Suku Indian melakukan body piercing dengan cara mengantungkan dada dengan kait
besi di bagian dada. Ritual yang disebut OKIPA ini diperuntukan bagi lelaki yang akan
diangkat menjadi tentara atau panglima perang. Sementara sebuah suku di India
melakukan ritual menusuki tubuh dengan jarum yang panjangnya bisa mencapai sekitar
satu meter untuk menghormati dewa. Ritual bernama Kavandi ini biasanya digelar setiap
Februari.
Sekitar lima ribu tahun lampau, di Mesir, tindik di pusar menjadi ritual, tentara Romawi
menindik putingnya untuk menunjukkan kejantanan, Suku Maya menindik lidah sebagai
ritual spiritual, dan anggota Kerajaan Victoria dahulu memilih menindik puting dan alat
genitalnya.
Di Indonesia, tradisi tindik biasa dilakukan warga Suku Asmat di kabupaten Merauke
dan Suku Dani di Kabupaten Jayawijaya, Papua. Lelaki Asmat menusuki bagian hidung
dengan batang kayu atau tulang belikat babi sebagai tanda telah memasuki tahap
kedewasaan.
Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaaan tubuh melalui tindik di daun
telinga sejak abad ke-17. Tak sembarangan orang bisa menindik diri, hanya pemimpin
suku atau panglima perang yang mengenakan tindik dikuping. Sedangkan kaum wanita
Dayak menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar cuping daun telinga.
Menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang daun telinga, semakin
cantik dan tinggi status sosialnya dimasyarakat. Model primitif inilah yang akhirnya
banyak ditiru komunitas piercing didunia.
Namun kini menindik tubuh bukan hal yang aneh lagi bagi manusia di belahan dunia
manapun. Bahkan tindik yang dulu hanya didominasi kaum hawa, sekarang sudah bukan
hal aneh lagi bagi pria. Naudzubillahi min dzalik.
Hadist di atas menunjukkan kepada kita larangan bagi laki-laki untuk menyerupai
wanita, baik itu dengan cara melembutkan suara maupun dengan menirukan gerakan,
pakaian, perhiasan, dan lain sebagainya dari karakter kewanitaan. Dan menunjukkan
larangan bagi wanita untuk menyerupai laki-laki, baik itu dengan cara mengkasarkan
suaranya maupun dengan cara meniru gerakan dan pakaian mereka. -
Tak hanya itu saja tindik yang dulu hanya digunakan di telinga, sekarang sudah
'mengembara' ke bagian tubuh lain yang memiliki tulang rawan atau daging lunak,
seperti hidung, bibir, alis mata, lidah, dagu, puting, pusar dan organ yang biasa tertutup
rapat.
Sebagian orang tak menyadari bahaya tindik di 'tempat tak umum', yang penting mode
dan gaul, namun tak memikirkan resiko kesehatan di baliknya. Terlebih lagi jika tindik
dilakukan oleh mereka yang tak memiliki latar belakang medis, sehingga mereka tidak
dapat memberikan pengobatan atau perawatan pasca tindik untuk mencegah terjadinya
infeksi. Di sebuah sanggar tindik, bahkan alat yang digunakan sangat sederhana.
Bolpoin, alat penggaris, dan alat penindik serta alkohol untuk mengeringkan luka.
Tindik di telinga masih aman. Karena di tulang rawan, lukanya mudah dikontrol dan
infeksinya bisa dilokalisir. Tapi di pusar dan lidah, sulit mengontrol luka dari gesekan
bahan-bahan yang tak higenis. Tindik lidah yang lagi ngetrend saat ini sangatlah
berbahaya dan besar resikonya, bahkan bisa menyebabkan penyakit jantung. Seperti kita
ketahui, mulut manusia mengandung berjuta-juta bakteri, hingga lubang pada daerah
tindikan di lidah akan membentuk sarang bakteri, dan disitulah kesempatan besar bakteri
ikut mengalir bersama darah dan akhirnya menyebabkan infeksi-infeksi berat dapat
terjadi, seperti Angina Ludwig dan Endokarditis.
Angina Ludwig adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Streptokokus, yang
menginfeksi lapisan dalam dasar mulut, yang ditandai dengan pembengkakan yang
dapat menutup saluran nafas.
Sedangkan Endokarditis adalah infeksi pada endokardium (lapisan dalam jantung) atau
peradangan yang serius di katup jantung, yang merupakan salah satu penyebab penyakit
jantung, karena bakteri oral dapat masuk ke dalam aliran darah melalui luka di lidah dan
membuka jalan menuju jantung.
Disebut gaul bukan menjadi kebutuhan utama agar bisa diterima di lingkungan,
namun sebagai seorang muslim yang telah diberikan kejelasan batas mana yang hak dan
mana yang batil tidak perlu bertasyabuh (ikut-ikutan) mengikuti gaya hidup orang-orang
kafir.
Selain itu jangan sampai mengorbankan kesehatan kita. Ngetren dan mengikuti mode
tak harus membuat kita sakit bukan?