Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Topik : Amalgam
Kelompok : A10
Penyusun:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1. TUJUAN
2. Manipulasi Amalgam
2.1 Bahan
a. Bubuk amalgam
b. Cairan merkuri
2.2 Alat
b. Kondenser amalgam
c. Kain kasa
d. Pistol amalgam
e. Cetakan model
h. Stopwatch
i. Sonde
j. Spatula semen
k. Brander
l. Burnisher
m. Pinset
n. Pisau model
o. Timbangan
p. Amalgamator
c. Bubuk amalgam dan cairan diaduk dengan cara menekan pestle pada
dinding mortar (pen-type grip) dengan gerakan memutar sampai
homogen. Pada saat mulai pengadukan waktu dicatat.
Percobaan
Cara triturasi Bubuk amalgam Cairan merkuri Setting time
ke
1 0,46 0,46 19 : 40
Manual
2 0,56 0,56 19 : 40
Low - - 18 : 06
Mekanik
High - - 16 : 40
Pada percobaan triturasi secara manual yang pertama, bubuk amalgam dan cairan
merkuri sebanyak 0,46 gram dan amalgam memerlukan waktu 19 menit 40 detik untuk
mengeras. Selanjutnya pada percobaan triturasi secara manual yang kedua, bubuk
amalgam dan cairan merkuri sebanyak 0,56 gram dan amalgam memerlukan waktu 19
menit 40 detik menit untuk mengeras.
Dalam percobaan triturasi secara mekanik yang pertama, kapsul yang berisi bubuk
amalgam dan cairan merkuri, diletakkan pada tempat pengaduk pada amalgamator.
Waktu yang diperlukan dalam triturasi mekanik sesuai percobaan adalah 8 detik dengan
kecepatan low. Waktu yang diperlukan sampai amalgam mengeras adalah 18 menit 6
detik. Selanjutnya pada percobaam triturasi secara mekanik yang kedua waktu yang
diperlukan untuk triturasi mekanik sama seperti percobaan triturasi mekanik yang
pertama yaitu 8 detik, tetapi menggunakan kecepatan high.
4. TINJAUAN PUSTAKA
Amalgam terdiri dari campuran antara dua logam atau lebih , yang salah satunya
merupakan merkuri. Sebenarnya amalgam terdiri dari merkuri yang dipadukan
dengan bubuk alloy dari perak dan timah. Merkuri berupa liquid pada suhu ruang dan
mampu membentuk sebuah massa yang efektif digunakan bila tercampur dengan
alloy. Sifat inilah yang membuat amalgam menjadi material yang sesuai digunakan
dalam bidang kedokteran gigi (Mc Cabe and Walls, 2008, p.181).
Reaksi antara merkuri dan alloy yang merupakan reaksi pencampuran keduanya
disebut dengan reaksi amalgamasi. Reaksi ini menghasilkan bentuk material restorasi
yang keras dengan tampilan berwarna perak keabu-abuan. Warna amalgam seperti ini
menjadikannya terbatas dalam pengaplikasian karena memang material ini bukan
untuk faktor estetik (Mc Cabe and Walls, 2008, p.181).
Amalgam telah digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama dengan ukuran
kesuksesan yang cukup besar karena penggunaanya telah digunakan secara meluas.
Namun, karena alasan tingkat keamanan yang relatif rendah, kepopuleran amalgam
menjadi turun bila dibandingkan dengan material restorasi lainnya. (Mc Cabe and
Walls, 2008, p.181)
Komposisi bubuk alloy diatur sesuai dengan Standar ISO untuk amalgam
alloy. Komponen utama dari alloy adalah perak, timah, dan tembaga. Beberapa
komponen lain dengan jumlah sedikit yang terkandung dalam alloy antara lain
besi, indium, atau palladium.
Ada dua metode yang secara umum digunakan untuk membuat partikel
bubuk alloy. Pertama, bahan pengisi alloy yang didapat dari proses
homogenisasi alloy, yaitu lathe-cut alloy powders yang memiliki bentuk tak
beraturan. Kedua, partikel-partikel yang dihasilkan dari proses atomisasi, dimana
alloy yang telah melebur disemburkan dalam sebuah kolom berisi gas inert.
Partikel semacam ini disebut dengan spherical. (Mc Cabe and Walls, 2008,
p.181-182)
Berat (%)
Reaksi yang terjadi saat bubuk alloy dan merkuri dicampur merupakan
reaksi yang komplek. Merkuri berdifusi ke dalam partikel-partikel alloy, hanya
ada sedikit partikel alloy yang terlarutkan secara sempurna di dalam merkuri.
Hal ini menyebabkan struktur lapisan dari alloy rusak dan unsur utama metal
mengalami amalgamasi dengan merkuri. Produk dari reaksi ini akan mengkristal
dan membentuk fasa-fasa baru dalam amalgam yang mengeras. Sejumlah
tertentu dari alloy ini tetap tidak bereaksi pada saat penyempurnaan pengerasan.
Struktur material yang mengeras ini terlibat sabagai halnya inti inti dari
partikel alloy yang tidak bereaksi dan tetap tertanam dalam suatu matriks dari
produk produk yang bereaksi ini (McCabe, 2008, p: 183).
Gambar 1. Reaksi amlagam (Annusavice, 2012, p: 344)
4.3 Manipulasi
2. Triturasi
c) dan rasio alloy dan merkuri yang lebih besar dapat digunakan
3. Kondensasi
Hasil setting time antara teknik pengadukan manual dan mekanak didapatkan
lebih cepat teknik pengadukan mekanik., karena pada teknik mekani k semua
adonan tercampur secara homogen dan tidak ada sisa merkuri (McCabe 2008, hal
191-192). Pada triturasi manual, banyak sisa merkuri yang tidak berikatan. Pada
saat pemerasan, ada sisa merkuri yang masih belum ikut keluar saat diperas.
Pengadukan mekanik juga lebih cepat dan juga banyak dibandingngkan manual .
Hal-hal diatas menyebabkan setting time teknik pengadukan mekanik lebih cepat
dibanding manual.
Waktu setting time yang diperoleh menggunakan teknik mekanik yaitu 18:06
detik, sedangkan teknik manual diperoleh waktu 19:40 detik. Sesuai dengan teori
bahwa waktu setting time amalgam yang menggunakan teknik mekanik lebih cepat
daripada setting time amalgam yang menggunakan teknik manual karena tidak ada
sisa merkuri, sedangkan pada teknik manual masih terdapat sisa merkuri sehingga
konsistensi adonan akan lebih basah sehingga setting time akan lebih lama daripada
konsistensi kering pada teknik mekanik. Selain itu waktu triturasi jauh lebih pendek
pada teknik mekanik jika dibandingkan dengan teknik manual sehingga setting
time teknik mekanik akan lebih cepat daripada menggunakan teknik manual.
5.3 Low Speed dibanding High Speed
Dalam percobaan triturasi mekanik, kapsul yang berisi bubuk amalgam dan
cairan merkuri, diletakkan pada tempat pengaduk pada amalgamator. Amalgamator
dapat diatur lama triturasi dan kecepatannya sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dilakukan 2 kali percobaan triturasi amalgam menggunakan teknik mekanik yaitu
dengan kecepatan low dan high selama 8 detik yang memakai perbandingan bubuk
dan merkuri 1 : 1. Pada percobaan dengan kecepatan high hasil pengadukan lebih
homogen daripada kecepatan low.
Kedua percobaan yang dilakukan tidak ada sisa bubuk yang terdapat dalam
kapsul, dan tidak terdapat sisa merkurikarena semua merkuri sudah berikatan
dengan bubuk amalgam. Proses triturasi disebabkan oleh faktor kecepatan
pengadukan, semakin cepat proses pengadukannya maka semakin homogen hasil
pencampurannya. Maka berpengaruh juga pada waktu setting time yang diperoleh.
Pada percobaan dengan kecepatan high diperoleh waktu yaitu 16:40 detik dan pada
percobaan dengan kecepatan low diperoleh waktu 18:06. Hal ini membuktikan
bahwa menggunakan kecepatan high, setting time lebih cepat daripada
menggunakan kecepatan low.
6. KESIMPULAN
7. DAFTAR PUSTAKA
McCabe, JF., Walls, AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed. Blackwell;
Munksgaard. pp 181-183, 191-192.
Anusavice, Kenneth J. 2012. Phillips Science of Dental Materials 11th ed. Elsevier.
pp. 344, 346, 348-349.