Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Zika (Zika) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Zika
yang menyebar ke orang terutama melalui gigitan terinfeksi Aedes spesies
nyamuk. Gejala yang paling umum dari Zika adalah demam, ruam, nyeri
sendi, dan konjungtivitis (mata merah). Virus Zika pertama ditemukan pada
seekor monyet resus di hutan Zika, Ugandapadatahun 1947. Virus Zika
kemudian ditemukan kembali pada nyamuk spesies Aedes Africanus di hutan
yang sama pada tahun 1948 dan pada manusia di Nigeria pada tahun
1954.Studi serologi dan isolasi strain ZIKV menunjukkan bahwa virus ini
memiliki lebar distribusi geografis, termasuk timur dan barat Afrika, selatan
dan selatan-timur Asia, dan Mikronesia. Sejak kasus manusia pertama Zika
terdeteksi dan sejak itu, wabah Zika telah dilaporkan di Afrika tropis, Asia
Tenggara, dan Kepulauan Pasifik. Wabah zika mungkin telah terjadi di banyak
lokasi. Sebelum tahun 2007, setidaknya 14 kasus Zika telah
didokumentasikan.
Pada tahun 2015, virus ini kembali merebak yang mana di Brazil telah
dikonfirmasi 404 kasus. Jumlah itu meningkat dari waktu ke waktu.
Kementerian Kesehatan Brasil menyebutkan terdapat 76 kematian pada bayi
yang diduga disebabkan microcephaly, baik dalam kandungan maupun sesaat
setelah dilahirkan. Microcephaly diduga terkait dengan virus Zika. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menilai penyakit yang terkaitdengan virus Zika di
Amerika Latin pada akhir tahun 2015 hingga Januari 2016 telah menimbulkan
keadaan darurat kesehatan bagi masyarakat. Oleh sebab itu, WHO
mengumumkan Status Darurat Kesehatan Internasional.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. EPIDEMIOLOGI VIRUS ZIKA


Pada manusia, virus Zika tidak menimbulkan kesakitan yang berat serta
sangat jarang menimbulkan kematian, oleh karena itu banyak orang yang tidak
menyadari bahwa mereka telah terinfeksi. Tidak ada pengobatan khusus atau
vaksin yang tersedia hingga saat ini. Sedangkan bentuk terbaik pencegahan
dilakukan dengan perlindungan terhadap gigitan nyamuk. Penyakit ini pertama
kali diketahui pada rhesus sentinel monyet yang ditempatkan di platform pohon di
Hutan Zika Uganda pada tahun 1947, survey penduduk Uganda menemukan
prevalensi kejadian sebesar 6,1%. tahun 1952 adaalah tahun dimana kasus Zika
pada manusia pertama kali terdeteksi, dan sejak saat itu pula wabah Zika telah
banyak dilaporkan di Afrika tropis, Asia Tenggara, dan Kepulauan Pasifik. Pada
tahun 2007, wabah pertama virus Zika terjadi besar-besaran dimana sebanyak 185
kasus dikonfirmasi dan dilaporkan di Kepulauan Yap Negara Federasi Mikronesia
(Federated States of Micronesia). Sebanyak 108 kasus dikonfirmasi dengan PCR
(Polymerase Chain Reaction) atau uji serologi dan dicurigai pula terdapat 72
kasus tambahan. Adapun mengenai pengenalan dan penularan di Pulau Yap
sendiri masih belumjelas, kemungkinan pengenalan terjadi melalui nyamuk yang
terinfeksi pada manusia viraemic dengan strain yang berhubungan dengan orang-
orang yang tinggal di Asia Tenggara. Kasus ini merupakan pertama kalinya
demam Zika telah dilaporkan di luar Afrika dan Asia. Sebelum tahun 2007,
setidaknya 14 kasus Zika telah didokumentasikan, meskipun kasus lainnya
kemungkinan besar akan terjadi dan tidak dilaporkan. Karena gejala Zika mirip
dengan banyak penyakit lainnya, banyak kasus mungkin tidak terdeteksi dan
dilaporkan.12
Pada Mei 2015, Pan American Health Organization (PAHO)
mengeluarkan peringatan mengenai konfirmasi infeksi virus Zika di Brazil. Di
Brazil teramati terjadinya peningkatan infeksi virus Zika pada masyarakat dan
terjadinya peningkatan bayi lahir dengan microcephaly. Beberapa lembaga
penelitian disana menumukan bukti hubungan Virus Zika dan microcephaly.
Namun, penyelidikan lebih lanjut diperlukan sebelum memahami hubungan antara
microcephaly pada bayi dan virus Zika. Selanjutnya Zika juga dilaporkan muncul
di wilayah Amerika Selatan dan menyebabkan penyebaran yang cepat di seluruh
Amerika Selatan dan Tengah, hingga mencapai Meksiko pada November 2015.
CDC kemudian mengeluarkan peringatan perjalanan pada 15 Januari 2016
yang menghimbau wanita hamil untuk mempertimbangkan menunda perjalanan
ke negara-negara berikut, yakni: Brazil, Kolombia, El Salvador, Guyana Prancis,
Guatemala, Haiti, Honduras, Martinique, Meksiko, Panama, Paraguay, Suriname,
Venezuela, dan Commonwealth of Puerto Rico. Akhirnya pada tanggal 1 Februari
2016, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menyatakan virus Zika dalam
keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi keprihatinan internasional
(PHEIC). Adapun transmisi lokal telah dilaporkan di banyak negara dan wilayah
lainnya, virus Zika kemungkinan akan terus menyebar ke daerah baru. Menurut
laporan WHO, antara 1 Januari 2007 dan 17 Februari 2016, terdapat total 48
negara dan teritori melaporkan penularan virus Zika, termasuk negara dan wilayah
yang memberikan bukti langsung dari transmisi lokal. Di antara 48 negara dan
wilayah, Aruba dan Bonaire adalah wilayah terbaru dalam pelaporan transmisi
ini.12
Penyebab penyakit Zika (Zika disease) ataupun demam Zika (Zika fever)
adalah virus Zika. Virus Zika termasuk dalam garis Flavivirus kelompok
Arbovirus bagian dari virus RNA. Yang masih berasal dari keluarga yang sama
dengan virus penyebab penyakit dengue/demam berdarah. Virus Zika disebarkan
kepada manusia oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi. Nyamuk ini menjadi
terinfeksi setelah menggigit penderita yang telah memiliki virus tersebut. Nyamuk
ini sangat aktif di siang hari dan hidup serta berkembang biak di dalam maupun
luar ruangan yang dekat dengan manusia, terutama di area yang terdapat genangan
air.
2.2. MANIFESTASI KLINIS ZIKA

Pada pasien yang terinfeksi virus Zika 80% sering tanpa gejala dan
berpotensi menjadi sumber penularan (Muso, et al. 2014). Masa inkubasi berkisar
antara 3-12 hari. Tanda-tanda utamanya hampir sama dengan DBD, seperti
demam dalam jangka waktu 2-7 hari, namun demam pada DBD cenderung lebih
tinggi yaitu bisa > 400C sedangkan pada Zika bisa < 380C. Demam tersebut diikuti
dengan timbulnya ruam makolobular, sakit kepala, arthralgia, nyeri otot dan sendi,
konjungtivitis serta edema pada kaki dan tangan. Infeksi virus Zika tidak
memberikan gejala mual dan muntah seperti pada DBD (Chang, et al. 2016).
Munculnya ruam makolobular dialami oleh lebih dari 90 % pasien. Pada beberapa
kasus juga dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun. Pada
kondisi tubuh yang baik penyakit ini dapat sembuh dalam 7-12 hari tanpa
pengobatan medis. Penderita bahkan tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi
Zika. Penderita jarang mengalami gejala klinis berat yang hingga butuh rawat inap
atau bahkan kematian.1,8
Pada beberapa hasil kajian menunjukkan kemungkinan adanya hubungan
antara infeksi virus Zika dengan kejadian microcephaly pada janin. Microcephaly
ditandai dengan lingkar kepala janin yang lebih kecil dari rata-rata lingkar kepala
janin normal yang sesuai dengan umurnya. Kecilnya ukuran lingkar kepala ini
terjadi akibat otak janin tidak berkembang sebagaimana seharusnya. Sehingga
pertumbuhan dan perkembangan kepala serta bangunan didalamnya terhambat.10
Hal ini juga menyebabkan gangguan intelektual dan cacat secara fisik. Data dari
Departemen Kesehatan Brasil menunjukkan bahwa terdapat 4180 laporan kasus
microcephaly yang berhubungan dengan virus Zika.
Persamaan serta perbedaan gejala dan tanda infeksi virus Zika dan DBD.
Zika DBD
a. Demam a. Demam (cenderung lebih tinggi)
b. Sakit kepala b. Sakit kepala
c. Muncul bintik merah c. Timbul ruam kulit sampai
d. Nyeri otot dan sendi perdarahan masif
e. Tidak menunjukkan mual dan d. Nyeri otot dan sendi
muntah e. Mual dan muntah
f. Konjungtivitis f. Tidak menimbulkan
g. Tidak menunjukkan penurunan konjungtivitis
trombosit, hanya penurunan g. Dapat menyebabkan kematian
leukosit karena perdarahan hebat
h. Sembuh sendiri (7-12 hari) (hemorrhagic)
i. Komplikasi : microcephaly h. Komplikasi : Encephalitis, gagal
pada bayi ginjal akut, perdarahan hebat

2.3. PATOGENESIS VIRUS ZIKA


Virus Zika masuk ke sel manusia melalui arthropoda arbovirus, salah
satunya adalah dengan melalui nyamuk. Jenis nyamuk yang dapat membawa virus
Zika adalah nyamuk genus Aedes termasuk Aedes africanus, Aedes
apicoargenteus, Aedes leuteocephalus, Aedes aegypti, Aedes vitattus dan Aedes
Furcifer. Virus Zika termasuk dalam golongan genus flavivirus, sehingga
patogenesis dari virus Zika hampir sama dengan virus dengue atau demam
berdarah. Beberapa sumber menyatakan bahwa virus Zika dapat menular ke
manusia melalui transfusi darah, transmisi perinatal dan transmisi seksual.4

Patogenesis virus Zika berawal ketika nyamuk Aedes betina yang


membawa virus Zika menggigit manusia, kemudian virus masuk ke tubuh
manusia. Setelah masuk ke tubuh manusia, virus Zika akan menginfeksi sel
dendritik pada daerah dimana nyamuk menyuntikkan virus Zika. Kemudian
diikuti penyebaran ke kelanjar getah bening dan aliran darah. Seperti pada
kelompok flavivirus lainnya, virus mengalami siklus replikasi dengan empat
tahap, yaitu terjemahan RNA genomik menjadi protein virus, replikasi RNA
virus, berkumpulnya partikel virus di retikulum endoplasma dan pelepasan virion.
Replikasi virus Zika terjadi pada sitoplasma, akan tetapi antigen virus Zika telah
ditemukan dalam inti sel yang terinfeksi.2
Gejala dari infeksi virus Zika biasanya muncul 3-11 hari setelah gigitan
nyamuk yang membawa virus, meskipun periode viremic masih belum dipastikan.
Infeksi virus Zika dapat terkait dengan pengembangan kepala yang kecil dan
kerusakan otak pada bayi baru lahir atau mikrosefali. Penelitian yang dilakukan di
Brasil pada September 2015 juga menyebutkan bahwa ada hubungan antara
infeksi virus Zika dengan kejadian mikrosefali dan bayi lahir cacat. Karena ada
peningkatan kasus mikrosefali di daerah yang mengalami wabah Zika, dan adanya
peningkatan munculnya gejala klinis pada ibu hamil selama awal kehamilan. Hal
tersebut dibuktikan dengan ditemukannya RNA Zika pada sampel cairan ketuban
dari dua ibu hamil yang janinnya didiagnosis mikrosefali. Waktu paling berbahaya
diperkirakan selama trimester pertama kehamilan. Akan tetapi para ahli belum
dapat memastikan bagaimana virus memasuki plasenta dan menyebabkan
gangguan perkembangan otak pada janin.2

2.4. DIAGNOSA VIRUS ZIKA


Gejala Zika mirip dengan demam berdarah dan chikungunya, penyakit
menyebar melalui nyamuk yang sama yaitu aedes yang menularkan Zika.Untuk
menghindai kesalahan diagnosis yaitu dengan tes darah untuk mencari Zika atau
virus lainnya seperti demam berdarah dan chikungunya. Ketika gejala, infeksi
virus Zika biasanya seperti sindrom influenza, sering keliru dengan infeksi
arboviral lain seperti demam berdarah atau chikungunya. Diagnosis dikonfirmasi
diberikan dengan RT - PCR, yang secara khusus mendeteksi virus selama viremia.
Dalam ELISA tes serologi dapat memastikan adanya Zika IgM dan flaviviruses
IgG, dimana spesifisitas ditentukan oleh seroneutralisation.1,2,6
Beberapa metode dapat digunakan untuk diagnosis , seperti virus deteksi
asam nukleat, solasi virusi dan uji serologis. Diagnosis dengan serologi sulit
karena virus dapat crossreact dengan flaviviruses lainnya. Dengan demikian,
deteksi asam nukleat virus tetap disukai. Selanjutnya pengujian diagnostik untuk
virus zika dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:1,2,6
1. Reverse reaksi berantai transcriptase - polymerase (RT - PCR) untuk RNA
virus dalam serum dikumpulkan 7 hari setelah onset penyakit.
2. Serologi untuk IgM dan antibodi dalam serum dikumpulkan 4 hari setelah
onset penyakit.
3. Plaque uji reduksi netralisasi (PRNT) untuk kenaikan 4 kali lipat antibodi
penetral virus - spesifik paired sera.
4. Immunohistochemical (IHC) pewarnaan untuk antigen virus atau RT - PCR
pada jaringan tetaperologi Cross- Reaksi dengan flaviviruses Lain.
5. Zika virus serologi (IgM) dapat menjadi positif karena antibodi terhadap
flaviviruses terkait (misal : Dengue dan virus demam kuning).
6. Neralisasi tes antibodi dapat membedakan antara antibodi bereaksi silang di
flavivirusinfections primer.
7. Sulit untuk membedakan menginfeksi virus pada orang yang sebelumnya
terinfeksi atau divaksinasi terhadap flavivirus terkait penyedia.
8. Healthcare harus bekerja dengan negara bagian dan lokal departemen
kesehatan untuk memastikan hasil tes diinterpretasikan dengan benar.
Berdasarkan gambaran klinis yang khas, diagnosis untuk infeksi virus Zika
adalah luas. Selain dengue, pertimbangan lainnya termasuk leptospirosis, malaria,
Rickettsia, kelompok A Streptococcus, rubella, campak, dan Parvovirus
Enterovirus, Adenovirus, dan infeksi Alphavirus (misalnya , Chikungunya ,
Mayaro , Ross River , Barmah Forest , O'nyong - nyong , dan virus Sindbis).
Diagnosis awal didasarkan pada gambaran klinis pasien, tempat dan tanggal
perjalanan, dan kegiatan. Diagnosis laboratorium umumnya dilakukan dengan
pengujian serum atau plasma untuk mendeteksi virus, asam nukleat virus, atau
virus - spesifik immunoglobulin M, dan antibodi. Diagnosa serologi dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Jenis sampel : serum (dikumpulkan pada tabung kering , 5 sampai 7 cc bila
memungkinkan) atau urine.
Gejala akibat ZIKV infeksi biasanya cenderung ringan, gejala awal bisa
luput dari perhatian, mengurangi kesempatan untuk mengambil sampel.
Meskipun periode viremic masih belum ditetapkan sepenuhnya, RNA virus
telah terdeteksi dalam serum hingga hari ke 10 setelah timbulnya gejala
ZIKV RNA juga telah terdeteksi dalam urin selama jangka dalam fase akut
yang berarti yang bisa menjadi sampel alternatif untuk
dipertimbangkan.Namun, karena studi lebih lanjut diperlukan, dianjurkan
bahwa sampel serum diambil selama 5 hari pertama setelah timbulnya gejala.
2. Jenis sampel: serum (dikumpulkan pada tabung kering)
ZIKV spesifik antibodi IgM dapat dideteksi dengan ELISA atau tes
imunofluoresensi pada spesimen serum dari hari 5 setelah timbulnya gejala.
Karena serum tunggal pada fase akut adalah dugaan, disarankan bahwa
sampel kedua diambil 1-2 minggu setelah sampel pertama untuk
menunjukkan serokonversi (negatif ke positif) atau peningkatan empat kali
lipat pada titer antibodi (dengan tes kuantitatif) .1,2,4
Interpretasi dari tes serologi sangat penting untuk diagnosis ZIKV. Pada
infeksi primer (infeksi pertama dengan flavivirus: a) telah menunjukkan bahwa
antibodi reaksi silang minimal dengan lainnya virus terkait genetik. Namun, telah
menunjukkan bahwa individu dengan riwayat infeksi dari flaviviruses lainnya
(terutama dengue, demam kuning dan West Nile) dapat terjadi reaksi silang dalam
tes ini. Meskipun netralisasi dengan reduksi plak (PRNT) menawarkan
kekhususan yang lebih besar dalam mendeteksi antibodi (IgG), cross-reaksi juga
telah didokumentasikan; pada kenyataannya, beberapa pasien dengan riwayat
infeksi oleh flaviviruses lainnya telah menunjukkan peningkatan hingga empat
kali lipat dalam menetralisir titer antibodi bila terinfeksi ZIKV.4
Laboratorium untuk Pengujian Diagnostik
1. Tidak ada tes diagnostik yang tersedia secara komersial
2. Pengujian dilakukan pada CDC dan beberapa departemen kesehatan
negara
3. CDC bekerja untuk memperluas tes diagnostik laboratorium di negara-
negara
4. Penyedia layanan kesehatan harus menghubungi departemen kesehatan
negara mereka untuk memfasilitasi pengujian diagnostik
Laboratorium Virus Zika untuk Pengujian Bayi
Direkomendasikan untuk :
1. Bayi dengan microcephaly atau kalsifikasi intrakranial yang lahir dari ibu
yang melakukan perjalanan ke atau tinggal di daerah dengan transmisi
virus Zika saat hamil
2. Bayi lahir dari ibu dengan hasil tes positif atau tidak meyakinkan untuk
infeksi virus Zika
Rekomendasi Pengujian Zika Virus untuk Bayi
1. RNA virus -Zika (RT - PCR), IgM, dan antibodi
2. Dengue Virus IgM dan antibodi Spesimen Clinical
3. Serum (Tali pusar atau langsung, dalam waktu 2 hari lahir jika mungkin)
Cairan -Cerebrospinal, jika diperoleh untuk penelitian lain
4. Consider evaluasi histopatologis (plasenta dan tali pusat)
Virus immunohistochemicalstaining - Zika (jaringan tetap)
virus -Zika RT - PCR ( jaringan tetap dan beku )
5. Tambahan, jika belum dilakukan, serum uji ibu
virus -Zika IgM dan antibodi

Berikut gambar alur proses spesimen :


2.5. PENCEGAHAN DAN TINDAKAN PENGENDALIAN

Menurut WHO dan PAHO pada tahun 2015, Tindakan pencegahan dan
pengendalian diarahkan pada pengurangan kepadatan vektor yang mendasar dan
dapat mencegah penularan jika efektif. Strategi Manajemen Terpadu untuk
Pencegahan dan Pengendalian Dengue (IMS -Dengue) memberikan dasar untuk
kesiapan virus Zika. Dalam situasi saat ini, intensifikasi pencegahan dan
pengendalian IMS-dengue yang luas dianjurkan. Rekomendasi ini meliputi:

1. Partisipasi lintas sektor dan kolaborasi di semua tingkat pemerintahan dan


kesehatan, pendidikan, lingkungan, pembangunan sosial dan sektor
pariwisata.
2. Partisipasi organisasi non-pemerintah (LSM) dan organisasi swasta;
Menjaga komunikasi risiko dan mobilisasi bagi seluruh masyarakat.

Pengendalian nyamuk adalah satu-satunya ukuran yang dapat mengganggu


transmisi vektor ditanggung virus seperti demam berdarah, chikungunya, dan
Zika. Elemen-elemen kunci dari program pengendalian vektor yang seharusnya
memandu respon yaitu seperti di bawah ini.

1. Manajemen Vector terpadu (IVM)

Sebuah program kontrol dengue dan vektor chikungunya yang efektif dan
operasional memberikan dasar untuk persiapan yang memadai terhadap virus
Zika, karena virus ini ditularkan oleh nyamuk yang sama, Ae. Aegypti. Oleh
karena itu, dianjurkan untuk menerapkan dan mengintensifkan pengawasan dan
langkah-langkah pengendalian vector. dikembangkan untuk demam berdarah dan
chikungunya sebagai bagian dari Vektor Manajemen Terpadu (IVM).9
Untuk memastikan keberhasilannya, adalah penting untuk menyertakan
partisipasi lintas sektoral dan kolaborasi di semua tingkat pemerintahan, termasuk
kesehatan, pendidikan, lingkungan, sosial, pembangunan dan sektor pariwisata.
IVM juga bergantung pada dukungan dari organisasi non-pemerintah (LSM) dan
organisasi swasta. saluran komunikasi harus tetap terbuka dan partisipasi
masyarakat harus dimobilisasi. Hal ini penting untuk memberikan informasi yang
jelas dan kualitas informasi kepada masyarakat tentang penyakit ini melalui
kampanye komunikasi.1,2,8
Mengingat luasnya distribusi Ae. aegypti dan Ae. albopictus di Amerika,
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian harus ditujukan untuk mengurangi
kepadatan vektor, dan memperoleh penerimaan dan kolaborasi dari masyarakat
untuk mengadopsi langkah-langkah tersebut. Pencegahan dan pengendalian
tindakan oleh otoritas nasional harus mencakup sebagai berikut.1,2
1. Memperkuat pengelolaan lingkungan dan menghilangkan situs vektor
berkembang biak dalam rumah tangga dan area umum (mis, taman,
sekolah, pemakaman, dll) untuk mencegah atau meminimalkan
perkembangbiakan vektor dan kontak manusia dengan vektor nyamuk
2. Menyelenggarakan kampanye sanitasi massa untuk penghapusan daerah
perkembangbiakan, khususnya di daerah-daerah di mana pengumpulan
sampah rutin telah terganggu
3. Menerapkan langkah-langkah pengendalian daerah perkembangbiakan
melalui metode fisik, biologi dan kimia saat melibatkan keluarga dan
masyarakat secara aktif.
4. Mengidentifikasi daerah penularan berisiko tinggi (risiko stratifikasi), dan
memprioritaskan tempat di mana orang berkumpul (misalnya, sekolah,
terminal transportasi, rumah sakit, pusat kesehatan, dll) Nyamuk harus
dihilangkan dengan radius minimal 400 meter dari sekitar tempat-tempat
ini.
5. Di daerah di mana kasus asli atau diimpor dari demam berdarah,
chikungunya, dan / atau virus Zika terdeteksi, disarankan untuk
menggunakan pengobatan adulticide (terutama melalui penyemprotan),
untuk menghilangkan nyamuk dewasa yang terinfeksi dan mengganggu
transmisi. Hal ini penting untuk memperhitungkan bahwa tindakan ini luar
biasa dan hanya efektif bila dilakukan oleh tenaga terlatih mengikuti
pedoman teknis secara internasional dan ketika dilakukan bersama-sama
dengan tindakan yang diusulkan lainnya, seperti dijelaskan di atas.
Penyemprotan adalah cara utama untuk secara intensif mengganggu
transmisi dan mendapatkan waktu untuk menggabungkan penghapusan
daerah perkembangbiakan larva.
6. Memilih insektisida yang tepat (sesuai dengan rekomendasi PAHO /
WHO), memverifikasi label produk dan formula, dan mempertimbangkan
kerentanan populasi nyamuk terhadap insektisida
7. Memelihara dan menggunakan peralatan penyemprotan dengan cara yang
tepat dan memperhatikan persediaan insektisida
8. Memastikan pemantauan intensif (misalnya, kontrol kualitas) dari operator
lapangan baik selama kontrol dan pengobatan larva insektisida dewasa
(pengasapan).
Tindakan terpadu (simultan atau terkoordinasi) untuk pengendalian vektor
(misalnya, adulticide dan kontrol larva oleh tenaga terlatih, ditambah dengan
sanitasi dan promosi tindakan masyarakat) sangat penting untuk mencapai
dampak besar dalam jumlah waktu yang singkat. Orang yang terlibat dalam
pengendalian vector melalui penggunaan bahan kimia harus memakai alat
pelindung diri yang sesuai. Ini adalah tanggung jawab program pengendalian
vektor untuk memasok peralatan ini untuk stafnya, untuk memantau
penggunaannya, dan memiliki cukup persediaan simpanan di bawah kondisi yang
sesuai.14

2. Pencegahan Pribadi

Hal ini penting bagi pasien yang terinfeksi dengue, chikungunya atau virus Zika
untuk meminimalkan kontak dengan vektor. Langkah ini membantu mencegah
penyebaran virus dan karena penyakit. Pasien, anggota rumah tangga, dan
masyarakat, harus dididik tentang risiko penularan kepada orang lain dan cara
untuk meminimalkan risiko ini dengan mengurangi populasi vektor dan kontak
manusia-vektor. Langkah-langkah pencegahan pribadi ini juga efektif dalam
mencegah penularan virus kepada orang-orang yang sehat. Tindakan berikut ini
dianjurkan untuk meminimalkan kontak vektor-pasien:13
1. Pasien harus beristirahat di bawah kelambu, diperlakukan dengan atau
tanpa insektisida.
2. Pasien dan anggota lain dari rumah tangga harus memakai pakaian yang
menutupi kaki dan tangannya.
3. Terapkan penolak yang mengandung DEET, IR3535 atau Icaridin untuk
kulit yang terkena atau pakaian; penggunaannya harus benar-benar sesuai
dengan petunjuk yang tertera pada label produk.
4. Gunakan kasa yang terbuat dari kawat seperti jaring-jaring pada pintu dan
jendela.

3. Pencegahan pada Wisatawan (traveler)


Sebelum keberangkatan petugas kesehatan harus menyarankan wisatawan
yang menuju ke negara manapun yang tercatat dengan kejadian demam berdarah,
chikungunya, dan / atau Zika virus untuk mengambil tindakan yang melindungi
diri dari gigitan nyamuk, seperti menggunakan penolak, mengenakan pakaian
yang sesuai dengan meminimalkan paparan kulit, dan menggunakan insektisida
atau jaring. Hal ini juga penting untuk menginformasikan wisatawan gejala
demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika, agar mereka mengidentifikasi
segera selama perjalanan. Saran ini akan disampaikan melalui layanan kedokteran
wisata, klinik, halaman web kesehatan wisata dari Departemen Kesehatan atau
halaman web pemerintah terkait lainnya.9
Saat mengunjungi tempat-tempat dengan dengue, chikungunya dan / atau
transmisi virus Zika, wisatawan disarankan untuk:9
1. Mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk
dengan menggunakan lotion nyamuk atau mengenakan pakaian tepat yang
meminimalkan paparan kulit.
2. Hindari daerah penuh nyamuk.
3. Gunakan jaring dan / atau insektisida.
4. Kenali gejala demam berdarah, chikungunya, dan virus Zika, dan mencari
perawatan kesehatan profesional jika gejala-gejala tersebut terjadi.
Setelah kembali dari tempat-tempat dengan dengue, chikungunya dan /
atau transmisi virus Zika, wisatawan disarankan untuk menghubungi dokter jika
mencurigai mereka memiliki demam berdarah, chikungunya, atau virus Zika
setelah kembali ke rumah.13
Di Indonesia strategi yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan
mengoptimalkan penggunaan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ada.
Masing-masing subsistem bekerja sama guna antisipasi penyebaran virus Zika.
Subsistem tersebut antara lain upaya kesehatan; penelitian dan pengembangan
kesehatan; pembiayaan kesehatan; sumber daya manusia kesehatan; sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan; manajemen, informasi dan regulasi
kesehatan; dan pemberdayaan masyarakat. Subsistem yang dapat dilakukan adalah
:13
1. Pengoptimalan SKN dalam mendeteksi, menilai, melaporkan, merespons, dan
menginformasikan penyebaran virus Zika juga dapat dilakukan dengan
meningkatkan peran SDM Kesehatan. Upaya mengoptimalkan SKN juga
dilihat dari upaya kesehatan. Rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan lainnya
dapat terbuka memberikan sampel darah pasien DBD guna pemeriksaan virus
Zika. Hal ini penting guna deteksi dini penyebaran dan pemetaan persebaran
kasus Zika. Pemeriksaan dilakukan di bawah pengawasan pemerintah guna
melindungi hak kekayaan keanekaragaman hayati milik Indonesia.
2. Penelitian dan pengembangan dari sampel yang ada untuk dibuatkan vaksin.
3. Memberdayakan masyarakat untuk mandiri berperilaku hidup bersih dan
sehat.Memberdayakan masyarakat untuk melakukan gerakan 3M yakni
menguras, menutup, dan mengubur tempat-tempat yang dicurigai sebagai
tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, dilakukan upaya
sosialisasi seperti penggunaan obat pembunuh larva nyamuk, penggunaan
obat anti nyamuk, penggunaan pakaian panjang dan tertutup, penggunaan
kelambu saat tidur dan penggunaan kawat kassa anti nyamuk.13
DAFTAR PUSTAKA

1. Algorithm for Zika virus diagnosis, National Institute of Virology, Pune


2. Aryal, Sagar. 2015. Zika Virus- Structure, Genome, Symptoms,
Transmission, Pathogenesis, Diagnosis. Diakses pada
http://www.microbiologyinfo.com/zika-virus-structure-genome-
symptoms-transmission-pathogenesis-diagnosis/ tanggal 30 Juni 2017.
3. Clinician Outreach and Communication Activity (COCA) Call January
26, 2016. Office of Public Health Preparedness and Response
Division of Emergency Operations. CDC
4. Giri, Dhurba. 2016. Zika Virus : Structure, Epidemiology, Pathogenesis,
Symptoms, Laboratory Diagnosis and Prevention. Diakses pada
http://laboratoryinfo.com/zika-virus-structure-epidemiology-
pathogenesis-symptoms-laboratory-diagnosis-and-prevention/ tanggal
30 Juni 2017.
5. Hamel, Radolphe, et al. 2016. Zika Virus: Epidemiology, clinical
features and host- virus interaction. Institut Pasteur Micobesa and
Infection. Diakses pada http://dx.doi.org/10.1016/j.micinf.2016.03.009
6. Howard Zucker, MD, JD. Zika Virus Clinicians. NYS Commissioner of
Health.Newyork state university. February 1, 2016.
7. Massachusetts Department of Public Health | Bureau of Infectious
Disease | 305 South.
8. Musso D; Nilles EJ dan Cao-Lormeau VM. 2014Rapid spread of
emerging Zika virus in the Pacific area. No. 20
9. New Jersey Department of Health: http://www.nj.gov/health diakses
tanggal 30 Juni 2017.
10. Oliveira, AS.,dkk. 2016. Zika virus intrauterine infection causes fetal
brain abnormality and microcephaly: tip of the iceberg? Ultrasound
Obstet Gynecol. Vol 47. Hal 6-7
11. WHO Collaborating Center: National Center for Emerging and
Zoonotic Infectious Diseases, Division of Vector-Borne
Diseases, Arboviral Diseases Branch, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC). Washington D.C. United States of America
12. WHO dan PAHO . Epidemiological Update Iililt Zika Virus Infection
Iirifti. Amerika. 2015
13. Yuningsih, Rahmi. Mewaspadai Ancaman Virus Zika Di Indonesia.
Jakarta : Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian
DPR RI. 2016.
14. Zanluca, Camila & Claudia Nunes. 2016. Zika Virus On Overview.
Institut Pasteur Micobesa and Infection. Diakses pada
http://dx.doi.org/10.1016/j.micinf.2016.03.003/ tanggal 30 Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai