Anda di halaman 1dari 8

Tes Bakat Minat Chyntia Veronica

Rangkuman BAB 9 502015011

Intelegensi dan pengukurannya

Intelegensi adalah kapasitas masing-masing individu yang memiliki bentuk beragam di


sepanjang hidup. Intelegensi meliputi kemampuan untuk memperoleh dan menerapkan
pengetahuan, bernalar, membuat rencana dengan efektif, menyimpulkan dengan tepat,
membuat penilaian terhadap suatu masalah, menyelesaikan masalah, memahami dan
menggambarkan konsep.

Intelegensi menurut orang awam

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sternberg, didapatkan hasil bahwa para ahli
menekankan intelegensi pada motivasi, sedangkan orang awam menekankan aspek
interpersonal dan sosial. Pada penelitian yang dilakukan oleh Siegler & Richards (1980),
terdapat hasil bahwa terdapat konsep yang berbeda pada setiap tahap perkembangan (infant,
childhood, dan adult). Pada penelitian lainnya (Yussen & Kane, 1980) menemukan bahwa
konsep anak-anak yang lebih muda terhadap intelegensi menekankan pada keterampilan
interpersonal, sedangkan anak-anak yang lebih tua menekankan pada keterampilan akademik
(kelas 1, 3, dan 6).

Intelegensi menurut pandangan orang yang terpelajar dan orang yang profesional
dalam tes

Francis Galton. Beliau merupakan yang pertama mempublikasikan tentang heritabilitas dari
intelegensi. Menurut Galton (1883), kebanyakan orang yang inteligen memiliki kemampuan
sensori yang terbaik. Galton mengukur intelegensi pada tes yang berhubungan dengan
sensorimotor dan persepsi lainnya yang dirancangnya.

Alfred Binet. Komponen intelegensi menurut Binet adalah reasoning, judgement, memory,
dan abstraksi. Menurut Binet, ketika seseorang menyelesaikan masalah tertentu, kemampuan
yang digunakannya tidak dapat dipisahkan, karena kemampuan tersebut saling berinteraksi.
(mengukur intelegensi yang lebih kompleks).

David Wechsler. Dalam definisi intelegensi yang dikemukakan oleh Weschler, terdapat
pengakuan mengenai kompleksitas dan konseptualisasi intelegensi sebagai kapasitas yang
menyeluruh. Menurut Wechsler, terdapat faktor-faktor non-intelektif yang harus
dipertimbangkan ketika menilai intelegensi, seperti kemampuan lebih dari sifat konatif,
kognitif, afektif, atau sifat kepribadian termasuk sifat seperti dorongan, ketekunan, dan

1
Tes Bakat Minat Chyntia Veronica
Rangkuman BAB 9 502015011

kesadaran akan tujuan, dan juga potensi individu untuk merasakan/memandang dan merespon
nilai sosial, moral, dan estetik. Cara terbaik untuk mengukur kemampuan umum ini adalah
dengan mengukur beberapa aspek kemampuan yang dibedakan secara kualitatif. Kemampuan
yang dapat dibedakan berasal dari dasar verbal atau kinerja. Tes intelegensi yang dirancang
oleh Wechsler adalah Wechsler-Bellevue dan WAIS.

Jean Piaget. Menurut Piaget, intelegensi dapat dipahami sebagai semacam adaptasi biologis
yang berkembang/berevolusi ke dunia luar. Pengalaman individu akan diorganisasi oleh
struktur mental yang disebut skema (struktur mental yang mengarah pada pengetahuan dan
pemahaman ketika diaplikasikan ke dunia). Skemata akan semakin rumit seiring dengan
bertambahnya usia. Terdapat dua dua operasi mental dasar, yaitu asimilasi (mengorganisasi
informasi baru ke dalam informasi yang sudah ada) dan akomodasi (mengubah apa yang
sudah ada agar cocok dengan informasi baru). Piaget juga menekankan pada pentingnya
aktivitas fisik dan interaksi sosial dalam mendorong ekuilibrium dalam perubahan struktur
mental.

Teori faktor analisis.

Analisis faktor adalah kelompok teknik statistik yang digunakan untuk menentukan
hubungan yang menjadi dasar antara variabel-variabel, termasuk skor tes. Charles Spearman
mempelopori teknik baru untuk mengukur korelasi antar tes. Spearman menghasilkan faktor
kemampuan intelektual umum (g factor). Teori ini terkadang juga disebut two-factor theory
of intelligence (faktor g / umum dan faktor s / khusus). Semakin besar faktor g dalam suatu
tes intelegensi, semakin baik tes tersebut dapat memprediksi intelegensi secara keseluruhan.
Terdapat juga group factors, yang tidak seumum g dan juga tidak sekhusus s (seperti
linguistic, mechanical, dan aritmatical abilites). Thurstone mengusulkan seven primary
abilities. Gardner, multiple intelligence (7). Gardner mengemukakan pendapatnya mengenai
inerpersonal intelligence (kemampuan untuk memahami orang lain) dan intrapersonal
intelligence (kapasitas untuk membentuk model dri sendiri yang akurat dan dapat digunakan
untuk mengoperasikan hidup), yang selanjutnya mirip dengan emotional intelligence.

Teori intelegensi diusulkan pertama oleh Raymond B. Cattell, dan dimodifikasi oleh Horn.
Menurut mereka, terdapat dua tipe kemampuan kognitif, yaitu cryztallized intelligence (Gc)
(keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh yang tergantung pada paparan terhadap
edukasi) dan fluid intelligence (Gf) (nonverbal, relatif bebas budaya, dan bebas dari instruksi
tertentu). Horn mengajukan tujuh faktor tambahan. Menurut Horn, terdapat kemampuan yang

2
Tes Bakat Minat Chyntia Veronica
Rangkuman BAB 9 502015011

merupakan vulnerable abilites (menurun seiring dengan bertambah usia dan cenderung tidak
kembali karena kerusakan otak) dan juga ada kemampuan yang maintained abilites
(cenderung tidak menurun seiring bertambah usia dan dapat kembali karena kerusakan otak.

Teori lain yang diperoleh dari analisis faktor adalah three-stratum theory of cognitive
abilites (Carroll, 1997). Stratum pertama adalah g (general abilities), stratum kedua terdiri
dari 8 kemampuan dan proses, di bawah masing-masing kemampuan di strata kedua, terdapat
level factors atau speed factors. Model ini jgua disebut hierarchical model (semua
kemampuan dalam strata tergabung dengan yang ada di strata atasnya). Model lainnya adalah
CHC Model (Cattell Horn Carrol) diusulkan oleh Kevin S. McGrew pada tahun 1997 yang
terdiri dari 10 board stratum dan 70 narrow stratum. Tes ini dimaksudkan untuk
mengembangkan psychoeducational assessment, lalu setelah mendapatkan kemampuan inti
dari siswa, pengetesan dilanjutkan dengan cross-battery assessment. Dalam CHC model ini
tidak terdapat faktor g.

Pandangan pemrosesan informasi.

Pendekatan ini berfokus pada mekanisme yang memproses informasi (bagaimana


informasi diproses, daripada apa yang diproses). Terdapat dua tipe dasar gaya pemrosesan
informasi, yaitu:

- Proses simultaneous (paralel) yang mengintegrasikan informasi pada satu waktu.


Informasi diintegrasi/digabungkan dan disintesis pada satu waktu sebagai satu
kesatuan.
- Proses successive (sequential) yang memproses masing-masing bit informasi secara
individual secara berurutan. Proses ini bersifat logis dan analitis, satu per satu
informasi disusun agar terlihat masuk akal.

Tes yang menekankan pada konsep perbedaan pemrosesan informasi successive dan
simultaneous adalah Kaufman Assessment Battery for Children. Selain itu, terdapat PASS
model of intelectual functioning (planning, attention, simultaneous, and successive).
Planning (perencanaan) mengacu pada pengembangan strategi untuk penyelesaian masalah.
Attention (atau disebut juga arousal) mengacu pada reseptivitas terhadap informasi.
Simultaneous dan successive mengacu pada tipe proses informasi yang dilakukan.

Menurut Robert Sternberg, inti dari intelegensi adalah intelegensi adalah sarana untuk
mengendalikan diri kita sendiri sehingga pikiran dan tindakan kita teratur, koheren, dan

3
Tes Bakat Minat Chyntia Veronica
Rangkuman BAB 9 502015011

responsif terhadap kebutuhan diri dan lingkungan. Beliau mengusulkan triarchic theory of
intelligence dengan tiga komponen utama (metacomponens, performance components, dan
knowledge-acquisition components). Metacomponents terlibat dalam perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi tindakan. Komponen performance bertindak mengelola instruksi
dari metakomponen. Komponen knowledge-acquisition terlibat dalam proses belajar
melakukan sesuatu pertama kali.

MENGUKUR INTELEGENSI

Pengukuran intelegensi memerlukan sampling dari performa seseorang pada tipe tes yang
berbeda sebagai fungsi dari tahapan perkembangan. Dibawah ini merupakan tugas yang
diberikan sesuai dengan tahapan perkembangan:

- Masa bayi (lahir-18 bulan) = pengetesan terhadap perkembangan sensorimotor.


Pengukuran intelegensi pada masa bayi memerlukan wawancara kepada orangtua
maupun penjaga bayi sebagai data penunjang.
- Anak yang lebih tua = pengetesan terhadap kemampuan verbal dan performa/kinerja.
verbal and performance abilites. Administrasi tes terhadap anak yang lebih tua dapat
diberikan di awal seperti yang ditentukan oleh buku petunjuk tes.
- Orang dewasa = pengetesan terhadap kemampuan seperti retensi mengenai informasi
umum, penalaran kuantitatif, memori, dan penilaian sosial.

Tes intelegensi diberi skor dan diinterpretasi dengan acuan mental age atau usia mental.
Mental age adalah suatu indeks yang mengacu pada usia kronologis yang setara dengan
kinerja seseorang pada suatu tes. Indeks ini didapat berdasarkan norma yang menunjukkan
usia kebanyakan peserta tes yang mampu mengerjakan atau memenuhi kriteria tertentu. Tes
intelegensi diberikan untuk memperoleh informasi yang berhubungan secara klinis atau untuk
mengukur potensi belajar dan perolehan keterampilan. Data dari intelegensi orang dewasa
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kesulitan dari individu mengalami gangguan untuk
tujuan diagnosa atau membuat keputusan penting (keputusan karir maupun vokasional).

Teori perkembangan dan interpretasi tes intelegensi.

- Galton: menurut Galton, perbedaan sensori dan perbedaan lainnya merupakan


warisan. Galton mengukur kemampuan kognitif yang bersifat perseptual dan
sensorimotor.

4
Tes Bakat Minat Chyntia Veronica
Rangkuman BAB 9 502015011

- David Wechsler: menekankan pada banyak bidang dari intelegensi dan tidak hanya
mengandung kemampuan kognitif, tetapi juga faktor yang berhubungan dengan
kepribadian. Dua kemampuan yang dikemukakan oleh Wechsler: kemampuan verbal
dan kinerja/performa.
- Thorndike: intelegensi dapat dibagi menjadi tiga kelompok: intelegensi sosial,
intelegensi konkret, dan intelegensi abstrak. Beliau juga memasukkan faktor
kemampuan mental yang umum (g factor) ke teorinya dan mendefinisikannya sebagai
jumlah total dari koneksi neural yang dapat dimodifikasi atau ikatan yang terdapat di
otak.

Masalah dalam intelegensi.

Nature vs nurture

Pada awal abad ke 17, preformationism mulai mendapatkan kedudukan. Preformationism


mengatakan bahwa yang didapatkan oleh semua organisme hidup saat lahir adalah semua
struktur organisme, termasuk intelegensi. Predeterminism mengatakan bahwa kemampuan
seseorang ditentukan oleh warisan genetik dan tidak ada proses belajar atau intervensi yang
dapat meningkatkan apa yang telah diwariskan secara genetik.

Arnold Gesell (pendukung pandangan predeterminisme) menyatakan intelegensi sebagai


pematangan dari mekanisme neural, bukan proses belajar atau pengalaman. Menurut Gesell,
perkembangan mental adalah sebuah morfogenesis progresif dari pola perilaku, dan pola
perilaku adalah proses alami dan pertumbuhan. Menurut Galton, kejeniusan adalah warisan.
Galton mendapatkan kesimpulan ini berdasarkan sejarah keluarga orang ternama. Richard
Dugale juga berpendapat hal yang sama, dia melacak garis keturunan keluarga Jukes dan
berhipotesis bahwa kemiskinan dan kemalasan adalah masalah hereditas. Henry Goddards
meneliti mengenai hereditas dari berpikir lemah dan mendapati bahwa hal tersebut
merupakan hasil dari gen tertentu. Berdasarkan penelitian Lewis M. Terman, orang-orang
dari budaya Meksiko dan Amerika Asli bersifat inferior secara genetik. Sedangkan
berdasarkan penelitian Karl Pearson, orang Yahudi yang berimigrasi lebih bersifat inferior
secara fisik dan mental dibandingkan orang asli Inggris.

VPR (Verbal, Perceptual, and Image Rotation) (VPR) model mengenai struktur
kemampuan mental dibentuk oleh orang-orang yang mempercayai bahwa intelegensi dan
kemampuan yang berhubungan dengan intelegensi memiliki dasar genetik yang kuat. VPR

5
Tes Bakat Minat Chyntia Veronica
Rangkuman BAB 9 502015011

model adalah suatu model hierarkis dengan sebuah g factor yang berkontribusi terhadap
kemampuan verbal, perseptual, dan rotasi gambar, dan juga delapan kemampuan spesifik
lainnya.

Inheritance and interactionism.

Berdasarkan pandangan interactionist, orang mewarisi suatu potensi intelektual khusus,


pengembangannya tergantung pada lingkungan di mana orang tersebut dibesarkan.

STABILITAS INTELEGENSI

Intelegensi terlihat stabil pada saat dewasa. Berdasarkan data intelegensi dari perang dunia
kedua dan dibandingkan dengan intelegensi pada 40 tahun kemudian, didapatkan stabilitas
intelegensi. Banyak faktor yang dapat memengaruhinya, seperti sejauh mana individu tetap
aktif secara mental, kesehatan fisik, dan faktor lain yang berpotensi. Invik (1995)
menemukan bahwa keterampilan intelektual verbal sangat stabil dari waktu ke waktu. Pada
dewasa akhir (lebih dari 75 tahun), terjadi penurunan kemampuan kognitif.

VALIDITAS KONSTRUK TES INTELEGENSI

Validitas konstruk dari tes mengacu pada apa yang diukur oleh tes. Untuk tes intelegensi,
perlu dipahami bagaimana pembuat tes mendefinisikan intelegensi.

MASALAH LAINNYA

Pengukuran intelegensi dapat dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan dengan proses
pengukuran, seperti ketekunan pengetes, umpan balik yang diberikan oleh pengetes kepada
peserta tes, jumlah latihan sebelum pengetesan dilakukan, dan kompetensi dari orang yang
menginterpretasi data. Faktor lainnya yaitu Flynn effect. Flynn (1984) menemukan apa yang
disebut denan peningkatan intelegensi, beliau menemukan bahwa intelegensi sepertinya
meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan intelegensi tidak disertai dengan dividen
akademik. Faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan intelegensi adalah apakah aitem
spesifik pada budaya tertentu atau apakah tes tersebut mengukur fluid atau crystallized
intelligence.

Kepribadian. Menurut Binet dan Wechsler, tes intelegensi bersinonim dengan kepribadian.
Konsep street-efficacy sepertinya menjadi dasar antara intelegensi dan kepribadian.

6
Tes Bakat Minat Chyntia Veronica
Rangkuman BAB 9 502015011

Faktor kepribadian yang berhubungan dengan perolehan intelegensi dari waktu ke waktu
adalah agresifitas terhadap teman, inisiatif, kebutuhan yang tinggi akan pencapaian, bersifat
kompetitif, rasa ingin tahu, rasa percaya diri, dan kestabilan emosi. Faktor yang terdapat pada
anak yang kemampuan intelektualnya tidak meningkat dari waktu ke waktu adalah sifat pasif,
bergantung, dan ketidakmampuan menyesuaikan diri. Faktor lainnya adalah tempramen, yaitu
cara membedakan anak dari aksi dan reaksi anak. Tempramen dapat memengaruhi
kemampuan intelektual anak yang bersifat pemarah dan gelisah.

Jenis kelamin. Laki-laki memiliki keunggulan pada faktor g intelegensi dan juga cenderung
mengungguli wanita pada tugas yang membutuhkan spasialisasi visual. Sedangkan
perempuan umumnya unggul pada tugas yang berhubungan dengan keterampilan bahasa.
Larson (2007) menyimpulkan bahwa perkembangan motorik diikuri oleh spesifikasi gender
tertentu dan menyarankan untuk menggunakan norma gender dan usia yang berbeda ketika
menguji fungsi motor pada anak-anak.

Lingkungan keluarga. Faktor di lingkungan keluarga yang dapat memengaruhi intelegensi


adalah penggunaan bahasa orangtua, ekspresi orangtua terhadap pencapaian anak, dan
penjelasan orangtua mengenai kebijakan disiplin pada lingkungan yang hangat dan
demokratis. Perceraian dapat memberikan efek negatif (seperti kehilangan dukungan
orangtua, hingga mengganggu pencapaian akademik di sekolah dan mengganggu kemampuan
menyelesaikan masalah sosial).

Budaya. Budaya memberikan model atau contoh mengenai cara berpikir, bertindak, dan
merasa. Budaya membuat orang mampu untuk bertahan secara fisik dan sosial dan untuk
mengatur atau mengontrol dunia di sekitar mereka. Dikarenakan kelompok budaya yang
berbeda menunjukkan jenis kemampuan yang berbeda, peserta tes dari budaya yang berbeda
diharapkan mengambil tes yang memiliki tingkat kemampuan, pencapaian, dan motivasi yang
berbeda. Aitem pada tes intelegensi cenderung menggambarkan budaya dimana tes tersebut
dibuat. Dapat diprediksi bahwa anggota dari budaya tertentu akan mendapatkan skor yang
rendah. Pada nyatanya, orang berkulit hitam dan orang Amerika asli cenderung mendapatkan
skor intelegensi yang lebih rendah dibandingkan orang berkulit putih atau Asia.

Tes Binet-Simon dirancang untuk memisahkan intelegensi alami, yang selanjutnya akan
membuat sesuatu yang disebut tes intelegensi bebas budaya (culture-free intelligence test).
Asumsi utama dari pembuatan tes ini adalah jika faktor budaya dapat dikontrol, maka
perbedaan antar kelompok budaya dapat dikurangi. Efek budaya dapat dikontrol dengan

7
Tes Bakat Minat Chyntia Veronica
Rangkuman BAB 9 502015011

penghapusan aitem verbal dan ketergantungan utama pada aitem nonverbal dan kinerja.
Tugas nonverbal dapat meliputi menyusun, mengklasifikasi, memilih, atau memanipulasi
objek dan menggambar bentuk. Aitem nonverbal dianggap dapat menentukan kemampuan
kognitif dari anak-anak dan orang dewasa kelompok minoritas. Akan tetapi, aitem-aitem
seperti ini tidak memiliki validitas prediktif yang sama tingginya dengan tes dengan aitem
verbal. Hal ini disebabkan karena aitem nonverbal tidak mampu memperoleh proses
psikologis seperti yang diperoleh oleh tes verbal. Oleh sebab itu, tes nonverbal cenderung
tidak baik dalam memprediksi kesuksesan pada setting akademik dan bisnis.

Culture-loading dapat didefinisikan sebagai sejauh mana suatu tes mengandung kosakata,
konsep, tradisi, pengetahuan, dan perasaan yang berhubungan dengan budaya tertentu, dan
cenderung terjadi penilaian yang subjektif, kualitatif, dan nonnumerik. Setelah diketahui
bahwa suatu tes tidak dapat sepenuhnya bebas-budaya, maka muncul istilah culture fair.
Tes intelegensi culture-fair sebagai suatu proses tes yang dirancang untuk meminimalkan
pengaruh budaya terhadap tes. Akan tetapi, tes ini juga kekurangan validitas prediktif.

Karena pembuatan tes culture fair seperti tidak mungkin, beberapa pembuat tes mencoba
untuk membuat tes yang spesifik untuk budaya tertentu. Salah satu tes yang dibuat untuk
orang berkulit hitam adalah Black Intelligence Test of Cultural Homogenity (Williams,
1975). Tes yang spesifik untuk budaya tertentu menghasilkan skor yang lebih tinggi pada
grup minoritas yang dituju, akan tetapi tetap saja memiliki validitas prediktif yang rendah.
Usaha yang berhubungan untuk mengurangi bias bahasa adalah uji coba dengan sampel yang
beragam. Meskipun suatu tes dapat bebas dari bias budaya, terdapat sumber bias lainnya,
seperti pelaksanaan tes, skoring tes (tes yang memiliki aitem subjektif), dan interpretasi dari
skor tes.

Anda mungkin juga menyukai