Anda di halaman 1dari 36

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI


MA NW TEMEMPANG TENTANG PENYALAHGUNAAN NAPZA TAHUN
2017
PENYUSUN : dr. Debora Christi Sinaga

MENYETUJUI DAN MENGESAHKAN


Taliwang, 07 April 2017

Pendamping

dr. Hj. Dwidia Mertasari MPH


NIP 196904182002122009

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project ini tepat pada waktunya. Laporan hasil
penelitian mini project ini disusun sebagai rangkaian tugas dalam menyelesaikan program dokter
internsip periode 2016/2017.
Selama pelaksanaan dan penyusunan karya tulis yang berjudul Gambaran Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Siswa-Siswi MA NW Temempang tentang penyalahgunaan NAPZA
Tahun 2017, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan
hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Bapak Ns. Aguslan Effendi, S.Kep selaku Kepala Puskesmas yang telah membantu
terlaksananya mini project ini
2. dr. Hj. Dwidia Mertasari MPH selaku pendamping dokter internsip di Puskesmas
Taliwang
3. dr. IGB Yudhi Sastrawan dan dr. Nila Primasari selaku dokter senior di Puskesma
Taliwang
4. drg. Ni Nyoman Wulan Sari sebagai Penangggung Jawab UKM Puskesmas Taliwang
5. Seluruh staff dan karyawan Puskesma Kecamatan Taliwang
6. Kepala Sekolah dan seluruh staf pengajar di MA NW Temempang
7. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam bidang kesehatan dan
dapat bermanfaat bagi masyarakat, khususnya tentang penyalahgunaan NAPZA.
Taliwang, Juli 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
2.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1
2.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 2
2.3 TUJUAN PENELITIAN .................................................................................................. 2
2.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................................... 2
2.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................................... 2
2.4 MANFAAT PENELITIAN .............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 4
2.1 Cuci Tangan ....................................................................Error! Bookmark not defined.
1. Pengertian cuci tangan ....................................................Error! Bookmark not defined.
2. Waktu yang Tepat untuk Cuci Tangan ............................Error! Bookmark not defined.
3. Langkah Cuci Tangan Yang Baik Dan Benar .................Error! Bookmark not defined.
2.2 Pengetahuan ..................................................................................................................... 4
1. Pengertian Pengetahuan ..................................................Error! Bookmark not defined.
2. Tingkat Pengetahuan ........................................................................................................ 4
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ..........Error! Bookmark not defined.
4. Pengukuran tingkat pengetahuan ....................................Error! Bookmark not defined.
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ........................................... 9
3.1 KERANGKA KONSEP ................................................................................................. 14
3.2 DEFINISI OPERASIONAL .......................................................................................... 14
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................................................... 16
4.1 DESAIN PENELITIAN ................................................................................................. 16
4.2 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN ....................................................................... 16
4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN .................................................................. 16
4.4 INSTRUMEN PENELITIAN ........................................................................................ 17
4.5 METODE PENGUMPULAN DATA ............................................................................ 17

iii
4.6 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA.................................................................... 17
BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................................................................... 18
5.1 PROFIL PUSKESMAS................................................................................................ 18
5.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN ............................................................................... 20
5.3 PENGETAHUAN RESPONDEN.................................................................................. 22
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................................................. 24
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 26
7.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 26
7.2 SARAN .......................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 27
LAMPIRAN .................................................................................................................................. 28

iv
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 LATAR BELAKANG


NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Awalnya NAPZA ditemukan dalam bentuk opium atau candu dan digunakan sebagai ramuan
pemberi kesenangan (fly) dan penghilang rasa sakit (analgetik). Tapi seiring perkembangan
zaman, jenis-jenis lainnya mulai ditemukan dan dikembangkan, dan seiring itu pula kasus
penyalahgunaannya semakin meningkat.
Penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA merupakan satu ancaman yang dapat
menghancurkan generasi muda. Sampai saat ini belum semua orang memiliki kesadaran
untuk memerangi pengunaan NAPZA, karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap bahaya penyalahgunaan NAPZA. Penyuluhan perlu dilakukan terutama pada anak-
anak usia sekolah untuk mendidik masyrakat tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA
(Kaplan, 1991).
World Drug Report dari United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) tahun
2012 menyatakan bahwa sekitar 230 juta penduduk dunia merupakan pengguna narkoba dan
27 juta orang diantaranya adalah pecandu narkoba. Jumlah pengguna ini diduga akan
meningkat sebesar 25% pada tahun 2050. Di Indonesia, kasus penyalahgunaan narkoba juga
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, jumlah penyalahgunaan narkoba
sekitar 3,3 juta orang (1,99%), sedangkan pada tahun 2010 bertambah menjadi 3,8 juta orang
(2,21%), dan pada tahun 2015 diprediksi akan bertambah lagi menjadi 5,1 juta orang
(2,85%).
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh
pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305 kasus. Data ini
begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di
kalangan usia muda dan anak-anak), penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan
mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin karena anak SD juga sudah mulai mecoba-
coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba memsukkan zat-zat adiktif (zat

1
yang menimbulkan kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya dan akhirnya dampai pada
stadium ketergantungan (dependence)(World Drug Report, 2012).
Dalam DSM-IV-TR (The diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders, 4th
edition, Text Revision) seperti DSM-III dan DSM-IV, ketergantungan dan penyalahgunaan
kenyataannya merupakan manifestasi fisik dan psikologis dari penyakit akibat penggunaan
obat-obatan yang terdiri dari dua kategori bahan yang menyebabkan ketergantungan dan
bahan yang disalahgunakan. Substance abuse atau penyalahgunaan obat-obatan adalah
perilaku maladaptif. Akibat dari penyalahgunaan NAPZAdapat terjadi gangguan jasmani,
fungsi intelektual, kehidupan emosi dan sosial yang dapat merugikan keluarga dan
masyarakat sekitar maupun keluarga (American Psychiatric Association, 2000).
Hasil survei BNN menunjukkan, prevalensi penyalahgunaan narkoba di lingkungan
pelajar mencapai 4,7% dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang. Di
kabupaten Sumbawat 27 orang yang terdiri dari 26 laki-laki dan 1 orang perempuan ,diman
terdapat 8 orang yang berumur 15-20 tahun yang mengakses layanan rehabilitasi di lembaga
komponen BNN Sumbawa Barat. Untuk itu peneliti ingin mengkaji tingkat pengetahuan dan
sikap siswa-siswi MA NW Temempang terhadap penyalahgunaan NAPZA.

2.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi MA NW Temempang
tentang penyalahgunaan NAPZA.

2.3 TUJUAN PENELITIAN


2.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi MA NW Temempang tentang
penyalahgunaan NAPZA
2.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang NAPZA
b. Mengetahui gambaran sikap siswa-siswi tentang penyalahgunaan NAPZA

2
2.4 MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi masyarakat menambah pengetahuan mengenai NAPZA serta sikap terhadap
penyalahgunaan NAPZA pada siswa-siswi sehingga masyarakat lebih waspada dalam
mengantisipasi peredaran dan penyalahgunaan NAPZA terutama di kalangan remaja.
b. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat dalam program Internsip Dokter Indonesia serta
menambah wawasan dan mengasah pengalaman penyuluhan mengenai
penyalahgunaan NAPZA di kalangan siswa.
c. Bagi Puskesmas Taliwang dan pemangku kebijakan dapat mengetahui gambaran
pengetahuan dan sikap penyalahgunaan NAPZA sehingga dapat melakukan upaya
pencegahan yang dapat meminimalisir jumlah pengguna NAPZA khususnya pada
siswa.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan
2.1.1 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sbelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat kembali
terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah.
b. Memahami (comprehension). Memahami diartikan kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara
benar. Tentang objek yang dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
c. Aplikasi (application). Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondidi riil (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menbghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah sutu kemampuan menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.

4
f. Evaluasi (evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada.

2.2. SIKAP
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable). Value dan opini ataupun pendapat
sangat erat kaitannya dengan sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan
dalam definisi-definisi sikap. Sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktifitas,
peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau
tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu. Sikap muncul dari
berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi,
kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang
mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah
indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian
secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil
belajar sosial dari lingkungannya (Azwar, 2005)

2.3 NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif)


2.3.1 Definisi NAPZA
NAPZA adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong makanan jika diminum,
dihisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan
saraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan. Akibatnya, kerja otak berubah
(meningkat atau menurun) demikian pula fungsi vital organ tubuh lain (jantung,
peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain).
Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997, narkotika merupakan zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika golongan I adalah narkotika
yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk

5
terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya
adalah heroin dan ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki khasiat
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin. Narkotika Golongan III adalah
jenis narkotika yang memiliki daya adiktif atau potensi ketergantungan ringan dan dapat
dipergunakan secara luas untuk terapi atau pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
metadon dan naltrexon.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika golongan
I hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contohnya adalah ekstasi, sabu dan LSD (lysergic acid diethylamide). Psikotropika
golongan II berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin, metilfedinat atau ritalin.Psikotropika
golongan III adalah berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau
tujuan dalam ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contohnya adalah phenobarbital dan flunitrazepam.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang mempunyai khasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: diazepam, klobazam,
bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxiase, nitrazepam.
Zat adiktif merupakan penghantar untuk memasuki dunia penyalahgunaan NAPZA.
Zat adiktif yang akrab ditelinga masyarakat ialah nikotin dalam rokok dan etanol dalam
minuman beralkohol dan pelarut lain yang mudah menguap seperti aseton, thiner dan
lain-lain. Minuman alkohol dibagi menjadi 3 golongan sesuai dengan kadar alkoholnya
yaitu: Golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 1% - 5% Contoh :
bir, greend sand. Golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 5% - 20%

6
Contoh : anggur kolesom. Golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol
20% - 55% Contoh : arak, wisky, vodka. (Hawari, 2000).

2.3.2 Cara Kerja Napza


Napza yang telah masuk ke lambung, kemudian ke pembuluh darah jika dihisap atau
dihirup, zat diserap masuk ke dalam pembuluh darah melalui saluran hidung dan paru-
paru. Jika zat disuntikan, zat itu langsung masuk ke dalam aliran darah dan darah
membawa zat itu ke otak. Semua jenis Napza akan mengubah perasaan dan cara pikir
seseorang, tergantung pada jenisnya. Napza menyebabkan antara lain :
1. Perubahan pada suasana hati (menenangkan, rileks, gembira, dan rasa bebas)
2. Perubahan pada pikiran (stress hilang, meningkatnya khayal)
3. Perubahan perilaku (meningkatkan keakraban, menghambat nilai, lepas kendali).
Oleh karena itu Napza disebut juga zat psikoaktif. Perasaan enak dan nyaman inilah
yang mula-mula dicari oleh pemakainnya. Bagian otak yang bertanggung jawab atas
kehidupan perasaan disebut sistem limbus. Hipotalamus, yaitu pusat kenikmatan pada
otak, adalah bagian dari sistem limbus. Napza mengubah susunan biokimiawi molekul sel
otak yang disebut neuro-transmitter. Perubahan sel biokimiawi sel otak menyebabkan
rasa nyaman dan nikmat yang bersifat sementara setelah itu timbul perasaan sebaliknya
(gelisah, cemas, perasaan tertekan, dan sebagainnya). Akibatnya ia ingin memakai zat itu
kembali. Demikian berulang kali, akhirnya kecanduan atau ketergantungan.

2.3.3. Berdasarkan Efeknya Terhadap Perilaku Yang Ditimbulkan Napza


Menurut efek yang di timbulkan di bagi dalam 3 golongan:
1. Depresan adalah zat atau jenis obat yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional
tubuh. Jenis ini dapat membuat pemakai merasa tenang bahkan tertidur atau tak sadarkan
diri misalnya opioda, opium atau putau , morfin, heroin, kodein opiat sintesis.
2. Stimulan adalah zat atau obat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan gairah kerja serta kesadaran misalnya : kafein, kokain, nikotin amfetamin
atau sabu-sabu.

7
3. Halusinogen zat atau obat yang menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah
perasaan dan pikiran misalnya : Ganja, Jamur Masrum Mescaline, psilocybin, LSD.

2.3.4. Jenis Napza Yang Disalahgunakan Dan Efek Yang Ditimbulkan Napza
1. Kokain
Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar erytrocyclon coca
yang berasal dari Amerika Selatan. Kokain tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas
otak dan fungsi organ tubuh lain). Kokain termasuk golongan narkotika golongan I. Zat
perangsang yang sangat kuat yang terbentuk dari kristalisasi bubuk putih yang disuling
dari daun tanaman belukar tersebut biasa dikunyah oleh penduduk setempat dapat juga di
konsumsi dengan cara dihidu (bubuk kokain disedot/dihirup melalui hidung) akan
mengalami ganguan mental dan perilaku sebagai berikut : agitasi psikomotor, rasa
gembira (elation), rasa harga diri meningkat (grandiosity), banyak bicara, waham/curiga.
2. Ganja
Ganja adalah sering pula disebut dengan Canabis, yakni sejenis tanaman yang
mengandung tetrahydrocanabinol (THC) yang bersifat psikoaktif. Biasanya dihisap dari
gulungan yang menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek yang dapat
ditimbulkan dari penyalahgunaan ganja ini, antara lain adalah hilangnya konsentrasi
(suka bengong), peningkatan denyut jantung, kehilangan keseimbangan, rasa gelisah, dan
panik, sering menguap (mengantuk), cepat marah (temperamental), perasaan tidak tenang
dan tidak bergairah , paranoid (kecurigaan berlebihan).
3. Heroin
Heroin (diamorphine) adalah candu yang berasal dari opium poppy (papaver
somniverum). Heroin dapat berbentuk serbuk putih, sekalipun biasanya ditemukan juga
warna kecoklatan. Heroin biasannya dapat dikenal dengan istilah hero, scag, smack atau
horse. Candu atau heroin merupakan zat kebal tubuh (analgesik) yang efektif dengan
pengaruh penenang diri (sedative). Efek negatif antara lain : miosis, mengalami mual-
mual, muntah, gatal-gatal, perasaan tegang, hidung dan mata berair.
4. Puttaw
Salah satu jenis heroin dengan kadar lebih rendah (kelas lima atau enam) zat ini
berasal dari opium. Efek negatif lain yang ditimbulkan, antara lain : terlihat mata sayu,

8
pupil mata melebar dan mengecil, disforia (rasa sedih tanpa sebab), lemah tidak
bertenaga/lesu, sering mengantuk/tidur, bicara cadel, mual-mual dan bersikap pendiam,
daya ingat menurun, pemarah, sulit untuk berkonsentrasi, bicara melantur, apatis.
5. Alkohol
Alkohol mengandung unsur kimia etil alkohol atau etanol yang sering juga disebut
grain alkohol berbentuk cairan jernih, tidak berwarna dan rasanya pahit. Efek yang
muncul dari penyalahgunaan alkohol ini adalah sebagai berikut : berkurangnya
menyebabkan gangguan fungsi hati, kecendrungan melakukan kegiatan kriminal, rentan
terhadap infeksi, kemampuan hati dalam mengoksidasikan lemak menurun, menimbulkan
kanker dan hipertensi.
6. Shabu-shabu.
Shabu-shabu adalah sebutan untuk zat atau bahan methamphetamine. Obat ini dapat
ditemukan dalam kristal, tidak mempunyai warna ataupun bau. Shabu-shabu dikenal juga
dengan istilah ice yang mempunyai pengaruh kuat terhadap syaraf. Pengguna shabu-
shabu akan memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada obat ini dan akan
berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau bahkan kematian. Efek yang
dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan shabu-shabu ini adalah impotensi, halusinasi,
kerusakan pada anggota tubuh, seperti pada hati, lambung, jantung, ginjal, sariawan yang
parah, pupil mata yang melebar, tekanan darah naik, keringat berlebih dengan rasa dingin,
mual dan muntah, agitasi psikomotor (hiperaktif triping), bicara melantur, penyimpangan
seks, insomnia, hilang nafsu makan, dan kematian.
7. Ekstasi
Ekstasi merupakan obat bius yang di racik secara ilegal dalam bentuk kapsul dan tablet
yang berisi 3-4 methlyendioksimethamphetamine (MOMA). Ekstasi ini sering digunakan
untuk menahan kantuk hingga dapat membuat tubuh memiliki energi yang melebihi
kemampuan tubuh sebenarnya dan juga bisa mengalami dehidrasi yang tinggi. Efek yang
dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan ekstasi ini adalah hiperaktif, rasa haus yang
sangat, sering pusing, gemetar, detak jantung yang cepat, rasa mual, dan muntah,
kehilangan nafsu makan, mata sayu dan pucat, dehidrasi, mengigil tak terkontrol,
gangguan pada hati, tulang gigi, syaraf dan mata, daya ingat menurun, syaraf mata rusak,
sulit konsentrasi.

9
8. Amphetamine
Amphetamine adalah salah satu obat bius yang dapat ditemukan dalam bentuk pil,
kapsul ataupun bubuk. Obat menstimulasikan mood pengguna menjadi tinggi. Efek yang
dapat ditimbulkan adalah: berat badan menurun, terlihat seperti kurang tidur, tekanan
darah tinggi, detak jantung cepat dan tidak beraturan, mengalami rasa takut, sering
pingsan karena kelelahan, gelisah.
9. Inhalant abuse
Merupakan senyawa organik yang berwujud gas atau zat pelarut yang mudah
menguap. Penggunaan obat ini membuat efek terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan otot-otot, urat syaraf, dan organ tubuh yang dapat menimbulkan
permasalahan sumsum tulang, bahkan dapat menyebabkan mati mendadak yang
disebabkan denyut jantung mendadak menjadi cepat, tidak beraturan dan akhirnya
menjadi gagal jantung. Pengguna obat dikenal dengan sebutan ngelem. Efek yang dapat
ditimbulkan adalah: ingatan dan daya pikir berkurang, mudah mengalami pendarahan dan
luka, kerusakan pada system syaraf utama, hati dan jantung, sakit perut, sakit bila sedang
buang air kecil, otot-otot cepat keram, dan sering batuk.
10. LSD (lysergic acid)
Termasuk dalam golongan halusinongen. Biasa didapatkan dalam bentuk kertas
berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar.
Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul. Cara penggunaannya meletakkan LSD pada
permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudiaan, menghilang setelah 8-12
jam. Efek yang dapat ditimbulkan. terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga
timbul obsesi yang sangat indah dan bahkan menyeramkan dan lamakelamaan
menjadikan penggunaannya menjadi paranoid.

2.3.5. Penyalahgunaan NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA (substance abuse) yaitu pemakaian obat-obatan untuk
sendiri tanpa indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, baik secara teratur atau
berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan. Pada penyalahgunaan ini cenderung
terjadi toleransi tubuh yaitu kecenderungan menambah dosis obat untuk mendapat khasiat

10
yang sama setelah pemakaian berulang. Disamping itu menyebabkan sindroma putus obat
(withdrawal) apabila pemakaian dihentikan (Hawari, 2000).
Dewasa ini ada kecenderungan untuk menyalahgunakan zat ganda (Poly drugs abuser).
Menurut WHO, bahwa ketergantungan obat tidak hanya karena satu sebab melainkan
terdapat berbagai faktor yang saling berinteraksi. Ini adalah gangguan kepribadian
dengan diketahui adanya resiko jangka panjang yang merugikan. Ini adalah manifestasi
upaya mengatasi stress psikis, sosial dan ekonomi, depresi, kecemasan kronis dan
gangguan psikiatri lain. Semua sebagai manifestasi dari perlawanan terhadap nilai sosial
yang konvensional, tekanan sosial budaya dan peran keluarga. (Joewana, 1989).
Berdasarkan DSM-IV-TR, seseorang dapat dikategorikan substance abuse atau
penyalahgunaan bahan, jika dia menunjukkan salah satu dari kerateristik berikut ini :
1. Sering melanggar peraturan atau melalaikan kewajiban (contoh : bolos sekolah)
2. Sering menggunakan obat-obatan pada saat situasi berbahaya ( contoh : menyetir
mobil sambil mabuk)
3. Obat-obatan yang berhubung dengan masalah legal ( contoh : penangkapan karena
perilaku buruk)
4. Terus-menerus menggunakan obat, meskipun ada masalah pribadi atau masalah
sosial yang diakibatkan oleh obat ( contoh : pertengkaran rumah tangga)
(Vanyukov, 2002)

2.3.6. Ketergantungan NAPZA


Ketergantungan zat adalah suatu keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh
adanya interaksi antara organisme hidup dan zat. Kondisi ini memiliki tanda-tanda
tingkah laku yang menimbulkan reaksi tertentu sperti dorongan untuk mempergunakan
obat secara periodik atau kontinu. Apabila pemakaiannya dihentikan atau dikurangi akan
meyebabkan gejala putus zat (withdrawal syndrom). Secara umum dapat dibagi menjadi
tiga golongan :
1. Ketergantungan Primer
Ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi, yang pada umumnya terdapat pada
orang dengan kepribadian yang tidak stabil. Mereka ini sebetulnya dapat digolongkan
orang yang menderita sakit (pasien) namun salah atau tersesat ke Napza dalam upaya

11
mengobati dirinya sendiri yang seharusnya meminta pertolongan ke dokter (psikiater).
Golongan ini memerlukan terapi dan rehabilitasi dan bukannya hukuman.
2. Ketergantungan Reaktif
Yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena dorongan ingin tahu, bujukan dan
rayuan teman, jebakan dan tekanan serta pengaruh teman kelompok sebaya. Mereka ini
sebenarnya merupakan korban. Golongan ini memerlukan terapi dan rehabilitasi
bukannya hukuman.
3. Ketergantungan Simtomatis
Yaitu penyalahgunaan/ketergantungan Napza sebagai salah satu gejala dari tipe
kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi pada orang kempribadian yang
antisosial dan pemakaiaan Napza itu untuk kesenangan semata. (Griswold, 2008)
Seseorang dapat dikategorikan substance dependence atau ketergantungan obat-
obatan jika memenuhi 3 kriteria dari 7 kriteria berikut. Kriteria-kriteria di bawah ini
mempunyai reflek yang mendorong untuk menggunakan obat dan kehilangan kontrol,
antara lain :
a. Selalu memikirkan tentang obat
b. Pemakaian obat secara berlebihan yang tidak disengaja
c. Toleransi
d. Kemunduran
e. Keinginan terus-menerus atau usaha untuk mengontrol penggunaan obat-obatan
f. Tidak melakukan kegiatan sosial
g. Terus memakai obat-obatan, meskipun terkena penyakit yang disebabkan
pemakaian obat-obatan tersebut. (Vanyukov, 2002)

2.3.7. Upaya Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA


Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan
melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA. Upaya ini
dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghambat proses tumbuh
kembang dapat diatasi dengan baik.

12
2. Pencegahan sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi menggunakan
NAPZA.
3. Pencegahan tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.

Yang dilakukan di lingkungan sekolah untuk pencegahan penyalahgunaan NAPZA :


1. Upaya terhadap siswa :
a. Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan
NAPZA
b. Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan NAPZA
di sekolah
c. Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang positif
untuk tetap menghindari dari pemakaian NAPZA dan merokok.
d. Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa (ekstrakurikuler).
e. Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling. Membantu siswa yang telah
menyalahgunakan NAPZA untuk bisa menghentikannya.
f. Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari-hari.
2. Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah :
a. Razia dengan cara sidak
b. Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah
c. Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru
d. Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak
e. Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang sekolah.
3. Upaya untuk membina lingkungan sekolah :
a. Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina hubungan
harmonis antara pendidik dan anak didik
b. Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah
c. Sikap keteladanan guru sangat penting
d. Meningkatkan pengawasan anak mulai dari masuk sampai pulang sekolah

13
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. KERANGKA KONSEP


Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep
dalam penelitian Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa-Siswi MA NW
Temempang Tentang Penyalahgunaan NAPZA dapat digambarkan sebagai berikut :

PENGETAHUAN

PENYALAHGUNAAN
NAPZA

SIKAP

PENGETAHUAN PENYULUHAN PENGETAHUAN

Gambar 1. Kerangka Konsep

3.2. DEFINISI OPERASIONAL


Definisi Operasional : Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui (hasil
tahu) siswa-siswi MA NW Temepang mengenai NAPZA serta penyalahgunaan.
Variabel Penelitian : pengetahuan siswa-siswi sebelum dan sesudah penyuluhan,
sikap siswa-siswi sebelum dan sesudah penyuluhan.
Cara Ukur : Pengukuran dilakukan dengan cara angket
Alat Ukur : Pengukuran dilakukan menggunakan kuesioner melalui pertanyaan
dalam bentuk pertanyaan tertutup. Jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan, 10
pertanyaan tentang pengetahuan dan 5 pernyataan untuk mengetahui sikap.

14
Hasil Ukur : Hasil ukur penilaian pengetahuan berdasarkan skala Thrustone dengan
interval 1-10. Nilai maksimal untuk masing-masing soal adalah 10 dan nilai minimal
adalah 1. Dengan demikian, nilai total maksimal yang diperoleh responden untuk
kategori pengetahuan adalah 100 dan nilai total minimal adalah 10. Tingkat
pengetahuan responden dibedakan menjadi 3 kategori berdasarkan total nilai jawaban
benar dari 10 pertanyaan. Rentang nilai pengetahuan Baik >80, Sedang 60-80,
Kurang <60. Sikap diukur melalui 5 pernyataan dengan memberikan skor terhadap
kuesioner dengan memberikan bobot penilaian untuk soal no. 1,2 dan 4 dengan STS
(sangat tidak setuju) adalah nilai 4 dan sangat setuju adalah 1, sedangkan untuk
pernyataan no. 3 dan 5 diberikan nilai 4 untuk jawaban SS (sangat setuju) dan nilai 1
untuk STS (sangat tidak setuju). Sehingga skor tertinggi yang didapat responden
adalah 20. Sikap diukur menggunakan skala ordi. Berdasarkan jumlah skor yang
diperoleh, maka sikap responden dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu sikap baik
jika responden mendapat skor >75%, sikap sedang jika responden mendapat skor 40-
75% dan sikap kurang jika responden mendapat skor <40%.

15
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 DESAIN PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu
penelitian yang bertujuan mendapatkan informasi mengenai gambaran pengetahuan dan
sikap siswa-siswi MA NW Temempang tentang bahaya penyalahgunaan NAPZA.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional study dimana data
dikumpulkan pada satu waktu tertentu.

4.2 WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN


Penelitian dilakukan pada bulan April 2017. Pengambilan data dilaksanakan pada
tanggal 07 April 2017, bertempat di MA NW Temempang di Kabupaten Sumbawa Barat.

4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


4.3.1 Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi MA NW Temempang pada tahun
2017. Populasi berjumlah 38 orang siswa-siswi kelas X-XII yang terdaftar di MA
tersebut.
4.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi MA NW Temempang.
4.3.2.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1). Kriteria Inklusi
a. Siswa-siswi MA NW Temempang tahun ajaran 2016/2017.
b. Responden bersedia dan menjawab kuesioner dengan lengkap.
2). Kriteria Eksklusi
a. Responden tidak hadir saat penelitian dengan alasan apapun.
b. Responden tidak bersedia mengikuti penelitian ini.

16
4.3.2.2. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi siswa-siswi MA NW
Temempang tahun 2017 yang hadir saat penelitian yang berjumlah 21 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling.

4.4 INSTRUMEN PENELITIAN


Metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden pada penelitian
ini adalah dengan cara pengisian kuesioner. Kuesioner tersebut dibagikan kepada siswa-
siswi sebelum dan sesudah penyuluhan.

4.5 METODE PENGUMPULAN DATA


Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, dimana data
primer tersebut didapat langsung dari responden. Pengumpulan data akan dilakukan
dengan metode wawancara dengan instrument berbentuk kuesioner sebelum dan sesudah
penyuluhan tentang bahaya penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA.

4.6 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu editing, coding, entry,
cleaning data, dan saving. Langkah pertama editing, dilakukan untuk memeriksa
ketepatan dan kelengkapan data. Langkah kedua, coding, data yang telah terkumpul
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan computer.
Selanjutnya, entry, data dimasukkan ke dalam program dan kemudian cleaning data yaitu
seluruh data diperiksa untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data.
Terakhir, saving, data disimpan dan siap dianalisa. Semua data yang telah dikumpulkan,
dicatat, dan dikelompokkan kemudian diolah menggunakan program Microsof Excel
sesuai dengan tujuan penelitian.

17
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di MA NW Temempang. MA ini berada di pusat kota
yang bertempat di Jalan KH. Ahmad Dahlan Temempang Taliwang. Kelas yang menjadi
sampel dalam penelitian ini terdiri atas kelas 1, kelas 2 dan kelas 3.
Keadaan Sekolah :
A. Keadaan Umum
1. Nama Madrasah : MA NW Temempang
2. Nomor Pokok Sekolah Nasional (NSPN) : 50219798
3. Nomor Statistik Madrasah (NSM) :13125207 0002
4. Status Madrasah : Swasta
5. Alamat Madrasah
- Jalan : KH. Ahmad Dahlan Temempang
- RT/RW : 01/06
- Kelurahan : Bugis
- No. Telp/HP : 081 944 915 023 / 085 205 068 538
6. Kecamatan : Taliwang
7. Kabupaten : Sumbawa Barat
8. Provinsi : Nusa Tenggara Barat
9. Kode pos :84355
10. Penyelenggara :Yayasan Pontren Nurul Iman NW
Temempang
11. Dibuka Tahun : 2008
12. SK Pendirian Madrasah : Kw. 19.1/2/1018/2010
-Nomor : D/Kw/MA/14/2010
- Tanggal : 09 Oktober 2014
13. SK Penegerian :-
14. Jabatan Kepala Madrasah : Supardi, S. Pd.I

18
- Nomor SK :32/SKPT/YPP-NI.NW/07.13/VIII/2014
- Tanggal : 20 Juli 2014
15. SK Akreditasi
- Nomor SK : 246A/BAP-SM/KP/XII/2015
- Tanggal : 26 Desember 2015
- Nilai : 61
16. Kurikulum : K13 dan KTSP

B. DATA KBM, KETENAGAAN, SARANA DAN PRASARANA


1. Jumlah Murid
- Laki-laki : 17
- Perempuan : 21
Jumlah : 38
2. Jumlah Guru dan Pegawai
- Guru Tetap Yayasan :L :8 P :11
- Guru Kontrak :L :- P :-
-Guru Tidak Tetap :L :3 P :-
- Pegawai Tetap :L :3 P :3
- Pegawai Kontrak :L :- P :-
- Pegawai Tidak Tetap :L :- P :-
3. Jumlah Guru dan Pegawai Menurut Status
- Guru PNS :L :- P :-
- Guru Non PNS :L : 11 P : 11
- Pegawai PNS :L :- P :-
- Pegawai Non PNS :L :3 P :3
4. Jumlah Guru dan Pegawai Menurut Golongan
- Guru
Golongan II :L :- P :-
Golongan III :L :- P :-
Golongan IV :L :- P :-
- Pegawai

19
Golongan II :L :- P :-
Golongan III :L :- P :-
Golongan IV :L :- P :-
5. Sarana dan Prasarana
- Luas Lahan Madrasah : 6000 m
- Luas Bangunan : 243
- Luas Halaman : 5757
- Sertifikat Tanah :B
Nomor : 230403071468
- Status Tanah : Milik Sendiri
- Status Gedung
- Keadaan Gedung Madrasah : Rusak ringan
- Jumlah Ruang Belajar :3
- Jumlah Ruang Lain :2

5.2. DESKRIPSI KARAKTERISTIK RESPONDEN


Tabel 5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 9 42,9%
Perempuan 12 57,1%
Total 21 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden terbanyak adalah
perempuan sebanyak 12 orang (57,1%) sedangkan responden laki-laki sebanyak 9 orang
(42,9%).

20
Tabel 5.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Rentang Usia
Rentang Usia Jumlah Persentase
<17 11 52,4%
17-18 7 33,3%
>18 3 14,3%
Total 21 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rentang usia responden terbanyak adalah pada <
17 tahun yaitu sebanyak 11 orang (52,4%), diikuti usia 17-18 tahun sebanyak 7 orang
(33,3%), usia >18 tahun sebanyak 3 orang (14,3%).

Tabel 5.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua


PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE
Petani 14 66,7%
Buruh 5 23,8%
Wiraswasta 2 9,5%
Total 21 100%

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pekerjaan orang tua responden terbanyak
adalah sebagai petani yakni sebanyak 66,7%, diikuti dengan pekerjaan sebagai buruh
sebanyak 23,8% dan pekerjaan orang tua responden sebagai wiraswasta sebanyak 9,5%.

21
Tabel 5.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua
Pendidikan Jumlah Persentase
Tidak tamat SD 2 9,5%
SD 15 71,4%
SMP 3 14,3%
SMA 1 4,8%
Total 21 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah
SD yaitu sebanyak 71,4%, diikuti SMP sebanyak 14,3%, kemudian tidak tamat SD
sebanyak 9,5% dan terakhir responden dengan pendidikan SMA sebanyak 4,8%.

5.3. PENGETAHUAN RESPONDEN


Tabel 5.3.1 Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Tingkat Pengetahuan N %
Sebelum Penyuluhan
Baik 3 14.3%
Sedang 17 80.9%
Kurang 1 4.8%
Total 21 100%
Sesudah Penyuluhan
Baik 8 38.1%
Sedang 13 61.9%
Kurang 0 0%
Total 21 100%

22
Tabel 5.3.2 Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Sikap N %
Sebelum Penyuluhan
Baik 7 33.3%
Sedang 14 66.7%
Kurang 0 0%
Total 21 100%
Sesudah Penyuluhan
Baik 8 38.1%
Sedang 13 61.9%
Kurang 0 0%
Total 21 100%

23
BAB VI
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MA NW Temempang, diperoleh


data dari pengisian kuesioner kepada 21 responden. Pembagian kuesioner dilakukan dua kali,
yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan tentang penyalahgunaan NAPZA.

6.1. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Penyuluhan


Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pengetahuan responden sebelum penyuluhan
ialah 14.3% baik, 80.9% sedang dan 4.8% kurang. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian
besar responden sudah tahu tentang NAPZA. Tetapi walaupun demikian, tingkat pengatahuan
baik belum terlalu besar. Hal ini mungkin disebabkan oleh informasi yang responden dapatkan
hanya sebagian atau setengah-setengah dan mungkin juga karena informasi tersebut sudah lama
mereka dapatkan sehingga sebagian informasi tersebut sudah lupa. Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan hasil penelitian Winasih (2008) yang mendapat 31.65% pengetahuan baik, 60.76% cukup
dan 7.59% kurang.
Adapun untuk pengetahuan responden sesudah penyuluhan didapatkan hasil bahwa
38.1% responden berpengetahuan baik, 61.9% bepengetahuan sedang dan 0 % berpengetahuan
kurang. Hal ini menggambarkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sesudah dilakukan
penyuluhan. Terjadinya peningkatan pengetahuan tersebut disebabkan oleh adanya informasi
yang disampaikan kepada responden melalui penyuluhan dan bisa juga karena ada faktor media
yang digunakan.
Selain itu, peningkatan pengetahuan diduga juga disebabkan oleh faktor dari responden
itu sendiri. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan kondisi responden yang berada dalam
waktu senggang (jam ekstrakurikuler) saat mengikuti penyuluhan tentunya memengaruhi kondisi
responden tersebut. Setelah selesai penyuluhan, dibuka sesi tanya jawab antara responden dan
pemberi penyuluhan sehingga tingkat pemahaman responden terhadap informasi yang
disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Selain itu

24
terdapat beberapa faktor yang memengaruhi pengetahuan seseorang diantaranya adalah
pendidikan, informasi dan pengalaman. Tingkat pendidikan akan memengaruhi persepsi
sesorang lebih mudah menerima ide dan informasi baru. Pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin baik pula orang tersebut dalam menerima informasi. Semakin
banyak seseorang mendapatkan informasi maka orang tersebut juga cenderung lebih banyak
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007).

6.3. Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan


Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan data bahwa responden dengan sikap baik
sebesar 33.3%, sikap sedang 66.7% dan tidak terdapat responden dengan sikap kurang. Hal ini
menggambarkan bahwa responden sudah memiliki sikap yang cukup baik meskipun belum
dilakukan penyuluhan. Hal tersebut mungkin dikarenakan sekolah yang diteliti merupakan
sekolah berbasis agama, yang merupakan salah satu unsur penting yang diperlukan dalam
pembentukan sikap supaya siswa menjauhi NAPZA. Selain itu, hal tersebut juga diduga karena
adanya paradigma dan keyakinan di masyarakat bahwa NAPZA itu berbahaya dan
penggunaannya merupakan perilaku menyimpang,sehingga paradigma dan keyakinan tersebut
memengaruhi sikap responden.
Adapun sikap responden sesudah dilakukan penyuluhan terjadi peningkatan pada
kategori sikap baik menjadi 38.1%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapatkan
oleh Anuar Rasyid (2010), dimana terdapat peningkatan sikap responden pada kategori yang
baik setelah mendapatkan penyuluhan tentang narkoba. Dengan dilakukannya penyuluhan, akan
meningkatkan pengetahuan responden sehingga akan berpengaruh pada sikap yang diambil. Pada
penelitian ini didapatkan peningkatan pengetahuan respondensetelah dilakukan pemberian
informasi melalui penyuluhan. Informasi ini mungkin menimbulkan respon batin dalam bentuk
sikap pada individu tersebut.
Notoatmodjo (2007) juga menjelaskan bahwa terbentuknya perilaku seseorang diawali
dari domain kognitif, yaitu individu tahu terlebih dahulu terhadap stimulus suatu objek, sehingga
akan membentuk pengetahuan. Pengetahuan tersebut akan membentuk respon batin dalam
bentuk sikap dari individu terhadap objek yang diketahuinya.

25
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN
1. Pengetahuan responden sebelum penyuluhan 14.3% pada kategori baik, 80.9% pada
kategori sedang dan 4.8% pada kategori kurang. Pengetahuan responden setelah
dilakukan penyuluhan 38,1% pada kategori baik, 61.9% pada kategori sedang dan
tidak terdapat responden dalam kategori kurang.
2. Terdapat peningkatan gambaran pengetahuan siswa-siswi MA NW Temempang
tentang penyalahgunaan NAPZA setelah dilakukan intervensi penyuluhan.
3. Sikap responden sebelum penyuluhan 33.3% pada kategori baik, 66.7% pada kategori
sedang dan tidak terdapat responden pada kategori kurang. Sikap responden setelah
dilakukan penyuluhan 38.1% pada kategori baik, 61.9% pada kategori sedang dan
tidak terdapat responden pada kategori kurang.
4. Terdapat peningkatan gambaran sikap siswa-siswi MA NW Temempang tentang
penyalahgunaan NAPZA setelah dilakukan intervensi penyuluhan.

7.2 SARAN
Terdapat beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yang
terlibat dalam penelitian ini, yaitu:
1. Diharapkan kepada siswa-siswi agar selalu giat mencari informasi tentang NAPZA
dan bahaya penyalahgunaannya guna menghindari diri dari terjerumus ke dalam
penyalahgunaan NAPZA.
2. Diharapkan kepada MA NW Temempang untuk selalu rutin memberikan penyuluhan
kepada siswa-siswinya serta rutin mengadakan kegiatan positif di lingkungan sekolah
agar pengetahuan dan sikap siswa-siswi tentang NAPZA selalu meningkat ke arah
yang lebih baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Almismary. Tingkat Pengetahuan Cuci Tangan Siswa/I SDN Labuan Lalar Pada Kecamatan
Taliwang: 2016
Biran A, Rabie T, Schmidt W, Juvekar S, Hirve S, and Curtis V (2008). Comparing the
Performance of Indicators of Hand-Washing Practices in Rural Indian Households. Trop Med Int
Hlth. 13 (2):278-285
Curtis, V. and Cairncross, S. (2003) Effect of washing hands with soap on diarrhoea risk in the
community: a systematic review. The Lancet Infectious Diseases, 3(5), pp. 275281.
Depkes RI. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Depkes
RI:2009.
http://fuadbachsin.wordpress.com/2009
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ctps.pdf
Kemeterian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan (Triwulan II),1-39.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mangajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Potter, P.A& Perry, A.G. 2005. Buku Ajar fundamental keperawatan: konse, proses, dan praktik.
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Subea D. (2010). Raih Hidup Sehat Dengan Cuci Tangan Pakai Sabun - Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS). from http://www.depkes.go.id. (15 Desember
2011).Tietjen, Linda dkk. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta

27
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat :
Menyatakan telah benar-benar memahami penjelasan yan g disampaikan
oleh peneliti mengenai penelitian ini. Oleh karena itu, saya menyatakan BERSEDIA menjadi
peserta dalam penelitian ini.
Demikian persetujuan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.

Hormat saya,

( )

28
LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN
GAMABARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI MA NW
TEMEMPANG TENTANG PENYALAHGUNAAN NAPZA TAHUN 2017

No. Responden :
Cara Menjawab Kuesioner :
1. Responden mengisi data pribadi dengan jujur dan lengkap.
2. Responden diwajibkan menjawab semua pertanyaan kuesioner.
3. Bacalah pertanyaan dengan benar dan menjawab dengan memberi tanda checklist ( )
pada jawaban yang anda pilih.
4. Responden dapat bertanya apabila ada pertanyaan yang kurang dimerngerti.

A. Data Responden
Usia :
Kelas :
Pekerjaan orang tua :
Pendidikan orang tua :a.Tidak sekolah / tidak tamat SD
b.SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Perguruan tinggi / Akademi
f. dll, sebutkan . . . . . . . .
B. Pengetahuan
1. Apa singkatan dari NAPZA ?
a. Narkotika, farmakodinamika, dan psikostimultan
b. Narkotika dan obat-obat berbahaya
c. Narkotika, psikotropika dan zat adiktif
d. Narkotika dan obat-obat terlarang

29
2. Mana saja yang termasuk NAPZA di bawah ini ?
a. Obat sakit kepala
b. Jamu-jamuan
c. Alkohol, narkoba dan sabu-sabu
d. Obat suntik
3. Jenis NAPZA yang digunakan seperti rokok :
a. Ganja
b. Lem Aibo
c. Pil koplo
d. Sabu
4. Apa saja bentuk-bentuk NAPZA yang anda ketahui ?
a. Pil/tablet
b. Gas
c. Alkohol
d. Semua Benar
5. Apakah alkohol merupakan salah satu jenis NAPZA ?
a. Ya
b. Bukan
c. Belum pasti
d. Tidak tahu
6. Apa akibat dari penyalahgunaan NAPZA bagi siswa :
a. menambah prestasi
b. mutu pelajaran menurun
c. rajin belajar
d. membuat semangat bersekolah
7. Yang merupakan akibat dari penggunaan sabu adalah :
a. suka menyendiri
b. hiperaktif
c. susah tidur
d. semua jawaban benar

30
8. Pemakai biasanya akan berusaha mendapatkan NAPZA dengan cara dan resiko apapun
karena mengalami sakit yang menyiksa dan sangat ketergantungan merupakan gejala
dari :
a. Putus obat (sakau)
b. Fly
c. Vertigo
d. Historia
9. Bahaya pengunaan NAPZA dalam jangka panjang ?
a. pusing, mual
b. bicara kacau
c. mual
d. kematian
10. penyakit yang bisa diakibatkan oleh pemakaian NAPZA suntik ?
a. Gatal-gatal
b. Demam
c. Muntaber
d. Hepatitis

C. SIKAP
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Menurut saya, orang yang menggunakan NAPZA
harus dikucilkan dari masyarakat
2. Menurut saya, pengguna NAPZA tidak perlu diobati
karena pasti meninggal
3. Saya bersedia mengikuti penyuluhan/seminar tentang
bahaya NAPZA
4. Menurut saya, NAPZA dapat menghilangkan rasa
depresi dan stres
5. Menurut saya, peran yang terpenting dalam mencegah
remaja kepada NAPZA adalah perhatian dan
keterlibatan dari keluarga

31
DOKUMENTASI KEGIATAN

32

Anda mungkin juga menyukai