Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR
1.1 DEFINISI
Masa post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai saat alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama post
partum yaitu 6-8 minggu. (Rustam M, 1998 : 115).

1.2 PATOFISIOLOGI POST PARTUM


Nifas dibagi dalam tiga periode :
1.2.1 Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri, berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari.
1.2.2 Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
1.2.3 Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan atau tahunan.

1.3 PERUBAHAN-PERUBAHAN PADA POST PARTUM


1.3.1 Perubahan fisiologi
a. Tanda-tanda vital
Suhu oral dalam 24 jam pertama meningkat kurang dari 38 0C
sebagai akibat dari adanya dehidrasi, peregangan muskuler dan
perubahan non formal. Jika setelah 24 jam didapatkan
peningkatan suhu tubuh lebih dari 380C, selama 2 hari berturut-
turut dalam 10 hari post partum, maka ada infeksi saluran
kencing, endometritis, miastitis atau infeksi lainnya.
b. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah ibu stabil terjadi penurunan tekanan darah
sistolitik lebih dari 20 mmHg terjadi akibat perubahan dari
posisi tidur ke duduk, disebut hipotensi ortostatik, yang
merupakan kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan
resistensi vaskuler di daerah panggul. Selain ibu mengalami
diaphoresis yaitu pengeluaran keringat yang berlebihan
terutama pada malam hari sehingga ibu sering terbangun ini
merupakan akibat dari pengeluaran sisa cairan dan pembakaran
dalam tubuh. Jumlah kompensasi darah seperti hemoglobin,
hematokrit dan SDM umumnya menurun ini dikarenakan
perdarahan dalam persalinan.
c. Sistem uronaria
Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma
yang dapat mengakibatkan odema dan menurunnya sensitifitas
terhadap tekanan cairan. Perubahan ini menyebabkan tekanan
yang berlebihan dan pengosongan KK tidak tuntas. Hematuri
pada masa early post partum menandakan adanya trauma pada
kandung kemih pada waktu persalinan. Bila berlanjut
dikhawatirkan ada ISK.
d. Sistem endokrin
Sistem endokrin mulai mengalami perubahan pada hari 4
persalinan, mengikuti lahirnya plasenta terjadi penurunan yang
cepat dari estrogen, progesteron dan prolaktin. Kadar prolaktin
pada ibu tidak menyusui akan berubah dalam batas normal
sampai beberapa hari post partum. Sedangkan pada ibu
menyusui kadar prolaktin akan meningkat sebagai respon
terhadap rangsangan dari isapan bayi. Menstrusi biasanya
terjadi 12 minggu post partum. Produksi ASI mulai sekitar hari
ke-3 PP. Adanya pembesaran payudara terjadi karena
peningkatan sistem vaskuler dan limfatik yang mengelilingi
payudara. Payudara menjadi besar, kenyal dan nyeri jika
disentuh. Produksi ASI mulai dalam sel-sel alveolia atas
pengaruh hormon pfolaktin reflek led down.
e. Sistem gastrointestinal
Pengambilan fungsi defekasi secara normal yang terjadi lambat
dalam minggu pertama PP. Hal ini berhubungan dengan
penurunan motilitas usus, kehilangan cairan dan
ketidaknyamanan perineal. Tindakan klisma pad kala I dan
penurunan otot abdomen juga merupakan predisposisi
konstipasi. Fungsi defekasi kembali normal pada akhir minggu
pertama sebagaimana biasanya.
f. Sistem muskuloskeletal
Otot abdomen terus menerus menegang selama kehamilan,
yang mengakibatkan kurangnya tonus otot yang tampak pada
masa post partum. Ibu mengalami peregangan dan penekanan
otot akibat proses persalinan. Penurunan aktivitas merupakan
predisposisi terjadi tromboplebitis.
g. Organ reproduksi
Involusi uteri terjadi segera setelah lahir dan prosesnya
berlangsung cepat. Kontraksi uterus pada masa imediate kira-
kira sebesar buah anggur. Inovasi uterus dalam 12 jam setelah
melahirkan fundus uteri teraba 1 cm dibawah pusat. Dalam 2-3
minggu post partum kelenjar endometrium sudah melakukan
proliferasi. Setelah melahirkan uterus membersihkan dirinya
sendiri dengan pengeluaran per vagina disebut lochea. Jenis
lochea adalah rubra, pengeluarannya selama 3 hari, berupa
darah dan sedikit bekuan darah, lochea serosa, berwarna lebih
terang seperti pink atau kecoklatan, pengelurannya sampai hari
ke-9, lochea alba, pengeluaran dimulai hari ke-10, warna
kuning keputihan, sel leukosit. Bau lochea seperti darah
menstruasi, bila berbau busuk menunjukkan setelah 2-3 minggu
mungkin disebabkan endodemetritis. Involusi tempat
menempelnya plasenta, perdarahan pada tempat menempelnya
placenta dapat berhenti dengan adanya kompresi pada
pembuluh darah oleh kontraksi saraf otot uterus. Saraf tersebut
akan pulih sekitar 6 minggu PP. Perubahan pad vagina, dinding
vagina tampak odem dan memerah serta sedikit lecet. Rugae
tidak ada, hymen tampak tersisa pada beberapa tempat. Rugae
akan kembali dalam 3 minggu. Labia mayora dan minora
sedikit teregang dan kurang licin.
1.3.2 Perubahan psikologi
Menjadi orang tua adalah masalah krisis dan merupakan
masalah transisi, ikatan kasih dan keterikatan (bonding and
attachment) antara ibu-ayah-bayi dimana pada data IV. Adapun fase
material dalam masa post partum menurut Rubbin adalah :
a. Fase taking in : dimana ibu berperilaku tergantung pada orang
lain. Perhatian ibu berfokus pada diri sendiri. Positif,
bergantung / belum ingin kontak atau merawat bayinya.
Berlangsung sekitar 1-2 hari.
b. Fase taking hold masa antara perilaku bergantung dan mandiri.
Fokus perhatian lebih luas termasuk pada bayinya, dan
berinisiatif dalam perawatan diri. Fase ini merupakan fase yang
paling tepat untuk memberikan pendidikan.
c. Fase letting go, memperoleh peran dan tanggung jawab baru,
kemudian dalam perawatan bayinya semakin meningkat.
Menyadari dirinya terpisah dari bayinya, penyesuaian hubungan
keluarga dalam menerima bayinya.
Terkadang ibu mengalami kekecewaan, mudah tersinggung.
Sedih pada masa PP yang mengakibatkan nafsu makan menurun
dan sulit tidur, manifestasi ini disebut post partum blues yang
biasanya terjadi di RS, diperkirakan hal ini berlawanan dengan
perubahan hormon dan peran selama transisi.
Mendorong terjadinya post partum blues adalah rasa
ketidaknyamanan dan kehabisan tenaga. Hal ini berlanjut bisa
menyebabkan depresi post partum. (Imami Nur, 1997).

1.4 PERAWATAN POST PARTUM


1.4.1 Mobilisasi
Karena habis bersalin ibu harus beristirahat, disesuaikan dengan
kondisi klien. Kemudian mirng kanan dan miring kiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2
diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan hari ke-4 atau ke-5
sudah diperbolehkan pulang.
1.4.2 Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori lebih dari
3000 kalori, sebaiknya makan makanan yang mengandung protein
banyak sayur-sayuran dan buah-buahan, serta minum kurang dari
3000 cc.
1.4.3 Miksi
Handaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing karena spasme oleh iritasi.
Muskulus sointer ini selama persalinan. Bila kandung kemih penuh
dan wanita sulit kencing sebelumnya dilakukan kateterisasi.
1.4.4 Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari persalinan bila masih sulit BAB
dan terjadi obstipasi apa bila keras dapat diberikan obat laksan per
oral atau rektal.
1.4.5 Perawatan payudara
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya
putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya.
1.4.6 Laktasi
Ibu menghadapi masa laktasi sudah sejak dini ibu harus
mengetahui terjadinya perubahan-perubahan pada kelenjar mamae,
maka pada waktu post partum ibu harus bisa meneteki bayinya.
Disamping ASI merupakan makanan utama bayi juga dapat
menumbuhkan kasih sayang antara ibu dan bayi.
1.4.7 Cuti hamil dan bersalin
Menurut undang-undang, bagi wanita bekerja berhak
mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan sebelum bersalin
ditambah 2 bulan setelah persalinan
1.4.8 Pemeriksaan pasca persalinan
Di Indonesia, ada kebiasaaan atau kepercayaan bahwa wanita
bersalin baru boleh keluar setelah habis nifas. Bagi wanita dengan
persalinan normal hal ini lebih baik dan dilakukan pemeriksaan
mulai dari kepala sampai kaki dan kembali memeriksakan setelah 6
minggu persalinan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar
biasa harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. (Rustam M,
1998 : 116-118).

1.5 DAMPAK MASALAH


1.5.1 Masalah biologis
Pada post partum dengan adanya perubahan organ reproduksi
akan terjadi kontraksi uterus, yang menyebabkan nyeri serta luka
episiotomi yang memperlambat penyembuhan luka perineum.
Perubahan pada sistem gastrointestinal bisa terjadi masalah BAB,
perubahan sistem genitourinaris dapat menimbulkan masalah BAK.
1.5.2 Masalah psikososialis
Pada klien post partum biasanya terjadi perubahan konsep diri
(harga diri) terhadap kelahiran seorang bayi.
1.5.3 Masalah spiritual
Selama post partum ada perubahan pola dalam hal beribadah
terutama pada caranya. Yang biasanya klien bisa menjalankan
sholat selama post partum klien hanya diperbolehkan berdoa saja.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien post partum meliputi
beberapa tahapan diantaranya :
2.1 PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa yang
dipakai sehari-hari, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan,
alamat, pendidikan, tanggal atau jam MRS dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Ditemukan nyeri, konstipasi, takut BAK, kurang pengetahuan
perawatan diri dan bayinya.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Kesadaran klien compos mentis, terasa nyeri pada daerah
perineum, didapatkan luka episiotomi pada perineum. Keluar
lochea dari vagina. Terjadi penurunan uterus yang bertahap
kembali ke asal semula.
b. Riwayat kesehatan lalu
Riwayat yang pernah diderita sebelumnya, seperti hepatitis,
TBC, hipertensi atau pengalaman waktu melahirkan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan yang pernag diderita keluarga seperti
hipertensi, bayi kembar, DM dan lain-lain.
d. Riwayat psikososial
Pernah terpisah oleh orang yang terdekatdan kebebasan klien
sebelum apakah klien seorang ibu yang bekerja atau tidak.
Klien merasa harga dirinya rendah karena tidak bisa merawat
bayinya.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Persepsi klien tentang post partum, tata cara perawatan
berapa kali dia mandi/hari, berapa kali sikat gigi serta dengan
siapa klien meminta bantuan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme.
Klien makan 3x/hari dengan diet TKTP serta harus
mencukupi diet yang dibutuhkan oleh ibu menyusui (3000
kalori) dan minum 3000 cc. Pada ibu post partum tidak boleh
ada diet pantangan kecuali dikontraindikasikan seperti penyakit
hipertensi.
c. Pola aktifitas.
Pasien dapat mengalami gangguan akibat adanya nyeri,
apakah mandi, berjalan dan makan minum masih dibantu oleh
keluarga atau perawat, apakah klien aktif dalam merawat bayi
dan dirinya.
d. Pola eliminasi.
Klien pada PP 1-2 hari belum BAB masih dianggap normal,
dan BAK maksimal 6-8 kali sehari. Pada klien PP perawatan
pada daerah genetalia, apakah sering dibersihkan, tanyakan
konsistensi BAB dan BAK.
e. Pola istirahat dan tidur.
Klien tidur malam 8 jam dan siang 2 jam dengan memakai
alat bantu apabila istirahat seperti bantal dan selimut, pada saat
PP klien sering terbangun karena keluar keringat banyak. Tetapi
tidak mempengaruhi hal kebutuhan tidur.
f. Pola sensori dan kognitif
Klien apakah mengerti tentang perawatan dalam PP atau
bayinya, klien mengalami gangguan dalam pola sensori yaitu
gangguan rasa nyeri. Pada kelima panca indera tidak
mengalami gangguan.
g. Pola persepsi diri.
Klien mengalami masalah dalam harga dirinya, klien
merasa tidak mampu dalam merawat bayi dan dirinya. Klien
merasa bangga telah melahirkan seorang anak.
h. Pola hubungan dan peran.
Klien mengalami perubahan kondisi kesehatan dan sudah
mempunyai seorang anak maka akan mempengaruhi hubungan
dan peran klien terhadap dirinya.
i. Pola reproduksi dan sex.
Klien dalam hal ini mempunyai anak berapa. Berapa kali
klien melakukan hubungan sex dalam seminggu. Pada alat
reproduksi terdapat luka episiotomi, serta selama masa nifas
tidak diperbolehkan melakukan hubungan sex, adakah rencana
klien untuk KB.
j. Pola penanggulangan stress.
Dengan siapa klien memecahkan masalah serta bagaimana
cara mekanisme koping klien dalam menghadapi masalahnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Kepercayaan apakah yang dianut oleh klien, ketaatan dalam
menjalankan ibadahnya, adakah perubahan beribadah selama
PP.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Tidak ada benjolan, warna rambut, adakah luka lecet,
terhadap hiperpigmentasi pada muka.
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid atau parathyroid,
adakah luka lecet.
c. Mata
Tidak didapatkan oedema palpebra. Fungsinya normal apa
tidak, bentuk kanan dan kiri apakah simetris, tidak ada anemia.
d. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, penyakit hidung
lainnya. Apakah kebersihan hidung selalu dijaga.
e. Telingga
Tidak ada sekret, apakah fungsi pendengaran normal.
f. Dada
Dada tidak berbentuk lordosis atau barel chest, didapatkan
perubahan payudara kenyal atau lunak. Apaka putting susu
menonjol keluar atau kedalam. Sudak keluarkah kolostrum apa
tidak.
g. Abdomen
Terdapat sterie dan linea gravida, apakah ada luka leecet,
adites, bagaimana perubahan uterusnya. Berapa tinggi fundus
uterus, adakah bekas garukan atau luka operasi. Peristaltik usus
normal, adakah obstipasi, kembung. Kebiasaan eliminasi berapa
kali/hari dan bagaimana konsistensi waktu BAB. Pada otot-otot
abdomen terjadi pereganggan akibat melakirkan dan akan pulih
kembali setelah 6 minggu.
h. Genetalia
Keluar lochea rubra, serosa, alba, warna apa, bau, darah
yang keluar kurang lebih 100 cc 300 cc. Vagina oedema pada
hari kedua. Bagaimana bau, berapa jumlah urinenya, warna apa,
perineum ada jahitan/tidak, nyeri/tidak dan kebersihannya.
i. Anus
Tidak ada hemoroid, bentuk normal apa tidak, adakah lecet.
j. Punggung
Bentuknya bagaimana, ada nyeri tekan apa tidak, ada luka
garukan.
k. Muskuloskeletal
Pergerakan normal apa tidak, extremitas atas bawah tidak
ada kelumpuhan.
l. Integumen
Warna kulit bagaimana, turgor, tekstur, ada hiperpigmentasi
pada muka. Pada perineum vagina oedema dan ada jahitan
episiotomi.
b. Analisa Data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan, diidentifikasi sehingga
memunculkan masalah diagnosa keperawatan berdasarkan keperawatan
urutan prioritas masalah, penemu Abraham Maslow yaitu kebutuhan
fisik, rasa aman dan dicintai, harga diri dan perwujudan diri.

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri berhubungan dengan luka jahitan.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka jahitan dan kurang
pengetahuan tentang perawatan luka jahitan.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada luka jahitan.
d. Resiko ketidak efektifan proses menyusui berhubungan dengan kurang
pengetahuan ibu tentang cara mengetahui.
e. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum berhubungan
dengan kurangnya informasi.

2.3 PERENCANAAN
Diagnosa a
Tujuan : Nyeri berhubungan setelah dilakukan perawatan dalam waktu 1 x
24 jam.
KH : - Nyeri berkurang. - Tidak ada tanda-tanda infeksi.
- Luka jahitan bersih. - Skala nyeri 3.
- Expresi wajah tenang.
Rencana Tindakan
1. Jelaskan penyebab rasa nyeri yang dirasakan.
R/ Dengan memberikan penjelasan diharapkan kx tidak merasa cemas
dan dapat melakukan sesuatu untuk mengurangi nyeri.
2. Kaji lokasi, intensitas, dan penyebaran nyeri.
R/ Mengetahui sejauhmana rasa nyeri yang dirasakan klien dan untuk
menentukan tidakan selanjutnya.
3. Ajarkan kx teknik relaksasi dan distraksi.
R/ Teknik tersebut dapat menurunkan respon nyeri serta memberikan
perasaan mengontrol rangsangan situasi untuk berlebihan.
4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap.
R/ Mobilisasi dapat memperlancar peredaran darah dan untuk
memulihkan fungsi reproduksi.
5. Anjurkan ibu untuk minum sesuai dengan kebutuhan dan
mengkonsumsi makanan yang TKTP.
R/ Diharapkan dapat memperbaiki sel-sel hingga dapat mempercepat
penyembuhan.
6. Lakukan rawat luka episiotomi secara aseptik.
R/ Keadaan luka yang bersih akan membantu pertumbuhan jaringan.
7. Observasi TTV.
R/ Mengetahui perkembangan klien secara dini.
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi (analgesik).
R/ Pemberian obat-obatan akan menghambat impuls nyeri keotak.
2.4 PELAKSANAAN
Pelaksanaan merupakan pengelolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam
operasionalnya perawat merupakan tetap satu tim yang berkerja sama
secara berkesinambungan dengan berbagai tim. Seluruh kegiatan
keperawatan dalam tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindakan
yang telah dilakukan pada pelaksaan tindakan keperawatan atau catatan
keperawatan (Nasrul F, 1995).

2.5 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan cara melibatkan pasien
dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul F, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief Mansjoer, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1, 2001, Media


Aeseulapius, Jakarta.
2. Sastrawinata Sulaiman. Bagian Obstetri dan Ginekologi. Obstetri Fisiologi 1983.
Fakultas Kedokteran Iniversitas Padjajaran, Bandung.
3. Nasrul E, 1995. Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
4. Lismidar, Proses Keperawatan, 1999, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Post Partum Normal telah di periksa dan
disetujui sebagai laporan praktek klinik di ruang Bersalin Rumah Sakit
Muhammadiyah Gresik, mulai tanggal 17 Januari - 29 Januari 2005.

Mengetahui

Kepala Ruang Bersalin Bagian Diklat Keperawatan


RS. Muhammadiyah Gresik RS. Muhammadiyah Gresik

(Rodhil Millah, AMD. KEB) (Siti Hamidah, AMD. KEB)

Pembimbing Pendidikan
Akper UNMUH Surabaya

(Supatmi, S.Kep)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN DIAGNOSA
POST PARTUM NORMAL DI RUANG BERSALIN
RS MUHAMMADIYAH GRESIK

E M I P E R A W AT
AD

AN
AK
U N IV E R S

AYA
RAB
SU
IT A

S M H
U H A M M A D IY A

Oleh :
WINDIA IKA WULANDHARIE
Nim: 02.110.074

AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005

Anda mungkin juga menyukai