Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANDI RAHAYU
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Endoskopi Laring,
Esofagus, dan Lambung Proksimal pada Kucing Lokal (Felis catus) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Andi Rahayu
NIM B04080114
ABSTRAK
ANDI RAHAYU. Endoskopi Laring, Esofagus, dan Lambung Proksimal Kucing
Lokal (Felis catus). Dibimbing oleh GUNANTI dan DENI NOVIANA.
ABSTRACT
ANDI RAHAYU. Endoscopy of Larynx, Esophagus, and Proximal Stomach in
Indonesian Domestic House Cat (Felis catus). Supervised by GUNANTI and
DENI NOVIANA.
ANDI RAHAYU
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan kemudahan-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Penelitian dengan judul Endoskopi Pencitraan Laring, Esofagus, dan Lambung
Proksimal Kucing Lokal (Felis catus) ini dilakukan sejak bulan Januari hingga
Februari 2012 bertempat di Laboratorium Bedah dan Radiologi Departemen KRP
FKH IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr drh Hj Gunanti, MS dan drh
Deni Noviana, PhD atas bimbingan, kritik, saran, dan nasihat yang telah diberikan
selama penelitian dan penulisan serta seluruh staf Bagian Bedah dan Radiologi
dan petugas kandang atas berbagai bantuan yang telah diberikan. Ungkapan
terima kasih penulis sampaikan kepada Dr drh Min Rahminiwati, MS selaku
dosen pembimbing akademik penulis serta PT Karindo Alkestron yang telah
memberikan fasilitas alat untuk untuk melaksanakan penelitian ini. Ungkapan
terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada ayah, ibu, dan
seluruh keluarga tercinta atas doa dan kasih sayangnya. Tak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman Avenzoar FKH 45,
Keluarga Mahasiswa Klaten angkatan 45, dan teman-teman villa Coklat atas
dukungan moral yang diberikan.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan guna menunjang peningkatan kesehatan hewan.
Andi Rahayu
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kucing Lokal 2
Metode Endoskopi dan Penggolongan Endoskop 3
Prinsip Kerja Endoskop 3
Struktur dan Fungsi Bagian Endoskop Fleksibel 4
Laringoskopi 5
Esofagoskopi 6
Gastroskopi 6
METODE PENELITIAN 6
Bahan Penelitian 6
Peralatan Penelitian 7
Prosedur Percobaan 7
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Hasil Pemeriksaan Fisik Kucing Lokal Penelitian 8
Kedalaman scope yang Dimasukan untuk Pemeriksaan 10
Endoskopi Pencitraan Laring Normal Kucing Lokal Penelitian 11
Endoskopi Pencitraan Esofagus Normal Kucing Lokal Penelitian 12
Endoskopi Pencitraan Lambung Proksimal Normal Kucing Lokal
Penelitian 17
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
RIWAYAT HIDUP 22
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Kucing lokal 2
2 Anatomi Endoskop Fleksibel 4
3 Gambar endoskopi laring normal kucing lokal penelitian 11
4 Gambar radiografi saat scope mencapai laring 12
5 Gambar endoskopi spinchter esofagus atas kucing lokal penelitian 13
6 Gambar endoskopi esofagus cervicalis normal kucing lokal penelitian 14
7 Gambar radiografi saat scope mencapai esofagus cervicalis 14
8 Gambar endoskopi esofagus thoracalis normal kucing lokal penelitian 15
9 Gambar radiografi saat scope mencapai esofagus thoracalis 15
10 Gambar endoskopi esofagus abdominalis kucing lokal penelitian 16
11 Gambar radiografi saat scope mencapai esofagus abdominalis 16
12 Gambar endoskopi cardia dan fundus lambung normal kucing lokal
penelitian 17
13 Gambar endoskopi corpus lambung normal kucing lokal penelitian 18
14 Gambar endoskopi lambung kucing lokal saat diinsuflasi udara
maksimal 18
15 Gambar radiografi saat scope mencapai lambung 19
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kucing Lokal
Laringoskopi
Esofagoskopi
Gastroskopi
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah satu set endoskop
fleksibel tipe Small Animal Gastroscope VET-G1580 dengan diameter scope
8.0 mm dan panjang 1.5 m, mesin radiografi tipe mobile, perlengkapan pelindung,
laringoskop, stetoskop, termometer, stopwatch, syringe 1 ml, dan sarung tangan.
Prosedur Percobaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui status kondisi umum
hewan dan memastikan tidak ada resiko sebelum dilakukan anastesi. Pemeriksaan
fisik yang dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang
diawali dengan pemeriksaan sinyalemen, keadaan umum dan status present.
Sinyalemen merupakan identitas yang melekat pada hewan yang meliputi spesies,
ras, umur, jenis kelamin, dan ciri khas lain yang membedakan dengan individu
yang lain. Keadaan umum hewan yang diamati meliputi perawatan, pertumbuhan
badan, dan kondisi vital hewan yang meliputi frekuensi denyut jantung, frekuensi
napas, suhu tubuh, capillary refill time (CRT), dan warna mukosa. Untuk
memastikan hewan tidak mengalami gangguan pernapasan dan gangguan sirkulasi
jantung, auskultasi dilakukan terhadap suara pernapasan dan suara jantung.
Anastesi Hewan
Pemeriksaan endoskopi didahului dengan menghilangkan kesadaran
hewan untuk menghindari tindakan yang tidak kooperatif hewan selama
pemeriksaan. Sebelum dilakukan anastesi, kucing dipuasakan terlebih dahulu
selama minimal 12 jam agar lambung berada dalam keadaan kosong. Anastesi
dilakukan dengan memberikan kombinasi sediaan ilium ketamil dengan dosis 10
mg/KgBB dan ilium xylazil dengan dosis 2 mg/KgBB. Sebelum dianastesi,
hewan diberi atropine sulfat dengan dosis 0.025 mg/KgBB sebagai premedikasi.
8
Pemeriksaan Endoskopi
Hewan yang telah teranastesi kemudian dibaringkan dengan posisi right
recumbency dengan kepala sedikit ditegakkan. Laringoscope dimasukan ke dalam
mulut hewan untuk mempermudah pemasukan scope ke dalam saluran pencernaan
hewan. Scope diberi gel pelumas pada permukaannya kemudian secara perlahan
dimasukan ke dalam mulut hewan hingga mencapai regio faring. Pada saat scope
sudah mencapai faring dan organ laring mulai terlihat, pengamatan dan
pengambilan gambar dilakukan. Setelah itu, secara perlahan scope dimasukan
melalui spinchter esofagus atas menuju esofagus. Insuflasi udara dapat dilakukan
agar esofagus mengembang dan mukosa esofagus dapat terlihat dengan jelas.
Pengambilan gambar dilakukan setiap scope maju sejauh 1 cm. Hal ini bertujuan
untuk membandingkan hasil pencitraan endoskopi pada berbagai bagian esofagus.
Scope kemudian diteruskan hingga mencapai lambung. Esofagus dan lambung
dibatasi oleh spinchter esofagus bawah yang dalam keadaan normal berada dalam
keadaan tertutup. Dengan sedikit insuflasi udara, spinchter esofagus bawah akan
terbuka dan scope dapat dimasukan menuju lambung hingga ujung lambung
proksimal yang ditandai dengan adanya incisura angularis. Pengamatan terhadap
mukosa dilakukan dengan membagi daerah pengamatan menjadi 4 kuadran/lapang
pandang yaitu kuadran I arah jam 10 hingga jam 2, kuadran II arah jam 2 hingga
jam 5, kuadran III arah jam 5 hingga jam 7, dan kuadran IV arah jam 7 hingga jam
10 (Steiner 2008).
Analisis Data
Data yang didapat dari penelitian ini dikaji dan dibahas dengan metode
deskriptif untuk kemudian diambil simpulan.
Menurut Eldredge et al. (2008) kucing normal memiliki nilai suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, frekuensi napas berturut-turut berada pada kisaran
37.7-39.4 C, 140-240 kali per menit, dan 20-24 per menit. Berdasarkan kisaran
10
tersebut, kucing lokal penelitian memiliki suhu tubuh yang berada dalam kisaran
normal namun memiliki nilai frekuensi denyut jantung yang lebih rendah dan
nilai frekuensi pernapasan yang lebih tinggi dari normal. Rendahnya frekuensi
denyut jantung diduga karena kucing melakukan sedikit gerak dan berada dalam
keadaan puasa. Pergerakan hewan dan aktivitas mencerna makanan akan
memmengaruhi status fisiologis hewan dimana hewan yang aktif bergerak dan
melakukan aktivitas makan akan memiliki nilai frekuensi denyut jantung yang
tinggi, begitupun sebaliknya (Widodo dan Lelana. 2011). Tingginya frekuensi
pernapasan kucing lokal penelitian diduga karena hewan mengalami stress atau
terkejut saat handling. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wijaya (2011) yang
menyebutkan respirasi yang dipercepat terjadi bila hewan terkejut, setelah
banyak bergerak, atau dalam keadaan demam.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa laring kucing lokal teramati
dengan memasukkan scope sejauh 8 0.7 cm sedangkan untuk esofagus dan
lambung proksimal teramati dengan memasukkan scope sejauh 9 0.7 cm hingga
26.2 1.3 cm dan 27.2 1.3 hingga 32 1.4 cm. Meskipun panjang scope yang
dimasukkan diketahui namun panjang esofagus dan lambung kucing yang
sebenarnya tidak dapat ditentukan menggunakan endoskop. Ujung
endoskop/distal tip mempunyai kemampuan untuk bergerak ke kiri atau ke kanan
sehingga terdapat kemungkinan ujung endoskop tidak berada tepat di tengah
lumen esofagus atau lambung. Selain itu, batas organ tidak dapat diketahui
dengan pasti karena gambar yang ditampilkan oleh endoskopi diambil ketika
obyek berada kurang lebih 1 cm di depan kamera yang terdapat diujung endoskop.
Obyek yang berada terlalu dekat dengan distal tip akan terlihat terlalu terang
akibat pengaruh cahaya yang dihasilkan oleh sumber cahaya. Panjang scope yang
dimasukkan untuk pemeriksaan dapat berbeda-beda bergantung untuk ukuran
tubuh hewan tersebut.
11
A B
a b e
b
d
c
Gambar 3 Gambar endoskopi laring normal kucing lokal penelitian . (A) pada
Kedalaman scope 6 cm, (B) pada kedalaman scope 8 cm. a: langit-
langit lunak, b: epiglotis, c: papila lidah, d: vocal fold, e: glotis
A B
Gambar 5 Gambar endoskopi spinchter esofagus atas kucing lokal penelitian. (A)
pada kedalaman scope 7 cm, (B) pada kedalaman scope 9 cm
A B
longitudinal dan lipatan transversal mukosa esofagus yang ada pada sepertiga
distal esofagus kucing (Moore 2008). Pemberian insuflasi udara pada esofagus
thoracalis akan membuat lumen nampak lebih bulat dibandingkan dengan
esofagus cervicalis. Hal ini disebabkan di dalam thoraks esofagus tidak terhimpit
oleh banyak organ lain seperti saat berada di leher.
A B
b
a
a b
A B
Gambar 12 Gambar endoskopi cardia dan fundus lambung normal kucing lokal
penelitian. (A) pada kedalaman scope 27 cm, (B) pada kedalaman
scope 28 cm. a: fundus lambung, b: corpus lambung
A B
a
c
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bacha WJ, Bacha LM. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology Ed ke-2.
Baltimore (US) : Lipincott williams dan wilkins.
Barret KE. 2006. Gastrointestinal Physiology. USA : McGraw-Hill
Barthel JS, Chamness CJ, Dodam JR, Faunt KK, Gross ME, Guilford WG, Kolata
RJ, McCarthy TC, McKiernan BC, Monnet et al. 2005. Veterinary Endoscopy
for The Small Animal Practitioner. Missouri (US) : Elsevier Science.
Coulson A, Lewis N. 2002. An Atlas of Interpretative Radiographic Anatomy of
the Dog dan Cat. Oxford (UK): Balckwell Science.
Divers SJH. 2008. Clinical Technique : Dental Endoscopy of Rabbits and Rodents.
J Exot Pet Medic 17 : 87-92.
Eldredge DM, Carlson DG, Carlson LG, Giffin JM. 2008. Cat Owners Home
Vetrinary Handbook Ed Ke-3. New Jersey (US) : Wiley.
Farrow CS. 2003. Veterinary Diagnostic Imaging the Dog and Cat Vol I. Missouri
(US): Mosby.
Guyton AC, Hall JC. 2006. Textbook of Medical Physiology, Ed ke-11.
Philadelpia (US) : Elsevier.
Han E. 2003. Diagnosis and management of reflux esophagitis. Clin Tech Sml
Anim Prac 18:231-238.
Lecoindre P. 1999. An atlas of gastrointestinal endoscopy in dogs and cats. Walth
Foc 9:2-9.
Lipinski MJ, Froenicke L, Baysac KC, Billings NC, Leutenegger CM, Levy AM,
Longeri M, Niini T, Ozpinar H, Slater et al. 2008. The ascent of cat breeds:
genetic evaluations of breeds and worldwide random-bred populations. Genetic
91:12-21
Moore LE. 2003. The advantages and disadventages of endoscopy. Clin Tech Sml
Anim Prac 18:250-253.
Moore LE. 2008. Small Animal Gastroenterology. Steiner JM, editor. Hannover
(DE): Schlutersche Verlagsgesellschaft.
Noviana D, Aliambar SH, Ulum MF, Siswandi R. 2012. Diagnosis Ultrasonografi
pada Hewan Kecil. Bogor (ID): IPB Pr.
Plumb DC. 2008. Veterinary Drugs Handbooks, Ed ke-6. Minesota(US): Wiley,
John dan Sons.
Sebastiani AM, Fishbeck DW. 2005. Mammalian Anatomy of The cat, Ed ke-2.
Colorado (US):Morton Publishing Company.
Shumway R, Broussard D. 2003. Maintenance of gastrointestinal endoscopes.
Clin Tech In Sml Anm Prac 18:254-261
21
Slovis NM. 2004. Atlas of Equine Endoscopy. Missouri (US): Mosby Elsevier.
Stierschneider M, Franz S, Baumgartner W. 2007. Endoscopic examination of the
upper respiratory tract and esofagus in small ruminants : technique and normal
appereance. Vet J 173:101-108
Steiner JM. 2008. Small Animal Gastroenterology. Hannover (DE): Schlutersche
Verlagsgesellschaft
Suwed MA, Budiana NS. 2006. Membiakan Kucing Ras. Depok (ID): Penebar
Swadaya.
Tams TR. 2005. Esophagoscopy and Gastroscopy. Di dalam: Tams TR editor.
Introductions to Flexible GI Endoscopy. Proceedings of The North American
Veterinary Conference. Florida, 8-12 Juni 2005. Florida : Eastern States
Veterinary Association.
Tams TR, Rawlings CA. 2011. Small Animal Endoscopy, 3rd ed. Missouri (US):
Mosby Elsevier.
Thrall DE. 2002. Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology, Ed ke-2.
Philadelphia (US): Saunders.
Widodo S, Lelana RPA. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Widodo S, editor.
Bogor (ID) : IPB Pr.
Wijaya A. 2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Widodo S, editor. Bogor (ID) :
IPB Pr.
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Klaten pada tanggal 27 Agustus 1990 sebagai anak kedua
dari pasangan H. Subarno dan Sri Suranti. Penulis merupakan alumnus SMA
Negeri 1 Cawas Klaten tahun lulusan 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa
di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama masa perkuliahan, penulis diamanahi sebagai ketua angkatan
keluarga Avenzoar FKH 45. Penulis juga aktif mengikuti berbagai lembaga
organisasi mahasiswa intra kampus. Penulis pernah terdaftar sebagai staf di
kementrian kebijakan kampus BEM KM IPB 2009/2010, Ketua Departemen
Rumah Tangga DKM AN NAHL pada tahun 2009/2010 dan 2010/2011, Ketua
Keluarga Mahasiswa Klaten (KMK IPB) pada tahun 2010/2011, dan Anggota
Himpro Ruminansia FKH IPB 2009/2011. Penulis juga pernah terdaftar sebagai
asisten praktikum mata kuliah Histologi Veteriner I pada tahun 2011 dan
Pengelolaan Kesehatan Hewan dan Lingkungan (PKHL) pada tahun 2012.
Di sela-sela perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti berbagai kompetisi
ilmiah. Prestasi yang pernah diraih oleh Penulis antara lain penerima beasiswa
Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) 2010/20l2, lolos PKM yang didanai oleh
DIKTI sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2009/2010 dan 2010/2011, Presentasi
poster di IVSA (International Veterinary Student Association) pada tahun 2011 di
Universitas Airlangga, presentasi paper di Aceh Development International
Conference (ADIC) pada tahun 2012 di IIUM Kuala Lumpur, Malaysia, dan
terpilih sebagai 10 besar mahasiswa berprestasi FKH IPB tahun 2012.