Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
KASUS 1
Ny. T (36 tahun) datang ke RS dengan keluhan mual, nyeri lambung dan merasa
pusing selama kurang lebih 3 hari terakhir. Setiap kali makan, makanan dimuntahkan
kembali. Ny T mengaku menjalani diit ketat selama 1 bulan terakhir karena merasa
kegemukan tetapi tidak mengkonsumsi obat-obatan.
Dari hasil pemeriksaan klinis, tekanan darah Ny. T adalah 140/70 mmHg, nadi 100
kali/menit. Hasil pemeriksaan fisik, pasien tampak lemah, mual dan muntah. Hasil
pemeriksaan antropometri didapatkan tinggi lutut (TL) pasien 46 cm, berat badan 110 kg.
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien menunjukkan hemoglobin 14,9 g/dL, hematokrit
42,3%, ureum 15,5 mg/dl, kreatinin 0,6 mg/dl dan gula darah sewaktu 321 mg/dl. Dari
wawancara, pasien kolesterol terakhir adalah 260 mg/dl.
A. GAMBARAN KASUS
Nama : Ny T
Umur : 36 th
Pemeriksaan klinis : Tekanan darah 140/70 mmHg dan nadi 100 kali/menit
B. ASESMEN GIZI
C. DIAGNOSIS GIZI
Domain Diagnosis Tanda dan Gejala
NI-2.1 Inadequate oral intake Total asupan energi : 150
kkal/hr
NC-1.4 Altered GI function Mual, muntah, pusing dan nyeri
lambung
NC-2.2 Altered nutrition - related Gula darah sewaktu : 321mg/dL
laboratory value Kolesterol : 260 mg/dL
NB-1.1 Food and nutrition-related Beberapa kali pasien menjalani
knowledge deficit diit ketat
NB-2.1 Physical inactivity Sedikit aktivitas fisik
NB-2.5 Poor nutrition quality of life Metode diit yang dipilih yaitu
makan sekali dalam sehari.
Diagnosis Gizi Ny T
Inadequate oral intake (P) berkaitan dengan pemilihan diit ketat (E) ditandai
dengan total asupan energi sebesar 150kkal/hari atau hanya sekitar 6,25% dari total
kebutuhan (S).
Pengetahuan tentang zat gizi yang rendah (P) berkaitan dengan profesi sebagai
ibu rumah tangga (E) ditandai dengan pemilihan diet one day one meal (S).
D. RENCANA INTERVENSI GIZI
1. Perencanaan
a) Tujuan
- Memberikan asupan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
pasien dengan memperhatikan kondisi klinis yang ada.
- Membantu terapi medis dalam menormalkan nilai laboratorium (gula
darah sewaktu dan Kolesterol)
- Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai pola makan
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pasien, serta gaya hidup
yang sehat melalui edukasi dan konseling.
b) Preskripsi Diet
- Modifikasi asupan dari segi jumlah
1) Meningkatkan asupan energi secara bertahap hingga mencapai 2400
kkal
2) Lemak diberikan rendah yaitu sebesar 15% dari total kebutuhan
energi atau sebesar 40.01 gram
3) Protein diberikan tinggi yaitu sebesar 25% dari total kebutuhan energi
atau sebesar 150.03 gram
4) Karbohidrat diberikan cukup yaitu sebesar 60% dari total kebutuhan
energi atau sebesar 360.08 gram
5) Serat diberikan cukup yaitu 30 gram
6) Cairan diberikan cukup yaitu sebesar 6-8 gelas perhari atau sekitar
1500-2000 mL
- Modifikasi asupan dari segi Jenis
1) Jenis makanan diberikan secara bertahap mulai dari makanan cair,
lunak hingga makanan biasa untuk meningkatkan daya terima pasien
dan tidak memperparah penyakit pasien.
2) Jenis lemak yang diberikan adalah jenis PUFA, seperti omega 3 yang
banyak terdapat pada salmon, tuna, meckerel, herring, udang, cod
liver oil, lobster dan kepiting. Sumber PUFA lain diantaranya minyak
jagung, minyak safflower, minyak kedelai dan beberapa margarin
yang kaya akan PUFA.7
3) Sumber protein yang diberikan adalah sumber protein yang
mengandung lemak yang rendah seperti seafood, daging unggas,
susu, keju, yogurt, biji-bijian, kedelai, dan lain-lain.
4) Sumber karbohidrat yang diberikan adalah karbohidrat kompleks
yang memiliki indeks glikemik rendah sedang. Contoh makanan
dengan indeks glikemik rendah adalah sebagian besar buah-buahan
dan sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian olahan, pasta, makanan
olahan rendah lemak, dan kacang-kacangan. Indeks glikemik sedang
(GI 56 sampai 69): Kentang putih dan ubi jalar, jagung, nasi putih,
couscous, sereal sarapan seperti Cream of Wheat dan Mini Wheats.
- Modifikasi Asupan dari segi jadwal
1) Saat pasien masih mengonsumsi makanan cair, makanan cair
diberikan sebanyak 6 kali dalam sehari
2) Untuk makanan lunak dan biasa, seharusnya makanan diberikan
dengan porsi kecil tapi sering. Namun karena di rumah sakit tidak
bisa menggunakan prinsip ini, maka makanan akan diberikan 3 kali
makan utama dan 3 kali selingan
2. Implementasi
- Berdasarkan hasil recall saat dirumah sakit, pasien hanya mampu
mengasup 150 kkal sehingga asupan energi sebanyak 2400 kkal diberikan
bertahap pada hari pertama diberikan makanan cair dengan energi sebesar
750 kkal, kemudian bila pasien dapat menerima makanan dengan baik
maka jenis makanan diganti menjadi makanan lunak dengan energi
sebesar 1250 kkal, hari berikutnya energi ditingkatkan menjadi 1750
kemudian bila daya terima pasien terhapat makanan sudah meningkat dan
tidak ada keluhan mual dan nyeri perut maka pasien diberikan makanan
bisasa dengan energi sebanyak 2400 kkal.
- Konseling dan edukasi gizi diberikan pada pasien untuk meningkatkan
pengetahuan gizi pasien, memberi tahu pasien mengenai pemilihan
makanan yang tepat baginya, serta metode penurunan berat badan yang
tepat bila pasien sudah pulih dari sakitnya. Edukasi gizi juga diberikan
pada keluarga pasien untuk mendukung intervensi yang diberikan pada
pasien.
E. RENCANA MONITORING EVALUASI
F. PEMBAHASAN
Berdasarkan data assesment, permasalahan yang berkaitan dengan responden
Ny. T adalah inadequate oral intake dan pengetahuan zat gizi yang rendah yang di
tandai dengan pemilihan diit one day one meal. Selain itu masalah lain yang terkait
dengan responden Ny. T adalah kelebihan berat badan yang mendasari keinginannya
untuk melakukan diit ketat.
Diet ketat membuat Ny. T hanya mampu memenuhi kebutuhan asupannya
sekitar 6,25% dari total kebutuhan atau sebesar 150 KKal/hari utuk itu kami membuat
diagnosis bagi responden yaitu Inadequate oral intake berkaitan dengan pemilihan diit
ketat ditandai dengan total asupan energi sebesar 150kkal/hari atau hanya sekitar
6,25% dari total kebutuhan.
Asupan yang terbatas tentunya tidak dapat mencukupi kebutuhan seseorang
pada umumnya terlebih pada orang yang obesitas. responden Ny. T memiliki berat
badan 110 kg dan tinggi badan 160,42 cm, dengan BMI 42,8. Ditambah dengan data
kadar kolesterol yang tinggi. Karena temuan tersebut kami membuat diagnosis bagi
responden Ny. T yaitu Obesitas tingkat II berkaitan dengan pengetahuan gizi yang
rendah ditandai dengan IMT sebesar 42,74.
Berdasarkan data pada assesment juga diketahui bahwa responden Ny. T
bekerja sebagai Ibu rumah tangga yang hanya melakukan aktifitas rumah tangga yang
tergolong dalam aktifitas ringan. Terbatasnya aktifitas ini menggambarkan kurang
aktifnya responden terhadap beberapa hal termasuk pemilihan diit untuk menurunkan
berat badanya yang tergolong obesitas. Responden tidak bias memilah mana dit yang
benar dan salah yang mengakibatkan responden mengalami gangguan pencernaan.
Karena temuan yang demikian kami membuat diagnosis yaitu Pengetahuan tentang
zat gizi yang rendah berkaitan dengan profesi sebagai ibu rumah tangga ditandai
dengan pemilihan diet one day one meal.6
Diet yang dilakukan bertujuan untuk memberikan asupan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi pasien dengan memperhatikan kondisi klinis yang ada,
membantu terapi medis dalam menormalkan nilai laboratorium (gula darah sewaktu
dan kolesterol), dan meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai pola
makan yang seimbang dan seusai dengan kebutuhan pasien.
Intervensi dilakukan mulai dari pengaturan pemberian makan, modifikasi
asupan, hingga konseling dan edukasi gizi.
1. Pengaturan Pemberian Makan
Jenis makanan yang diberikan adalah makanan cair selama 1-2 hari.
Pemberian makanan cair bertujuan agar pasien dapat menerima makanan
dengan baik. Berdasarkan data sebelumnya, pasien sudah diberikan makanan
lunak namun tidak dapat diterima dengan baik karena pasien masih
mengeluhkan mual dan muntah setelah makan. Makanan cair diberikan agar
asupan makanan pasien terpenuhi sedikit demi sedikit. Pemberian makan
dilakukan sebanyak 5-6 kali dalam sehari. Bila kondisi pasien sudah membaik
maka secara bertahap diberikan makanan lunak kemudian padat dengan porsi
yang kecil namun dengan frekuensi yang sering agar kebutuhan gizi pasien tetap
terpenuhi. Makanan dalam jumlah kecil namun dengan frekuensi sering dapat
membantu meningkatkan aliran darah ke perut yang dapat meningkatkan
penyembuhan. Selain itu, pengaturan porsi makan dapat membantu mencegah
efek asam terhadap lambung. Makanan yang diberikan bersifat tidak
merangsang atau tidak pedas, tidak asam, tidak berlemak, tidak berbumbu tajam
agar nyeri lambung pada pasien dapat teratasi. Pemberian makanan juga tidak
memiliki bau amis karena dapat merangsang pasien mual dan muntah.1
2. Pemberian Asupan Kalori
Pemberian asupan energi sebesar 2400 kalori perhari bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Peningkatan asupan kalori secara bertahap sebesar
500 kalori setiap harinya bertujuan agar kebutuhan pasien terpenuhi. 1
3. Modifikasi Asupan Lemak
Pemberian diet rendah lemak dibutuhkan untuk membantu mengurangi kerja
lambung dan dapat meningkatkan produksi asam lambung serta diet rendah
lemak bermanfaat untuk mengurangi kadar kolesterol pasien. Asupan lemak
secara bertahap ditingkatkan hingga sesuai dengan kebutuhan. Jenis lemak yang
diberikan diutamakan jenis lemak PUFA, seperti omega 3 yang mengandung zat
anti inflamasi yang bermanfaat bagi penderita gastritis.2
4. Modifikasi Asupan Protein
Peningkatan asupan protein dibutuhkan agar asupan protein terpenuhi dan
untuk membantu memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh gastritis.
Protein yang diperlukan adalah protein yang mengandung lemak rendah, karena
lemak dalam makanan dapat meningkatkan produksi asam lambung yang dapat
mengiritasi lapisan lambung.3
5. Asupan Cairan Cukup
Pemberian asupan cairan yang cukup dibutuhkan untuk mengurangi risiko
dehidrasi pada pasien yang disebabkan karena muntah selain itu, asupan cairan
yang cukup juga dapat mengontrol gejala gastritis. Oleh sebab itu sangat
dianjurkan untuk minum air putih 6-8 gelas perhari.3
6. Edukasi dan Konseling
Pemberian edukasi dan konseling bertujuan untuk membimbing pasien
untuk memahami masalah gizi yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya.
Dalam edukasi dan konseling pasien diajarkan untuk memperhatikan asupan
makanan dan pentingnya aktifitas fisik. Pasien juga diberitahu jenis makanan
apa saja yang bermanfaat bagi kesehatan dan makanan apa saja yang harus
dihindari. Pendekatan pada orang terdekat pasien seperti keluarga dan kerabat
juga perlu dilakukan untuk memberikan dukungan pada pasien dalam merubah
gaya hidupnya kearah yang lebih baik.4
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyuningsih, Retno. Penatalaksanaan diet pada pasien. 2013. Yogyakarta: Graha Ilmu
3. Esther Kinuthia Rn Bsn Ba. Gastritis Treatment Diet [Internet]. 2015 Oct 29 [cited 2017
Feb 28]; Available from: http://www.livestrong.com/article/282955-foods-that-heal-
ulcers-and-gastritis/
4. Josh Axe. Gastritis Diet Treatment Plan [Internet]. [cited 2017 Feb 28]; Available from:
https://draxe.com/gastritis-diet/
7. Melodie Anne. PUFA Diet [internet]. [Updated: 2015 Aug 13; Cited: 2017 Jun 10].
Available from: http://www.livestrong.com/article/419123-pufa-diet/
8. Harvard Helath Publication. A good guide to good carbs: The glycemic index [internet].
[cited: 2017 Jun 10]. Available from: http://www.health.harvard.edu/healthbeat/a-good-
guide-to-good-carbs-the-glycemic-index
Lampiran
= 40.01 gram
= 150.03 gram
= 360.08 gram
CS 2.4.1 Total fiber estimated need
AKG kebutuhan serat untuk wanita 36 tahun = 30 g
Rekomendasi Menu yang diberikan: