Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

PENURUNAN KESADARAN

Disusun oleh:
Indrastiti Pramitasari
030.09.121

Pembimbing:
Dr. Julintari Bidramnanta, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 28 APRIL 31 MEI 2014

1
Lembar Pengesahan
REFERAT

Penurunan Kesadaran

Telah disetujui oleh:


Dr. Julintari Bidramnanta, Sp.S

Pada tanggal 6 Mei 2014


Dalam rangka memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Budhi Asih
Periode 28 April 31 Mei 2014

Jakarta, 6 Mei 2014

Dr. Julintari Bidramnanta, SpS

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat Penurunan Kesadaran.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Julintari Bidramnanta, Sp.S selaku pembimbing dalam penyusunan
referat ini, serta kepada dokter-dokter pembimbing lain di bagian Penyakit Saraf RSUD
Budhi Asih. Tujuan dari pembuatan referat ini selain untuk menambah wawasan bagi
penulis dan pembacanya, juga ditujukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Saraf.
Penulis sangat berharap bahwa referat ini dapat menambah wawasan mengenai
penurunan kesadaran. Dan diharapkan, bagi para pembacanya dapat meningkatkan
kewaspadaan mengenai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun
saran yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga tugas ini
dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Jakarta, 6 Mei 2014

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
Penurunan kesadaran merupakan gangguan yang terjadi pada pusat kesadaran sehingga
kesadaran kita menjadi tidak sadar penuh. Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat
kesadaran yang berada di kedua hemisfer serebri dan Ascending Reticular Activating
System (ARAS). Jika terjadi kelainan pada kedua sistem ini, baik yang melibatkan sistem
anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran dengan
berbagai tingkatan. Ascending Reticular Activating System merupakan suatu rangkaian
atau network system yang dari kaudal berasal dari medulla spinalis menuju rostral yaitu
diensefalon melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai lintasan ARAS tersebut
berada diantara medulla, pons, mesencephalon menuju ke subthalamus, hipothalamus,
thalamus dan akan menimbulkan penurunan derajat kesadaran. Neurotransmiter yang
berperan pada ARAS antara lain neurotransmiter kolinergik, monoaminergik dan gamma
aminobutyric acid (GABA).

Respon gangguan kesadaran pada kelainan di ARAS ini merupakan kelainan yang
berpengaruh kepada sistem arousal yaitu respon primitif yang merupakan manifestasi
rangkaian inti-inti di batang otak dan serabut-serabut saraf pada susunan saraf. Korteks
serebri merupakan bagian yang terbesar dari susunan saraf pusat di mana kedua korteks
ini berperan dalam kesadaran akan diri terhadap lingkngan atau input-input rangsangan
sensoris, hal ini disebut juga sebagai awareness.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. I DEFINISI
Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. Penurunan
kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga atau tidak
terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap
stimulus. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang
mengenal atau mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
Penurunan kesadaran atau koma merupakan salah satu kegawatan neurologi yang
menjadi petunjuk kegagalan fungsi integritas otak dan sebagai final common pathway
dari gagal organ seperti kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada
gagal otak dengan akibat kematian. Bila terjadi penurunan kesadaran menjadi pertanda
disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi tubuh.
Penurunan kesadaran dapat dinilai secara kualitatif, seperti compos mentis, somnolen,
spoor, soporocoma dan coma, atau dapat juga dinilai secara kuantitatif yaitu dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale.
1. Menentukan penurunan kesadaran secara kualitatif
Kompos mentis didefinisikan sebagai sadar penuh, menyadari seluruh
rangsangan dari panca indera (aware atau awas) dan bereaksi secara optimal
terhadap seluruh rangsangan dari luar maupun dari dalam (arousal atau waspada),
atau dalam keadaaan awas dan waspada.
Somnolen atau drowsiness atau clouding of consciousness,
didefinisikan sebagai mengantuk, mata tampak cenderung menutup, masih dapat
dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walaupun
sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
Sopor lebih rendah daripada somnolen. Mata tertutup dengan rangsang
nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu-dua kata. Motorik
hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri.
Soporokoma, mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat,
hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya berupa gerakan primitif.

5
Koma merupakan penurunan kesadaran yang paling rendah. Dengan
rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata,
bicara, maupun reaksi motorik.

2. Menentukan penurunan kesadaran secara kuantitatif


Secara kuantitatif, kesadaran dapat dinilai dengan menggunakan Glasgow
Coma Scale (GCS) yang meliputi pemeriksaan untuk Penglihatan/Mata (E),
Pemeriksaan Motorik (M) dan Verbal (V). Pemeriksaan ini mempunyai nilai
terendah 3 dan nilai tertinggi 15.
Pemeriksaan derajat kesadaran GCS untuk penglihatan/mata:
E1 tidak membuka mata dengan rangsang nyeri
E2 membuka mata dengan rangsang nyeri
E3 membuka mata dengan rangsang suara
E4 membuka mata spontan
Motorik:
M1 tidak melakukan reaksi motorik dengan rangsang nyeri
M2 reaksi deserebrasi dengan rangsang nyeri
M3 reaksi dekortikasi dengan rangsang nyeri
M4 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi tidak mencapai sasaran
M5 reaksi menghampiri rangsang nyeri tetapi mencapai sasaran
M6 reaksi motorik sesuai perintah
Verbal:
V1 tidak menimbulkan respon verbal dengan rangsang nyeri (none)
V2 respon mengerang dengan rangsang nyeri (sounds)
V3 respon kata dengan rangsang nyeri (words)
V4 bicara dengan kalimat tetapi disorientasi waktu dan tempat (confused)
V5 bicara dengan kalimat dengan orientasi baik (orientated)

Interpretasi hasil penghitungan GCS :


Compos Mentis :15
Somnolen : 11-14

6
Sopor : 8 - 10
Koma :<8
II. 2 ETIOLOGI
Beberapa penyebab penurunan kesadaran adalah sebagai berikut:
Intrakranial
o Trauma = cedera difus pada substansia alba, hematoma extradural;
subdural
o Neoplasma = Tumor dengan oedem
o Vaskuler = subarachnoid haemorhage, cerebral infarct dengan oedem dan
shift, vertebrobasilar infarct
o Infeksi = meningitis, abses, ensefalitis
o Lain-lain = epilepsy, hidrosefalus
Ekstrakranial
o Metabolik = hipo/hypernatremia, hipo/hyperkalemia, hipo/hiperkalsemia,
hipo/hiperglikemia, asidosis/alkalosis, hipo/hipertermia, uremia, hepatic
failure, porfiria, hipercapnoe, hipoksia
o Endokrin = diabetes mellitus, hypopituitarism, Addisons disease,
hipo/hiperparatiroidisme, hipotiroid
o Oklusi arteri = vertebral artery disease, bilateral carotid disease
o Respiratory insufficiency = hipoventilasi, penurunan defisiensi, penurunan
perfusi, anemia
o Penurunan cardiac output = vasovagal attack, blood loss, penyakit katup
jantung, myocardial infarction, aritmia jantung, obat-obatan penyebab
hipotensi
o Obat-obatan = golongan sedative, golongan opiat, antidepressant,
anticonvulsants, obat-obatan anestesi
o Keracunan = alkohol, karbon monoksida
o Penyakit yang berhubungan dengan kejiwaan = hysteria, katatonia

7
II. 3 KLASIFIKASI PENURUNAN KESADARAN
Gangguan kesadaran dibagi 3, yaitu:
1) Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal/lateralisasi dan tanpa
disertai kaku kuduk;
2) Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal/lateralisasi disertai
dengan kaku kuduk; dan
3) Gangguan kesadaran disertai dengan kelainan fokal.
a. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk
1. Gangguan iskemik
2. Gangguan metabolik
3. Intoksikasi
4. Infeksi sistemis
5. Hipertermia
6. Epilepsi
b. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tetapi disertai kaku
kuduk
1. Perdarahan subarakhnoid
2. Radang selaput otak
3. Radang otak
c. Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal
1. Tumor otak
2. Perdarahan otak
3. Infark otak
4. Abses otak

II. 4 PATOFISIOLOGI

Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara


menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh

8
gangguan ARAS di batang otak, terhadap formasio retikularis di thalamus,
hipotalamus maupun mesensefalon.
Pada keadaan sadar penuh, bergantung kepada kedua hemisfer serebri
apakah intak atau tidak, dan berinteraksi dengan ascending reticular activating
system (ARAS) di batang otak, otak tengah, hipotalamus dan thalamus. Lesi yang
secara difus mengenai kedua hemisfer serebri, atau secara langsung mengenai
ARAS, akan menyebabkan penurunan kesadaran.
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni
gangguan derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi
(kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat mengganggu
interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial, subtentorial
dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran.

Gambar Patofisiologi penurunan kesadaran

1. Diffuse hemisphere damage (kerusakan hemisfer secara difus)


Kerusakan hemisfer secara difus dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti trauma, iskemia, hipoglikemi, hepatic atau renal failure
2. Bilateral thalamic involvement
Contohnya adalah astrocytoma
3. Supratentorial mass

9
Merupakan massa yang terletak di supratentorial yang dapat menyebabkan
herniasi transtentorial dan kompresi otak tengah
4. Kompresi batang otak
Terjadi karena adanya massa di infratentorial
5. Adanya kerusakan di batang otak
Seperti iskemia, perdarahan, tumor dan obat-obatan (sedative, hipnotik)

Gangguan metabolik toksik


Fungsi dan metabolisme otak sangat bergantung pada tercukupinya
penyediaan oksigen. Adanya penurunan aliran darah otak, akan menyebabkan
terjadinya kompensasi dengan menaikkan ekstraksi oksigen (O2) dari aliran
darah. Apabila aliran darah otak turun lebih rendah lagi, maka akan terjadi
penurunan konsumsi oksigen secara proporsional.
Glukosa merupakan satu-satunya substrat yang digunakan otak dan
teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air. Untuk memelihara integritas
neuronal, diperlukan penyediaan ATP yang konstan untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
O2 dan glukosa memegang peranan penting dalam memelihara keutuhan
kesadaran. Namun, penyediaan O2 dan glukosa tidak terganggu, kesadaran

10
individu dapat terganggu oleh adanya gangguan asam basa darah, elektrolit,
osmolalitas, ataupun defisiensi vitamin.
Proses metabolik melibatkan batang otak dan kedua hemisfer serebri.
Koma disebabkan kegagalan difus dari metabolisme saraf.
1. Ensefalopati metabolik primer
Penyakit degenerasi serebri yang menyebabkan terganggunya metabolisme sel
saraf dan glia. Misalnya penyakit Alzheimer.
2. Ensefalopati metabolik sekunder
Koma terjadi bila penyakit ekstraserebral melibatkan metabolisme otak, yang
mengakibatkan kekurangan nutrisi, gangguan keseimbangan elektrolit ataupun
keracunan. Pada koma metabolik ini biasanya ditandai dengan gangguan sistem
motorik simetris dan tetap utuhnya refleks pupil (kecuali pasien mempergunakan
glutethmide atau atropin), juga utuhnya gerakan-gerakan ekstraokuler (kecuali
pasien mempergunakan barbiturat).

Tes darah biasanya abnormal, lesi otak unilateral tidak menyebabkan


stupor dan koma. Jika tidak ada kompresi ke sisi kontralateral batang otak lesi
setempat pada otak menimbulkan koma karena terputusnya ARAS. Sedangkan
koma pada gangguan metabolik terjadi karena pengaruh difus terhadap ARAS
dan korteks serebri.

Gangguan Struktur Intrakranial


Penurunan kesadaran akibat gangguan fungsi atau lesi struktural
formasio retikularis di daerah mesensefalon dan diensefalon (pusat penggalak
kesadaran) disebut koma diensefalik. Secara anatomik, koma diensefalik
dibagi menjadi dua bagian utama, ialah koma akibat lesi supratentorial dan
lesi infratentorial.
1. Koma supratentorial
1) Lesi mengakibatkan kerusakan difus kedua hemisfer serebri, sedangkan
batang otak tetap normal.
2) Lesi struktural supratentorial (hemisfer).

11
Adanya massa yang mengambil tempat di dalam kranium (hemisfer serebri)
beserta edema sekitarnya misalnya tumor otak, abses dan hematom
mengakibatkan dorongan dan pergeseran struktur di sekitarnya, serta
meningkatkan tekanan intracranial, maka terjadilah herniasi otak.
a. Herniasi subfalcine
Herniasi girus singuli di bawah falx serebri ke arah kontralateral
menyebabkan tekanan pada pembuluh darah serta jaringan otak,
mengakibatkan iskemi dan edema.
b. Herniasi transtentorial/ sentral
Herniasi transtentorial atau sentral adalah hasil akhir dari proses desak ruang
rostrokaudal dari kedua hemisfer serebri dan nukli basalis; secara berurutan
menekan disensefalon, mesensefalon, pons dan medulla oblongata melalui
celah tentorium.
c. Herniasi unkus
Herniasi unkus terjadi bila lesi menempati sisi lateral fossa kranii media atau
lobus temporalis; lobus temporalis mendesak unkus dan girus hipokampus ke
arah garis tengah dan ke atas tepi bebas tentorium yang akhirnya menekan
mesensefalon.
2. Koma infratentorial
Ada dua macam lesi infratentorial yang menyebabkan koma.
1) Proses di dalam batang otak sendiri yang merusak ARAS atau/ serta merusak
pembuluh darah yang mendarahinya dengan akibat iskemi, perdarahan dan
nekrosis. Misalnya pada stroke, tumor, cedera kepala dan sebagainya.
2) Proses di luar batang otak yang menekan ARAS
a. Langsung menekan pons
b. Herniasi ke atas dari serebelum dan mesensefalon melalui celah tentorium
dan menekan tegmentum mesensefalon.
c. Herniasi ke bawah dari serebelum melalui foramen magnum dan menekan
medulla oblongata.
Dapat disebabkan oleh tumor serebelum, perdarahan serebelum dan
sebagainya.

12
Ditentukan lateralisasi (pupil anisokor, hemiparesis) dan dibantu
dengan pemeriksaan penunjang.

II. 5 DIAGNOSIS
Diagnosis kesadaran menurun didasarkan atas:
Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis perlu dicantumkan dari siapa anamnesis tersebut
didapat, biasanya anamnesis yang terbaik didapat dari orang yang selalu
berada bersama penderita. Untuk itu diperlukan riwayat perjalanan penyakit,
riwayat trauma, riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat
kelainan kejiwaan. Dari anamnesis ini, seringkali menjadi kunci utama dalam
mendiagnosis penderita dengan kesadaran menurun.
Perlu ditanyakan juga apakah ada cedera kepala sebelumnya, pingsan
mendadak, limb twitching dan inkontinensia, gejala-gejala penurunan
kesadaran yang timbul perlahan dan juga penyakit penyerta sebelumnya

13
seperti diabetes mellitus, epilepsy, penyakit kejiwaan, penggunaan alkohol
dan obat-obatan terlarang, infeksi virus seperti ensefalitis, dan juga keganasan.

Pemeriksaan fisik
Dalam melakukan pemeriksaan fisik umum harus diamati:
Tanda vital
Pemeriksaan tanda vital: perhatikan jalan nafas, tipe pernafasannya dan
perhatikan tentang sirkulasi yang meliputi: tekanan darah, denyut nadi dan ada
tidaknya aritmia.
Kepala
Perhatikan ada tidaknya hematom, laserasi dan fraktur.
Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila dicurigai fraktur servikal
(jejas, kelumpuhan 4 ekstremitas, trauma di daerah muka).
Toraks / abdomen dan ekstremitas
Perhatikan ada tidaknya fraktur.

Pemeriksaan fisik neurologis


Pemeriksaan fisik neurologis bertujuan menentukan kedalaman koma secara
kualitatif dan kuantitatif serta mengetahui lokasi proses koma. Pemeriksaan
neurologis pada orang dengan penurunan kesadaran meliputi tingkat kesadaran,
pola nafas, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan tekanan intracranial
(TIK), pemeriksaan nervus cranialis atau reflex batang otak dan pemeriksaan
motoric, sensoris dan otonom.
Yang pertama dilakukan adalah menentukan tingkat kesadaran seseorang
apabila ada penurunan kesadaran. Tingkat kesadaran dapat dinilai secara kualitas
maupun kuantitas. Menilai kesadaran secara kualitas sering tidak akurat, maka
dari itu pengukuran tingkat kesadaran dapat dilakukan secara kuantitas.
Pemeriksaan kesadaran secara kualitas dibagi atas compos mentis, somnolen,
spoor, soporokoma, koma. Untuk pemeriksaan secara kuantitas digunakan
Glasgow Coma Scale.

14
1. Tingkat Kesadaran
a. Kualitatif: compos mentis, somnolen, sopor, soporokoma, koma
b. Kuantitatif: Glasgow Coma Scale, respon membuka mata, respon motorik,
respon verbal. Tiap-tiap respon dihitung menggunakan nilai, nilai tertinggi untuk
respon membuka mata adalah 4, nilai tertinggi untuk respon verbal adalah 5 dan
nilai tertinggi untuk respon motorik adalah 6. Nilai maksimal GCS adalah 15 dan
nilai minimal GCS adalah 3. Antara kuantitatif dan kualitatif harus sesuai, jika
nilai GCS seseorang adalah 15 maka secara kualitatif orang tersebut compos
mentis. Jika nilai GCS seseorang adalah 3 maka secara kualitatif orang tersebut
dapat dikatakan koma.
c. Pemeriksaan reflex batang otak
Menggunakan Pittsburgh Brain Stem Scoring (PBSS)
Refleks Batang Otak Ada Tidak

Refleks Bulu Mata 2 1

Refleks Kornea 2 1

Refleks Cahaya Mata 2 1


Kanan
Reflex Cahaya Mata Kiri 2 1

Dolls eye movement 2 1


(oculocephalic)
Refleks muntah 2 1

Skor maksimal 12, skor minimal 6. Semakin tinggi skor, maka semakin baik
prognosisnya.
2. Pola Nafas
Pada seseorang dengan penurunan kesadaran, perlu diperhatikan pola nafasnya.
Pemeriksaan pola nafasdapat membantu untuk mengetahui letak lesi dan menentukan
jenis gangguan. Macam-macam pola pernafasan adalah:
Cheyne-Stokes Breathing
Pola: periode hiperpnea diselingi periode apnea sekitar10 20 detik
Penyebab:

15
o Disfungsi hemisfer bilateral bagian dalam (diensefalon)
o Gangguan metabolik, seperti uremia, gangguan fungsi hati berat,
atau infark bilateral atau lesi karena adanya massa pada
proensefalon dengan perubah ananatomi / pergeseran pada
diensefalon
Mekanisme: berhubungan dengan respon abnormal terhadap sensitivitas
CO2 di pusat pernafasan di batang otak

Central Neurologic Hyperventilation (Kussmaul)


Pola: cepat (antara 40-50x / menit) dan dalam
Pada disfungsi batang otak atau pons bagian atas
PO2 meningkat lebih dari 70 80 mmHg (jika level PO2 dibawah
normal, hipoksemia)
Penyakit jantung, paru, dan metabolik dapat juga menyebabkan
hiperventilasi.

Apneustic Breathing
Pola : fase inspirasi yang memanjang dan berhenti pada saat inspirasi
maksimal
Disfungsi pons tengah dan bawah dorsolateral (jarang terjadi)

16
Cluster Breathing
Hanya signifikan pada kerusakan bagian bawah pons
Karakteristik kelainan ini hampir sama dengan pernafasan mendekati
proses apnea

Ataxic Breathing
Pola : tidak teratur dan kadang apnea
Kerusakan pada bagian bawah pontine atau pada pusat pernafasan di
medula oblongata
Disfungsi formasio retikularis bagian mediodorsal

Gasping Respiration
Pola : nafas satu-satu
Kerusakan pada medula oblongata
Gagal nafas mendahului gagal jantung

3. Tanda Rangsang Meningeal


Pemeriksaan tanda rangsang meningeal dilakukan untuk mengetahui apakah
penurunan kesadaran disertai dengan tanda rangsang meningeal atau tidak.
Kaku kuduk (neck stiffness)

Rigiditas leher dan keterbatasan gerakan fleksi leher: kaku kuduk

17
Normalnya leher dapat bergerak dengan mudah, dagu dapat menyentuh
atas sternum, atau fleksi leher normal
Kaku kuduk (+) pada meningitis, meningoensefalitis, perdarahan
subarachnoid, karsinoma meningeal.

Brudzinsky I (Brudzinsky neck sign)


Pada melakukan pemeriksaan kaku kuduk, amati gerakan kedua tungkai
Positif bila ada respon berupa fleksi kedua tungkai

Brudzinsky II (Brudzinsky contralateral leg sign)


Pasien tidur telentang
Fleksikan tungkai dalam keadaan lutut ekstensi
Positif bila ada respon berupa fleksi lutut kontralateral

Kernig Sign
Normalnya lutut dapat diluruskan 1350 tanpa kesulitan
Adanya tahanan sewaktu gerakan meluruskan lutut: iritasi meningen

18
Lasseque sign
Angkat kaki dalam keadaan lurus
Lasseque positif jika sudut < 70

4. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial


Cushing sign = tekanan darah meningkat, nadi menurun, nafas tidak teratur
Pupil anisokor
Papil edema

5. Pemeriksaan reflex batang otak/ N. Cranialis


Ukuran dan Besarnya Pupil
Midposisi (2 5 mm), refleks cahaya (-) atau ireguler : lesi fokal di midbrain.
Pinpoint, reaktif : lesi pons, intoksikasi opiat, pilokarpin.
Dilatasi unilateral, RC ( ) : herniasi uncal.
Dilatasi bilateral, terfiksasi : herniasi sentral, iskemia dan hipoksia global atau intoksikasi
luminal, atropin, skopolamin atau glutetimid.

19
Gerakan Bola Mata
Posisi istirahat
Deviasi gaze menjauhi lesi : lesi hemisfer kontralateral
Deviasi gaze sesuuai hemisfer : lesi pons kontralateral
Deviasi ke bawah : lesi tektum mesensefalon
Refleks oculochephalic (dolls eye movement)
Negatif : disfungsi hemisfer serebri bilateral
Refleks Oculovestibuler
Koma dalam karena lesi batang otak

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan gas darah, berguna untuk melihat oksigenasi di dalam
darah, juga untuk melihat gangguan keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan darah, meliputi darah perifer lengkap (DPL), keton, faal
hati, faal ginjal dan elektrolit.
Pemeriksaan toksikologi, dari bahan urine darah dan bilasan lambung.
Pemeriksaan khusus meliputi pungsi lumbal, CT scan kepala, EEG,
EKG, foto toraks dan foto kepala.

Keadaan umum menurut tingkat lesi di otak

20
Posisi bola pupil Jenis Tanggapan motorik Lain-lain
mata pernafasan
Korteks Deviasi Hemiparesis/dekort
serebri konjugat ikasi
Diensefalon Divergen, Miosis Cheyne - Hemiparesis (+)
saat bilateral stokes
pergerakan
kepala dolls
eyes
manuever
(+)
mesenphalo asimetris Midriasis, Respirasi cepat deserebrasi Suhu badan naik
n refleks turun
cahaya (-)

pons Deviasi Midriasis, hiperventilasi Rigiditas


konjugat refleks apneu selang deserebrasi
cahaya (-) seling

Medulla Deviasi Midriasi Lambat tidak Nadi tidak


oblongata konjugat maksimal teratur hingga teratur, tekanan
terhenti darah turun
secara cepat

II. 6 TATALAKSANA
Prinsip pengobatan kesadaran dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat,
pengobatan dilakukan bersamaan dalam saat pemeriksaan. Pengobatan meliputi
dua komponen utama yaitu umum dan khusus.

Umum
Lakukan pemeriksaan tingkat kesadaran untuk mengetahui skor GCS
Lihat airway, breathing dan circulation. Pastikan jalan nafas bebas
hambatan dan pasien bernafas spontan. Pastikan denyut nadi pasien teraba.

21
Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit
ekstensi bila tidak ada kontraindikasi seperti fraktur servikal dan tekanan
intrakranial yang meningkat.
Posisi trendelenburg baik sekali untuk mengeluarkan cairan
trakeobronkhial, pastikan jalan nafas lapang, keluarkan gigi palsu jika ada,
lakukan suction di daerah nasofaring jika diduga ada cairan.
Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma servikal, pasang infus sesuai
dengan kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.
Pasang monitoring jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukan
elektrokardiogram (EKG).
Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah
aspirasi, lakukan bilas lambung jika diduga ada intoksikasi. Berikan
tiamin 100 mg iv, berikan destrosan 100 mg/kgbb. Jika dicurigai adanya
overdosis opium/ morfin, berikan nalokson 0,01 mg/kgbb setiap 5-10
menit sampai kesadaran pulih (maksimal 2 mg).
Khusus
Pada herniasi
Pasang ventilator lakukan hiperventilasi dengan target PCO2: 25- 30
mmHg.
Berikan manitol 20% dengan dosis 1-2 gr/ kgbb
Edema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason
10 mg iv lanjutkan 4-6 mg setiap 6 jam.
Jika pada CT scan kepala ditemukan adanya yang operabel seperti
epidural hematom, konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.
Pengobatan khusus tanpa herniasi
Ulang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti.
Jika pada CT scan tak ditemukan kelainan, lanjutkan dengan
pemeriksaan pungsi lumbal (LP). Jika LP positif adanya infeksi berikan
antibiotik yang sesuai. Jika LP positif adanya perdarahan terapi sesuai
dengan pengobatan perdarahan subarakhnoid.

22
BAB IV
KESIMPULAN
Banyak proses-proses patologi yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran seseorang
dan banyak terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan penurunan kesadaran.
Penyeybab penurunan kesadaran tidak hanya disebabkan oleh gangguan dalam
intracranial semata, tetapi kelainan di ekstrakranial juga dapat menyebabkan penurunan
kesadaran. Banyaknya terminologi yang digunakan dalam mendefinisikan penurunan
kesadaran membuat ambiguitas dan ketidakkonsistensian ketika dipakai untuk
pengamatan pasien sehari-hari. Dengan adanya Glasgow Coma Scale, maka tingkat
kesadaran dapat dihitung secara pasti dan dapat menjelaskan tingkat kesadaran seseorang.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Plum FP, JB Saper, CB Schiff, ND. Plum and Posners Diagnosis of Stupor and Coma.
New York: Oxford University Press; 2007.
2. Lindsay KW, Bone I. Coma and Impaired Conscious Level in Neurology and
Neurosurgery Illustrated. UK: Churcill Livingstone; 1997. p. 81-5
3. Greenberg MS. Coma in Handbook of Neurosurgery. 5th ed. New York: Thieme; 2001.
4. Perkin D. Mosbys Colour Atlas and Text of Neurology. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier
Limited; 2004.
5. Harris, S. Penatalaksanaan Pada Kesadaran Menurun dalam Updates in
Neuroemergencies. Jakarta: FKUI; 2004.
6. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 2013.
7. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2012.

24

Anda mungkin juga menyukai