bisa empat sampai lima jam dalam sehari. Mulai dari pagi
mati lampu, hidup, kemudian siang mati, hidup lagi dan sering juga terjadi malam hari sehingga
kita sulit melakukan aktivitas," kata Tetty.

Kendala infrastruktur

Pemadaman listrik di Indonesia, khususnya Sumatera Utara menurut Bambang Dwianto, manajer
komunikasi PLN, terjadi karena kurangnya pasokan listrik.
Upaya solusi dari PLN pun terkendala infrastruktur.
"Pembangkit yang sudah siap, yaitu PLTU Susu. Tapi jaringan transmisi yang akan
menghubungkan pengirim listrik dari pusat pembangkit itu ke pusat beban itu ternyata terkendala
pembangunannya ada hambatan dari sisi masyarakat. Satutower itu pembangunannya dihalang-
halangi begitu," ujar Bambang.

Jika masyarakat Indonesia merasa rugi akibat pemadaman listrik, Tulus Abadi, anggota pengurus
harian YLKI mengatakan konsumen bisa menggugat PLN atau pemerintah atas buruknya
pelayanan yang mereka terima.

Menurut data YLKI, masih ada 20% atau sekitar 40 juta rakyat Indonesia yang belum menikmati
fasilitas listrik.
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/05/140515_indonesia_mati_listrik
Listrik Mati Lagi, Kinerja PLN
Dipertanyakan
31 Desember 2013 09:11:12 Dibaca : 65

Sepanjang tahun 2013 sudah tak terhitung berapa kali PLN melakukan
pemadaman listrik secara bergilir. Di Jakarta saja pemadaman listrik sudah
sering terjadi. Salah satu kasus adalah pemadaman listrik di daerah Duren Sawit
Jakarta timur. Listrik di daerah ini sudah mati sejak pukul 17 kemarin sore dan
baru nyala pada pukul 07 pagi hari ini. Kurang lebih listrik mati selama 14 jam.
Bayangkan di Ibu kota saja listrik bisa mati sampai 14 jam. Bagaimana dengan
daerah lain yang jauh dari ibu kota ?

Kita sering dengar atau melihat berita bagaimana di daerah -daerah di Indonesia
sering terjadi pemadaman listrik. Belum lagi masih banyak daerah di Indonesia
yang belum tersentuh listrik. Indonesia adalah salah satu negara dengan sumber
daya alam terkaya di dunia. Di Indonesia terdapat banyak sumber daya alam
yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik, diantaranya; air terjun ,
waduk / danau dan gas panas bumi. Sumber daya alam tersebut tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Pertanyaannya mau tidak pemerintah khususnya PLN
serius untuk mengelolanya.

Indonesia bukan negara yang miskin sumber daya alam termasuk sumber daya
alam untuk pembangkit listrik. tak sepantasnya Indonesia kekurangan cadangan
energi listrik yang berefek pada pemadaman listrik . Atau jika pemadaman listrik
dikarenakan tidak baiknya perawatan terhadap gardu-gardu listrik sehingga
mengakibatkan rentannya kerusakan yang kemudian efeknya masyarakat
dirugikan karena pemadaman listrik, hal ini menjadi pertanyaan untuk kinerja
PLN.

Yang jelas pemadaman listrik lebih banyak merugikan masyarakat. Semoga


kedepan di tahun 2014 dan tahun-tahun mendatang kinerja PLN lebih baik lagi.
http://www.kompasiana.com/encepembelajar/listrik-mati-lagi-kinerja-pln-
dipertanyakan_5520baed813311a37419fb17
3. Pemanfaatan Radiasi Nuklir dan Radioisotop Dalam Kehidupan
Manusia

Beberapa bahan yang ada di alam, seperti uranium, apabila


direaksikan dengan neutron, akan mengalami reaksi pembelahan dan
menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk memanaskan air hingga
menjadi uap. Selanjutnya uap tersebut dapat digunakan untuk memutar
turbin dan menghasilkan listrik. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
komersial yang pertama adalah Reaktor Magnox, yang dibangun pada
tahun 1950-an di Inggris.

Sedangkan penggunaan radioisotop secara sengaja untuk suatu


tujuan tertentu dilakukan oleh George du Hevesy pada tahun 1911. Pada
saat itu, ia masih berstatus seorang pelajar yang sedang meneliti
bahan radioaktif alam. Karena berasal dari luar kota dan dari keluarga
yang sederhana ia tinggal di suatu asrama yang sekaligus menyajikan
makanan pokok sehari-hari. Pada suatu ketika, ia curiga bahwa makanan
yang disajikan dicampur dengan makanan sisa dari hari sebelumnya,
tetapi ia tidak bisa membuktikan kecurigaannya itu. Untuk itu ia
menaruh sejumlah kecil bahan radioaktif kedalam makanan yang sengaja
tidak dihabiskannya. Keesokan harinya ketika makanan yang jenisnya
sama disajikan, ia melakukan pemeriksaan makanan tersebut dengan
menggunakan peralatan deteksi radiasi yang sederhana, dan ternyata ia
mendeteksi adanya radioisotop dalam makanan yang dicurigainya. Mulai
saat itulah ia mengembangkan penggunaan bahan radioaktif sebagai
suatu perunut (tracer) untuk berbagai macam keperluan.

Bidang Energi: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Perbedaan antara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Pembangkit Listrik

Berbahan Bakar Fosil

Semua pembangkit tenaga listrik, termasuk PLTN, mempunyai


prinsip kerja yang relatif sama. Bahan bakar (baik yang berupa batu
bara, gas ataupun uranium) digunakan untuk memanaskan air yang akan
menjadi uap. Uap memutar turbin dan selanjutnya turbin memutar suatu
generator yang akan menghasilkan listrik.

Perbedaan yang mencolok adalah bahwa PLTN tidak membakar


bahan bakar fosil, tetapi menggunakan bahan bakar dapat belah (bahan
fisil). Di dalam reaktor, bahan fisil tersebut direaksikan dengan neutron
sehingga terjadi reaksi berantai yang menghasilkan panas. Panas yang
dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap air bertekanan tinggi,
kemudian uap tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin. Dengan
digunakannya bahan fisil, berarti tidak menghasilkan CO2, hujan asam,
ataupun gas beracun lainnya seperti jika menggunakan bahan bakar
fosil.

Seberapa amankah PLTN?

Dibandingkan pembangkit listrik lainnya, PLTN mempunyai faktor


keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh studi banding
kecelakaan yang pernah terjadi di semua pembangkit listrik. Secara
statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh lebih
rendah dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal
tersebut disebabkan karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang
harus dipunyai adalah adanya pertahanan berlapis (defence in-depth).
Dengan kata lain, dalam PLTN terdapat banyak pertahanan berlapis
untuk menjamin keselamatan manusia dan lingkungan. Jika suatu sistem
operasi mengalami kegagalan, maka masih ada sistem cadangan yang
akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem cadangan berupa suatu
sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen yang digunakan
dalam instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat mengalami
kegagalan, sehingga walaupun komponen tersebut mengalami kegagalan,
maka kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi manusia
dan lingkungannya.

Dari sisi sumber daya manusia, personil yang mengoperasikan PLTN


harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan wajib mempunyai
sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan oleh Badan
Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan sertifikat
tersebut, mereka harus mengikuti dan lulus ujian pelatihan. Sertifikat
tersebut berlaku untuk jangka waktu tertentu dan setelah lewat masa
berlakunya maka akan dilakukan pengujian kembali.

Peranan PLTN dalam Kelistrikan Dunia

Pada Nopember 2005, di seluruh dunia terdapat 441 buah


pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di 31 negara,
menghasilkan tenaga listrik sebesar lebih dari 363 trilyun watt.Reaktor
yang dalam tahap pembangunan sebanyak 30 buah dan 24 negara
(termasuk 6 negara yang belum pernah mengoperasikan reaktor nuklir)
merencanakan untuk membangun 104 reaktor nuklir baru. Saat ini
energi listrik yang dihasilkan PLTN menyumbang 16% dari seluruh
kelistrikan dunia, yang secara kuantitatif jumlahnya lebih besar dari
listrik yang dihasilkan di seluruh dunia pada tahun 1960.

Negara-negara di Eropa merupakan negara yang paling tinggi


persentase ketergantungannya pada energi nuklir. Perancis, Lithuania
dan Slovakia merupakan tiga negara yang memiliki ketergantungan
listrik pada energi nuklir yang tinggi, yaitu masing-masing sebesar 78%,
72% dan 55%.
Di masa mendatang, pemakaian energi nuklir akan berkembang lebih
maju lagi, tidak hanya sekedar untuk pembangkit listrik saja, tetapi
juga untuk keperluan energi selain kelistrikan, seperti produksi
hidrogen, desalinasi air laut, dan pemanas ruangan.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/3-
1.htm
Ensiklopedi Teknologi Nuklir
Home

PERTANYAAN :

ADAKAH BAHAN BAKAR REAKTOR NUKLIR SELAIN URANIUM DAN PLUTONIUM?

JAWABAN RINGKAS

Pada bahan bakar reaktor nuklir dihasilkan energi dari proses pembelahan inti atom,
biasanya bahan bakar yang digunakan adalah uranium dan plutonium, tetapi dapat
juga digunakan torium. Cadangan torium di bumi lebih banyak daripada uranium.
Torium alam mengandung 100% torium-233, torium ini bukan merupakan inti dapat
belah. Inti torium-233 menjadi uranium-233, setelah menyerap neutron. Uranium-233
ini merupakan inti dapat belah. Pada awalnya, torium dicampur pada bahan bakar
uranium dan plutonium, kemudian diperoleh uranium-233 setelah pembakaran di
dalam reaktor nuklir. Bahan bakar bekas diolah ulang untuk diambil uranium-233,
setelah itu uranium-233 dicampur dengan torium alam untuk dijadikan bahan bakar
reaktor. Selain itu sedang dikembangkan penelitian penggunaan unsur aktinida hasil
olah ulang seperti amerisium, neptunium dan lain-lain, sebagai bahan bakar reaktor
pembiak cepat (FBR).

JAWABAN RINCI
Torium (Th) merupakan sumber bahan bakar nuklir yang terkandung di alam bersama
dengan uranium, dan cadangannya di bumi lebih banyak dari uranium. Menurut
laporan NEA/IAEA pada tahun 1986, selain India jumlah sumber terindikasi di dunia
sebesar 657.770 ton Th, dan berharga di bawah 80US$ per kg. Jumlah sumber
tambahan diperkirakan adalah 904.420 ton Th untuk jenis 1 dan 862.490 ton Th untuk
jenis 2. Selain itu, pasir laut India mengandung sumber torium sebesar 400.000 ton
(Januari 1985).

Torium digunakan untuk campuran logam ringan tahan panas. Torium belum digunakan
sebagai bahan bakar nuklir, sehingga penelitian tentang batuan torium masih sedikit.

Torium alam mengandung 100% torium-232. Umur paro unsur radioaktif ini sekitar
14x109tahun. Torium-232 tersebut tidak dapat membelah, tetapi dapat menjadi
torium-233 setelah menyerap neutron. Torium-233 menjadi protoaktinium-233 (Pa-
233) setelah meluruhkan beta (). Pa-233 mempunyai waktu paro 27 hari, menjadi U-
233 setelah melepaskan beta. U-233 adalah unsur dapat belah dan dapat digunakan
sebagai bahan bakar. Hal ini sama dengan pembuatan Pu-239 yang dapat belah dari
U-238 di dalam reaktor nuklir. Torium-232 merupakan bahan fertil sama dengan U-
238.
Untuk menggunakan torium sebagai bahan bakar reaktor nuklir, pertama-tama reaktor nuklir
dioperasikan menggunakan bahan bakar plutonium dan uranium dicampur dengan
torium. Dari proses olah ulang bahan bakar bekas diperoleh U-233, selanjutnya U-233
ini dicampur dengan torium alam digunakan sebagai bahan bakar dalam reaktor
nuklir.

Seperti ditunjukkan pada Gambar 1, jumlah neutron () yang dihasilkan untuk setiap
pembelahan satu inti U-233 pada kisaran neutron termal lebih besar dibandingkan U-
235 dan Pu-239. Hal ini berarti tidak hanya diperoleh rasio konversi yang tinggi untuk
neutron termal, tetapi juga merupakan keuntungan reaktor pembiak neutron termal
yang menghasilkan U-233 melebihi jumlah bahan bakar (U-233 awal) yang
dikonsumsi.

U-233 melepaskan sinar alpha () dan gamma (), dan juga merupakan inti dapat belah. U-
233 yang dihasilkan di reaktor nuklir mengandung U-232 radioaktif dalam jumlah kecil
dan melepaskan sinar gamma energi tinggi pada saat peluruhan. Oleh karena itu
dibutuhkan peralatan seperti tembok perisai sinar gamma dan sinar alpha. Tetapi, di
balik kesulitan penggunaan bahan bakar ini, terdapat juga manfaatnya.

Berikut ini keunggulan penggunaan bahan bakar torium.

1. Sumber torium sangat banyak, dan sebagai sumber energi akan meningkat melebihi
penggunaan uranium. Gambar 1 dan Gambar 2 masing-masing menunjukkan sumber
torium dunia dan Amerika.

2. Nilai pada kisaran energi neutron termal untuk U-233 lebih besar daripada U-235 dan
Pu-239, sehingga memungkinkan sebagai reaktor pembiak neutron termal selain sebagai
reaktor konversi tinggi.

3. Bahan bakar torium dapat digunakan dengan tidak merubah dimensi reaktor saat ini.

4. Meskipun harga uranium meningkat, pengaruhnya pada daur bahan bakar nuklir kecil.

5. U-232 yang terkandung dalam jumlah kecil dalam U-233 melepaskan sinar gamma energi
tinggi, sehingga meskipun penanganannya sulit, tetapi efektif mencegah penyebaran
persenjataan nuklir.

Sampai saat ini, sudah ada pengalaman penggunaan bahan bakar torium di dalam reaktor
neutron termal, yaitu reaktor gas suhu tinggi dan reaktor natrium cair. Keunggulan ini
telah terbukti setelah dilakukan pengujian di reaktor Shipping Port (tipe air
bertekanan), Amerika dari tahun 1977 sampai tahun 1982.
Selanjutnya, unsur aktinida seperti amerisium (Am), neptunium (Np) juga diproses olah
ulang sebagai bahan bakar selain plutonium dan uranium. Penelitian dan
pengembangan penggunaan unsur tersebut sebagai bahan bakar FBR makin maju.

TABEL/GAMBAR:

Tabel 1 : Sumber torium di dunia

Tabel 2 : Sumber torium di Amerika

Gambar 1 : untuk U-233, U-235, Pu-239 dan Pu-240 (Jumlah neutron yang dihasilkan pada
reaksi pembelahan)

https://www.batan.go.id/ensiklopedi/15/04/01/02/15-04-01-02.html
Fakta Tentang Nuklir
Halaman - 27 April, 2009

Q&A tentang Nuklir dan Komik


Nuclear Meltdown-Pesan dari Kegelapan

Komik anti nuklir Nuclear Meltdown - Pesan dari Kegelapan adalah upaya
Greenpeace untuk menyebarkan pesan bahwa tenaga nuklir akan
mempertaruhkan hidup dan lingkungan kita gara-gara industriawan yang rakus,
pemerintah yang sok tahu, dan masyarakat yang tak peduli.

1.Kenapa sih Greenpeace melawan nuklir?

Greenpeace akan selalu bekerja keras -dan terus melawan- untuk memerangi
penggunaan tenaga nuklir sebagai solusi energi, karena resikonya terhadap
lingkungan dan kehidupan yang tidak bisa ditoleransi. Para pendukung industri
nuklir tengah berusaha memanfaatkan masalah perubahan iklim untuk
menghidupkan kembali industrinya yang kian meredup. Argumen yang selalu
disampaikan mereka, bahwa tenaga nuklir adalah cara yang aman, besih, dan
murah untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim global dan krisis energi.

Kenyataannya, tenaga nuklir merongrong solusi sebenarnya untuk mengatasi


perubahan iklim dengan mengalihkan investasi yang sangat dibutuhkan bagi
sumber energi yang bersih dan terbarukan serta efisien.

Tenaga nuklir mahal dan berbahaya, karena bisa mengarah kepada


meningkatnya perlombaan perbanyakan senjata nuklir, merupakan ancaman bagi
keamanan global. Kalaupun ada keuntungan dari nuklir, akan terlalu sedikit,
terlambat, dan terlalu mahal.

Kembali Ke atas

2. Bagaimana energi nuklir diciptakan?

Suatu molekul, bagian terkecil suatu unsul kimia, terdiri dari setidaknya dua
atom. Satu atom terdiri dari elektron, neutron dan proton. Neutron-neutron dan
proton-proton bersama disebutkan inti atom atau nucleus. Kalau nucleus dari
atom ini mengandung lebih banyak neutron daripada proton, dia tidak stabil dan
akan mengeluarkan partikel-partikel dalam upaya menstabilkan diri. Proses emisi
partikel dan gelombang elektromagnetik disebut sebagai radioaktifitas. Zat
radioaktif dari atom yang tidak stabil itu adalah radiasi pengion.

Atom-atom yang besar dan berat di alam adalah jenis atom yang tidak stabil,
karena itu sangat radiatif. Salah satu contoh atom yang tidak stabil ini adalah
uranium. Kalau suatu nucleus dari atom yang tidak stabil menangkap suatu
neutron, atom ini akan membelah. Proses ini disebut fisi. Proses fisi ini
menghasilkan suatu reaksi berantai di mana neutron-neutron yang dilepaskan
dari proses fisi akan menambah fisi di dalam, setidaknya terhadap satu nucleus
yang lain. Pembelahan ini menghasilkan radiasi sinar gamma, suatu bentuk
radiasi nuklir yang mematikan dan mengandung tingkat energi yang sangat
tinggi.

Dalam sebuah reaktor nuklir, reaksi berantai tersebut perlu dikendali supaya
tidak terjadi reaksi berbahaya seperti yang ada dalam ledakan senjata nuklir.

Energi yang dihasilkan dari proses fisi ini digunakan untuk memanaskan air agar
menjadi uap air. Pada tahap ini, fungsi pembangkit listrik tenaga nuklir
sesungguhnya sama saja dengan pembangkit listrik tradisional yang
menggunakan bahan bakar fosil, seperti minyak, atau batu bara. Tenaga yang
dihasilkan oleh uap air untuk menggerakkan turbin, yang kemudian menberikan
tenaga ke suatu generator guna menghasilkan listrik. Semua reaktor nuklir yang
menggunakan uap air sebagai penggerak turbin bekerja dengan prinsip serupa.

Kembali Ke atas

3. Apa uranium begitu saja bisa dipakai sebagai bahan bakar nuklir?

Reaktor tenaga nuklir sipil memanfaatkan energi dari uranium yang dihasilkan
selama proses fisi, seperti dijelaskan di atas. Sebelum uranium bisa dipakai
sebagai bahan bakar nuklir, dia perlu melewati beberapa proses dulu.

Uranium alami harus diekstraksi (ditambang) dari dalam bumi sebagaimana


layaknya barang tambang lainnya. Namun, tidak seperti barang tambang lainnya,
uranium merupakan elemen radiatif. Akibatnya, seluruh aspek yang berkaitan
dengan produksi bahan bakar uranium, mulai dari pertambangan, pemrosesan,
dan pengayaan, sampai transportasi, memiliki potensi dampak yang merusak
terhadap lingkungan dan kesehatan. Rata-rata setiap bijih uranium mengandung
hanya 0,1% uranium. Sebagian besar materi lainnya yang dipisahkan pada saat
penambangan bijih uranium adalah bahan beracun, berbahaya, dan radiatif.

Secara alami, uranium yang dijumpai di deposit uranium di alam dapat berbentuk
Uranium-235 (U-235) yang bersifat radiatif (tidak stabil) dan U-238 yang stabil.
Agar bisa digunakan dalam reaktor, uranium tersebut harus mengalami proses
pengayaan, yang artinya sejumlah uranium tersebut mengalami proses
penambahan persentase unsur U-235 yang bersifat radiatif dan U-235 perlu
dipisahkan dari U-238.

Untuk pembangkit listrik sipil standar, kandungan uranium harus ditambah dari
0,7% agar mencapai 3% sampai 5% U-235. Proses ini disebutkan pengayaan
uranium. Uranium yang diperkaya kemudian dihancurkan menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil dan diletakkan di dalam suatu batang (rod) besi panjang.
Batang-batang ini kemudian dikumpulkan menjadi satu ikatan (bundle).

Proses fisi atau pembelahan atom bahan bakar uranium akan menghasilkan
unsur-unsur tingkat radiasi tinggi seperti cesium dan strontium yang sangat
berbahaya.

Kembali Ke atas

4. Katanya Indonesia punya cadangan uranium, betul ga sih?

Iya, tapi cadangan uranium yang ada di Indonesia (di Kalimantan tepatnya),
berkualitas rendah, karena kehadiran unsur U-235 nya tidak memadai untuk
diperkaya.Walaupun uranium cukup berlimpah di dunia ini, persentase U-235
harus setidaknya bernilai 0,7% sebelum proses pengayaan atau pengayaannya.
Artinya akan terlalu mahal dan tidak efesien. Kalau Indonesia memakai PLTN,
uraniumnya perlu diimpor dari Australia untuk selanjutnya diperkaya dulu di
Jepang atau Russia sebelum bisa dipakai di sini.

Kembali Ke atas

5. Apa itu radiasi?

Pada saat atom dipecah, energi dalam jumlah besar dilepaskan. Secara
sederhana seperti inilah tenaga nuklir dijelaskan. Kedengarannya sangat jinak,
tetapi produksi nuklir menghasilkan materi radioaktif pengion yang berbahaya.

Radiasi adalah energi yang berjalan dalam bentuk gelombang. Radiasi pengion
menghasilkan reaksi kimia yang tidak bisa diprediksi, termasuk gelombang
elektromagnetik dan juga partikel. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium,
atau mendengar radiasi pengion. Ada sumber radiasi pengion alami yang tidak
bisa dihindari. Radiasi ini disebutkan radiasi latar belakang atau background
radiation. Selain radiasi alam ini, ada juga radiasi yang diciptakan manusia, untuk
tujuan masing-masing, seperti medis, pangan, senjata, dan energi. Tetapi,
paparan keradiasian yang diciptakan manusia itu loh yang bisa mengawatirkan
bagi manusia sendiri dan lingkungan hidup, karena dikaitkan dengan mutasi gen,
kelainan lahir, kanker, leukemia, kelainan reproduksi, imunitas, kardiovaskuler,
dan sistem endokrin.

Ada empat jenis radiasi; Alpha, Beta, Gamma, dan X-ray, dengan ciri-ciri dan
kandungan resiko masing-masing. Paling berbahaya adalah radiasi Alpha. Radiasi
ini tidak bisa menembus kulit kita, tapi begitu terhirup, tertelan, atau masuk
lewat luka, bisa masuk sel-sel di organ atau darah yang sangat merusak daerah
sekitarnya. Contoh pengemisi Alpha adalah Plutonium, gas Radon, Uranium, dan
Americium.

Pemancaran radiasi tinggi sangat membahayakan untuk manusia dan lingkungan,


bukan hanya sekarang, tetapi tetap berdampak sampai ratusan ribu tahun
mendatang!

Kembali Ke atas

6. Apa sih nuclear meltdown itu?

Proses fisi nuklir tersebut adalah proses yang amat kompleks dan penuh resiko.
Kalau terjadi masalah atau kerusakan di dalam inti reaktor, kemungkinan besar
dia akan terlalu panas dan meleleh. Kalau sebuah reaktor meleleh akan terjadi
pelepasan radiasi besar-besaran. Karena suhu yang sangat tinggi sekali, ada
kemungkinan bahwa bangunan perlindungan inti reaktor, yang dibuat dari logam
dan/atau semen, akan rusak, alhasil radiasi tinggi akan terpancar ke lingkungan
sekitarnya dengan konsekuensi yang amat parah.

Ada cukup banyak alasan kenapa bisa terjadi suatu kecelakaan di dalam PLTN.
Kecelakaan meltdown yang paling parah adalah Chernobyl pada tahun 1986 di
Ukraina, dulu sebagian Uni Soviet. Chernobyl tercatat dalam sejarah sebagai
bencana nuklir sipil terburuk di dunia. Pada saat bencana terjadi, 56 orang
meninggal dan sekitar 600.000 orang terpapar radiasi dengan tingkat yang
signifikan. Kita tidak pernah bisa tahu jumlah korban tewas yang tepat tapi
diperkirakan lebih dari 93,000 jiwa.

Dalam komik kita ini, istilah Nuclear Meltdown dipakai sebagai sebuah metafora
untuk menggambarkan bahaya dan semua resiko yang terkait dengan nuklir,
mau dari senjata, PLTN ataupun limbahnya.

Kembali Ke atas

7. Katanya teknologi nuklir itu sudah aman, benar nggak sih?

Realitas industri nuklir saat ini tidak berbeda dengan keadaannya pada abad ke-
20 -di mana bahaya adalah bagian integral yang tidak dapat dipisahkan. Dari
waktu ke waktu kembali industri nuklir menunjukkan bahwa keselamatan dan
energi nuklir adalah dua terminologi yang tidak cocok.

Kecelakaan dapat terjadi di reaktor manapun, yang dapat menimbulkan


terjadinya pelepasan radiasi mematikan dalam jumlah besar terhadap
lingkungan. Kecelakaan-kecelakaan di dalam industri nuklir telah terjadi jauh
sebelum bencana Chernobyl. Lebih dari duapuluh tahun kemudian, industri nuklir
masih terus diwarnai dengan berbagai kecerobohan, insiden, dan kecelakaan.
Reaktor-reaktor nuklir tua merupakan penyakit endemis yang menyebar di
seluruh dunia, terutama akibat dampak operasi jangka panjang dan komponen-
komponennya yang berukuran besar. Lebih mengawatirkan lagi bahwa apabila
para operator mendapat izin untuk memperpanjang jangka hidup reaktor dari 30
tahun menjadi 40 tahun, bahkan lebih. Dan itu pastinya akan semakin
meningkatkan resiko kecelakaan. Operator nuklir pun secara terus menerus
berusaha untuk menurunkan biaya dikarenakan tingkat persaingan yang ketat di
pasar listrik dan demi memenuhi harapan pemegang saham.

Sementara model PLTN yang baru, seperti European Pressurized Reactor (EPR)
atau Reaktor Bertekanan Eropa, akan memunculkan masalah baru yang tidak
dapat diantisipasi dan menghasilkan limbah radioaktif lebih tinggi lagi. Walaupun
reaktor ini dibilang canggih dan lebih aman, tapi coba lihatlah kenyataannya. Dua
prototype reaktor EPR yang sedang dibangun di Finlandia dan Prancis terus
mengalami masalah. Telah dideteksi lebih dari 2000 kesalahan dalam konstruksi
yang mengakibatkan tiga tahun keterlambatan dari jadwal yang sudah
ditetapkan. Hasilnya? Biaya reaktor ini membengkak menjadi 4,5 trilliun Euro
atau 50% lebih dari perkiraan biaya awal. Karena ongkos pembangunan yang
besar banget, industriawan nuklir selalu berusaha untuk mengurangi ongkos, dan
dengan itu mempertaruhkan keselamatan.

Setelah bencana Chernobyl, industri nuklir semakin meredup dan semakin sedikit
orang yang tertarik bekerja di bidang nuklir. Sehingga sumber daya manusia
yang berkualifikasi untuk membangun dan mengoperasikan reaktor nuklir
semakin berkurang. Siapa yang nanti akan mampu mengoperasikan PLTN-PLTN
yang baru secara bijak dan aman? Tidak sulit ditebak bahwa resiko bahaya
bencana nuklir akan semakin membayangi.

Kalaupun misalkan teknologi tidak gagal dan para operator tidak melakukan
kesalahan, bencana alam tak boleh diabaikan dan masih merupakan resiko yang
berarti. Sebagai contoh, pada tahun 2007, sebuah gempabumi di Jepang
mengakibatkan kebakaran di PLTN Kashiwazaki-Kariwa. Gempa bumi tersebut
memaksa tujuh reaktor tutup. gempa itu mengakibatkan sobekan di reaktor,
kemudian melepas cobalt-60 dan chromium-51 ke atmosfir dari sebuah cerobong
asap dan mengakibatkan bocornya 1.200 liter air yang terkontaminasi ke laut.
Lebih dari setahun kemudian ketujuh reaktor tersebut masih tak bisa
dioperasikan.

Kembali Ke atas

8. Ada nggak penyelesaian untuk limbah nuklir?

Setiap tahapan siklus produksi bahan bakar nuklir -mulai dari penambangan
uranium dan pengayaannya, operasional reaktor, dan proses penggunaan bahan
bakar nuklir-- menghasilkan limbah nuklir. Penonaktifan dan pembongkaran
fasilitas nuklir (decomissioning) juga menghasilkan limbah radioaktif dalam
jumlah besar. Banyak lokasi nuklir di dunia ini yang masih perlu proses
monitoring dan pengamanan walaupun sudah tidak aktif.

Sebagian besar limbah nuklir akan tetap berbahaya sampai ratusan ribu tahun,
meninggalkan warisan yang mematikan bagi generasi yang akan datang. Tidak
mengherankan bahwa solusi penanganan limbah nuklir sampai sekarang belum
ditemukan dan kayaknya seperti nggak mungkin sih.

Konstruksi di situs pembuangan limbah Gunung Yucca di Nevada, Amerika


Serikat, dimulai pada tahun 1982, tapi tanggal mulai beroperasinya ditunda dari
1992 sampai di atas 2029. Survey Geologi AS menemukan garis patahan (fault
line) di bawah lokasi yang direncanakan. Dan muncul keraguan-keraguan serius
akan pergerakan jangka panjang dari air bawah tanah yang dapat membawa
kontaminasi mematikan ini ke lingkungan. Pada bulan Maret 2009 Presiden AS
Barrack Obama telah mengumumkan bahwa beliau tidak akan menghabiskan
dana lagi untuk situs Yucca Mountain yang tidak terbukti aman ini.

Secara global, volume bahan bakar sisa (spent fuel) adalah sejumlah lebih dari
250,000 ton, dan terus meningkat sekitar 10.000 ton setiap tahun. Milyaran dolar
investasi telah dihabiskan untuk menemukan beragam cara pembuangan limbah
nuklir di atas maupun dibawah tanah. Namun industri nuklir dan pemerintah
gagal memberikan solusi yang masuk akal dan terjamin keamanannya secara
berkelanjutan.

Jangan lupa juga bahwa diperlukan suatu metode yang bisa dipercaya yang bisa
dipakai untuk memberikan peringatan kepada generasi yang akan datang
mengenai keberadaan limbah nuklir tersebut. Entah bagaimana cara komunikasi
manusia dalam 200, apalagi hingga 240,000 tahun ke depan?!

Kembali Ke atas

9. Bagaimana kalau limbah nuklir diolah kembali?

Sebagian dari bahan bakar nuklir yang terpakai diproses kembali, yang artinya
plutonium dan uranium yang tak terpakai dipisahkan dari limbah, dengan maksud
untuk dipergunakan kembali dalam PLTN. Bahan bakar yang dihasilkan dari
pemrosesan kembali biasanya dicampur dengan bahan bakar uranium biasa,
menjadi sekitar 30% plutonium dan 70% uranium yang diperkaya.

Campuran bahan bakar itu disebut sebagai bahan bakar MOX (mixed oxide) atau
MOX fuel. Sejumlah kecil negara Perancis, Rusia, dan Inggris melakukan
pengolahan kembali dalam skala komersial. Hasilnya, limbah nuklir berbahaya
dan plutonium yang tersaring terus menerus ditransportasikan melewati lautan,
perbatasan, dan melalui kota-kota.

Asal tahu saja, istilah pengolahan kembali yang disebutkan di atas adalah jelas
bahwa menyesatkan. Pengolahan kembali bahan bakar uranium yang terpakai
justru menghasilkan lebih banyak limbah berbahaya. Tempat-tempat pengolahan
kembali nuklir mengeluarkan jumlah besar limbah radioaktif setiap harinya
dengan dampak lingkungan serius.

Kembali Ke atas

10. Kenapa sih nuklir itu sering dikaitkan dengan senjata?

Badan PBB untuk Energi Atom Internasional (IAEA) didirikan untuk mendukung
ekspansi tenaga nuklir di seluruh dunia. Namun di saat yang sama IAEA juga
berperan sebagai badan pengawas untuk pengembangan senjata nuklir ilegal.
Konflik kepentingan mendasar seperti inilah yang merupakan penyebab utama
mengapa perbanyakan senjata nuklir di seluruh dunia tidak dapat dihentikan.

Satu fakta sederhana menunjukkan bahwa setiap negara yang memiliki


kemampuan mengembangkan tenaga nuklir juga memiliki kemampuan untuk
membuat senjata nuklir. Jadi, dengan adanya 44 negara yang mengembangkan
tenaga nuklir saat ini bisa dikatakan bahwa di seluruh dunia terdapat 44 negara
yang berpotensi untuk menghasilkan senjata nuklir. Dan kalau industri nuklir
berhasil mengekspansi, jumlah negara ini akan terus mengingkat dengan
konsekwensi yang tidak dapat diprediksi.

Plutonium adalah hasil proses fisi dan tidak terdapat dalam lingkungan alam yang
bisa dipakai untuk membangun bom. Bahan bakar nuklir yang terpakai
mengandung 1% plutonium. Berarti suatu reaktor nuklir dengan kapasitas
standar (sekitar 1000 Megawatt) menghasilkan plutonium cukup untuk
memproduksi sekitar 40 bom tiap tahun. Untuk membuat satu bom nuklir hanya
diperlukan 5 kilogram plutonium (Bom yang dijuluki dengan Fat Man, yang
menghancurkan Nagasaki pada tahun 1945 dan membunuh 50.000 orang hanya
mengandung 6,1 kilogram plutonium). Hal inilah yang menyebabkan penjagaan
cadangan plutonium menghabiskan sumberdaya yang sangat besar.

Plutonium akan terus mengeluarkan zat radiaoktif tingkat tinggi sampai 240,000
tahun. Menumpuknya plutonium yang dihasilkan dari fasilitas sipil terus
meningkat di dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya
proliferasi. Kebanyakan plutonium militer yang ada di dunia dimiliki oleh Rusia
(130 ton) dan Amerika Serikat (100 ton). Produksi plutonium militer hampir
berhenti sepenuhnya setelah perang dingin, namun pemrosesan ulang komersial
masih berlanjut dan meneruskan status quo yang berbahaya ini.

Kembali Ke atas
11. Tapi tenaga nuklir itu murah kan?

Einstein pernah menggambarkan teknologi tenaga nuklir sebagai cara paling


mahal untuk mendidihkan air, walaupun pendukung nuklir senang bikin kita
percaya bahwa tenaga nuklir itu efektif biaya. Padahal kalau kita melihat
pengalaman sekarang dan yang lalu dari proyek-proyek nuklir yang diperkirakan
serta biaya sebenarnya, maka akan terungkaplah suatu industri yang dipenuhi
dengan belanja yang berlebih dan selalu ditopang oleh subsidi pemerintah.

Biaya pembangunan reaktor nuklir, yang sangat mahal dibandingkan dengan


pembangkit listrik yang lain, secara konsisten selalu pada kenyataannya dua
sampai tiga kali lebih mahal dari yang diperkirakan oleh industri nuklir. Di India,
negara yang paling baru membangun reaktor nuklir, biaya penyelesaian 10
reaktor terakhirnya, rata-rata 300% di atas anggaran. Di Finlandia, konstruksi
reaktor baru, kelebihan anggarannya sudah mencapai 1,5 milyar.

Selama bertahun-tahun, milyaran dolar uang pembayar pajak masuk ke dalam


energi nuklir, dibandingkan dengan sedikitnya uang yang digunakan untuk
mempromosikan teknologi energi bersih dan terbarukan.

Reaktor nuklir merupakan beban yang terlalu besar untuk ditanggung oleh
perusahaan asuransi. Sebuah kecelakaan besar, bernilai ratusan milyar euro
(total biaya Chernobyl diperkirakan adalah 358 milyar) dapat membuat mereka
bangkrut. Pemerintah, dan pada akhirnya juga para pembayar pajak, dipaksa
untuk menanggung beban keuangannya. Biaya pembersihan setelah sebuah PLTN
ditutup dan pengelolaan limbah nuklir yang aman untuk banyak generasi
mendatang (semua bagian reaktor akan terkontaminasi zat radioaktif) juga
sebagian besar ditanggung oleh negara dan bukan oleh perusahaan sendiri

Kembali Ke atas

12. Katanya nuklir itu bersih dan bisa membantu mengatasi dampak perubahan
iklim?

Dunia kini sedang menghadapi ancaman global yang sangat besar, yaitu
perubahan iklim. Perubahan iklim disebabkan berbagai kegiatan manusia yang
menghasilkan terlalu banyak emisi gas rumah kaca (GRK), terutama karbon
dioksida. Kebanyakan emisi GRK itu hasil dari pembakaran bahan bakar fosil,
seperti batu bara dan minyak saja, tapi juga karena penebangan hutan, sampah,
dan pertanian yang tidak berkesinambungan. Gas ini tidak bisa keluar atmosfir
sehingga terjadilah apa yang disebut dengan efek rumah kaca, yang
menyebabkan pemanasan global atau global warming. Beberapa dampak
perubahan iklim di antara lain adalah kenaikan permukaan laut, meningkatnya
penyakit tropis, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Dampak perubahan iklim
akan sangat parah di negara-negara Asia tenggara.

Jika kita mau mencegah akibat-akibat perubahan iklim yang terparahkan akibat
emisi karbon dioksida tersebut, maka perlu bersegera memangkas emisinya
hingga setidaknya 50% pada tahun 2050 dan 30% pada tahun 2030 secara
global. Kesepakatan ini dibuat pemimpin-pemimpin dunia dan diformalkan dalam
Protokol Kyoto. Akhir tahun ini akan ada pertemuan mereka berikutnya, yang itu
sangat penting karena akan membahas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan pemangkasan emisi secara global setelah tahun 2012, kapan Protokol
Kyoto berakhir. Kalau kamu sudah baca komik kita, kamu akan tahu bahwa
menurut Greenpeace, banyak hal akan tergantung pada hasil pertemuan ini!

Memang emisi karbon dari pengoperasian PLTN jauh lebih kecil daripada emisi
dari PLTU batu baru atau minyak, tapi kalau kita memperhitungkan emisi yang
disebabkannya mulai dari pertambangan, pemrosesan, pengayaan uranium,
transport, hingga pembongkaran PLTN, maka emisi karbonnya akan terbukti jauh
lebih tinggi dari yang dikeluarkan tenaga angin atau panas bumi. Jadi jelaslah,
dalam upaya pengurangan emisi, kontribusi nuklir amatlah kecil.

Saat ini 436 reaktor nuklir memasok sekitar 16% listrik global, yang hanya
mewakili 6,5% konsumsi energi keseluruhan. Skenario global dari Badan Energi
Internasional (IEA), yang diterbitkan pada bulan Juni 2008, menunjukkan;
Bahkan jika kapasitas nuklir digandakan empat kali pada tahun 2050,
kontribusinya hanya 6% terhadap upaya menurunkan emisi karbon - dari sektor
energi - sampai setengahnya pada tahun 2050 tersebut.

Kok, bodoh banget kalau dengan kontribusi sekecil itu mereka mau ambil resiko
begitu besar! Ekspansi nuklir seperti yang diinginkan industrinya juga tugas yang
mustahil. Sejak tahap perencanaan, tahap pembangunan sampai pengoperasian
rata-rata butuh waktu sepuluh tahun. Itu berarti bahwa listrik yang dihasilkan
baru dapat dinikmati jauh setelah tahun 2020, yaitu pada saat di mana dunia
seharusnya sudah jauh mengurangi emisi gas rumah kaca. Di samping itu, PLTN
tersebut akan terus menimbulkan bahaya besar dari limbah yang dihasilkan,
radiasi zat radioaktif, dan kemungkinan kecelakaan serta bencananya.

Kembali Ke atas

13. Kalau bukan nuklir, apa yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi
bangsa ini?

Tahu nggak, energi terbarukan bisa memenuhi kebutuhan energi global enam kali
lebih banyak dibandingkan dengan teknologi yang sudah ada sekarang
ditambah dengan jaminan keberlanjutan, secara damai, bersih, dan
ketersediaannya yang melimpah. Energi terbarukan adalah sumber energi yang
benar-benar bersih (dengan emisi karbon yang sangat rendah) dan tidak
mengandalkan bahan bakar fosil (batu bara, minyak, atau gas bumi), atau fisil
(uranium). Contoh energi terbarukan adalah panas bumi (geothermal), biomasa,
angin, surya, mikro-hidro, dan gelombang.

Potensi panas bumi di Indonesia sama dengan 27,000 megawatt atau 40% dari
potensi panas bumi di dunia. Panas bumi adalah sumber energi yang sudah
terbukti efektif dan bersih. Tenaga angin sedang mengalami lonjakan di negara
seperti Spanyol, Jerman, dan Cina, sedangkan tenaga surya semakin murah dan
menjanjikan. Sayangnya pemerintah kurang mengutamakan pemakaian energi
terbarukan dan memanfaatkan potensinya secara penuh.

Kembali Ke atas

14. Memang energi terbarukan bisa diandalkan?

Ada orang (khususnya mereka yang gencar mempromosikan nuklir) bilang bahwa
energi terbarukan tidak bisa diandalkan karena pasokan listriknya tidak stabil
(misalnya kalau angin lagi mereda, turbin-turbin tidak digerakkan). Tapi dengan
jaringan listrik yang cerdas dan terdesentralisasi kita justru bisa mengembangkan
sistem listrik yang lebih efektif, terjangkau, dan tidak boros seperti jaringan listrik
skala besar yang dipakai sekarang.

Instalasi pembangkit tenaga energi terbarukan bersifat lebih cepat, lebih murah,
dan lebih terpercaya dibandingkan dengan instalasi pembangkit tenaga nuklir.
Waktu konstruksi yang diperlukan untuk turbin angin misalnya, hanya sekitar 2
minggu, ditambah dengan sekitar 1-2 tahun untuk perencanaannya. Pembangkit
listrik tenaga angin bisa mengikuti perkembangan kebutuhan dari negara seperti
India dan China dengan lebih mudah dibandingkan dengan program tenaga nuklir
yang lambat dan tidak pasti. Di Cina, misalnya, kapasitas tenaga angin sudah
mengingkat dari 4,000 MW menjadi 10,000MW, sedangkan kapasitas nuklir di
Cina hanya sebesar 9,000MW. Target tenaga angin pemerintah Cina juga jauh
lebih besar daripada nuklir yaitu 100GW tenaga angin ketimbang hanya 12,1 GW
nuklir sampai tahun 2020.

Setiap uang yang diinvestasikan untuk efisiensi listrik akan menggantikan tujuh
kali lebih banyak karbon dioksida dibandingkan dengan setiap uang yang
diinvestasikan dalam tenaga nuklir. Kenyataannya, tenaga nuklir merongrong
solusi sebenarnya untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengalihkan
investasi yang sangat dibutuhkan bagi sumber energi yang bersih dan terbarukan
serta efisiensi energi.

Jadi pakai aja sumber energi terbarukan dengan sekaligus menolak PLTN.
Kenapa tidak?

http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/akhir-dari-zaman-
nuklir/Komik_anti-nuklir/nuklir_dan_komik_Nuklir/
Energi Terbarukan Lebih Merusak Lingkungan Dibandingkan Energi Nuklir

Terbarukan tidak berarti selalu hijau. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Jesse Ausubel di
Rockefeller University - New York. Dalam tulisannya di Inderscience's International Journal of
Nuclear Governance, Economy and Ecology, dia menjelaskan bahwa dengan membangun
pembangkit listrik tenaga angin, membendung sungai, dan menanam pepohonan untuk biomass,
semuanya dalam kapasitas dan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi secara
global, akan mengakibatkan kerusakan lingkungan.

Ausubel juga menganalisa bahwa banyaknya energi yang bersumber dari energi terbarukan untuk
menghasilkan beberapa watt daya listrik, akan menggunakan lahan per 1 meter persegi. Dia juga
membandingkan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh energi terbarukan dengan
kebutuhan lahan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. 'Energi nuklir adalah ramah lingkungan.
Pertimbangkan dengan daya listrik yang dihasilkan dari lahan seluas 1 meter persegi, nuklir
mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki energi terbarukan', ujarnya.

Menurutnya, energi terbarukan tidak mempunyai keuntungan dari skala ekonomis. Semakin besar
daya listrik yang dihasilkan, maka semakin luas pula lahan yang dibutuhkan.

Dia juga mencontohkan secara hipotesis, menggenangi seluruh propinsi Ontario di Kanada, yang
kurang lebih seluas 900.000 km persegi, dengan 680.000 milyar liter air hujan, dan kemudian
menyimpannya dalam bendungan setinggi 60 meter, hanya akan menghasilkan 80% dari total
daya listrik yang dihasilkan oleh 25 pembangkit listrik di Kanada.

Energi biomassa juga sangat tidak efisien dan bersifat merusak lingkungan.

Untuk menghasilkan listrik sebesar yang dihasilkan oleh sebuah PLTN, akan membutuhkan lahan
seluas 2500 km persegi. 'Peningkatan pemakaian bahan bakar biomassa dalam segala bentuk
adalah perbuatan kriminal', ungkapnya. 'Manusia seharusnya menyisakan lahan untuk
kepentingan alam. Setiap mobil akan membutuhkan kurang lebih 1-2 hektar'. Berpindah topik ke
masalah energi angin, Ausubel menyatakan meskipun lahan yang dibutuhkan untuk pembangkit
listrik tenaga angin 3-10 kali lebih kecil dibandingkan dengan lahan yang dibutuhkan untuk
biomassa, tetapi dibutuhkan kurang lebih 770 km persegi untuk menghasilkan energi setara
dengan PLTN berkapasitas 1.000 Megawatt electric (MWe) dengan catatan kecepatan angin dan
arah angin tetap.

100 meter persegi daerah yang berangin, seperti apartemen di Manhattan, hanya cukup untuk
melistriki satu atau dua lampu, tetapi tidak cukup untuk menyalakan komputer, mesin cuci, oven
microwave dan TV plasma. Energi surya juga tidak luput dari kritikannya. PLTS akan menutupi
lahan seluas lebih dari 150 km persegi untuk menyimpan dan menghasilkan listrik setara dengan
PLTN berkapasitas 1.000 MWe.

Menurutnya, setiap bentuk energi terbarukan membutuhkan infrastruktur dan material 10 kali
bahkan lebih per kilowatt, seperti beton, baja, dan jalan akses jika dibandingkan dengan gas alam
atau nuklir. Meskipun penambangan uranium membutuhkan beberapa ratus kilometer persegi dan
ada pertimbangan untuk tempat penyimpanan limbah, keamanan dan keselamatan, tetapi PLTN
meninggalkan jejak kerusakan lingkungan yang jauh lebih kecil. Dari skala ekonomi, PLTN bisa
digandakan keluarannya ataupun dikecilkan dari sistem, sama seperti halnya komputer yang
berkemampuan besar dengan ukuran yang semakin kecil. 'Energi terbarukan tetap terbarukan,
tetapi tidaklah ramah lingkungan', imbuhnya, 'Jika kita ingin mengurangi bangunan-bangunan
baru dan pemerkosaan terhadap alam, nuklir energi adalah pilihan yang terbaik'.

Reaktor Nuklir Pra Sejarah

Telah ditemukan reaktor nuklir tertua yang pernah dibuat di dunia, yang telah ada sejak
2.000.000.000 tahun yang lalu (jauh sebelum era jurassic)

Reaktor Nuklir Pra Sejarah


Pada tahun 1972, seorang ahli fisika Perancis, Francis Perrin menyatakan sebuah laporan yang
mengejutkan, bahwa telah ditemukan reaktor nuklir tertua yang pernah dibuat di dunia, yang
telah ada sejak 2.000.000.000 tahun yang lalu (jauh sebelum era jurassic) dan mampu
dioperasionalkan selama beberapa ratus ribu tahun kemudian, dengan penggunaan daya rendah.
Keseluruhan yang ditemukan ada 15 reaktor pada 3 deposit Uranium di area pertambangan Oklo,
Republik Gabon. dan lalu dikenal sebagai fosil Reaktor-reaktor Oklo.

Tanggal 2 Juni 1972, petugas analisis di Pierrelatte - Nuclear Fuel Processing Plant, Perancis
(yang mengimpor kebutuhan Uraniumnya dari Gabon) pada mulanya hanya melakukan pekerjaan
rutinnya untuk memeriksa massa beberapa contoh Uranium yang akan digunakan tersebut
dengan Spektrometer. Uranium yang akan diproses, seperti biasa adalah bermassa 235U dengan
nilai rasionya selalu adalah 0,00720, namun pada contoh yang diperiksa ternyata mempunyai
rasio 0,00717. Walaupun perbedaan yang ditemukan itu relatif kecil namun membuat para ahli
dari Perancis lalu berdatangan langsung ke pertambangan Oklo dan di sana justru menemukan
Uranium dengan rasio yang jauh lebih rendah lagi, mencapai 0,00440. Perbedaan rasio yang lebih
rendah ini hanya akan terjadi jika 235U sebagai bahan bakar telah pernah digunakan untuk proses
reaksi nuklir. Bahkan di lokasi yang sama juga ditemukan produk keluaran proses reaksi nuklir,
yaitu Neodymium, sama dengan yang dihasilkan oleh reaktor nuklir masa kini.

Rasa was-was hilang setelah berkunjung ke reaktor nuklir Serpong

Serpong - Gambaran mengerikan tentang nuklir yang ada dibenak rombongan GP Anshor akhirnya
terjawab sudah. Selama ini nuklir dianggap suatu yang membahayakan, misalnya bom yang dapat
meledak dengan dahsyat ataupun bahaya radiasi yang merusak lingkungan, ternyata
kebalikannya. Anggapan-anggapan tersebut perlahan terhapus setelah mereka datang
mengunjungi instalasi nuklir BATAN, RSG-GAS, pengelolaan limbah radioaktif, sekaligus
pengolahan bahan bakar di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang.

Kedatangan GP Anshor dan Ketua Umumnya Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) ke BATAN, Selasa (21/8)
sebagai tindak lanjut dari diskusi Urgensi Nuklir yang digelar oleh GP Anshor sebulan yang lalu.
Di samping untuk melihat secara langsung kegiatan litbangyasa iptek nuklir dan pemanfaatannya
untuk kesejahteraan manusia, juga untuk mengetahui reaktor nuklir dan sumber energi jangka
panjang serta pengelolaan limbahnya.

Rombongan diterima oleh kepala BATAN Dr. Hudi Hastowo, Deputi Bidang Pengembangan Energi
dan Teknologi Nuklir Ir Adiwardoyo, dan Deputi Bidang Pengembangan Teknologi Daur Bahan
Nuklir dan Rekayasa Dr. Karyono HS, serta Deputi Bidang Pendayagunaan Hasil Litbang dan
Pemasyarakatan Iptek Nuklir Prof. Dr. Aang Hanafiah Ws. Mereka diajak untuk melihat
pengoperasian reaktor GA Siwabessy.

Sesuai aturan yang berlaku sebelum masuk ruang reaktor dilakukan pemeriksaan radiasi yang ada
di dalam tubuh menggunakan detektor radiasi, setelah selesai berkunjung diperiksa kembali,
ternyata radiasinya tidak bertambah. Hal ini, untuk mengetahui apakah ada radiasi yang masuk ke
dalam tubuh saat berkunjung.

Dalam kesempatan tersebut pihak BATAN memaparkan pemanfaatan iptek nuklir di segala bidang,
seperti di bidang pertanian, peternakan, kesehatan/kedokteran, industri, lingkungan termasuk
bidang energi. Dijelaskan pula kondisi penelitian yang dilakukan saat ini, yaitu apa yang sudah,
sedang, dan yang akan dilakukan BATAN. Hasil diskusi pada pertemuan tersebut GP Anshor
menyarankan agar BATAN lebih meningkatkan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat.

Menanggapi pertanyaan GP Anshor tentang pengembangan energi Iran, pihak BATAN menjawab
bahwa saat ini pemerintah Iran berencana mengembangkan teknologi pengayaan bahan bakar
nuklir. sumber : energiportal

http://www.warintek.ristek.go.id/nuklir/info_nuklir/energi_terbarukan.html
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Di Indonesia
Jakarta (16/10/2012)- Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu
pilihan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi nasional yang terus meningkat. Sedangkan pilihan
yang lain, yakni pemanfaatan energi baru terbarukan, seperti tenaga panas bumi, tenaga angin,
tenaga surya, tenaga air, biomassa dan hydrokinetic energy (pemanfaatan air laut untuk energi),
yang sampai saat ini belum dioptimalkan.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi yang terus meningkat, khususnya untuk keperluan
sektor industri, usaha, kebutuhan listrik perkotaan dan pengembangan wilayah seiring dengan
pertumbuhan ekonomi, maka pembangunan PLTN di Indonesia perlu dipertimbangkan menjadi
pilihan. Untuk itu, pembangunan PLTN guna memenuhi kebutuhan industri harus dipersiapkan dari
sekarang. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik sebagai komplementer, dapat dikembangkan
pembangkit listrik tenaga dari energi baru terbarukan, seperti panas bumi, air dan matahari.
Permasalahan pembangunan PLTN masih menjadi perdebatan oleh para ahli. Wacana tersebut telah
berubah tidak hanya menjadi masalah energi, tapi juga masalah sosial. Sementara, pemerintah belum
menentukan sikap berkaitan dengan kebijakan pasokan energi listrik dari PLTN.
Potensi Energi Nasional
Anggota Dewan Energi Nasional yang juga merupakan Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Ir.
Rinaldy Dalimi, M.Sc. Ph.D berpendapat pihaknya tidak menentang atau berantipati dengan PLTN,
namun beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam membangun PLTN di Indonesia
antara lain potensi energi Indonesia, kondisi geografis Indonesia, keekonomian PLTN, penguasaan
teknologi, kebijakan energi nasional, keamanan masyarakat/negara dan lingkungan strategis.
Potensi energi nasional yang melimpah ruah memang tidak diragukan, terutama energi terbarukan
yang sangat bervariatif. Namun, sejauh ini belum dimanfaatkan secara optimal. Besaran energi
terbarukan di Indonesia dipetakan sebagai berikut : (a). Tenaga air diperkirakan: 75,67 Giga Watt
(GW); (b). Panas bumi: 28,00 GW; (c).Biomassa: 49,81 GW; (d). Energi laut (Hydrokinetic Energi):
240,00GW dan (e). Matahari (6-8 jam/hari): 1200,00 GW. Disisi lain juga terdapat potensi energi
fosil, seperti batubara (104 Miliar Ton) dan gas bumi (384,7 TSCF) yang cenderung produksinya saat
ini diekspor sebagai sumber pendapatan negara. Disamping itu, Indonesia juga dikenal sebagai
penghasil minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) terbesar di dunia, dimana CPO dapat dijadikan
sebagai Biofuel.
Besarnya potensi sumber daya energi baru yang berasal dari energi laut, biomassa dan surya sangat
prospektif dan menjanjikan. Tetapi yang terjadi sebaliknya, krisis energi listrik semakin menghantui
Indonesia. Krisis energi listrik yang terjadi bukan disebabkan Indonesia tidak mempunyai sumber
daya energi primer, namun lebih disebabkan karena belum melakukan tata kelola energi yang tepat,
baik dan benar untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut .
Apabila PLTN menjadi pilihan di tengah ancaman krisis energi, maka pemerintah perlu
memperhatikan studi keekonomian energi listrik yang dihasilkan oleh PLTN. Studi keekonomian PLTN
yang pernah dilakukan oleh Keystone Center 2007 di Amerika menunjukan bahwa biaya konstruksi
pembangunan PLTN bervariasi antara US$ 3600-4000/KW dengan harga listrik antara US$ 8-11
cents/KWH. Sementara, studi yang dilakukan oleh Standard & Poor's and Moody's, mendeskripsikan
biaya konstruksi PLTN sebesar US$ 5000-6000/KW. Sedangkan berdasarkan beberapa kontrak PLTN
di Amerika dengan menggunakantype Advanced Passive - AP 1000 diperlukan investasi sebesar US$
5000/KW. Apabila biaya decommissioning dan biaya pengolahan limbah uranium dimasukan sebagai
biaya investasi, maka harga listrik PLTN pada tahun 2008 adalah sebesar US$ 7000/KW, dan harga
energi listriknya sebesar U$ 8-11cents/KWH. Sedangkan harga pada 2020 diperkirakan akan
meningkat dua kali lipatnya (Moodys Corporate Finance).
Sebagaimana diketahui, Indonesia telah memiliki Pusat Reaktor Atom pertama di Bandung, yang
diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 1965. Dengan fasilitas Reaktor Penelitian tersebut, maka
berdasarkan UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran, Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) dapat menyelenggarakan penelitian dan pengembangan produksi bahan baku untuk
pembuatan dan produksi bahan bakar nuklir. BATAN sudah mampu melakukan rekayasa isotop dan
hasilnya telah diekspor ke berbagai negara untuk keperluan industri peralatan pencuci darah,
pengembangan padi varietas unggul, dan lain-lain. Saat ini Indonesia belum
memproduksi uranium dan belum mendapat ijin untuk melakukan pengayaan uranium sebagai bahan
bakar nuklir.
Kebijakan Energi Nasional 2010-2050 yang dikeluarkan Kementerian ESDM maupun Rencana
Umum Pembangunan Tenaga Listrik sampai 2025 belum menyebutkan adanya rencana
pembangunan PLTN. Dalam UU No. 10 Tahun 1997, BATAN ditugaskan untuk menguasai teknologi
produksi uranium sebagai bahan baku untuk bahan bakar nuklir. Namun ironisnya apabila PLTN
dibangun di Indonesia, maka uranium tersebut harus diimpor. Hal ini menambah ketergantungan
Indonesia dengan negara lain.
Pembangunan PLTN di Indonesia harus memperhatikan kondisi geografis Indonesia yang beresiko
tinggi, karena terletak di daerah gempa dan pada Ring of Fire. Disamping itu, instalasi PLTN juga
menjadi titik terlemah dari serangan musuh dan kegiatan sabotase. Dalam konteks keamanan
negara, instalasi PLTN perlu diinformasikan dengan rinci dan apa adanya tentang resiko apabila
terjadi bencana nuklir (penguasaan teknologi, ketergantungan dengan negara lain, bahaya radiasi
yang dapat meresahkan masyarakat, boikot negara lain, kondisi daerah bencana, SDM yang stabil
secara emosional dan variabel lainnya).
Setelah bencana Fukushima terjadi beberapa bulan lalu, dunia mengeluarkan dana penelitian yang
besar untuk mempercepat pembangunan energi baru terbarukan, karena dunia meyakini bahwa
energi tersebut merupakan energi masa depan yang tidak beresiko terhadap kehidupan. Diprediksi
pada tahun 2030 harga energi baru terbarukan sudah akan lebih murah dari harga energi fosil dan
nuklir, sehingga dunia akan beralih secara bertahap dari energi fosil ke energi baru terbarukan.
Indonesia mempunyai potensi energi fosil yang cukup untuk menunggu keekonomian energi baru
terbarukan tersebut, sehingga tidak perlu membangun PLTN.
Pembangunan PLTN merupakan pilihan, karena Indonesia mempunyai sumber energi lain yang lebih
murah dan tidak beresiko tinggi dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia secara optimal.
Dengan demikian, PLTN bukan menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan energi Indonesia.
Pandangan serta pendapat yang menyarankan PLTN bukan dijadikan sebagai pilihan utama, bukan
semata-mata menyiratkan penolakan pembangunan PLTN. Namun, dalam hal ini yang perlu menjadi
penekanan bagaimana pemerintah dan masyarakat perlu mendapatkan informasi yang benar sebagai
bahan pertimbangan secara komprehensif untuk pengambilan keputusan tentang pembangunan
PLTN.
PLTN Untuk Dukung Stabilitas Pasokan Listrik
Dalam pandangan Kepala BATAN, Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto, manfaat yang dihasilkan
dari penggunaan nuklir lewat pembangunan PLTN antara lain untuk mendukung stabilitas pasokan
energi listrik, mengurangi laju pengurasan energi fosil yang cadangannya sangat terbatas, dan
mendukung pengurangan dampak akibat pemanasan global.
Energi listrik dari reaktor nuklir merupakan bagian dari sistem bauran energi yang optimal ( optimum
energy mix) simbiotik - sinergistik dengan energi fosil dan terbarukan lainnya dalam memenuhi
kebutuhan energi nasional.
Pada masa lalu penguasaan teknologi nuklir merupakan hal yang sensitif karena berkaitan erat
dengan senjata nuklir, hal tersebut disebabkan oleh isu pengkayaan uranium dan olah ulang bahan
bakar uranium tersebut. Sebagai contoh, dengan memiliki kemampuan pengkayaan uranium U235 di
atas 20%, berarti negara tersebut kemungkinan mampu membuat "senjata nuklir". Sedangkan
kebutuhan uranium untuk PLTN hanya membutuhkan pengkayaan uranium sekitar 3 sampai dengan
4 %.
Pada era 1970 1990-an, BATAN melakukan penelitian terhadap teknologi pengkayaan dan olah
ulang uranium, baik yang dilakukan di dalam maupun luar negeri, sehingga sumber daya manusia
BATAN dapat menguasai IPTEK ketenaganukliran. Namun ketidakjelasan program pembangunan
PLTN ke depan dan adanya inspeksi International Atomic Energy Agency (IAEA) secara berkala yang
meminta rincian program nuklir di Indonesia, menyebabkan program dan kegiatan penelitian nuklir
untuk PLTN menjadi surut.
Indonesia memiliki potensi mineral radioaktif seperti uranium, yaitu di Kalan dan Kawat (Kalimantan)
dengan total potensi sebesar 34.863 ton U3O8 . Disamping itu, juga terdapat di 20 daerah sumber
daya spekulatif berindikasi memilki potensi yang tersebar di beberapa pulau, siap ditingkatkan
menjadi sumber daya potensial.Sedangkan sumber daya potensial bahan baku nuklir
berupa thorium, terdapat di daerah Bangka-Belitung dan sekitarnya, dengan total potensi di Bangka
Selatan sebesar 5.487 ton. Belum lagi terdapat potensi lainnya yang berada di dasar laut.
Adanya laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang sebanding dengan
meningkatnya kebutuhan energi, maka pemerintah Indonesia bermaksud menerapkan bauran energi
secara optimum dari berbagai sumber energi, salah satunya yang memungkinkan dari PLTN.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tanggal 20 September 2011 menandatangani
Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN-GRK). Ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Bali Action
Plan pada Conference of Parties United Nations Climate Change Convention (COP UNFCCC) ke-13 di
Bali, Desember 2007. Untuk memenuhi komitmen pemerintah Indonesia yang secara sukarela
menurunkan emisi GRK 26% dengan usaha sendiri, atau mencapai 41% dengan bantuan
internasional pada tahun 2020.
Berdasarkan Undang-Undang No 17 Tahun 2007, pada RJPN 2005-2025 dan Keputusan Presiden
No.5 Tahun 2006, mentargetkan bauran energi sampai tahun 2025 dengan kontribusi nuklir 2% dari
energi primer atau 4% listrik (4.000 MWe). Berdasarkan regulasi yang ada, maka diharapkan
Indonesia dapat membangun 2 unit PLTN. Unit pertama direncanakan dapat beroperasi sebelum
2020 untuk memenuhi kebutuhan bauran energi nasional, sehingga secara strategis jangka pendek
kebutuhan energi terpenuhi dan secara jangka panjang efektif dan efisien. Namun sampai sekarang
masih terjadi pro-kontra, baik di kalangan para pakar maupun di masyarakat awam, tentang perlu
tidaknya PLTN dibangun di Indonesia .
Kegiatan yang dilakukan oleh BATAN di daerah Bangka-Belitung merupakan studi kelayakan terhadap
kemungkinan, bila suatu saat wilayah Bangka-Belitung dijadikan tapak PLTN. BATAN sendiri tidak
memiliki wewenang membangun PLTN. Namun sebagai lembaga riset, BATAN mempunyai kewajiban
melakukan penelitian pendahuluan untuk mempersiapkan bahan kebijakan pemerintah dalam
memutuskan pembangunan PLTN. Dalam kegiatan studi tapak dan penelitian tersebut, BATAN
menghadapi resistensi dari masyarakat di Bangka-Belitung.
Pembangunan PLTN merupakan salah satu opsi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Memang, pembangunan PLTN di Indonesia beresiko tinggi. Oleh karena itu, sebelum keputusan
diambil pemerintah perlu mempertimbangkan semua aspek secara komprehensif, bukan hanya aspek
teknis tetapi juga aspek sosial ekonomi keamanan masyarakat, lingkungan strategis dan potensi
ancaman teroris serta sabotase.
Pembangunan PLTN sebagai salah satu opsi untuk memenuhi kebutuhan energi perlu
dipertimbangkan, mengingat keperluan energi nasional terus meningkat, rencana pembangunan
PLTN perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Pemerintah juga perlu mendapat masukan dan
memperoleh data-data yang obyektif tentang semua aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum
membangun PLTN. Sebagai persiapan membangun PLTN, pemerintah perlu menetapkan salah satu
kementerian atau BUMN sebagai penanggung jawab. (*)

http://www.bin.go.id/wawasan/detil/146/3/16/10/2012/pembangunan-pembangkit-
listrik-tenaga-nuklir-di-indonesia
Kogenerasi Listrik dan Panas
Hendri Firman Windarto (BATAN)

Seperti yang sudah ditunjukkan oleh lembaga energi


dunia, bahwa kebutuhan energi akan meningkat dari
tahun ke tahun, khususnya di sektor tenaga listrik untuk
memenuhi kebutuhan penduduk dunia yang makin
bertambah. Di sisi lain masalah-masalah lingkungan
termasuk efek rumah kaca akibat emisi karbon dioksida
dan gas-gas lain dari pembakaran bahan bakar fosil,
merupakan masalah yang sangat serius di mata
Intergovernmental Panel on Climate Change dan
lembaga-lembaga lainnya.

Energi nuklir sangat potensial untuk memecahkan masalah seperti ini dan sudah
menjadi sumber energi yang sangat berharga dan menguntungkan bagi lingkungan.
Dewasa ini sumbangan energi nuklir pada produk listrik dunia sekitar 17 persen .

Hanya sebagian dari tenaga itu yang sedang direalisasikan. Teknologi mempunyai
peran yang lebih besar dalam menjamin pasokan energi yang cocok untuk
menghasilkan baik listrik maupun panas untuk rumah tangga, industri serta tujuan-
tujuan lainnya.

Pemanfaatan Energi Panas

Di seluruh dunia, sekitar 30 persen dari total energi utama digunakan untuk
menghasilkan listrik. Sebagian besar dari 70 persen sisanya digunakan baik untuk
transportasi atau dikonversi menjdai air panas, uap dan panas. Hal ini menunjukkan
bahwa pasaran non listrik terutama untuk air dan uap cukup besar.

Dewasa ini energi nuklir digunakan untuk menghasilkan listrik pada lebih dari 24
negara. Sebanyak 423 pembangkit tenaga nuklir dengan total kapasitas sekitar 324
gigawatt listrik (GWe) sedang beroperasi dan sekitar 80 pembangkit tenaga nuklir
dengan total kapasitas sekitar 80 GWe sedang dibangun, dan hanya sebagian kecil
dari pembangkit tenaga nuklir sedang digunakan untuk memasok air panas dan uap.
Total kapasitas dari pembangkit tanaga nuklir ini kurang dari 5 GW thermal (th) dan
sedang dioperasikan pada beberapa negara yaitu Canada dan USSR.

Ada beberapa alasan untuk membedakan listrik dan produksi panas dari energi
nuklir. Keduanya termasuk pasaran kogenerasi yang terpisah, ukuran jaringan listrik,
biaya yang rendah dari sumber energi pengganti untuk produksi panas dan biaya
yang tinggi untuk transportasi dan distribusi.

Untuk aplikasi-aplikasi panasnya, kebutuhan temperatur spesifik sangat bervariasi


(Grafik 1). Kebutuhan temperatur spesifik mempunyai batasan mulai dari temperatur
yang paling rendah yaitu sekitar temperatur kamar untuk aplikasi seperti air panas
dan uap untuk agro industri, selanjutnya untuk pemanasan distrik dan desalinasi air
laut, sampai dengan temperatur 1000oC berturut-turut yaitu uap proses dan panas
untuk industri kimia dan uap injeksi bertekanan tinggi untuk enhanced oil recorvery,
oil shale dan oil sand processing, proses pengilangan minyak dan produksi olefin
dan pengilangan batubara dan lignite. Proses pemisahan air (water splitting) untuk
produksi hidrogen adalah pada ujung yang paling atas.

Panas dapat dipasok oleh uap sampai dengan temperatur sekitar 550 oC, di atas
temperatur tersebut, kebutuhan-kebutuhan harus disediakan secara langsung oleh
panas proses, karena tekanan uap menjadi lebih tinggi dari 550o C. Batas atasnya
yaitu 1000oC untuk panas proses yang dipasok dari energi nuklir adalah diatur
dengan dasar kekuatan jangka panjang dari material reaktor yang bersifat logam.

Selain itu tentu ada proses industri dengan kebutuhan temperatur di atas 1000 oC,
sebagai contoh, produksi baja. Proses seperti ini dapat menggunakan energi nuklir
lewat pembawa energi sekunder, seperti listrik, hidrogen dan gas sintetis.

Energi panas yang dihasilkan reaktor nuklir

Pada semua pembangkit tenaga nuklir, proses utama dalam teras reaktor adalah
konversi energi nuklir menjadi panas. Karena itu pada prinsipnya, semua reaktor
nuklir dapat digunakan untuk menghasilkan panas. Namun, secara praktis ada 2
kriteria yang menentukan yaitu temperatur panas yang dihasilkan (dari pendingin
primer) dan tekanan uap yang dihasilkan.

Berkenan dengan faktor yang pertama, reaktor berpendingin air (water - cooled
reactor) memberikan panas sampai 300oC. Jenis reaktor ini termasuk Pressurized -
Water Reactor (PWR), Boiling - Water Reactor (BWR), Pressurized Heavy - Water
Reactor (PHWR) dan reaktor bermoderator grafit yang berpendingin air ringan
(LWGR).

Reaktor bermoderator air berat dan berpendingin organik (OCHWR) mencapai


temperatur sekitar 400oC, sementara reaktor pembiak/ Liquid Metal Fast Breeder
Reactor (LMFBR) menghasilkan panas sampai dengan 540oC. Reaktor berpendingin
gas mencapai temperatur yang lebih tinggi, sekitar 650oC untuk reaktor
bermoderator grafit yang berpendingin gas maju dan reaktor bermoderator grafit
yang berpendingin gas temperatur tinggi 950oC (HTGR). (Grafik 2)

Selanjutnya di samping temperatur maksimum dari pendingin primer, pertimbangan


penting yang lainnya adalah perbedaan temperatur di antara pendingin masuk dan
pendingin ke luar.

Tekanan dari uap yang dihasilkan adalah penting jika pada penggunaan dalam
bidang enhanced oil recorvery: kedalaman sumber minyak, tekanan uap injeksi yang
lebih tinggi. Di sini, jenis reaktor yang mempunyai pendingin primer selain air
(OCHWR, LMFBR, AGR dan HTGR) mempunyai keuntungan yang mana dengan
mudah dapat menghasilkan uap injeksi dengan tekanan yang lebih tinggi (sebagai
contoh, 10MPa) untuk kedalaman ladang minyak sekitar 500m. Untuk reaktor
berpendingin air, proses mencapai tekanan seperti ini akan membutuhkan step
tambahan yaitu kompresi uap.

Kopel panas dan listrik


Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, proses konversi utama di dalam reaktor
nuklir adalah konversi energi nuklir menjadi panas. sehingga di dalam banyak aspek,
penggunaan reaktor nuklir sebagai penghasil listrik secara teknis juga dapat
digunakan sebagai penghasil panas. Baik itu dalam bentuk uap panas atau air
panas. Perbedaannya adalah kenyataan bahwa uap tidak dapat ditransportasikan
pada jarak yang panjang secara lebih ekonomis dibandingkan untuk listrik. Tetapi
akan memberikan dampak ekonomi yang baik jika digunakan untuk keperluan
proses-proses di dalam industri. Untuk memberikan hasil yang optimum,
penggunaan panas untuk industri harus disesuaikan dengan ukuran dan tipe reaktor
nuklir. Ada beberapa alternatif kopel yang dapat dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan khusus suatu industri dan pembangkitan listrik yang diinginkan. Secara
umum tiga metode dasar alternatif kopel sumber panas reaktor nuklir adalah sebagai
berikut :

1. Kopel panas langsung (Direct steam coupling)

Di dalam kopel panas langsung, reaktor nuklir memproduksi panas dan


mensuplai langsung kebutuhan proses-proses di dalam industri tanpa ada
listrik yang dihasilkan sebagai hasil samping.

2. Kogenerasi paralel (Parallel cogeneration)

Di dalam kogenerasi paralel, uap yang dihasilkan digunakan untuk listrik


bersamaan untuk kebutuhan proses-proses di dalam industri. Dimana uap
yang dihasilkan, secara paralel digunakan untuk produksi listrik dan
memenuhi kebutuhan industri (Gambar 2). Kopel semacam ini banyak disukai
dan meningkat penggunaannya karena sifatnya yang mudah disesuaikan di
dalam pemanfaatan energi. Konsumsi energi total akan sama, jika uap dan
listrik diproduksi secara terpisah.

3. Kogenerasi seri (Series cogeneration)

Di dalam kogenerasi seri, uap yang dihasilkan digunakan untuk listrik


kemudian digunakan untuk kebutuhan proses-proses di dalam industri.
Dimana uap yang dihasilkan digunakan secara seri.

Model yang lain adalah kogenerasi panas dan listrik. Kogenerasi paralel
dicapai dengan proses ekstraksi beberapa uap dari sisi sekunder generator
uap, sebelum masuk ke turbin. rangkaian kogenerasi dicapai pada saat
temperatur telah sesuai aplikasi yang diinginkan yaitu proses ekstraksi dari
sebagian atau seluruh uap pada beberapa waktu selama ekspansi uap dalam
turbin. Selama siklus ini, uap yang sudah diekstraksi sudah digunakan untuk
produksi listrik. Rangkaian kogenerasi cocok digunakan untuk proses industri
yang berhubungan dengan pemanasan distrik, desalinasi dan pertanian.

Penerapan kopel panas dan listrik

Dewasa ini sejumlah negara mempunyai pembangkit tenaga nuklir yang


sedang digunakan untuk produksi air panas dan uap. Jumlah total
kapasitasnya kurang dari 5 GWth.
Pengalaman nyata dalam kogenerasi listrik dan panas sudah ditingkatkan di
negara-negara sebagai berikut, yakni di Uni Sovit. Pengalaman ini meliputi
reaktor-reaktor di Beloyarsky, Kursk, Novovoronezh, Rovno dan Kol'skaya di
Uni Soviet. Universitas Tsinghua di China, Bruce Nuclear Power Development
di Canada, Bohunice di Czechoslovakia, Goesgen dan Beznau di Switzerland
dan Stade di Jerman.

Sebuah tinjauan teknis dari beberapa aplikasi adalah sebagai berikut :

Reaktor Panas di China

Pada Institut Teknologi Energi Nuklir (INET), Universitas Tsinghua, Beijing,


sebuah reaktor panas nuklir dengan kapasitas 5 MWth mulai beroperasi
selama musim dingin 1989-1990. Digunakan untuk memasok panas ke pusat
INET dengan pengalaman pengoperasian reaktor sudah sangat baik. Prinsip-
prinsip disain reaktor tersebut mengikuti disain dari PWR. Tekanan dan
kondisi temperatur pada loop primer adalah 186/146 C. Temperatur pada loop
menengah adalah 160/110 pada 1,7 MPa, dan pada grid panas, 90/60.

Kogenerasi paralel dari uap proses dan panas di Canada

Satu pemakaian yang terbesar dari uap proses terjadi pada Bruce Nuclear
Power Development Facility di Ontario, Canada. PHWR Candu pada lokasi ini
mampu menghasilkan lebih dari 6000 MWe listrik serta uap proses dan panas
yang digunakan oleh Ontario Hydro dan stasiun energi industri yang
berdekatan.

Stasiun nuklir Bruce-A terdiri dari 4 unit 825 MWe yang membangkitkan listrik.
Selanjutnya, pembangkit memasok uap ke alat pembangkit uap. Alat ini
membangkitkan panas proses 720 MWth dan uap untuk produksi air berat, 70
MWth untuk digunakan pada pusat energi Bruce dan 3 MWth untuk
pelayanan lainnya.

Siklus ini bersifat khusus untuk kogenerasi paralel. Panas nuklir yang telah
dihasilkan dalam reaktor ditransfer ke dalam generator uap bersamaan
dengan uap dipasok ke turbin dan kemudian secara langsung diumpankan ke
alat pembangkit uap. Uap yang diekstraksi tidak digunakan untuk
menghasilkan listrik.

Rangkaian kogenerasi air panas untuk pemanasan distrik di


Czechoslovakia

Stasiun tenaga nuklir Bohunice terdiri dari 2 unit VVER-440/320 yang telah
dirancang Soviet dan 2 unit VVER-440/213. Semua unit ini sedang dalam
pelayanan. Masing-masing unit tediri dari reaktor dengan daya termal 1375
MWth, 6 generator uap horizontal dan 2 turbin kondensasi. Pembangkit
kogenerasi listrik dan panas temperatur rendah untuk tujuan pemanasan,
industri dan pertanian di area dekat Trnava.
Dalam rangkaian siklus kogenerasi, air dipanaskan hingga temperatur 70 oC
dan 150oC. Turbin mampu memasok 60 MWth panas (Gambar 4).Gambar 4

Rangkaian kogenerasi untuk desalinasi air laut di USSR

Pemanfaatan sumber-sumber alam pada daerah kering di Kazachstan bagian


barat, USSR menjadikan masalah-masalah dalam hal memasok listrik dan air
dapat dipecahkan. Penyumbang penting pada usaha ini sudah ada di
kompleks Shevchenko yaitu fast breeder reactor jenis BN-350, 3 stasiun daya
termal dan alat desalinasi dengan peralatan destilasi termal. Kompleks ini
merupakan pembangkit uji coba pertama di dunia, dan satu-satunya untuk
sementara waktu, dimana sebuah reaktor nuklir digunakan dalam desalinasi
air laut.

Di dalam proses, generator uap BN-350 dan unit boiler memasok uap ke
beberapa turbin yang berbeda. Uap dari unit BN-350 pada tekanan 4,5 MPa
dan 450 langsung ke turbin back-pressure dan ke turbin kondensasi. Uap dari
turbin back-pressure langsung ke arah unit desalinasi dan industri-industri.

Kompleks Shevchenko adalah pusat terluas dari desalinasi termal komersil di


USSR. Ada 12 unit desalinasi yang beroperasi pada kompleks dengan total
kapasitas 140.000 M3/ air destilat setiap hari.

Masalah ekonomi dari kogenerasi nuklir

Pembangkit listrik tenaga nuklir, maupun infrastruktur untuk transportasi dan


distribusi dari air panas dan uap adalah merupakan teknologi padat modal
(mahal). Sedangkan pembangkit tenaga nuklir sudah membuktikan secara
ekonomis bersaing dengan pembangkit listrik itu sendiri. Perbedaan faktor-
faktor biaya meliputi untuk kogenerasi dan model produksi panas.

Aturan menonjol berikut ini dapat digunakan : biaya panas kogenerasi sama
dengan biaya listrik dibagi dengan koefisien kinerja alat, sebuah faktor yang
tergantung pada jenis reaktor dan parameter-parameter lain sedang
dipertimbangkan.*

Dengan menggunakan aturan tersebut, gambaran biaya untuk kogenerasi


sudah dapat dihitung, sebagai contoh : Modular High-Temperature Gas
Cooled Reactor (MHTGR) di Jerman. Dalam contoh ini, biaya listrik sama
dengan 5 US cent/kilowatt-hour-electric, biaya uap sama dengan 1,7 US
cent/kilowatt-hour-thermal dan biaya air panas sama dengan 0,5 US
cent/kilowatt-hour-thermal. Biaya ini adalah biaya yang diperhitungkan untuk
waktu hidup MHTGR selama 40 tahun.

Gabungan dari energi nuklir dan energi fosil

Lebih dari 80 persen dari penggunaan energi dunia didasarkan pada sumber
energi fosil, yaitu batubara, minyak dan gas. Pembakaran bahan bakar ini
dapat menyebabkan masalah lingkungan yang disebabkan dari emisi sulfur
oksida, nitrogen oksida dan karbon dioksida.
Untuk memecahkan masalah-masalah seperti ini, satu pendekatan yang
sudah diajukan adalah penggabungan sistem energi. Sebuah contoh untuk
suatu sistem penggabungan di masa datang adalah aplikasi panas nuklir
untuk proses reformasi gas alam. Gas sintesa, methanol, hidrogen, panas
dan listrik akan dihasilkan dari gas alam dan uranium dengan menggunakan
proses reformasi-HTGR. Dalam proses ini, gas alam terurai menjadi hidrogen
dan karbon monoksida. Hasil utama methanol, hidrokarbon cair dan hidrogen.
Sedang hasil sampingnya adalah panas dan listrik.

Contoh lain dari pendekatan yang telah digabungkan ini adalah terlihat dalam
industri minyak. Beberapa studi sudah dilakukan pada pemanfaatan tenaga
nuklir sebagai sumber panas untuk eksploitasi minyak berat. Studi ini telah
menunjukkan bahwa pilihan pada tenaga nuklir memberikan keuntungan
pada ekonomi dan lingkungan sebagai perbandingan terhadap metode
konvensional, pada kondisi pasar minyak yang menguntungkan.

Contoh ketiga adalah penggabungan dari batubara dan energi nuklir dalam
industri baja. Dilihat dari sudut pandang teknologi, contoh tersebut merupakan
penggabungan yang paling ambisius. Hal ini meliputi gasifikasi batubara
keras yang dipanaskan oleh helium panas dari HTGR.

Hasil menengah adalah gas sintesa dan kokas yang digunakan untuk proses
reduksi biji besi. Produk akhir adalah methanol dan besi glubal.

Kesimpulan

Ada suatu pemikiran yang mendalam untuk menjadikan fungsi pembangkit


nuklir untuk menghasilkan uap dan panas bagi kebutuhan rumah tangga dan
industri.

Di beberapa negara tertentu, kogenerasi dan produksi panas dengan reaktor


nuklir sudah pada jalur yang efektif untuk mempertemukan jenis kebutuhan
energi yang berbeda-beda. Potensi untuk menerapkan teknologi ini secara
lebih luas memberikan suatu harapan yang baik. Perhatian internasional pada
masalah-masalah lingkungan dan masalah-masalah lain muncul kembali
karena meningkatnya pembakaran terahadap bahan bakar fosil.

Sejalan dengan hal tersebut, IAEA mengumpulkan ahli-ahli pada suatu


pertemuan pada tahun 1990 untuk meninjau kembali status kogenerasi dan
sistem produksi panas yang didasarkan pada nuklir. Dokumen teknis
penerapan nuklir untuk produksi uap juga untuk mensuplai air panas sudah
disiapkan untuk publikasi, sehingga menyebar luaskan pertukaran
pengalaman di bidang ini.

Walaupun kebutuhan energi meningkat, pertimbangan yang lebih teliti


terhadap baik buruk teknologi ini perlu dilakukan di antara teknologi yang ada.

Daftar pustaka
1. IAEA, Nuclear application for steam and hot water supply, IAEA-
TECDOC-615, Austria, Juli 1991.
2. IAEA, Nuclear Energy for heat applications, IEAE bulletin vol. 33 no. 1,
Austria, 1991.

Sumber : Elektro Indonesia 3/1996


kirim ke teman revisi terakhir : 23 November 2004
versi cetak

http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?artikel&1101091639&8

Anda mungkin juga menyukai