TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
CITRA DWI PUTRA
NIM. I O2O4O41
23
23
2009
RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA
DENGAN PENEKANAN PADA RUANG BERSAMA MELALUI PENDEKATAN
ARSITEKTUR PERILAKU
Disusun Oleh :
CITRA DWI PUTRA
NIM. I O2O4O41
Menyetujui,
Surakarta, 26 Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan,
Puji syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik dan lancar. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat
akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Universitas
Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak akan dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik tanpa bantuan,saran, dorongan, perhatian dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankan
penyusun menghaturkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Mukahar, MSCE, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Ibu Ir. Noegroho Djarwanti, MT, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ir. Hardiyati, MT, selaku Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS.
4. Bapak Ir. MDE Purnomo, MT selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan,
dorongan, dan motivasi yang diberikan.
5. Bapak Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan,
dorongan, dan motivasi yang diberikan.
6. Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku Pembimbing Akademis.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan
serta dukungannya dalam menyelesaikan konsep tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan Penulis terima dengan terbuka.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis pribadi dan
kita semua, Amin.
Surakarta, September 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan. ii
Kata Pengantar... iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar.... xii
Daftar Tabel xvi
Daftar Skema.
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Judul 1
B. Definisi Judul.. 1
C. Latar Belakang Masalah 2
1. Permasalahan Kependudukan di Surakarta 2
2. Fungsi Ruang Bersama pada Rusunawa. 4
3. Fenomena Ruang Bersama.. 7
D. Permasalahan dan Persoalan. 10
1. Permasalahan 10
2. Persoalan.. 10
E. Tujuan dan Sasaran 12
1. Tujuan.. 12
2. Sasaran. 12
F. Batasan dan Lingkup Pembahasan 14
1. Batasan Pembahasan 14
2. Lingkup Pembahasan... 14
26
UCAPAN TERIMAKASIH
Sendhok, Beck, Danang, Penthol, Vanoy, Havid, Ridho, Terima kasih untuk
persahabatan kita, untuk canda tawa dan keceriaan, cerita dan gosip yang seru dan
heboh (ceritanya gundul, hehe), untuk segala perhatiannya, untuk menjadi
pendengar dan teman yang baik. Jangan pernah lupa, kalo kita pernah menjadi
keluarga yach.
Anak-anak Studio TA periode 115, Kawan-kawan yang lulus bersama, terima
kasih untuk membuat skripsi tidak sesulit itu karena kita jalani bersama. Selamat!
Pak Ir. MDE Purnomo, MT (Pak Ipung) dan Pak Fauzan, ST, MT, sebagai
pembimbing Tugas Akhir, yang telah memberikan banyak sekali ilmu, masukan,
kritikan, cerita dan tidak bosan-bosannya untuk penulis ganggu untuk konsultasi,
Terimakasih sangat.
Ir. Hardiyati, MT (Bu Nunuk), sebagai pembimbing akademis selama masa
perkuliahan. Terimakasih atas bimbingan, perhatian, dan waktu yang diberikan.
Teman-teman angkatan 2004, terimakasih karena sudah menjadi temanku selama
kuliah. Aku tidak akan melupakan saat-saat yang menyenangkan bersama kalian.
Bang Rojib, Andika, Helmoy; Tim Maket. Terimaksih untuk maketnya sungguh
menawan.
Untuk segenap Karyawan TU-Jurusan Arsitektur atas dedikasi tingginya
melayani kami, para mahasiswa yang sering merepotkan.
Terimaksih Solo; kota yang tenang, yang mengenyangkan, yang ramah, yang
praktis, yang murah, pokoknya i love Solo.
Pihak-pihak yang belum penulis sebutkan yang turut membantu baik dengan
moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih
yang sebanyak-banyaknya atas kebaikan dan perhatian yang kalian berikan.
35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di Surakarta dengan Penekanan pada
Perancangan Ruang Bersama Melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku.
B. Definisi judul
Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) :
- Rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut Rusunawa, adalah
bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah
horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing
digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan
menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian.17
17
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 18/PERMEN/M/2007. Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perhitungan Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana yang Dibiayai APBN dan APBD.
36
18
DPU, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permikiman, dan JICA
. Buku 4 Konsep Pengelolaan Operasional Rumah Susun Sederhana Sewa.
19
DPU, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permikiman, dan JICA
. Buku 4 Konsep Pengelolaan Operasional Rumah Susun Sederhana Sewa.
20
Ratna Darmiwati. Staff Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Surabaya.
Studi Ruang Dalam Rumah Susun Bagi Penghuni Berpenghsailan Rendah.
21
Laurens, J.M. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Grasindo. Surabaya
37
komunitas yang lebih baik dalam peningkatan taraf kehidupan masyarakat baik
materil ataupun spirituil.
22
Tw/Nn. Kawasan Kumuh di Indonesia Hanya Tinggal 20%. Website BPKSDM. 2 Oktober 2007
38
sekian, apalagi untuk memenuhi kebutuhan akan rumah tempat tinggal. Pada sisi
lain laju pertumbuhan kota yang semakin positif memberi kesempatan besar bagi
usaha komersial, pemilik fasilitas kegiatan komersial memiliki kemampuan lebih
untuk membeli lahan di perkotaan terus mendesak lahan pemukiman di wilayah
perkotaan.
Dari alasan sosial (pendidikan dan penghasilan yang rendah) serta semakin
terdesaknya lahan hunian di tengah kota, kemampuan dan kesempatan membeli
lahan tempat tinggal semakin berkurang. Keadaan demikian ini sunguh
menyulitkan bagi mereka yang berpenghasilan rendah, padahal jumlah keluarga
semakin bertambah atau bahkan muncul satuan keluarga baru yang juga
membutuhkan tempat tinggal, sebagai dampaknya maka semakin banyak muncul
pemukiman tak terkendali seperti misalnya daerah kantung di belakang pusat
bisnis, daerah sekitar lintasan kereta, daerah bantaran sungai, bahkan tak jarang
terjadi penjarahan tanah kosong yang telah mempunyai hak milik.
Untuk memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah tersebut, pemerintah telah berupaya dengan berbagai program perumahan
salah satunya adalah dengan pengadaan rumah susun sederhana sewa (Rusunawa).
Penyediaan pemukiman berupa Rusunawa yang ditujukan bagi konsumen
golongan menengah kebawah menjadi salah satu alternatif yang efisien dan efektif
untuk menyikapi konflik kebutuhan perumahan ditinjau dari nilai lahan kota
Surakarta yang cukup tinggi.23
2. Fungsi Ruang Bersama pada Rusunawa
Membangun sebuah rumah susun merupakan kegiatan berbudaya,
merupakan cerminan upaya perwujudan nilai-nilai sosial budaya yang dianut oleh
calon penghuninya, tidak semata-mata sekedar membangun tempat berlindung.
Sebagai hasil budaya manusia maka karakteristik interaksi calon penghuninya akan
menentukan wujud hunian yang akan dihasilkan, dan hal ini akan berlaku
sebaliknya kelak bila hunian sudah terwujud. Demikianlah manusia berinteraksi
dengan lingkungan binaanya yang menghasilkan sebuah lingkungan hunian yang
23
Tw/Nn. Kawasan Kumuh di Indonesia Hanya Tinggal 20%. Website BPKSDM. 2 Oktober 2007
39
dari pekerjaan kasar, tempat tinggal yang sangat sederhana, dan aspirasi yang
alami. Artinya; dalam lingkungan keterbatasan semacam ini, suatu pola kehidupan
yang sederhana tetap berlangsung dan terdapat suatu sistem, dengan kualitas yang
juga sederhana.
Sifat ini banyak membatasi arti dan kualitas sistem kekeluargaan dan gotong
royong yang ada didalamnya. Di dalam perkampungan kumuh yang merupakan
asal mula daerah pembangunan rusunawa, terdapat kehidupan masyarakat
kampung dengan berbagai karakteristik interaksinya yang secara menyeluruh
memperlihatkan adanya kebersamaan didalam kehidupan sehari-harinya.26
Didalam bangunan rusunawa inilah gaya hidup masyarakat kampung yang penuh
kebersamaan, ikut terbawa masuk.
Aspek - aspek yang berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat
berpenghasilan rendah, antara lain :27
a. Aspek Sosial : Komunal, guyub, dan penuh kebersamaan
b. Aspek Budaya : Keterkaitan dalam suatu kelompok (komunitas) sangat
kuat. Mereka cenderung hidup secara out-door living.
Aktivitas sehari-hari lebih banyak dilakukan diluar
rumah. Pergaulan dengan sesamanaya yang dilakukan
diluar rumah dengan sekedar berkumpul bersama
menjadi suatu kebutuhanya.
c. Aspek Ekonomi : Kecendrungan
: bergotong royong dan hidup sederhana,
dan membuka usaha sederhana untuk meringankan
beban ekonomi keluarga.
26
Data Urbanisasi Pembangunan dan Kerusakan Kota, kutipan Herilianto dari hasil survey pakar Ilmu
Sosial UGM
27
Ratna Darmiwati. Staff Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Surabaya.
Studi Ruang Dalam Rumah Susun Bagi Penghuni Berpenghsailan Rendah
41
28
Ratna Darmiwati. Staff Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Surabaya.
Studi Ruang Dalam Rumah Susun Bagi Penghuni Berpenghsailan Rendah
42
20 : Bagian bersama yang berupa ruang untuk umum, ruang tangga , selasar,
harus mempunyai ukuran, yang mempunyai persyaratan dan diatur serta
dikoordinasikan untuk dapat memberikan kemudahan bagi penghuni dalam
melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam hubungan sesama penghuni, maupun
dengan pihak-pihak lain, dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan, dan
keterpaduan.
3. Fenomena Ruang Bersama
Pada kenyataanya perencanaan ruang bersama yang sudah ada cenderung
kurang terencana, sehingga para penghuni belum dapat memanfaatkan ruangan ini
secara optimal. Dapat dilihat dari beberapa fenomena pola pemanfataan ruang
bersama pada Rusunawa yang telah ada, seperti :
a. Penyediaan tempat komunal untuk menjemur tidak berfungsi dengan baik karena
para penghuni merasa tidak aman/privasi untuk menjemur pakaian secara
bersama, yang akhirnya memaksa mereka untuk menjemur pakaian mereka di
balkon tiap unit yang sebenarnya tidak direncanakan untuk menjemur,
sehingga menimbulkan kesan kumuh.
b. Perencanaan sirkulasi kendaraan pada site yang melewati ruang-ruang bersama
pada lantai dasar menjadikan ruang-ruang bersama (ruang bermain anak dan
taman) kurang nyaman baik dari segi kenyamanan (polusi kendaraan) maupun
keamanan (tempat bermain anak-anak).
Gambar I.1. Temput jemur komunal yang tidak dipakai(kiri) dan ruang
bermain anak yang tidak berfungsi(kanan)
Sumber : Dokumentasi Pribadi/www.google.com
43
c. Perancangan ruang bermain anak yang sulit terjangkau akan mengurangi minat
penghuni, apalagi anak-anak balita masih memerlukan pengawasan para orang
tua. Sehingga dapat dikatakan perancangan ruang ini kurang memperhatikan
aksesibilitas serta visibilitas.
d. Penghuni cenderung lebih menyenangi bergerak secara horizontal sehingga
keberadaan ruang bersama pada setiap lantai cukup berperan dalam
mengarahkan penghuni lebih banyak bergerak dan berhubungan sosial, serta
mudah dijangkau oleh penghuni.
e. Semula (di kampung), rumah tinggal memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
karena hampir disetiap hunian yang dihuni banyak orang ternyata penghuninya
dapat memanfaatkan space yang amat sempit tersebut untuk kegiatan usaha
keluarga, sehingga diperlukan ruang untuk berjualan yang keberadaanya
mampu meningkatkan sumber penghasilan penghuni.
f. Terdapatnya ruangan yang semula tidak direncanakan sebagai ruang bersama
namun dimanfaatkan penghuni untuk berkumpul, dan ada juga yang awalnya
direncanakan sebagai ruang bersama namun tidak dimanfaatkan oleh
penghuninya. Fenomena ini dipengaruhi atribut-atribut yang terjadi pada
masing-masing ruangan bersama.
Dari fenomena-fenomena diatas, dapat disimpulkan bahwa dibalik kebijakan
pemerintah tentang perencanaan rusunawa yang sudah dianggap berhasil dalam
teknis bangunan, ternyata masih terdapat permasalahan dimana kurang optimalnya
perencanaan ruang bersama, yang disebabkan pada perencanaan yang kurang
memperhatikan atribut-atribut yang ada seperti aksesibilitas, kenyamanan,
sosialitas, keamanan, dan lain-lain. Padahal apabila penghuni rusunawa ini mampu
memanfaatkan ruang bersama ini secara optimal, maka mereka mendapatkan
manfaat-manfaat yang begitu besar (seperti yang dibahas pada halaman 6) dalam
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat baik materiil ataupun spirituil.
Jadi perancangan ruang bersama sebagai suatu wadah yang menampung
kebersamaan masyarakat di dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, budaya
penghuninya, harus direncanakan seoptimal mungkin. Dengan memberikan
44
bangunan, pengenalan block dan unit, tempat jemuran yang tidak kumuh,
serta optimalisasi penghawaan serta pencahayaan alami.
d. Tata Massa
Bagaimana menentukan penataan masa bangunan yang sesuai bentuk dan
potensi site yang mampu mengakomodasi setiap karakter aktivitas
penghuninya serta membentuk ruang bersama di dalam bangunan yang
aman dan nyaman.
e. Struktur
Bagaimana menentukan material serta konstruksi bangunan yang efesiensi,
ekonomis, serta estetis dalam menunjang penampilan bangunan, serta
mendukung penciptaan ruang bersama di dalam bangunan yang bebas
kolom.
f. Utiliti
Bagaimana menentukan sistem utilitas bangunan Rusunawa sesuai dengan
kebutuhan penghuni, serta menunjang kenyamanan penghuni dalam
memanfaatkan ruang bersama.
d. Tata Massa
Penentuan penataan masa bangunan yang sesuai bentuk dan potensi site
yang mampu mengakomodasi setiap karakter aktivitas penghuninya serta
membentuk ruang bersama di dalam bangunan yang aman dan nyaman.
e. Struktur
Penentuan material serta konstruksi bangunan yang efesiensi, ekonomis,
serta estetis dalam menunjang penampilan bangunan, serta mendukung
penciptaan ruang bersama di dalam bangunan yang bebas kolom.
f. Utiliti
Penentuan sistem utilitas bangunan Rusunawa sesuai dengan kebutuhan
penghuni, serta menunjang kenyamanan penghuni dalam memanfaatkan
ruang bersama.
d) Sintesa
Tahap penyatuan antara keseluruhan data dan hasil analisa untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Data dan analisa diolah dengan
ketentuan atau persyaratan perencanaan dan perancangan yang pada akhirnya
seluruh hasil olahan dikembangkan menjadi konsep rancangan yang siap
ditransformasikan kedalam ungkapan bentuk fisik yang dikehendaki.
e) Konsep Perencanaan dan Perancangan (Programatik)
Dari proses analisa dan sintesa arsitektural akan dihasilakan beberapa konsep
yaitu konsep ruang bersama, konsep lokasi dan site, konsep peruangan, konsep
tampilan bangunan, konsep utilitas dan struktur bangunan rusunawa di
Surakarta dengan penekanan pada perancangan ruang bersama.
f) Alat yang digunakan
Referensi buku, majalah, jurnal, serta studi penelitian.
Media internet
Perekam fenomena (kamera)
2. Strategi Desain
Secara arsitektural, bangunan rusunawa dirancang melalui pendekatan
arsitektur perilaku, dimana karakter-karakter interaksi calon penghuni yang berasal
dari masyarakat berpenghasilan rendah akan menentukan wujud bangunan.
Karakter interaksi calon penghuni, seperti cara hidup komunal, guyub, serta
52
kebiasaan berjualan dalam meringankan beban ekonomi keluarga ini sulit untuk di
hapuskan. Dalam rusunawa, yang perencanaanya matang, kebiasaan-kebiasaan
masyarakat yang merupakan latar belakang kehidupannya ini, sengaja diantisipasi
seoptimal mungkin dan selanjutnya dituangkan kedalam tatanan dan kelengkapan
ruang-ruang didalam bangunan bertingkat tersebut. Dari fenomena tersebut
jelaslah bahwa Ruang Bersama yang keberadaannya, tidak formal tersebut, besar
manfaatnya bagi warga kampung. Dari Rusunawa yang telah ada, perencanaan
pada ruang bersamanya dinilai belum optimal.
Dari uraian diatas, maka yang ditekankan adalah pada perancangan ruang
bersama pada rusunawa yang masih dianggap kurang optimal. Dengan
memberikan tolak ukur kinerja (atribut) yang mampu memberikan kenikmatan
memakai ruang bersama ini, diharapkan dapat diwujudkan perencanaan ruang
bersama yang keberadaanya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh penghuninya.
Atribut tersebut dalah :
a. Sosialitas, yaitu terjadinya hubungan komunikasi/interaksi antar penghuni dalam
ruang bersama.
b. Kenyamanan, yaitu sebuah ruang bersama harus dapat memberikan kenyamanan
pada pengguna.
c. Visibilitas, yaitu ruang yang memberikan visibilitas yang menarik sehingga
menciptakan pola interaksi yang dinamis antar penghuni Rusunawa maupun
masyarakat luar.
d. Aksesbilitas, yaitu memberikan kemudahan dalam mengakses ruang bersama.
e. Adaptabilitas, yaitu ruang bersama dapat disesuiakan untuk beberapa bentuk
pola kegiatan yang dilakukan bersama.
f. Keamanan, yaitu setting ruang bersama yang memberi rasa aman serta dapat
saling mengawasi pada tiap-tiap ruang bersama.
H. Sistematika Pembahasan
BAB I : PENDAHULUAN
Mengungkapkan permasalahan mengenai rusunawa melalui
penjabaran latar belakang, permasalahn dan persoalan, tujuan dan
sasaran, batasan dan lingkup pembahsan, metoda pembahasan, strategi
desain, dan sistematika pembahasan.
53
LAMPIRAN :
TRANFORMASI DESAIN (KONSEP SKEMATIK)
DESAIN
- Situasi
- Block Plan
- Site Plan
- Denah
- Tampak
- Potongan
- Utilitas
- Perspektif Exterior dan Interior
- Detail Arsitek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses dan pola perilaku manusia dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu
proses individual dan proses sosial.
1. Proses Individual
Proses Individual membahas hal-hal yang ada dalam benak seseorang,
yaitu bagaimana persepsi lingkungan terjadi, bagaimana lingkungan fisik
tersebut diorganisasikan dalam pikiran sesorang, dan mengenal berbagai
cara orang berpikir dan mersakan ruang, termasuk preferensi personal dan
respon emosional terhadap stimulus lingkungan. Proses individual ini
mengacu pada skemata pendekatan perilaku berikut :
Memaanfaatkan Lingkungan
Motvasi
Skema II.1. Proses Fundamental Perilaku Manusia
Sumber : Arsitektur dan Perilaku Manusia, Joyce Marcella Laurens,
Grasindo, 2004
a. Persepsi
Persepsi adalah proses memperoleh atau menerima informasi dari
lingkungan. Suatu proses untuk mendapatkan informasi, dari dan
tentang lingkungan seseorang, yang berfokus pada penerimaan
pengalaman empiris. Biasanya didahului degan adanya
stimulus/perangsang.
Proses diterimanya rangsangan sampai rangsangan itu disadari
dan dimengerti oleh individu yang bersangkutan inilah yang disebut
dengan persepsi. Proses ini digambarkan melalui skema oleh Paul A.
Bell (1978) pada skema II.2
Persepsi terjadi secara spontan dan langsung. Jadi bersifat
holistic. Spontanitas ini terjadi karena manusia selalu mengeksplorasi
lingkunganya. Dalam eksplorasi itu manusia melibatkan setiap objek
lvi
lvii
DALAM
BATAS
OBJEK FISIK OPTIMAL HOMEO-STATIS
PERSEPSI EFEK
ADAPTASI LANJUTAN
DI LUAR
INDIVIDU BATAS STERSS COPING
OPTIMAL
STERSS STERSS
GAGAL LANJUTAN LANJUTAN
13
Gibson, J.J. 1979. An Ecological Approach to Visual Perception. Boston : Houghton Miffin.
lvii
lviii
lviii
lix
14
Hall, Edward. 1966. The Hidden Dimension. Garden City. Newyork.
lix
lx
b) Ruang Sosiofugal
Tatanan yang mampu mengurangi interaksi sosial.
lx
lxi
b. Teritorialitas (territoriality)
Teritorialitas adalah suatu pola tingkah laku yang ada hubunganya
dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas
suatu tempat atau suatu lokasi geografis. Pola tingkah laku ini
mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.
- Klasifikasi Teritorialitas
a) Teritori Primer
Teritori primer adalah tempat-tempat yang sangat pribadi
sifatnya, hanya boleh dimasuki oleh orang-orang yang sudah
sangat akrab.
b) Teritori Sekunder
Teritori sekunder adalah tempat-tempat yang diiniliki bersama
oleh sejumiah orang yang sudah cukup saling mengenal.
c) Teritori Publik
Teritori publik adalah tempat-tempat yang terbuka untuk umum.
- Pelanggaran dan Pertahan Teritori
a) Bentuk Pelanggaran Teritori :
(i) Invasi
Seseorang secara fisik memasuki teritori orang lain,
biasanya dengan maksud mengambil kendali atas teritori
tersebut dari pemiliknya.
(ii) Kekerasan
Suatu bentuk pelanggaran yang bersifat temporer atas
teritori seseorang. Biasanya tujuanya suatu bentuk
gangguan, bukan untuk menguasai kepemilikinya.
(iii) Kontaminasi
Seseorang mengganggu teritori orang lain dengan
meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan.
lxi
lxii
lxii
lxiii
b) Ruang Peralihan
Daerah peralihan dibuat sebagai penghubung berbagai teritori
yang berbeda sifatnya.
c. Kesesakan (Crowding)
Crowding (kesesakan/kesumpekan) terjadi karena privacy yang
diperoleh/dicapai lebih tinggi dari pada privacy yang diinginkan.
Merupakan pengalaman yang multidimensional, bisa untuk diri sendiri
maupun setting. Terlalu besar privacy menyebabkan isolasi sosial,
sedangkan terlalu sedikit privacy menyebabkan perasaan terlalu ramai.
Keramaian disamakan dengan suatu perasaan kurangnya kontrol
terhadap lingkungan. Kondisi-kondisi ramai menyebabkan timbulnya
perilaku negatif, karena memiliki hubungan secara kausal dengan beban
sosial yang berlebih.
Dampak dari kesesakan/ kepadatan manusia :
(i) Penyakit sosial : kriminalitas.
(ii) Tingkah laku sosial : agresif, menarik diri, acuh, tidak toleran,
tidak suka menolong, melanggar aturan, melihat sisi jelek orang
lain.
(iii) Hasil usaha/ kerja/ produktivitas menurun.
(iv) Suasana hati cenderung lebih murung/ stress.
d. Privacy
Privacy adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk
tidak diganggu kesendiriannya. Holahan (1982:237) pernah membuat
alat untuk mengukur kadar dan mengetahui jenis-jenis privacy (privacy
preference scale) dan ia mendapatkan bahwa ada 6 jenis dalam privacy
yang terbagi dalam dua golongan.
- Golongan pertama adalah keinginan untuk tidak diganggu secara
fisik. Golongan ini terwujud dalam tingkah laku menarik diri
(withdrawal yang terdiri atas 3 jenis.
lxiii
lxiv
lxiv
lxv
3. Ruang Informal
Adalah ruang yang terbentuk hanya unyuk waktu singkat, seperti ruang
yang terbentuk dua atau lebih orang berkumpul. Ruang ini tidak tetap dan
terjadi diluar kesadaran orang yang bersangkutan.
15
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 18/PERMEN/M/2007. Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perhitungan Tarif Sewa Rumah Susun Sederhana yang Dibiayai APBN dan APBD.
lxv
lxvi
lxvi
lxvii
lxvii
lxviii
lxviii
lxix
lxix
lxx
lxx
lxxi
17
Sugandy, Aca.2002. Sambutan pada buku hasil Sayembara Gagasan Desain Rumah Susun Sederhana
Sewa (Rusunawa), Jakarta, hal.5.
lxxi
lxxii
1. Ruang
Ruang-ruang harus memenuhi fungsi utamanya sebagai tempat tinggal,
tempat usaha, atau fungsi ganda. Semua ruang yang dipergunakan sehari-
hari harus disediakan penghawaan alami atau buatan, pencahayaan secara
18
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992, tentang Persyaratan Untuk Pembangunan
Perumahan, bab 1 pasal 1.
lxxii
lxxiii
alami atau buatan, memenuhi ambang batas suara baik dari dalam ke luar
atau dari luar ke dalam.
Tabel II. 1
Persyaratan Ruang Pada Rumah Susun
KRITERIA PERSYARATAN
Penghawaan alami atau Memakai sistem pertukaran udara cross
buatan ventilation dengan lubang angin minimum 1%
dari luas ruang.
Pencahayaan alami atau Minimum 50 lux untuk ruang kerja dan 20 lux
buatan untuk ruang lain.
Suara dan kebisingan Memenuhi ambang batas suara.
Bau Memenuhi persyaratan ambang batas
pencemaran baik dari dalam maupun
sebaliknya.
lxxiii
lxxiv
lxxiv
lxxv
lxxv
lxxvi
seperlunya
Jaringan telepon Apabila ada yang menggunakan sambungan
telepon pemasangannya ditempatkan
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
keamanan dan keselamatan penghuni lainnya.
Tabel II. 4
lxxvi
lxxvii
Tabel II. 5
Satuan Hunian Dalam Rumah Susun
lxxvii
lxxviii
SATUAN PERSYARATAN
HUNIAN
Ruang utama Diperuntukkan sebagai ruang tamu dan ruang tidur
Kamar mandi Berada diluar satuan rumah susun, untuk 1 unit
kamar mandi harus dapat melayani minimal 2 satuan
rumah susun.
Dapur Dapat berada di luar satuan rumah susun, berupa
tempat untuk memasak dan dapat melayani 1 unit
rumah susun.
Sumber : Disarikan dari peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah
Susun.
6. Benda Bersama
Benda bersama dapat berupa prasarana lingkungan atau fasilitas
lingkungan.
7. Bagian Bersama
Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur dan kelengkapan
rumah susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu
dengan bangunan rumag susun. Ruang bersama ini dapat berupa koridor,
selasar dan ruang tangga.
8. Prasarana
Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai
penghubung antar bangunan rumah susun atau keluar lingkungan rumah
susun, tempat parkir dan tempat penyimpanan barang. Lingkungan rumah
susun harus dilengkapi dengan utilitas umum yang terdiri dari jaringan air
bersih, saluran pembuangan air hujan, saluran pembuangan air limbah,
jaringan tempat pembuangan sampah, jaringan pemadam kebakaran,
jaringan listrik, jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya.
Tabel II. 6
Prasarana Dalam Rumah Susun
lxxviii
lxxix
KRITERIA PERSYARATAN
Jalan setapak Badan jalan 2 m dengan lebar perkerasan jalan
+ 1,5 m dan lebar bahu jalan + 0,25 m, saluran
tepi jalan dibuat pada 1 atau 2 sisi jalan
Jalan kendaraan dengan Badan jalan 3,5 m dengan lebar perkerasan
kecepatan 10-20 km/jam jalan + 3 m dan lebar bahu jalan + 0,25 m,
saluran tepi jalan dibuat pada 1 atau 2 sisi
jalan, trotoar + 0,9 m di kedua sisi jalan
Tempat parkir Jarak tempat parkir dari pintu bangunan
rumah susun + 300 m, fasilitas parkir
menjamin keamanan bagi pejalan kaki
terhadap pengendara.
Sumber: Disarikan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT/1992,
tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.
Tabel II. 7
Persyaratan Utilitas Dalam Rumah Susun
UTILITAS PERSYARATAN
UMUM
Jaringan air bersih Penyediaan tangki air, pompa hisap dan tekan.
Melayani sambungan halaman dengan kapasitas +
90 lt/org/hari.
Dilengkapi dengan kran-kran air atau hydran
lxxix
lxxx
Tabel II. 8
Persyaratan Fasilitas Lingkungan
Fasilitas Persyaratan
Fasilitas niaga Jumlah penduduk < 250 minimal disediakan warung
lxxx
lxxxi
F. Persyaratan Lain-Lain
1. Persyaratan Rumah Susun Sebagai Hunian Komunal (Sugiyanto, Rumah
Susun di Bantaran Kali Code, Tugas Akhir JUTA UGM.2001. hal. 10):
a. Kenyamanan dan ketenangan visual / psikologis.
b. Kompleksitas kepemilikan.
c. Kemudahan penyelesaian struktur, yaitu dengan bentuk-bentuk tipikal.
d. Memungkinkan terciptanya interaksi antar penghuni.
e. Penyelesaian fisik bangunan yang menghindari kesan formal.
2. Persyaratan Rumah Susun Sebagai Hunian Vertikal (Peraturan Menteri PU
No.60/PRT/1992):
a. Semua ruang kecuali gudang harus terang dan segar.
b. Memperhatikan keamanan struktur, komponen dan bahan bangunan.
c. Melengkapi ruang-ruang pembentuk suatu hunian.
d. Ditentukan ukuran minimum untuk setiap ruang.
e. Ruang bersama (tangga, lobby, koridor) mempunyai view keluar.
f. Kepadatan dan letak bangunan ditentukan sedemikian rupa sehingga
menjamin aliran udara dan pencahayaan alami.
3. Persyaratan Lokasi Rumah Susun (Ditjen Cipta Karya, 1980):
a. Waktu tempuh + 30 menit dari tempat kerja dan pusat pelayanan.
b. Mempunyai aksesibilitas ke tempat umum.
lxxxii
lxxxiii
G. Sistem Kepemilikan
1. Pemukiman Kembali, penduduk kampung yang digusur dikembalikan ke
rumah susun. Kelemahan dari sistem ini adalah jangka waktu yang lama
yang dalam menunggu proses pembangunan
2. Sistem Sewa, penghuni membayar sewa kepada pengelola baik tak terikat
masa waktu atau melalui kontrak (terikat masa waktu)
3. Kepemilikan Bersama, rumah susun diperolah dengan sewa beli secara
langsung yang pada akhirnya penghuni mendapatkan serifikat kepemilikan.
Skema II. 4
Penyelenggaraan Rumah Susun
KEBIJAKAN / PROGRAM
Peremajaan : pembongkaran sebagian besar/seluruh wilayahnya berada di tanah
negara dan kemudian di tempat yang sama dibangun sarana dan prasarana dan
fasilitas lingkungan rumah susun serta bangunan-bangunan lainnya.
19
Bahan Kuliah MK Kota dan Pemukiman 2, Arsitektur UNS. 2004
TUJUAN
lxxxiii
Meningkatkan kehidupan dan penghidupan, harkat dan martabat masyarakat
penghuni pemukiman kumuh
Mewujudkan kawasan kota yang ditata secra lebih baik yang sesuai
lxxxiv
lxxxiv
BAPPEDA
Dinas Tata Kota
Dinas Kimtaru
lxxxv
lxxxv
lxxxvi
2. Ketinggian bangunan
Dalam hal ini, istilah rumah susun tidak selalu harus berupa bentuk hunian
vertikal 4 lantai ke atas. Alasan untuk hal ini adalah:
a. Semakin tinggi bangunan, maka biaya pembangunan semakin tinggi
termasuk juga biaya operasional dan perawatan. Biaya tinggi bagi
masyarakat berpenghasilan rendah adalah persoalan yang besar dan
sulit untuk dipenuhi.
b. Semakin tinggi bangunan, maka teknologi yang dibutuhkan juga
semakin tinggi termasuk peralatannya, dengan demikian hanya
beberapa pihak yang dapat melaksanakannya.
3. Ruang usaha untuk peningkatan faktor ekonomi penghuni
Dalam upaya menciptakan lingkungan hunian yang produktif perlu
diupayakan peluang usaha, dengan demikian akan tercipta kemandirian
penghuni dalam pengelolaan maupun pengembangan huniannya, hal ini
dapat ditempuh dengan menciptakan tempat usaha pada lantai dasar
bangunan. Namun seringkali pada suatu hunian vertikal tumbuh warung-
warung, PKL, jualan yang sporadis memanfaatkan ruang kosong baik di
dalam maupun di luar bangunan, baik lantai bawah maupun lantai atas
sekalipun. Pengelolaan bentuk ruang bisa jadi tidak mampu mengantisipasi
konflik antara fungsi hunian dan fungsi usaha. Untuk itu penyediaan
tempat usaha perlu memperhatikan jenis usaha dan pengelolaannya yang
dikembangkan sesuai dengan karakter masyarakat penghuni kompleks
rumah susun, konsep penggunaan ruang usaha, termasuk ketersediaan
sarana-prasarana pendukung.
lxxxvi
lxxxvii
20
Dra. Komadjaja dkk, Kelaikan Penghuni Rumah Susun Majalah PU No.
6/Th.XXVI/September/1990.
lxxxvii
lxxxviii
21
Penelitian Fisip Unair Surabaya, Jawa Pos, 6Augustus 1994.
22
Disarikan dari Tugas Akhir Septa Nugroho 9Arsitektur UNS). Rumah Susun Sederhana sebagai
Upaya Penanganan Permukiman Kumuh Melalui Konsep Peremajaan.
lxxxviii
lxxxix
K. Studi Kasus
1. Rusunawa Dupak
a) Lokasi : terletak di Surabaya utara, berjarak 2 km dari Jalan Raya
Demak, dibangun dengan harapan untuk dapat menggantikan
perumahan kumuh yang ada disekitarnya sebelum hunian tersebut
dibangun.
b) Phisik bangunan :
- Type unit hunian : T-18, ukuran 3x6 m yang terdiri atas 5 blok,
masing-masing 25 unit hunian terdiri atas 3 lantai.
- Struktur : Beton bertulang dengan jarak modul 3m dan 6m.
- Dinding : Batako dengan sebagian pasangan bata
diplester.
- Plafon : Plat dak beton yang diexpose, tinggi
2.60 m
- Kusen dan Jendela : Kayu dengan jendela engsel
Nako.
lxxxix
xc
Gambar II.4
Bagian bawah dan koridor seringkali dimanfaatkan
sebagai tempat jualan, warung. Seperti yang banyak
terdapat pada Rusun yang lain, memberikan kesan
padat dan tidak rapih.
Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun
Gambar II.5
Desain Arsitektur yang berbentuk tropis, baik
unyuk menahan panas dan tampias panas matahari.
Dengan sistem balkon yang cukup besar selain
berfungsi untuk menahan panas, juga akan
termanfaatkan untuk kebiasaan kehidupan dalam
kampungnya lama, misal : bertanam bunga, piara
burung
Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun
xc
xci
c) Perancangan :
xci
xcii
dikurangi dengan biaya yang dapat lebih murah dan sisa bahan dapat
terpakai sebagai fasilitas umum.
Kamar mandi, tempat cuci, dan dapur yang disediakan untuk
bersama mempunyai pengaruh masalah sosial cukup besar. Pada
umumnya penghuni tidak suka masak di dapur umum karena masalah
pribadi, sehingga dapur yang tersedia tidaklah banyak dimanfaatkan,
sebagian menyatakan lebih suka pada kondisi lingkungan lama, yang
biarpun kumuh tetapi pemisah antar keluarga masih cukup baik dan
secara umum mereka tidak mempermasalahkan kekumuhan karena sifat
gotong royong yang sangat tinggi.
Penataan lingkungan baru haruslah memasukkan unsur sosial
penghuni, untuk itulah perancangan dibuat berbentuk bangunan tropis
dengan susunan yang cukup panjang agar kegiatan kebiasaan lamanya
(piara burung, bertanam tanaman) masih bisa sedikit dilakukan.
2. Rusunawa Sombo
a) Lokasi : Terletak diwilayah Surabaya utara, kecamatan
Simokerto yang dibangun untuk menggantikan
perumahan kumuh dilingkungannya.
b) Phisik bangunan : (diresmikan pada 1990)
- Type unit hunian : T-18 ukuran 3x 6 m yang terdiri atas 10 blok
dengan jumlah berkisar 40-60 unit yang
terdiri dari 4 lantai. Bentuk bangunan dan
jumlah unit tidak sama pada tiap blok, tetapi
mempunyai pola ang mirip.
- Struktur : Beton bertulang, atap dari genteng.
- Dinding : Batako tanpa plester.
- Lantai : Abu-abu ukuran 20x 20 cm.
- Plafon : Plat dak lantai yang diexpose.
- Kosen : Kayu meranti ukuran 6 x 12 cm
- Tangga : Lebar 3.00 m, satu buah pada tiap lantai.
xcii
xciii
Kondisi saat ini ada dua blok pada lantai dasar yang digunakan
sebagai pasar, sebagian besar bangunan tidak mengalami perubahan,
penambahan partisi pemisah semi permanen terutama dilakukan untuk
kamar tidur yang dalam satu unit dapat ditempati oleh beberapa kepala
keluarga.
Gambar II.8
Masalah tempat jemuran tetap menjadi
masalah utama yang pelik dan selalu
member kesan kumuh.
Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun
Gambar II.9
Ruang dalam yang terbuka dengan partisi
pendek hanya untuk penutup tempat tidur.
Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus Rusun
xciii
xciv
Gambar II.10
Bagian lantai dasar yang terbuka dipakai
untuk pasar lingkungan.
Sumber : W, Andi. 1998. Studi Kasus
Rusun
c) Perancangan
xciv
xcv
xcv
xcvi
BAB III
TINJAUAN SETTING (RUANG) BERSAMA
Dalam bab ini akan dibahas penyebab terjadinya interaksi, bentuk- bentuk
interaksi, dan pola interkasi sosial yang akhirnya membutuhkan setting ruang bersama
dengan atribut-atribut sebagai parameter perancangan ruang bersama yang membawa
keberadaanya dapat dimanfaatkan secara optimal. Serta studi kasus Rusunawa di
Indonesia yang fokus bahasanya pada ruang bersama dalam Rusunawa.
xcvi
xcvii
xcvii
xcviii
xcviii
xcix
xcix
c
Oleh Wiesman (1981 : 34-35) telah dirumuskan tentang atribut lingkungan yang
dialami manusia, sebagai produk dari organisasi, individu, serta setting fisik.
Berdasarkan macam dan pola interaksi yang ada dalam lingkungan
Rusunawa, maka dibutuhkan beragam ruang bersama untuk menampung setiap pola
interaksi yang terjadi. Dari beragamnya ruang bersama dalam Rusunawa, atribut-
atribut yang terjadi di ruang bersama tersebut adalah :
1. Kenyamanan
Suatu ruang yang memberi kenyamanan bagi penghuni Rusunawa, baik merasa
nyaman saat melakukan kegiatan, atau merasa nyaman berada di ruang tersebut.
2. Sosialitas
Suatu ruang yang mampu memfasilitasi interaksi sosial. Selain tata perabot,
pembentukan ruang pun akan sangat berperan dalam keberhasilan membentuk
ruang sosiopetal.
3. Aksesbilitas
Suatu ruang yang mudah untuk dicapai oleh penghuni, memberi kemudahan
aksesbilitas menuju ruang yang dituju penghuni, serta tidak terpotong arus
sirkulasi.
4. Adaptabilitas
Suatu ruang yang mampu menampung kegiatan berbeda akibat perubahan
aktivitas penghuni Rusunawa meliputi susunan, letak, pengurangan, atau
penambahan komponen fisik pada ruang.
5. Visibilitas
Suatu ruang yang memberikan visibilitas yang menarik sehingga menciptakan
pola interaksi yang dinamis antar penghuni Rusunawa maupun masyarakat luar.
6. Keamanan
Suatu ruang yang memberi rasa aman serta dapat saling mengawasi pada tiap-
tiap ruang bersama.
c
ci
1. Analisa
Dari hasil survey pengamatan terhadap ruang-ruang bersama di
Rusunawa di Kp. Begalon, maka ditemukan beberapa jenis ruang bersama yang
berfungsi untuk menampung aktivitas-aktivitas kebersamaan antar penghuni.
Beragamnya ruang bersama yang ada di pengaruhi oleh macam dan pola
interaksi yang terjadi. Adapun beberapa hasil analisa ruang bersama dari hasil
pengamatan tersebut, yaitu :
a. Ruang Parkir (Lantai Dasar)
Lokasi ruang bersama ini berada di lantai dasar banguanan
Rusunawa, tepatnya menggunakan lahan yang sebenarnya diperuntukan
untuk parkir kendaraan. Jadi dapat dikatakan sebagai ruang bersama yang
tidak terencana sebelumnya. Ruang bersama ini beratap (plat lantai 1),
sehingga berkesan teduh dan sejuk (kenyamanan) karena terlindungi dari
panas matahari.
ME
Tempat Parkir
Ram
Tempat Parkir
ci
cii
cii
ciii
Tempat ini berada pada lantai dasar bangunan berupa arena game
yang kurang mendidik. Karena tidak tersedia taman bermain pada Rusunawa
ini maka anak-anak banyak yang mengunjungi tempat ini. Hal ini didukung
dengan adanya fasilitas rekreatif yang dapat menghibur anak-anak
(penyegaran).
Namun untuk perencanaan selanjutnya lebih baik disediakan fasilitas
rekreatif yang mampu memancing kreatifitas untuk menggunakanya (karena
anak-anak memerlukan permainan konstruktif dan kreatif untuk menentang
kecerdasanya dan mengembangkan kecakapanya (Mulder, 1986) selain itu
juga, menurut DR.T. Berry Brazelton, sebagain besar proses awal belajar
pada anak berlangsung secara tidak terstruktur melalui proses bermain yang
membutuhkan kegiatan secara fisik, emosional, intelektual, sensual, serta
ketertarikan terhadap hal-hal kecil, bukan mainan yang mahal dan rumit.
ME
Tempat Parkir
Ram
Tempat Parkir
d. Kios Makanan
Kios-kios ini terletak pada lantai dasar bangunan Rusunawa. Tempat
ini mempunyai ruang makan minum yang terdiri dari kursi-kursi panjang
serta meja. Tempat ini mempunyai kondisi yang terbuka (tanpa dinding
pembatas) dan terletak dekat dengan jalan lingkungan (Jl. Tejomoyo). Posisi
ciii
civ
ME
Tempat Parkir
Ram
Tempat Parkir
e. Masjid
Masjid ini berada pada lantai dasar bangunan, berdekatan dengan
jalan lingkungan sehingga warga dari pemukiman sekitar juga dapat
menggunakan masjid ini. Namun pemakai dari penghuni Rusunawa sendiri
pada waktu sholat 5 waktu hanya sedikit, biasanya hanya yang di lantai satu
civ
cv
saja (tang terdekat) yang menggunakan masjid ini. Hal ini dikarenakan
penghuni (penghuni lantai 3 dan 4) merasa terlalu jauh untuk mengakses
(aksebilitas) kebawah melewati tangga, sehingga mereka lebih memilih solat
di unit masing-masing.
Namun pada hari Jumat Masjid tidak dapat menampung jemaah solat
Jumat. Masjid juga digunakan oleh warga sekitar karena memberi
kemudahan akses yang posisinya di dekat jalan lingkungan pemukiman.
ME
Tempat Parkir
Ram
Tempat Parkir
Aktivitas selain solat yang teradi disini antar lain : untuk sore hari
untuk pengajian ibu-ibu, aktivitas pengajian anak, serta acara-acara pengajian
penghuni Rusunawa. Suasana masjid terlihat teduh di bawah pepohonan,
sehingga penghuni memilih masjid ini untuk aktivitas sosialisasi karena
adanya kenyamanan di tempat ini. Selain itu adanya tempat-tempat duduk
dengan bentuk melingkar juga mendukung terjadinya sosialitas pada tempat
ini.
f. Ruang BersamaTiap Hunian
cv
cvi
cvi
cvii
Gambar III.7. Ruang bersama yang miskin atribut terlihat sepi karena
jarang dimanfaatkan penghuni
Sumber : Dokumentasi Pribadi 2009
2. Kesimpulan
Dari beragamnya ruang bersama pada Rusunawa Begalon 1 terdapat
beberapa ruang yang dapat dimanfaatkan penghuni secara optimal dan adapula
yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Ada ruangan yang semula tidak
cvii
cviii
cviii
cix
cix