Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak
1. Pengertian Pajak
Beberapa ahli mengemukakan definisi tentang pajak, diantaranya
adalah :
a. Rochmat Soemitro pajak ialah iuran kepada kas Negara (peralihan
kekayaan dari sektor penukliran ke sektor pemerintahan) dengan
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang secara langsung dapat
ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
b. Andrian pajak adalah : iuran kepada kas Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak, membayarnya menurut
peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat pretasi kembali yang
langsung dapat ditunjukkan dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara
untuk menyelenggarakan pemerintahan.
c. Soeparman Soemahamidjaja : pajak adalah iuran wajib, berupa uang
dan barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hokum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif
dalam mencapai kesejahteraan umum.1

2. Fungsi Pajak
Dilihat dari definisi pajak diatas, pajak mempunyai fungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum. Safri Nurmantu menyatakan
bahwa pajak memiliki dua fungsi yaitu : fungsi budgeter dan fungsi
regulerend. Pajak berfungsi budgeter, yaitu untuk mengumpulkan uang
pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku

1
Suparmono dan Thereisa Worodamayanti, Perpajakan Indonesia mekanisme dan
perhitungan, Andi Offset, Yogyakarta, 2005, hlm. 2-3.

8
9

yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-


pengeluaran Negara, yatiu pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan bila ada surplus akan digunakan sebagai taabungan
pemerintah. Sedangkan fungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa
pajak-pajak tersebut digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-
tujuantertentu.2
Meski demikian dalam pengaduan Ricrhad Burton dan Wirawan
B.Ilyas terdapat pula fungsi lain dari pajak yang saat ini mengemukakan,
yaitu fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi. Fungsi demokrasi
menyatakan bahwa pajak merupakan salah satu penjelmaan atau wujud
sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan
demi kemaslahatan manusia.Sebagai implementasinya, pajak memiliki
konsekuensi untuk memberikan hak-hak timbal balik yang meskipun tidak
diterima langsung, tetapi diberikan kepada warga Negara pembayar pajak.
Demikian selanjutnya hingga pajak akan berfungsi redistribusi, yaitu
mengimplementasikan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.
Bila pajak diterapkan dengan baik maka dapat dipastikan terjadi beberapa
dampak pajak terhdap perekonomian dan berbagai aspek.3

3. Teori-Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak


Atas dasar apakah negara mempunyai hak untuk memungut pajak ?
terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi
pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut
antara lain :
a. Teori Asuransi
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang
diibaratkan sebagai sebagai premi asuransi karena memperoleh
jaminan perlindungan tersebut.
2
Safri nurmantu, Pengantar Perpajakan, Granit, Jakarta, 2003, hlm. 29.
3
Wirawan B.Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta,
2004, hlm. 9
10

b. Teori Kepentingan
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan
(misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar
kepentingan seseorangterhadap negara, semakin tinggi pajak yang
harus di bayar.
c. Teori Daya Pikul
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak
harus di bayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk
mengukur daya pikul dapat digunakan 2 pendekatan yaitu:
1) Unsur objektif, dengan melihat besarnya penghasilan kekayaan
yang dimiliki oleh seseorang.
2) Unsru subjetif, dengan memperhatikan beasrnya kebutuhan
materiil yang harus dipenuhi.
d. Teori Bakti
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat
dengan negaranya.Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus
selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu
kewajiban.
e. Teori Asas Daya Beli
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya
memungut berarti menarik daya beli rumah tangga masyarakat untuk
rumah tangga negara selanjutnya negara akan menyalurkannya
kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih
diutamakan.4

4. Jenis pajak
Pajak dapat dibedakan menurut golongan, sifat dan lembaga
pemungutnya. Pengelompokan pajak sebagai berikut:
a. Jenis Pajak Menurut golongannya

4
Mardiasmo, Perpajakan edisi revisi, Andi Offsite, Yogyakarta, 2003, hlm 3-4
11

1) Pajak Langsung
Pajak yang pembebanannya tidak dilimpahkan kepada pihak lain,
tetapi harus menjadi beban langung wajib Pajak yang
bersangkutan.
contoh:
Pajak Penghailan (PPh) merupakan pajak langung karena
peengnaan pajaknya adalah langung kepada wajib pajak yang
menerima penghasilan, tidak dapat dilimpahkan kepada wajib
pajak lain.
2) Pajak tak langsung
Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain.
Contoh:
Pajak pertambahan nilai (PPN) adalah contoh dari pajak yang
menjadi Wajib Pajak Pertambahan nilai (PPN) seharusnya adalah
penjualnyalah yang mengakibatkan adanya pertambahan nilai,
tetapi pengenaan pajak pertambahan nilai dapat dilimpakan kepada
pembeli (pihak lain).
b. Jenis Pajak Menurut Sifatnya
1) Pajak Subyektif
Pajak yang didasarkan atas keadaan subyeknya, memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak yang selanjutnya dicari syarat obektifnya
(memperhatika keadaan Wajib Pajak).5
Contoh:
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak subyektif, karena pengenaan
pajak penghasilan memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang
menerima penghasilan.
2) Pajak Obyektif
Pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan diri
wajib pajak.

5
Supramono, dan Theresia Woro Damayanti, PERPAJAKAN INDONESIA, Yogyakarta:
ANDI OFFSET, 2005, hml.3
12

Contoh:
Pajak pertambahan nilai (PPN), karena pengenaan pajak
pertambahan nilai adalah peningkatan nilai dari suatu barang,
bukan pada penjual yang meningkatkan nilai barang.
Pajak bumi dan bangunan (PBB), karena PBB dikenakan
terhadap keadaah dari tanah dan bangunan, bukan keadaan
pemiliknya.
c. Jenis Pajak menurut Lembaga Pemungutannya
1) Pajak Pusat (Negara)
Pajak yang dipungut oleh pemerimtah puusat dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran Negara.
Contoh:
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak pertambahan nilai dan Pajak penjualan barang mewah
(PPN dan PPnBM)
Bea Materai
Pajak Bumi dan Bangunan (BPHTB)6
2) Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran daerah. Pajak daerah diatur dalam PP No.
18 tahun 1997 sebagaimana diubah dengan PP No. 34 tahun 2000
Pajak daerah dibedakan menjadi:
Pajak propinsi
Contoh: pajak kendaran bermotor dan kendaraan di atas air,
Bea balik nama kendaraan di atas air, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan
air bawah tanah dan air permukaan.
Pajak Kabupaten/kota

6
Ibid, hal. 4
13

Contoh: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak


reklame, pajak penerangan jalan.

5. Sistem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak di Indonesia telah bebrapa kali
mengalami perubahan, sampai dengan tahun 1967, ada beberapa sistem
pemungutan paja yang digunakan oleh Indonesia yaitu:7
a. Official assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
Cirri-cirinya adalah :
1) Wewenang utntukmenentukan besarnya wajib pajak terutang
pada fiskus.
2) Wajib pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang.
Cirri-cirinya :
1) Wewnang utuk menentukan besarnya pajak terutan ada pada
wajib sendiri.
2) Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib

7
Suparmono dan Theresia Worodamayanti, Ibid, hal. 10
14

pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang


terutang oleh wajib pajak.
Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang
pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

6. Asas-asas Pemungutan Pajak


Menurut Adam Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiri
into the Natural and causes of wealth of Nations, pemungutan pajak
seharusnya didasarkan atas:
a. Asas Equality
Harus terdapat persamaan hak dan kewajiban di antara wajib pajak
dalam suatu negara.Tidak boleh ada diskriminast di antar wajib
pajak.Akan tetapi pemungutan pajak hendaknya memperhatikan
kemampuan wajib pajak untuk membayar pajak dan sesuai dengan
manfaat yang diminta wajib pajak dari pemerintah.
b. Asas Certainty
Penetapan pajak harus jelas, tidak dilakukan secara sewenang-
wenang.Wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti
besarnya pajak terutang, kapan harus dibayar dan batas waktu
pembayarannya. Pemungutan pajak yang jelas akan memberikan
kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban wajib pajak, sehingga
akan meningkatkan kesadaran wajib pajak.
c. Asas Convenience
Pajak harus dibayar oleh wajib pajak pada saat-saat yang tidak
menyulitkan wajib pajak.Yaitu pada saat memperoleh penghasilan
(pay as you earn).Hal ini dimasudkan untuk mencegah
kemungkinan wajib pajak berupaya secara ilegal menghindari
kewajiban membayar pajak.
d. Asas Economy
Biaya untuk pemungutan pajak harus seminim mungkin, dengan
biaya pemungutan yang minimal diharapkan dapat menghasilkan
15

penerimaan pajak yang sebesar-besarnya.8 Dengan prinsip ini maka


pemerintah bauk pemerintah puasat maupun pemerintah daerah,
apat melakukan rasionalisasi dalam pemungutan pajak, sehingga
hanya pajak yang menghasilkan penerimaan besar dengan biaya
rendah yang akandikembangkan, sedangkan pajak yang
pemasukannnya kecil dan memerlukan biaya yang besar akan
ditinggalkan.

7. Pajak Menurut Para Ulama


Definisi pajak menurut para ulama antara lain sebagai berikut :
a. Yusuf Qardhawi berpendapat : pajak adalah kewajiban yang
ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan kepada
Negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali
dari Negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasikan tujuan
ekonomi, sosial, politik, dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai
oleh Negara.
b. Gazi Inayah berpendapat : pajak adalah kewajiban untuk menbayar
tunai yang ditentukan oleh pemerintah atau pejabat berwenang
yang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan tertentu. Ketentuan
pemerintah ini sesuai dengan kemampuan si pemilik harta dan
dialokasikan untuk mencakupi pangan secara umumdan untuk
memenuhi tuntuan politik keuangan bagi pemerintah.
c. Abdul Qadim Zallum berpedapat : pajak adalah harta yang
diwajibkan allah swt kepada kaum untuk membiayai berbagai
keutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang diwajibkan atas
mereka, pada kondisi di baitul mal tidak ada uang/harta.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak
memilik unsur-unsur :
a. Iuran rakyat pada Negara.

8
Ibid, hal. 5
16

b. Berdasarkan undang-undang.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara
langsung.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.9

8. Prinsip Pemungutan Pajak Dalam Sejarah Islam


Dalam literatur islam dapat ditemukan prinsip pemungutan pajak
yang antara lain :
a. Negara islam berhak menaikkan atau menurunkan pajak.
b. Besar pajak ditetapkan sesuai dengan status si pembayar dan tidak
boleh melebihi kesanggupannya.
c. Pajak ditarik setahun sekali.
d. Sebuah pendapatan yang minim bebas dari pajak.
e. Biaya-biaya perusahaan dikurangi terlebih dahulu ketika menilai
besar pajak.
f. Utang-utang dikurangi terlebih dahulu ketika menilai pajak.
g. Yang tidak dikenakan pajak adalah:
1) Tanaman-tanaman yang rusak karena banjir dan sebagainya.
2) Dalam hal tertentu, perempuan-perempuan, anak-anak kecil,
orang-orang yang ditanggung, orang-orang cacat, dan pendeta-
pendeta beserta rahib-rahib yang tidak beragama islam.
h. Menghindari pajak adalah penipuan.
i. Pengeluaran pribadi (yaitu sedekah yang melebihi jumlah pajak
yang ditetapkan hukum) tidak dipaksa oleh hukum.
j. Orang-orang asing akan dikenakan pajak berdasarkan prinsip
berbalasan.10

9
Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 31-
32
10
Safri nurmantu, Op., Cit, hlm. 99
17

Dalam Islam telah dijelaskan dalil-dalil baik secara umum atau


khusus masalah pajak itu sendiri, adapun dalil secara umum, sebagaimana
firman Allah dalam surat At Taubah ayat 41 :


Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat,
dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.(QS. At
Taubah: 41)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil.(QS. An Nisa: 29)

Dalam ayat tersebut di atas Allah melarang hamba-Nya saling


memakan harta sesamanya dengan jalan yang tidak dibenarkan. Dan pajak
adalah salah satu jalan yang batil untuk memakan harta sesamanya apabila
dipungut tidak sesuai aturan.

B. Pengetahuan Perpajakan
1. Teori Pembangunan
Teori yang mendukung pengaruh pengetahuan perpajakan
terhadap kepatuhan membayar pajak adalah teori pembangunan.
Untuk Indonesia jurtifikasi yang paling tepat adalah pembangunan.
Pajak dipungut Negara untuk pembangunan. Pembangunan
merupakan pengertian tentang tujuan suatu Negara yaitu masyarakat
yang adil, makmur, sejahtera disemua bidang kehidupan.
Pembangunan seperti itu tentunya tidak dapat dilakukan seperti
membalikkan telapak tangan, pembangunan membutuhkan begitu
abnyak biaya dan pengorbanan. Untuk itu Negara memiliki
keabsahan, wewenang untuk memungut dana dari masyarakat berupa
pajak. Karena tujuan utama dari pembangunan adalah untuk rakyat
maka sewajarnya rakyat ikut andil bersama-sama dalam pembiayaan
18

pembangunan, dengan memenuhi kewajiban perpajakannya dengan


baik dan benar.11

2. Pengertian Pengetahuan Perpajakan


Pengetahuan perpajakan merupakan wajib pajak mengetahui
dan memahami peraturan perpajakan. Kepemilikan NPWP setiap
wajib pajak yang memiliki penghasilan wajib pajak untuk mendaftar
dari untuk memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana untuk
mengadminitrasian pajak.12
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pengetahuan berarti segala
sesuatu yang diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pengetahuan
dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses belajar. Misalnya seperti pengetahuan yang ada dalam mata
pelajaran suatu kurikulum di sekolah.13
Pajak menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk public saving
yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Secara umum, pajak merupakan sumbangan yang diberikan oleh
rakyat kepada pemerintah yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-
undang.14 Definisi lain dari pajak dikemukan oleh S.I. Djajadiningrat
dalam Siti Resmi bahwa pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan

11
Siti Kurnia Rahayu. Op. Cit., hlm: 59-60.
12
Siti Nurlaela, Pengaruh Pengetahuan dan Pemahaman, Kesadaran, Persepsi Terhadap
Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas, Jurnal
Paradigma Vol. 11, No. 02, Agustus 2013 Januari 2014, hlm.92.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia
14
Soemarso. Asas dan Dasar Perpajakan I. Bandung: PT. Refika Aditama. Hlm. 2
19

pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik
dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.15
Menurut Siti Kurnia Rahayu berdasarkan konsep pengetahuan
atau pemahaman pajak wajib pajak harus memiliki di antaranya adalah
Pengetahuan mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,
Sistem Perpajakan di Indonesia, dan Fungsi Perpajakan.
Berikut ini adalah penjelasan dari konsep pengetahuan pajak di
atas yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sudah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang pada
prinsipnya diberlakukan bagi undang-undang pajak material.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan profesionalisme aparatur
perpajakan, meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan dan
meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak. Isi dari Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan tersebut antara lain mengenai hak
dan kewajiban wajib pajak, SPT, NPWP, dan Prosedur
Pembayaran, Pemungutan serta Pelaporan Pajak.
b. Pengetahuan mengenai Sistem Perpajakan di Indonesia
Sistem perpajakan di Indonesia yang diterapkan saat ini
adalah self assessment system yaitu pemungutan pajak yang
memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c. Pengetahuan mengenai Fungsi Perpajakan
Terdapat dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut :
1) Fungsi Penerimaan (Budgeter), pajak berfungsi sebagai
sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh:

15
Siti Resmi. Perpajakan Teori dan Kasus. Yogyakarta: Salemba Empat. Hlm. 1
20

dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam


negeri.
2) Fungsi Mengatur (Reguler), pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan
ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi
terhadap minuman keras dapat ditekan. Demikian pula terhadap
barang mewah yaitu dengan adanya PPnBM (Pajak
16
Pertambahan Barang Mewah).

3. Indikator Pengetahuan Perpajakan


a. Pendaftaran NPWP bagi setiap wajib pajak yang memiliki
penghasilan.
b. Pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai
wajib pajak.
c. Pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan.
d. Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP dan tarif
pajak.
e. Wajib pajak mengetahui dan memahami tentang peraturan
perpajakan melalui sosialisasi.
f. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui training.17

C. Kesadaran membayar pajak


1. Teori Bakti atau Teori Kewajiban Pajak Mutlak
Teori yang mendukung pengaruh kesadaran membayar pajak adalah
teori bakti atau teori kewajiban pajak mutlak. Penduduk harus tunduk,
patuh kepada Negara, karena Negara dalam kenyataannya sejak dahulu
sudah ada, dan diakui eksistensinya baik oleh penduduk maupun oleh
Negara lain. Dan juga Negara mengemban tugas untuk melindungi
segenap warganya. Oleh karena itu maka hubungan rakyat dengan Negara

16
Siti Kurnia Rahayu. Perpajakan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm. 10.
17
Siti Nurlaela, Op. Cit, hlm.92.
21

sangat kuat. Selain itu penduduk merupakan salah satu unsur dari suatu
Negara, maka penduduk wajib bwrbakti pada Negara, wajib membayar
pajak, sebagai rasa bakti kepada Negara.18
Penganut teori ini menganjurkan untuk membayar pajak kepada
Negara dengan tidak mempermasalahkan apa yang menjadi basic atau
dasar bagi negaranya untuk menganut pajak pada penduduknya. Karena
Negara sesuai dengan kenyataan telah ada sejak lama, maka penduduknya
wajib, mau tidak mau untuk membayar pajak, rakyat wajib berbakti pada
negaranya. Teori ini mendukung asas keadilan dalam pemungutan pajak.

2. Pengertian Membayar Pajak


Kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah rasa yang timbul dari
dalam diri wajib pajak atas kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas
tanpa adanya unsur paksaan. Kesadaran wajib pajak berkonsekuensi logis
untuk para wajib pajak agar mereka rela memberikan kontribusi dana
untuk pelaksanaan fungsi perpajakan.19
Kemajuan dan perkembangan negara ini tidak lepas darikesadaran
warganya dalam membayar pajak. Kesadaran masyarakat dalam
membayar pajak sangat erat hubungannya dengan kesadaran bernegara.
Apabila kesadaran bernegara kurang maka masyarakat kurang dapat
mengenal dan menikmati pentingnya berbangsa dan bertanah air,
berbahasa nasional, menikmati keamanan dan ketertiban, memiliki dan
menikmati kebudayaan nasional dan pada akhirnya apabila kesadaran
bernegara kurang maka rasa memiliki dan menikmati manfaat
pengeluaran pemerintah juga kurang sehingga kesadaran membayar pajak
juga berkurang.

18
Siti Kurnia Rahayu. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. (Yogyakarta;
Graham Ilmu. 2013), hlm: 59-60.
19
Sri Putri, Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Dan
Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris pada Wajib
Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Padang), Artikel Ilmiah, Universitas Negeri
Padang, 2014, hlm. 5.
22

Kesadaran membayar pajak dapat diartikan sebagai suatu bentuk


sikap moral yang memberikan sebuah kontribusi kepada negara untuk
menunjang pembangunan negara dan berusaha untuk mentaati semua
peraturan yang telah ditetapkan oleh negara serta dapat dipaksakan
kepada Wajib Pajak. Meningkatkan pengetahuan perpajakan ,masyarakat
melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun non formal akan
berdampak positif terhadap kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak.
Karakteristik wajib pajak yang dicerminkan oleh oleh kondisi budaya,
sosial, dan ekonomi akan dominan membentuk perilaku wajib pajak yang
tergambar dalam tingkat kesadaran mereka dalam membayar pajak.20
Kesadaran membayar pajak merupakan unsur dalam manusia untuk
memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi
terhadap realitas. Terdapat tiga bentuk kesadaran utama terkait
pembayaran pajak yaitu :
1. Kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisi pasi dalam
menunjang pembangunan Negara dengan menyadari hal ini, wajib
pajak mau membayar pajak karena tidak merasa dirugikan dari
pemungutan pajak yang dilakukan.
2. Kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan
beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar
karena memahami penundaan membayar pajak dan pengurangan beban
pajak berdampak pada pengurangan sumberdaya finansial yang dapat
mengakibatkan terhambatnya pembangunan Negara.
3. Kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undangan-undag dan dapat
dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran didasari
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak
setiap warga negara.21

20
Siahaan Marihot Pahala, Op. Cit, hlm. 106
21
Siti Nurlaela, Op. Cit, hlm. 92-93.
23

3. Indikator Kesadaran Membayar Pajak.


Berdasarkan uraian diatas dapat dijadikan indikator dari kesadaran
membayar pajak yaitu :22
1. Sadar bahwa Pajak adalah iuran rakyat untuk dana pengeluaran umum
pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintah
2. Sadar bahwa Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang
terbesar
3. Sadar bahwa Pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara
4. Sadar bahwa Penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban
pajak sangat merugikan negara
5. Sadar bahwa Pajak ditetapkan dengan Undang-undang dan dapat
dipaksakan

D. Kepatuhan Wajib Pajak


Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan pertauran pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu
negara. Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan patuh serta
tidak memiliki tunggakan atau keterlambatan penyetoran pajak.23
Kepatuhan menurut kata bahasa Indonesia yang dikutip dalam kamus
besar Indonesia adalah sifat yang mengandung taat, patuh, dan disiplin, suka
menurut pemerintah dan sebagainya.24Jadi kepatuhan terhadap kewajiban
perpajakan adalah taat pada aturan perpajakan yang berlaku.
Menurut Siti Kurnia Rahayu Kepatuhan berarti tunduk, taat atau patuh
padsa ajaran atau aturan. Jadi kepatuhan wajib pajak dapat diartikan sebagai
tunduk, taat dan patuhnya wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban

22
Sri Putri, Op. Cit, hlm. 5.
23
Sri Putri, Op. Cit, hlm. 8.
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op.,Cit, hlm. 854
24

perpajakannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang


berlaku.25
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan tujuan utama dari pemeriksaan
pajak di mana dari hasil pemeriksaan pajak akan diketahui tingkat kepatuhan
wajib pajak. Bagi wajib pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong rendah
(minim), maka diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan dapat
memberikan motivasi positif agar menjadi lebih baik untuk ke depannya.26
Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari:
a. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri.
b. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan.
c. Kepatuhan dalam menghitung, memperhitungkan dan membayar pajak
terutang.
d. Kepatuhan dalam pelaporan dan pembayaran tunggakan.
Identifikasi indikator-indikator tersebut sesuai dengan kewajiban pajak
dalam self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu yaitu sebagai
berikut:
a. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak
Wajib pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal
atau kedudukan wajib pajak dan dapat melalui e-register (media elektronik
online) untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
b. Menghitung dan memperhitungkan pajak oleh wajib pajak
Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak
yang terutang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajaknya, sedangkan
memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tesebut dengan
jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai
kredit pajak (prepayment). Selisih antara pajak yang terutang dengan
kredit pajak dapat berupa kurang bayar, lebih bayar atau nihil.

25
Siti Kurnia Rahayu. Op.,Cit. hlm. 138
26
Siti Kurnia Rahayu. Ibid.,Hlm. 245
25

c. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak


Membayar pajak yaitu melakukan pembayaran pajak tepat waktu
sesuai jenis pajak. Pelaksanaan pembayaran dapat dilakukan di bank-bank
pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP terdekat atau melalui e-
payment.
d. Pelaporan dilakukan sendiri oleh wajib pajak
Pelaporan yang dimaksud adalah pelaporan Surat Pemberitahuan
(SPT), di mana SPT tersebut berfungsi sebagai sarana bagi wajib pajak di
dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu, untuk melaporkan pembayaran
dan pelunasan pajak, baik yang dilakukan sendiri oleh wajib pajak
maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan
oleh pihak ketiga, serta melaporkan harta dan kewajiban wajib pajak.27
Dari uraian diatas dapat diambil sebagai indikator sebagai
berikut:28
1. Wajib pajak menyediakan data-data yang lengkap ketika pemeriksaan
pajak dilakukan
2. Wajib pajak mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas
3. Wajib pajak menghitung pajak yang terutang dengan jumlah yang
benar
4. Wajib pajak membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya
5. Wajib pajak tepat waktu dalam menyampaiaka n surat pemberitahuan
(SPT)
6. Wajib pajak membayar pajak sesuai dengan tarif yang dibebankan
7. Wajib pajak tidak melakukan penunggakan dalam membayar pajak

27
Siti Kurnia Rahayu. Ibid,. Hlm. 83-84
28
Sri Putri, Op. Cit, hlm. 26.
26

E. Penelitian Terdahulu
Sebagai tolak ukur dalam penelitian ini, penulis menggunakan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, tabel dibawah ini menunjukkan
penelitian terdahulu mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
1. Istika Herliana Ulfa yang meneliti tentang Pengaruh Kesadaran,
Pengetahuan Perpajakan, Dan Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Pekerjaan Bebas Di KPP Pratama Semarang Timur.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa :
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tidak adanya pengaruh
secara signifikan antara Kesadaran Wajib Pajak (X1) terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Dengan demikian hipotesis pertama yang
menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kesadaran
wajib pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Semarang Timur,
Tidak Diterima.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara
signifikan antara Pengetahuan Pajak (X2) terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak (Y). Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara Pengetahuan Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Timur, Diterima.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara
signifikan antara Sikap Wajib Pajak (X3) terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak (Y). Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara Sikap Wajib Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Semarang Timur, Diterima.
d. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,633 atau 63,3% yang artinya
ketiga variabel independen yaitu: Kesadaran Wajib Pajak (X1),
Pengetahuan Pajak (X2) dan Sikap Wajib Pajak (X3) dapat
menjelaskan variabel dependen Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu variabel imdependen yang
berfokus pada pengetahuan dan kesadaran membayar pajak sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Istika Herliana Ulfa yang berfokus pada
27

tiga variabel independen yaitu kesadaran, pengetahuan dan sikap wajib


pajak.29
2. Siska Lovihan yang meneliti tentang Pengaruh kesadaran Membayar
Pajak, Pengetahuan, dan Pemahaman Peraturan Perpajakan, Dan Kualitas
Layanan Terhadap Kemauan Membayar pajak wajib Pajak Orang Pribadi
Di Kota Tomohon.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa :
a. Kesadaran Membayar pajak (X1) berpengaruh secara segnifikan
terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi di Kota
Tomohon.
b. Pengetahuan dan pemahaman peraturan perpajakan (X2) berpengaruh
secara signifikan terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak orang
pribadi di Kota Tomohon
c. Kualitas layanan (X3) Berpengaruh tetapi tidak secara segnifika
terhadap kemauan membayar pajak wajib pajak orang prbadi di Kota
Tomohon.30
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu berfokus pada variabel
independen yaitu kepatuhan sedangkan penelitian yang dilakukan Siska
Lovihan yaitu berfokus pada kemauan membayar pajak
3. Sri Putri Tita Mutia yang meneliti tentang Pengaruh Sanksi Perpajakan,
Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus Dan Tingkat Pemahaman
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa :
a. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif sanksi perpajakan
dengan Kepatuhan Wajib Pajak Dimana semakin tegas sanksi
perpajakan maka kepatuhan wajib pajak pun akan semakin tinggi.

29
Istika Herliana Ulfa, Pengaruh Kesadaran, Pengetahuan Pajak Dan Sikap Wajib Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pekerjaan Bebas Di Kpp Pratama Semarang Timur, Jurnal
Tidak Dipublikasikan.
30
Siska Lovihan, Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman,
Dan Kualitas Layanan Terhadap Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota
Tomohon, Jurnal, Vol. 5, No. 1, 2014, hlm. 58.
28

b. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif kesadaran perpajakan


terhadap kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin tinggi kesadaran
perpajakan wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak akan semakin
tinggi.
c. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif pelayanan fiskus
terhadap kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin baik dan
berkualitas pelayanan fiskus maka kepatuhan wajib pajak akan
semakin tinggi.
d. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif tingkat pemahaman
terhadap kepatuhan wajib pajak. Dimana semakin tinggi tingkat
pemahaman wajib pajak maka kepatuhan wajib.31
Perbedaan dari penelitian ini yaitu terltak pada variabel
dependennya yaitu tentang pengetahuan perpajakan dan kesadaran
membayar pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Putri Tita
Mutia yaitu tentang sanksi perpajakan, kesadaran perpajakan, pelayanan
fiskus, dan tingkat pemahaman wajib pajak.
4. Siregar yang meneliti tentang Pengaruh Pelayanan Fiskus Dan
Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa :
a. Terdapat pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak,
hal ini bisa dilihat dari t hitung > t tabel yaitu sebesar 4.466 > 1.661,
sehingga hipotesis diterima, dilihat dari koefisien regresi nilainya
positif sehingga pelayanan fiskus berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
b. Terdapat pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak, hal ini bisa dilihat dari t hitung > t tabel yaitu sebesar 3.900 >
1.661, sehingga hipotesis diterima, dilihat dari koefisien regresi
nilainya positif sehingga pengetahuan perpajakan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
31
Sri Putri Tita Mutia, Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan, Pelayanan
Fiskus Dan Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, Jurnal, Vol 2,
No. 1, 2014, hlm. 21-22.
29

c. Terdapat pengaruh pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan yang


secara bersama-sama terhadap kepatuhan wajib pajak, hal ini bisa
dilihat dari F hitung > F tabel, artinya korelasi antara variabel
pelayanan fiskus (X1) dan variabel pengetahuan perpajakan (X2)
dengan variabel kepatuhan wajib pajak (Y) sebesar 0,198 termasuk
kategori korelasi yang kuat. Jadi dapat dinyatakan terdapat hubungan
yang positif antara variabel pelayanan fiskus (X1)dan variabel
pengetahuan perpajakan (X2) dengan variabel kepatuhanwajib pajak
(Y).32
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel dependen yang
membahas tentang pengetahuan perpajakan dan kesadaran membayar
pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Siregar yaitu tentang
pelayanan fiskus dan pengetahuan perpajakan.
5. Alifa Nur Rohmawati Ni Ketut Rasmini yang meneliti tentang Pengaruh
Kesadaran, Penyuluhan, Pelayanan, Dan Sanksi Perpajakan Pada
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa :
a. Kesadaran berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak orang
pribadi di KPP Pratama Denpasar Barat. Hal ini menunjukkan bahwa
jika semakin tinggi tingkat kesadaran, maka kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di KPP Pratama Denpasar Barat cenderung meningkat.
b. Penyuluhan perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib
pajak orang pribadi di KPP Pratama Denpasar Barat. Hal ini
menunjukkan bahwa jika semakin sering penyuluhan perpajakan
diselenggarakan oleh KPP Pratama khususnya KPP Pratama Denpasar
Barat, maka kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama
Denpasar Barat cenderung meningkat.
c. Kualitas pelayanan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di KPP Pratama Denpasar Barat. Menunjukkan bahwa

32
Siregar, Pengaruh Pelayanan Fiskus Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012 hlm. 08.
30

jika semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan oleh KPP Pratama
khususnya KPP Pratama Denpasar Barat, maka kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di KPP Pratama DenpasarBarat cenderung meningkat.
d. Sanksi perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di KPP Pratama Denpasar Barat. Hal ini menunjukkan
bahwa jika semakin dalam pengetahuan wajib pajak tentang sanksi
pajak, maka kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama
Denpasar Barat cenderung meningkat33.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel dependennya
yang membahas tentang pengetahuan perpajakan dan kesadaran membayar
pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Alifa Nur Rohmawati Ni
Ketut Rasmini yaitu tentang Pengaruh Kesadaran, Penyuluhan, Pelayanan,
Dan Sanksi Perpajakan.

F. Kerangka Berfikir
Untuk memperjelas arah dan tujuan penelitian secar utuh, maka perlu
diuraikan suatu konsep berpikir dalam penelitian ini sehingga peneliti dapat
menguraikan tentang gambaran faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

Pengetahuan Perpajakan (X1)


H1 Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi

(Y)

Kesadaran Membayar Pajak(X2) H2

H3

33
Alifa Nur Rohmawati Ni Ketut Rasmini, Pengaruh Kesadaran, Penyuluhan, Pelayanan,
Dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi, Jurnal, Vol.1, No.2,
Desember 2012.
31

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis
yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut:
1) Hubungan pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi
Menurut penelitian Siska Lovihan terdapat pengaruh secara
segnifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Namun, yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kemauan membayar, apa bila
kemauan membayar pajak tinggi maka wajib pajak yang patuh akan
banyak. Begitu juga yang dikemukakan oleh Siregar bahwa pengetahuan
perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Serta didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nur Rohmawati
dan Siti Putri Tita Mutia menunjukkan bahwa Terdapat pengaruh yang
signifikan dan positif kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Dimana semakin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak maka
kepatuhan wajib pajak akan semakin tinggi. Diduga pengetahuan
perpajakan akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Berdarsarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis penelitian Sebagai
Berikut :
H1: Pengetahuan Perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
2) Hubungan kesadaran membyar pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak orang pribadi
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Putri Tita Mutia dan Nur
Rohmawati yang meneliti tentang Pengaruh Sanksi Perpajakan,
Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Dan Tingkat Pemahaman
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan dan positif kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak. Dimana semakin tinggi kesadaran perpajakan wajib pajak
32

maka kepatuhan wajib pajak akan semakin tinggi. Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Alifa Nur Rohmawati Ni Ketut
Rasmini yang meneliti tentang Pengaruh Kesadaran, Penyuluhan,
Pelayanan, Dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi Kesadaran berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di KPP Pratama Denpasar Barat. Hal ini menunjukkan
bahwa jika semakin tinggi tingkat kesadaran, maka kepatuhan wajib pajak
orang pribadi di KPP Pratama Denpasar Barat cenderung meningkat.
Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
H2: kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi.
3) Hubungan antara pengetahuan perpajakan dan keasadaran
membayar pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
Penelitian yang dilakukan Siti Nurlaela yang meneliti tentang
pengaruh pengetahuan, pemahaman, kesadaran, persepsi terhadap
kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan
pekerjaan bebas menghasilkan bahwa variabel pengetahuan dan kesadaran
terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama berpengaruh
kepada wajib pajak. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Alifa Nur
Rohmawati dan Siregar yang mengungkapkan bahwa pengetahuan dan
kesadaran membayar pajak secara bersama-sama berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka diajukan
hipotesis sebagai berikut :
H3: Pengetahuan perpajakan dan kesadaran membayar pajak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Anda mungkin juga menyukai