Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI INFEKSI

CIRI-CIRI FISIOLOGIS BAKTERI

Selasa, 11 Oktober 2016

Kelompok 6

Selasa, 07.00 10.00 WIB

Nama Anggota NPM


Shifa Hudzaifah 260110150002
Luthfi Utami S. 260110150013
Chairunnisa 260110150014
Alif Virisy B. 260110150023
Kiara Puspa D. 260110150026
Rahma Alya N. 260110150037

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
CIRI-CIRI FISIOLOGIS BAKTERI

I. Tujuan
Mengamati secara langsung atau tidak langsung produk kegiatan enzimatik
bakteri.

II. Prinsip
2.1 Media bakteri

Media bakteri merupalam tempat pertumbuhan bakteri untuk pengujian


maupun isolasi bakteri yang dibuat sedemikian rupa sehingga stabil dan sesuai
untuk pertumbuhan bakteri (Murdinah dkk, 2012).

2.2 Sifat fisiologis bakteri

Bakteri merupakan organisme bersel tunggal dan


mampu bereproduksi sendiri. Bakteri tidak memiliki inti sel. Bakteri terdiri atas
sioplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku terbuat
dari peptidoglikan, di dalam sitoplasma terdapat materi genetik (DNA maupun
RNA).bakteri bereproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan
pembelahan sel sederhana. Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya
dikarenakan tidak memiliki zat warna (Waluyo, 2007).

2.3 Inkubasi

Inkubasi yaitu perlakuan terhadap bakteri yang dilakukan pada suhu


optimum untuk pertumbuhan bakteri (35C-37C) dan kelembaban udara yang
mengandung CO2 sekitar 3-5% (Pelczar, 1986).

2.4 Teknik aseptis

Teknik aseptis merupakan suatu teknik yang dapat menghambat kegiatan


bakteri tanpa membunuh bakteri tersebut (Melliawati, 2009).
III. Teori Dasar

Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak
serupa.Karena itu ciri fisiologis atau biokimia merupakan kriteria yang amat
penting didalam identifikasi yang spesimen yang tidak dikenal. Mikroorganisme
merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Setiap sel tunggal
mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan
antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan enegti dan bereproduksi
dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang
tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan
diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
memyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi, karena
ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim
yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang ridak diperlukan tidak akan
disimpan dalam bentuk persediaan enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk
pengolahan bahan makanan akan diproduksi bila makanan tersebut sudah ada
(Volk & Wheeler. 1993).

Isolasi dan identifikasi merupakan metode konvensional dalam


pemeriksaan bakteri yang didasarkan pada reaksi biokimia. Oleh karena itu, dalam
isolasi dan identifikasi bakteri diperlukan media yang selektif. Setelah dilakukan
pewarnaan Gram dilanjutkan dengan uji biokimia pada berbagai media seperti
gula. Bakteri yang sudah diisolasi dan diidentifikasi selanjutnya diuji secara
serologis untuk menentukan serotipenya. Isolasi dan identifikasi untuk berbagai
jenis bakteri dapat mengikuti metode Cowan 1984 (Suwito, 2010).

Pemurnian isolat bakteri bertujuan untuk memisahkan hasil inokulasi yang


terdiri dari banyak koloni yang berlainan jenis sehingga didapat koloni murni
pada setiap cawan petri. Koloni bakteri yang diambil untuk dimurnikan adalah
koloni yang dominan. Metode pemurnian yang digunakan adalah cawan gores
dengan modifikasi (Huda, 2012).
Isolat bakteri yang memiliki aktivitas antibakteri dikarakterisasi melalui
dua tahap yaitu :
1. Pengamatan gram dan motilitas.
2. Uji biokimia.

Pengamatan gram dilakukan dengan menggunakan 3% KOH dan uji


motilitas dengan menggunakan water pepton. Uji biokimia yang dilakukan
meliputi uji katalase, oksidase, hidrolisis urea, hidrolisis gelatin, sitrat, fermentasi
karbohidrat dan MR/VP (Huda, 2012).

Semua bakteri harus menggunakan sumber energy dari lingkungannya


untuk memproduksi ATP. ATP dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksinya.
Bakteri memproduksi enzim agar dapat mengoksidasi sumber energy dari
ingkungan, namun bagaimanapun sumber energy untuk bakteri berbeda
tergantung dari enzim spesifik yang diproduksi tiap-tiap bakteri (Irianto, 2006).

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa mikroba seperti


makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi pertumbuhan. Pengetahuan akan
nutrisi pertumbuhan ini akan membantu di dalam mengkultivasi, mengisolasi dan
mengidentifikasi mikroba. Untuk identifikasi dapat dilakukan dengan :
Pemeriksaan biokmia, mendeteksi adanya enzim, protein, atau, konstituen
dinding sel spesifik. Beberapa enzim penting karena dapat diidentifikasi
dengan pemeriksaan cepat atau membantu membedakan kelompok-kelompok
utama bakteri.
Dengan menggunakan antibody yang telah diketahui, dapat dilakukan
identifikasi antigen dalam specimen atau biakan. Pemeriksaan ini mencakup
enzyme immunoassay (EIA atau ELISA), pemeriksaan presipitin,
counterimmunoelectrophoresis (CIE), Western blots, dan aglutinasi partikel
lateks.
Pewarnaan. Pewarnaan Gram merupakan pemeriksaan cepat yang penting.
Banyak tersedia pewarnaan khusus lain yang digunakan untuk membantu
mengidentifikasi (misal, tahan asam dari pewarna antibody fluoresens).
Gene probe menentukan ada tidaknya suatu sekuens gen tertentu (misal, gen
untuk produksi verotoksin pada sebuah strain E. coli), tetapi cara ini
mungkin memerlukan amplifikasi DNA (Alcamo, 1996).

Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam


persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media
yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan seterusnya.
Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang menyebabkan
bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba (Waluyo, 2007).

IV. Alat dan Bahan


4.1 Alat
- Inkubator
- Kain kasa
- Korek api
- Ose
- Pembakar spirtus
- Pipet tetes
- Rak tabung reaksi
- Tabung reaksi berukuran 13 x 100 mm
- Tabung Durham
4.2 Bahan
- Media tanam agar miring H2S
- Media tanam agar miring S.Sitrat
- Media tanam agar miring urea
- Media tanam cair uji galaktosa
- Media tanam cair uji glukosa
- Media tanam cair uji indol
- Media tanam cair uji laktosa
- Media tanam cair uji maltosa
- Media tanam cair uji manosa
- Media tanam cair uji Metil merah
- Media tanam cair uji VP
- Media tanam setengah padat uji motil
- Suspensi bakteri
- Reagen kovac
- Reagen uji MR
- Reagen uji VP

V. Prosedur dan Data Pengamatan

No Prosedur Hasil Foto


1. Suspensi bakteri Ose menjadi steril
diinokulasikan menggunakan
teknik aseptis, ose difiksasi di
atas nyala api pembakar
spirtus.

a. Untuk medium setengah Bakteri telah


padat (untuk uji motil) tertanam di dalam
digunakan ose lurus untuk medium
menginokulasikan suspensi
bakteri. Inokulasi dilakukan
dengan cara ose difiksasi di
atas nyala api pembakar
spirtus, ose dibiarkan
hingga dingin lalu
dimasukkan ke tabung
reaksi berisi suspensi
bakteri, lalu ose tersebut
ditusukkan tegak lurus ke
dalam medium, mulut
tabung reaksi berisi medium
yang telah ditanam bakteri
difiksasi dan ditutup lagi
dengan kain kasa. Ose
difiksasi kembali.
b. Untuk medium padat agar
miring (untuk uji hidrolisis
urea, uji H2S, uji asam
sitrat) digunakan ose bulat
untuk menginokulasikan
suspensi bakteri. Inokulasi
dilakukan dengan cara ose
difiksasi di atas nyala api
pembakar spirtus, ose
dibiarkan hingga dingin lalu
dimasukkan ke tabung
reaksi berisi suspensi
bakteri, lalu ose tersebut
dioleskan secara zigzag di
permukaan medium, mulut
tabung reaksi berisi medium
yang telah ditanam bakteri
difiksasi dan ditutup lagi
dengan kain kasa. Ose
difiksasi kembali.
c. Untuk medium cair (untuk
uji indol, MR, VP, glukosa,
maltosa, manosa, laktosa,
galaktosa) digunakan ose
bulat untuk
menginokulasikan suspensi
bakteri. Inokulasi dilakukan
dengan cara ose difiksasi di
atas nyala api pembakar
spirtus, ose dibiarkan
hingga dingin lalu
dimasukkan ke tabung
reaksi berisi suspensi
bakteri, lalu ose tersebut
dimasukkan ke dalam
medium, mulut tabung
reaksi berisi medium yang
telah ditanam bakteri
difiksasi dan ditutup lagi
dengan kain kasa. Lalu
tabung berisi medium dan
biakan tersebut dikocok
pelan. Ose difiksasi
kembali.
2. Setelah semua bakteri telah Bakteri telah
diinokulasi, selanjutnya tumbuh pada
diinkubasi dalam inkubator media tumbuh
pada suhu 370C selama sehari.

3. Dilakukan pengamatan Dapat ditentukan


terhadap koloni bakteri yang jenis bakteri yang
telah tumbuh telah dibiakkan
a. Uji VP : tabung pada biakan Tidak ada
ditambahkan 3 tetes perubahan warna
indikator VP, diamati (hasil negatif)
perubahan warna yang
terjadi

b. Uji MR : tabung biakan Ada perubahan


ditambahkan 3 tetes warna (hasil
indikator MR, diamati positif)
perubahan warna yang
terjadi

c. Uji indol : tabung biakan Ada warna merah


ditambah 20 tetes indikator muda pada
kovac, diamati lapisan atas
pembentukan warna merah biakan (hasil
muda di bagian atas biakan positif).

d. Uji hidrolisis urea : dilihat Ada warna


pembentukan warna merah kuning pada
keunguan setelah proses medium (hasil
inkubasi, adanya warna positif)
merah menunjukka hasil
yang positif
e. Uji H2S : dilihat warna Tidak ada warna
medium bekas olesan hitam pada
bakteri medium biakan
(hasil negatif)
f. Uji sitrat : dilihat Ada pertumbuhan
pertumbuhan bakteri dan bakteri dan warna
perubahan warna medium keorenan pada
medium (hasil
positif)
g. Uji glukosa : diamati Ada perubahan
perubahan warna yang warna dari merah
terjadi menjadi kuning
(hasil positif)

h. Uji laktosa : diamati Tidak ada


perubahan warna yang perubahan warna
terjadi (hasil negatif)

i. Uji manosa : diamati Tidak ada


perubahan warna yang perubahan warna
terjadi (hasil negatif)

j. Uji maltosa : diamati Ada perubahan


perubahan warna yang warna dari merah
terjadi menjadi oren
(hasil positif)
k. Uji galaktosa : diamati Ada perubahan
perubahan warna yang warna dari merah
terjadi menjadi oren
(hasil positif)

l. Uji motil : dilihat bekas Ada bekas


pergerakan bakteri pada pergerakan
tempat inokulasi bakteri bakteri (hasil
positif)

VI. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan uji ciri-ciri fisiologis bakteri. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri apa yang telah dibiakan oleh praktikan.
Setiap bakteri menghasikan enzim-enzin yang berbeda yang dapat dijadikan ciri
khas tersendiri untuk mengidentifikasinya.

Pada tabung reaksi 1 dilakukan uji motil. Sedangkan pada tabung reaksi 2
hingga 6 dilakukan uji gula-gula. Pada tabung 2 dilakukan uji glukosa, tabung 3
dilakukan uji laktosa, pada tabung 4 dilakukan uji manosa, pada tabung 5
dilakukan uji maltosa, dan pada tabung 6 dilakukan uji sakarosa. Selain itu
dilakukan juga uji indol, uji H2S, uji sitrat, uji urea, uji Metil merah dan uji VP.

Yang pertama kali dilakukan yaitu inokulasi bakteri. Tujuan dilakukannya


inokulasi ini yaitu untuk mendapatkan koloni bakteri yang diinginkan agar dapat
dilakukan uji-uji yang telah disebutkan di atas. Pembiakan bakteri dilakukan di
medium yang sesuai agar bakteri dapat tumbuh dengan baik.

Pada praktikum ini digunakan medium yang berbentuk setengah padat,


padat agar miring, dan cair. Masing-masing bentuk medium memiliki cara yang
berbeda dalam proses inokulasi bakterinya. Untuk medium setengah padat yang
dimaksudkan untuk uji motil digunakan ose lurus sedangkan untuk medium cair
dan padat menggunakan ose bulat. Teknik yang digunakan yaitu teknik aseptis.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi selama proses
inokulasi. Dalam teknik aseptis, seluruh kegiatan yang dilakukan harus dilakukan
di dekat api, namun jangan sampai suspensi bakteri terkena kontak langsung
dengan api dalam waktu yang cukup lama karena hal tersebut dapat membuat
bakteri menjadi mati karena tidak tahan suhu tinggi.

Setelah diinokulasi, bakteri selanjutnya diinkubasi pada inkubator selama


sehari dengan suhu 370C. suhu tersebut merupakan suhu optimum untuk
pertumbuhan bakteri. Sebenarnya bakteri sudah dapat berkembangbiak dalam
kurun waktu 20 jam, namun praktikan menginkubasi bakteri selama sehari
dikarenakan waktu pemakaian lab yang terbatas. selain itu proses inkubasi yang
lebih dari 20 jam juga dapat membuat koloni bakteri yang didapat semakin
banyak sehingga proses pengamatan dapat dilakukan lebih jelas. Namun proses
inkubasi juga tidak boleh terlalu lama karena bakteri akan kekurangan nutrisi
untuk tumbuhnya yang ada dalam medium sehingga bakteri akan saling
berkompetisi untuk mendapatkan nutrisi. Hal tersebut akan menyebabkan
terbentuknya kapsul bakteri dan terjadinya reaksi-reaksi enzimatik lainnya dalam
tubuh bakteri sehingga dapat mengganggu proses pengamatan.

Pada tabung 1 dilakukan uji motil dengan media setengah padat yang
bertujuan untuk melihat apakah bakteri yang diuji tersebut dapat bergerak atau
tidak. Uji fisiologis motil ini dilakukan dengan penanaman bakteri dengan
menggunakan ose lurus yang telah dimasukkan ke dalam suspensi bakteri dan
kemudian ditusuk dengan cepat dan hati-hati pada media padat pertumbuhan
bakteri. Alasan penggunaan ose lurus adalah agar suspensi bakteri yang akan
ditumbuhkan pada media padat akan dapat mudah masuk kedalam media padat
jika dibandingkan dengan ose bulat. Penanaman bakteri pada media padat dengan
cara ditusuk dimaksudkan agar pergerakan bakteri terlihat dengan jelas. Dalam hal
ini uji motil yang dilakukan terhadap bakteri tersebut menunjukkan hasil positif
yang berarti bahwa bakteri yang ada pada tabung tersebut bergerak (motil).
Kemudian pada tabung 2 hingga 6 dilakukan uji gula-gula yang
dimaksudkan untuk melihat adanya pembentukan asam dengan perubahan warna
merah fenol yang menjadi ciri uji gula-gula. Perubahan warna tersebut terjadi
karena sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari substrat yang
berupa karbohidrat, yang selanjutnya akan di fermentasi tergantung komponen
enzim yang dimilikinya. Pada uji gula-gula ini juga dilakukan untuk melihat
adanya pembentukan gas atau tidak pada tabung durham dalam tabung, jika
bakteri tersebut aerob maka pada tabung durham akan terdapat gas.

Media penanaman bakteri pada tabung 2 hingga 6 adalah media cair,


sehingga cara penanamannya dilakukan dengan mengambil suspensi bakteri
dengan ose bulat, lalu ose bulat tersebut dicelupkan ke dalam media cair tersebut,
lalu media cair tersebut dikocok konstan hingga sekiranya bakteri tersebut telah
tersebar merata dalam media cair. Pada media jenis ini cukup digunakan ose bulat
karena penanaman bakteri pada media cair ini tidak perlu ditusuk tegak lurus
seperti pada uji motil. Selanjutnya pengocokan dimaksudkan agar suspensi bakteri
terlarut rata, sehingga nantinya perubahan warna pada uji gula-gula ini dapat
terlihat merata dan jelas. Dalam hal ini, uji gula-gula yang menunjukkan hasil
positif adalah uji glukosa pada tabung 2, maltosa pada tabung 5 dan sakarosa pada
tabung 6.

Selanjutnya, uji fisiologis bakteri yang dilakukan adalah uji indol. Sama
seperti uji lainnya, digunakan tabung reaksi sebagai tempat pengujian yaitu
dengan media cair. Uji ini merupakan uji yang bertujuan untuk melihat
kemampuan fisiologis suatu bakteri dapat membentuk indol yang berupa cincin
nitrat berwarna merah berupa lapisan di atas permukaan media cair berupa cairan
pepton 1% yang berwarna bening. Pembiakkan bakteri dilakukan dengan cara
memasukkan suspensi bakteri dengan menggunakan kawat ose yang telah di
fiksasi dengan tujuan untuk mensterilkan ose yang digunakan kemudian
dicelupkan ke dalam larutan pepton 1% di dalam tabung reaksi kemudian dikocok.
Pengocokan dilakukan dengan tujuan untuk meratakan bakteri yang telah dibuat
suspensinya agar tersebar ke seluruh bagian larutan pepton. Setelah bakteri
diinkubasi selama 24 jam, maka terbentuk cincin berwarna merah di lapisan
permukaan menandakan bahwa bakteri tersebut dapat menghasilkan enzim
triptonase yang dapat mengoksidasi asam amino triptofan.

Selanjutnya yaitu uji H2S. Uji ini menggunakan media berupa agar miring
yang dibuat dari glukosa, laktosa dan sukrosa serta asam amino mentionin dan
sistein dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan fisiologis bakteri melakukan
fermentasi, pada praktikum ini media TSIA digunakan untuk melihat
pembentukan H2S yang dihasilkan dari fermentasi metionin dan sistein.
Penanaman bakteri dilakukan dengan cara mengoleskan satu ose bulat suspensi
bakteri secara zigzag pada permukaan medium. Pengolesan secara zigzag ini
dapat mempermudah praktikan dalan mengamati jalur pertumbuhan bakteri,
karena bakteri hanya akan tumbuh mengikuti arah olesannya. Jika ditemukan
koloni bakteri yang tumbuh tidak mengikuti arah pengolesan, maka dapat
dipastikan kalau bakteri tersebut adalah bakteri kontaminan yang secara tak
sengaja ikut tumbuh.

Suspensi bakteri sampel 6 yang diinkubasikan pada media agar miring


yang digunakan tidak menghasilkan perubahan warna, dimana warna agar miring
setelah waktu 24 jam tetap berwarna merah tanpa adanya endapan hitam yang
menjadi ciri bahwa bakteri tersebut menghasilkan gas hidrogen sulfide. Hal ini
disebabkan karena tidak terjadinya fermentasi terhadap dua asam amino yang
terkandung dalam media TSIA sehingga gugus S yang seharusnya keluar dan
bergabung dengan H2O akan menghasilkan endapan warna hitam.

Uji urea memiliki tujuan untuk dapat mengenali bakteri yang memiliki
kemampuan fisiologis untuk membebaskan amoniak ketika reaksi berlangsung.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan media agar miring dengan cara
membiakkan bakteri pada permukaan agar tersebut menggunakan ose dibuat
dengan pola zig-zag dan sama dengan uji lainnya, dilakukan dengan cara aseptis.
Uji ini menghasilkan warna kuning yang berarti menghasilkan hasil yang positif
karena apabila melepaskan amoniak, maka fenol merah akan berubah warnanya
menjadi basa dan menjadi warna kuning.

Uji metil merah merupakan uji dengan menggunakan media cair berupa
cairan tidak berwarna yang dibuat dari pepton glukosa phosphat dimana larutan
tersebut mengandung gula dengan tujuan untuk melihat kemampuan fisiologis
dari suatu bakteri untuk dapat melakukan proses fermentasi dari bahan
karbohidrat (berupa gula) yang terkandung dalam larutan. Suspensi bakteri sampel
6 dibiakkan dengan menggunakan ose yang telah difiksasi dengan cara aseptis
kemudian dicelupkan dan dikocok beberapa lama untuk meratakan bakteri yang
telah berupa suspensi. Hasil inkubasi bakteri menunjukkan adanya perubahan
warna warna menjadi warna merah setelah ditambahkan dengan indikator metil
merah 1% menunjukkan bahwa bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk
melakukan fermentasi dan menghasilkan asam campuran.

Hampir serupa dengan uji metil merah, uji VP ini menggunakan media
cair berupa cairan tidak berwarna dengan komposisi zat yang sama dengan larutan
pada uji metil merah. Suspesi bakteri juga dibiakkan dengan menggunakan ose
kemudian dikocok untuk meratakan bakteri dalam suspensi ke dalam larutan
dengan kondisi aseptis. Hasil inkubasi menunjukkan hasil yang negatif, dimana
setelah ditambahkan pereaksi tidak terjadi perubahan warna menjadi warna merah
menandakan bahwa bakteri tersebut tidak memiliki kemampuan fisiologi dalam
melakukan fermentasi glukosa menjadi asetoin.

Uji Simons Citrat merupakan uji yang bertujuan untuk mengetahui


kemampuan fisiologis suatu bakteri dalam menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon. Uji ini dilakukan dengan menggunakan tabung reaksi, dilakukan secara
aseptis, dan menggunakan media agar miring yang telah diberi indikator BTB
dengan tujuan dapat berubah pada suasana basa ketika bakteri tersebut
menghasilkan karbon menjadi warna lain yaitu warna biru. Suspensi bakteri
dibiakkan dengan cara dioles zig-zag dengan tujuan mengikuti jalur bakteri untuk
bergerak dengan zig-zag kemudian diinkubasi. Hasil inkubasi menunjukkan
bahwa agar miring yang telah diinkubasi bersama suspensi bakteri sampel 6
menunjukkan perubahan warna menjadi warna biru menunjukkan bahwa bakteri
tersebut memiliki kemampuan untuk menggunakan sitrat sebagai sumber karbon
dan memiliki enzim permease.

Dari semua uji yang telah dilakukan, maka bakteri dalam suspensi bakteri
sampel no 6 menunjukkan ciri fisiologis yang dimiliki oleh bakteri Escherichia
intermedium dimana memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu memberikan hasil
positif pada uji motil yaitu dapat bergerak, pada uji urea yaitu berubah menjadi
warna kuning, dalam uji gula-gula dalam glukosa, maltose, dan sakarosa, pada uji
indol berupa terbentuknya cincin atau lapisan merah di permukaan, pada uji MR
memberikan perubahan warna menjadi merah setelah ditambahkan indikator dan
warna agar miring mengalami perubahan warna pada uji S. Citrat. Sedangkan
suspensi bakteri ini memberikan hasil yang negatif pada uji gula-gula pada jenis
maltosa dan manosa, pada uji pembuktian dihasilkannya H2S karena tidak adanya
endapan hitam, serta pada uji VP tidak berubahnya warna setelah ditambahkan
indikator karena tidak adanya fermentasi.

Namun, hasil uji fisiologis pada suspensi bakteri sampel no 6 yang


menunjukkan ciri-ciri fisiologis dari Escherichia intermedium ternyata tidak
sesuai dengan kesimpulan yang telah diambil. Dimana seharusnya, hasil yang
telah diperoleh merupakan ciri-ciri fisiologis dari bakteri Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang bersifat non-motil, anaerob
fakultatif,

Kesalahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah


uji fisiologis ini bukan merupakan uji secara spesifik terhadap ciri dari suatu
spesies bakteri, meskipun merupakan uji yang lebih spesifik dibandingkan dengan
uji morfologi. Dan juga kesalahan ini dapat dipengaruhi oleh kontaminan yang
ikut masuk ke dalam media pertumbuhan bakteri yang diujikan. Hal ini dapat
terjadi karena alat-alat yang digunakan kurang steril ataupun proses fiksasi yang
kurang baik sehingga bakteri kontaminan yang memiliki media dan suhu inkubasi
yang sama dapat masuk ke media bakteri sehingga hasil yang didapatkan tidak
maksimal dan tidak sesuai.

VII. Simpulan

Dapat mengamati secara langsung atau tidak langsung produk


kegiatan enzimatik bakteri. Dari hasil pengamatan dapat diidentifikasi bahwa
bakteri yang terdapat dalam sampel adalah Eschericia intermedium. Namun
terdapat kesalahan dalam pengidentifikasian, bakteri yang seharusnya ada dalam
suspensi adalah S. Aureus.
Daftar Pustaka

Alcamo, I.E. 1996. Fundamental of Microbiology 5th Edition. New York :


Addison Wesly Longman.
Huda, Chairul. 2012. Penapisan Aktivitas Antibakteri dari Bakteri yang
Berasosiasi dengan Karang Lunak Sarcophyton sp. Maspari Journal.
4(1) : hal. 69-76.
Melliawati, Ruth. 2009. Escherichia coli dalam Kehidupan Manusia. Jurnal Bio
Trends. Vol. 4 (1) : 10-14.
Murdinah, dkk. 2012. Membuat Agar dari Rumput Laut. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Pelczar MJ, Chan E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Suwito,Widodo. 2010. Bakteri yang sering Mencemari Susu : Deteksi,
Patogenesis, Epidiemiologi, dan Cara Pengendalian. Jurnal Litbang. 29 (3).
Volk dan Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 5. Erlangga : Jakarta.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai