Kelompok 6
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
CIRI-CIRI FISIOLOGIS BAKTERI
I. Tujuan
Mengamati secara langsung atau tidak langsung produk kegiatan enzimatik
bakteri.
II. Prinsip
2.1 Media bakteri
2.3 Inkubasi
Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak
serupa.Karena itu ciri fisiologis atau biokimia merupakan kriteria yang amat
penting didalam identifikasi yang spesimen yang tidak dikenal. Mikroorganisme
merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Setiap sel tunggal
mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan
antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan enegti dan bereproduksi
dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang
tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan
diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
memyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi, karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim
yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang ridak diperlukan tidak akan
disimpan dalam bentuk persediaan enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk
pengolahan bahan makanan akan diproduksi bila makanan tersebut sudah ada
(Volk & Wheeler. 1993).
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji ciri-ciri fisiologis bakteri. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri apa yang telah dibiakan oleh praktikan.
Setiap bakteri menghasikan enzim-enzin yang berbeda yang dapat dijadikan ciri
khas tersendiri untuk mengidentifikasinya.
Pada tabung reaksi 1 dilakukan uji motil. Sedangkan pada tabung reaksi 2
hingga 6 dilakukan uji gula-gula. Pada tabung 2 dilakukan uji glukosa, tabung 3
dilakukan uji laktosa, pada tabung 4 dilakukan uji manosa, pada tabung 5
dilakukan uji maltosa, dan pada tabung 6 dilakukan uji sakarosa. Selain itu
dilakukan juga uji indol, uji H2S, uji sitrat, uji urea, uji Metil merah dan uji VP.
Pada tabung 1 dilakukan uji motil dengan media setengah padat yang
bertujuan untuk melihat apakah bakteri yang diuji tersebut dapat bergerak atau
tidak. Uji fisiologis motil ini dilakukan dengan penanaman bakteri dengan
menggunakan ose lurus yang telah dimasukkan ke dalam suspensi bakteri dan
kemudian ditusuk dengan cepat dan hati-hati pada media padat pertumbuhan
bakteri. Alasan penggunaan ose lurus adalah agar suspensi bakteri yang akan
ditumbuhkan pada media padat akan dapat mudah masuk kedalam media padat
jika dibandingkan dengan ose bulat. Penanaman bakteri pada media padat dengan
cara ditusuk dimaksudkan agar pergerakan bakteri terlihat dengan jelas. Dalam hal
ini uji motil yang dilakukan terhadap bakteri tersebut menunjukkan hasil positif
yang berarti bahwa bakteri yang ada pada tabung tersebut bergerak (motil).
Kemudian pada tabung 2 hingga 6 dilakukan uji gula-gula yang
dimaksudkan untuk melihat adanya pembentukan asam dengan perubahan warna
merah fenol yang menjadi ciri uji gula-gula. Perubahan warna tersebut terjadi
karena sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari substrat yang
berupa karbohidrat, yang selanjutnya akan di fermentasi tergantung komponen
enzim yang dimilikinya. Pada uji gula-gula ini juga dilakukan untuk melihat
adanya pembentukan gas atau tidak pada tabung durham dalam tabung, jika
bakteri tersebut aerob maka pada tabung durham akan terdapat gas.
Selanjutnya, uji fisiologis bakteri yang dilakukan adalah uji indol. Sama
seperti uji lainnya, digunakan tabung reaksi sebagai tempat pengujian yaitu
dengan media cair. Uji ini merupakan uji yang bertujuan untuk melihat
kemampuan fisiologis suatu bakteri dapat membentuk indol yang berupa cincin
nitrat berwarna merah berupa lapisan di atas permukaan media cair berupa cairan
pepton 1% yang berwarna bening. Pembiakkan bakteri dilakukan dengan cara
memasukkan suspensi bakteri dengan menggunakan kawat ose yang telah di
fiksasi dengan tujuan untuk mensterilkan ose yang digunakan kemudian
dicelupkan ke dalam larutan pepton 1% di dalam tabung reaksi kemudian dikocok.
Pengocokan dilakukan dengan tujuan untuk meratakan bakteri yang telah dibuat
suspensinya agar tersebar ke seluruh bagian larutan pepton. Setelah bakteri
diinkubasi selama 24 jam, maka terbentuk cincin berwarna merah di lapisan
permukaan menandakan bahwa bakteri tersebut dapat menghasilkan enzim
triptonase yang dapat mengoksidasi asam amino triptofan.
Selanjutnya yaitu uji H2S. Uji ini menggunakan media berupa agar miring
yang dibuat dari glukosa, laktosa dan sukrosa serta asam amino mentionin dan
sistein dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan fisiologis bakteri melakukan
fermentasi, pada praktikum ini media TSIA digunakan untuk melihat
pembentukan H2S yang dihasilkan dari fermentasi metionin dan sistein.
Penanaman bakteri dilakukan dengan cara mengoleskan satu ose bulat suspensi
bakteri secara zigzag pada permukaan medium. Pengolesan secara zigzag ini
dapat mempermudah praktikan dalan mengamati jalur pertumbuhan bakteri,
karena bakteri hanya akan tumbuh mengikuti arah olesannya. Jika ditemukan
koloni bakteri yang tumbuh tidak mengikuti arah pengolesan, maka dapat
dipastikan kalau bakteri tersebut adalah bakteri kontaminan yang secara tak
sengaja ikut tumbuh.
Uji urea memiliki tujuan untuk dapat mengenali bakteri yang memiliki
kemampuan fisiologis untuk membebaskan amoniak ketika reaksi berlangsung.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan media agar miring dengan cara
membiakkan bakteri pada permukaan agar tersebut menggunakan ose dibuat
dengan pola zig-zag dan sama dengan uji lainnya, dilakukan dengan cara aseptis.
Uji ini menghasilkan warna kuning yang berarti menghasilkan hasil yang positif
karena apabila melepaskan amoniak, maka fenol merah akan berubah warnanya
menjadi basa dan menjadi warna kuning.
Uji metil merah merupakan uji dengan menggunakan media cair berupa
cairan tidak berwarna yang dibuat dari pepton glukosa phosphat dimana larutan
tersebut mengandung gula dengan tujuan untuk melihat kemampuan fisiologis
dari suatu bakteri untuk dapat melakukan proses fermentasi dari bahan
karbohidrat (berupa gula) yang terkandung dalam larutan. Suspensi bakteri sampel
6 dibiakkan dengan menggunakan ose yang telah difiksasi dengan cara aseptis
kemudian dicelupkan dan dikocok beberapa lama untuk meratakan bakteri yang
telah berupa suspensi. Hasil inkubasi bakteri menunjukkan adanya perubahan
warna warna menjadi warna merah setelah ditambahkan dengan indikator metil
merah 1% menunjukkan bahwa bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk
melakukan fermentasi dan menghasilkan asam campuran.
Hampir serupa dengan uji metil merah, uji VP ini menggunakan media
cair berupa cairan tidak berwarna dengan komposisi zat yang sama dengan larutan
pada uji metil merah. Suspesi bakteri juga dibiakkan dengan menggunakan ose
kemudian dikocok untuk meratakan bakteri dalam suspensi ke dalam larutan
dengan kondisi aseptis. Hasil inkubasi menunjukkan hasil yang negatif, dimana
setelah ditambahkan pereaksi tidak terjadi perubahan warna menjadi warna merah
menandakan bahwa bakteri tersebut tidak memiliki kemampuan fisiologi dalam
melakukan fermentasi glukosa menjadi asetoin.
Dari semua uji yang telah dilakukan, maka bakteri dalam suspensi bakteri
sampel no 6 menunjukkan ciri fisiologis yang dimiliki oleh bakteri Escherichia
intermedium dimana memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu memberikan hasil
positif pada uji motil yaitu dapat bergerak, pada uji urea yaitu berubah menjadi
warna kuning, dalam uji gula-gula dalam glukosa, maltose, dan sakarosa, pada uji
indol berupa terbentuknya cincin atau lapisan merah di permukaan, pada uji MR
memberikan perubahan warna menjadi merah setelah ditambahkan indikator dan
warna agar miring mengalami perubahan warna pada uji S. Citrat. Sedangkan
suspensi bakteri ini memberikan hasil yang negatif pada uji gula-gula pada jenis
maltosa dan manosa, pada uji pembuktian dihasilkannya H2S karena tidak adanya
endapan hitam, serta pada uji VP tidak berubahnya warna setelah ditambahkan
indikator karena tidak adanya fermentasi.
VII. Simpulan