Anda di halaman 1dari 18

http://duniaperawatduniakami.blogspot.

com/2012/02/hub
ungan-antara-konsumsi-air-berkapur.html
Rabu, 01 Februari 2012
HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI AIR BERKAPUR TERHADAP
ANGKA KEJADIAN BATU GINJAL DI KECAMATAN PATHUK
WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL TAHUN 2012 DIY

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI AIR BERKAPUR


TERHADAP ANGKA KEJADIAN BATU GINJAL
DI KECAMATAN PATHUK WONOSARI
KABUPATEN GUNUNG KIDUL
TAHUN 2012
DIY

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
DWI LISTIYAN (2020091658)
PRIMA AYU CAHYANI (2020091676)
YOGI EKO NUGROHO (2020091694)
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Laporan penelitian ini merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi diploma III
keperawatan, penulis menyadari bahwa sepenuhnya laporan ini dapat tersusun berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Endang Sumirih, Bsc. Spd. M.kes selaku Direktur AKPER Notokusumo Yogyakarta.
2. Bapak Suyamto,A.Kep,MPH selaku pembimbing dari Akper Notokusumo Yogyakarta.
3. Ibu Etik Pratiwi,S.Kep,Ns selaku pembimbing dari Akper Notokusumo Yogyakarta.
4. Bapak Taukhit,S.Kep,Ns selaku pembimbing dari Akper Notokusumo Yogyakarta.
5. Kepada instansi yang telah memberikan bantuan atas terselenggaranya penelitian ini.
6. Dosen dan Karyawan AKPER Notokusumo, yang telah membimbing dan mambantu
penulis selama menjalani perkuliahan.
7. Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan doa dan dukungan kepadaku selama
kuliah sampai selesainya tugas akhir ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir (KTI) ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan dapat dijadikan referensi bagi yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik penulis
harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
daei kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
guna kesempurnaan penulisan laporan ini.

Yogyakarta,

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang meiliki fungsi sangat vital bagi kehidupan
makhluk hidup yang ada di muka bumi. Untuk itu air perlu dilindungi agar dapat tetap
bermanfaat bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa air memiliki peran yang sangat strategis dan harus tetap tersedia dan
lestari. Sehingga mampu mendukung kehidupan dan pelaksanaan pembangunan di masa kini
maupun di masa mendatang. Tanpa adanya air maka kehidupan tidak akan dapat berjalan.
Keberadaan air bersih di daerah perkotaan menjadi sangat penting mengingat aktivitas
kehidupan masyarakat kota yang dinamis. Untuk memeunuhi kebutuhan air bersih penduduk
daerah perkotaan tidak dapat mengandalkan air dari sumber air langsung maupun tidak
langsung dari aktivitas manusia itu sendiri. Air tanah merupakan salah satu alternatif untuk
memenuhikebutuhan tersebut, tetapi mempunyai keterbatasan baik secara kualitas maupun
kuantitas. Selain itu pengambilan air tanah secara berlebihan tanpa mempertimbangkan
kesetimbangan air tanah akan memberikan dampak lain seperti penurunan muka tanah, intrusi
air laut dan lain-lain.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan air semakin meningkat tajam.
Kawasan perkotaan dengan tingkat pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk
yang tinggi. Air bersih merupakan barang yang langka dan mahal. Karena selain disebabkan
oleh semakin tingginya kebutuhan akan air juga terjadi penurunan kualitas dan kuantitas air.
Melihat besarnya peran dan fungsi air bersih serta untuk mengantisipasi semakin tingginya
kebutuhan air khususnya air bersih di kawasan perkotaan, maka perencanaan sistem air bersih
harus mendapat perhatian yang serius. Karena perencanaan sistem air bersih merupakan salah
satu faktor utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di kawasan perkotaan. Pada saat ini
dipastikan kinerja pelayanan air bersih dikawasan perkotaan masih sangat kurang terutama di
kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil. Contohnya pelanggan air minum
perkotaan di Indonesia baru mampu dilayani sebanyak 50% kebutuhan air bersih penduduk
Indonesia (Dirjen Karya, DPU,1998).
Tujuan dari sistem penyediaan air bersih adalah menyediakan jumlah air bersih yang cukup
untuk kebutuhan masyarakat sesuai tingkat kemajuan dan perkembangan daerah pelayanan.
Kebutuhan air untuk setiap aktivitas dapat berbeda-beda antara lain penyediaan air untuk
kebutuhan domestik, kebutuhan industri, perdagangan dan kebutuhan non domestik
(Soemarwoto,1991). Air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan salah satu kebutuhan
utama masyarakat di daerah perkotaan.
Melihat besarnya peran air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari misalnya minum,
mandi dan keperluan mencuci pakaian dan peralatan dapur harus memenuhi syarat kesehatan.
Air yang mengandung bakteri patogen atau zat-zat terlarut lainnya dapat berakibat langsung
pada kesehatan. Hal ini dapat terjadi bila sanitasi lingkungan kurang baik. Bila air tanah dan
air permukaan tercemar kotoran,maka akan tersebar ke sumber air yang dipakai keperluan
rumah tangga. Air juga dapat dicemari oleh logam-logam berat yang bersifat racun atau
karena kandungan ion besi dan mangan yang tinggi, sebagaimana itu terjadi pada sebagian
besar wilayah.
Berkaitan dengan air, masalah yang sering dihadapi oleh manusia adalah menemukan air
yang bersih. Sungai-sungai yang ada di sekitar kita saat ini sudah benar-benar
tercemar,apalagi mungkin di daerah metropolitan seperti Jakarta. Pemerintah telah membuat
suatu lembaga PDAM sebagai penyedia air bersih untuk masyarakat Indonesia. Namun, tidak
semua masyarakat Indonesia menguunakan layanan PDAM untuk mendapatkan air bersih.
Sebagian besar menggunakan sumur untuk mendapatkan air bersih tersebut. Banyak sekali
sekarang ini masyarakat yang membuat sumur bor untuk mendapatkan air bersih untuk
kehidupan sehari-hari, disamping itu ada juga yang masih menggunakan sumur biasa.
Hal itu berdampak bagi kesehatan penggunanya. Hal itu akan berpengaruh timbulnya
penyakit kanker, serangan jantung serta stroke bagi warga yang mengkonsumsi air sumur
yang terdeteksi mengandung kapur dan zat besi. Dijelaskan, jika tidak diatasai masyarakat
yang mengkonsumsi air itu perlahan akan melemah. Apalagi saat musim kemarau. Kadarnya
semakin tinggi, karena telah terjadi pendangkalan air. Tanda air mengandung kapur adalah
jika air tersebut dimasak akan menimbulkan kerak berwarna putih pada dinding panci, dan
rasanya sedikit pahit. Makanan yang kita makan dapat terkontaminasi akibat peralatan dapur
makan yag di cuci dengan air tercemar. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari harus dilakukan pengolahan air terlebih dahulu agar dapat memenuhi syarat
kesehatan.
Air yang mengandung zat kapur bisa terdapat pada air pegunungan dan air sumur/sumur bor.
Penggunaan air yang berkualitas kurang baik seperti air yang mengandung kapur jika
dikonsumsi dalam jangka pendek , dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus dan
disentri. Sedangkan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang,
kerusakan gigi, kerusakn ginjal dan hati. Penggunaan air yang kurang berkualitas untuk
keperluan mandi maupun mencuci juga dapat berakibat langsung pada kesehatan mata dan
kulit. Kuman kudis, kurap dan borok dapat mudah disebarkan melalui air. Penyakit mata juga
mudah ditularkan lewat air.
Tetapi perilaku penderita batu ginjal dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap tentang
pencegahan batu ginjal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Mubarak dkk, 2006). Menurut Mustaida. (2000) terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan masyarakat tentang konsumsi air berkapur dengan terkontrolnya angka kejadian
batu ginjal. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan mengarah pada kemajuan
berfikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga akan berpengaruh terhadap
terkontrolnya angka kejadian batu ginjal.
Masyarakat di Kecamatan Pathuk Wonosari menggunakan air untuk kehidupan sehari-hari
diperoleh dari sumber air yaitu mata air mbelik, sumur bor, dan PDAM. Namun, tidak semua
masyarakat Pathuk Wonosari menggunakan layanan PDAM untuk mendapatkn air bersih.
Sebagian besar menggunakan sumur untuk mendapatkan air bersih tersebut. Banyak sekali
sekarang ini masyarakat yang membuat sumur bor untuk mendapatkan air bersih untuk
kehidupan sehari-hari, di samping ada juga yang masih menggunakan sumur biasa. Sekitar 90
persen sumur yang ada ternyata mengandung zat besi dan kapur. Hal itu berdampak bagi
kesehatan penggunanya.
Melihat banyaknya masyarakat yang beresiko dan angka kejadian batu ginjal di Kecamatan
Pathuk Wonosari mencapai 864 orang dari 33.768 orang. Banyak keluhan yang sering
muncul dari masyarakat, air saat diminum terasa tidak segar dan berakibat terasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Ada beberapa keluhan gejala batu ginjal oleh masyarakat Pathuk
Wonosari diantaranya, pegal-pegal atau nyeri pada pinggang yang dapat menjalar keperut
bagian depan, lipat paha hingga kemaluan. Buang air kecil berpasir,buang air kecil
berdarah,nyeri pada saat buang air kecil dan kadang-kadang disertai demam.
Faktor Geografi yang mempengaruhi pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian
batu ginjal lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu). Contohnya adalah bila di suatu wilayah airnya banyak mengandung zat kapur
maka setiap hari air yang dikonsumsi mengandung zat kapur (Sutopo, 2008).
Melihat begitu bahayanya mengkonsumsi air yang mengandung kapur sebagai salah satu
faktor risiko terjadinya berbagai macam penyakit, maka penulis tertarik untuk meneliti dan
mengetahui hubungan antara konsumsi air berkapur terhadap angka kejadian batu ginjal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah :
Adakah hubungan antara konsumsi air berkapur terhadap angka kejadian batu saluran kemih
di kecamatan Pathuk Wonosari Kabupaten Gunung Kidul 2012?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Mengetahui hubungan antara konsumsi air berkapur terhadap angka kejadian batu saluran
kemih
2. Tujuan khusus :
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Mengetahui pengertian air
b. Mengetahui jenis-jenis air yang mengandung kapur
c. Mengetahui dampak dari mengkonsumsi air sumur yang mengandung kapur

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan keperawatan,
khususnya masalah keperawatan komunitas terkait program pendidikan dan penatalaksanaan
pentingnya air bersih bagi kehidupan di masyarakat.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi Profesi Perawat
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi perawat dalam
memberikan promosi kesehatan terkait penatalaksanaan pentingnya air bersih di masyarakat.
b. Bagi Institusi Puskesmas
Dapat memperoleh gambaran tentang tingkat pengetahuan konsumsi air berkapur, sikap dan
perilaku pencegahan batu saluran kemih pada keluarga, sebagai bahan masukan untuk
membuat kebijakan atau program terkait penanganan dan pencegahan batu saluran kemih di
masyarakat.
c. Bagi Masyarakat
Bagi subjek yang diteliti sebagai motivasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
pengetahuan dan perilaku pencegahan komplikasi batu ginjal sehingga dapat
mengaplikasikannya.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menambah pengatahuan dan wawasan dalam hal
penanganan penyakit batu saluran kemih, serta memperoleh pengalaman dalam penyusunan
karya tulis ilmiah.
e. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai bahan pemerintah dalam
menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan masalah perairan yang terjadi di daerah-
daerah Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi
agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang
lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,
dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus ditanam pada
segenap pengguna air (Effendi, 2003).

a. Syarat-Syarat Air Minum


Menurut Sutrisno (2007), dari segi kualitas air minum harus memenuhi:
1) Syarat Fisik
a) Air tidak boleh berbau
Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat.
Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya, bau amis dapat
disebabkan oleh tumbuhnya Algae.
b) Air tidak boleh berasa
Air minum biasanya tidak memberi rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa
logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pada penyebab
timbulnya bau tersebut.
c) Air tidak boleh berwarna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.
d) Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan tanaman dan
hewan. Buangan industri juga dapat menyebabkan kekeruhan. Zat organik dapat
menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembang biakannya.
e) Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk 250C) agar:
(1) Tidak terjadi pelarutan kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat
membahayakan kesehatan
(2) Menghambat reaksi-reaksi biokimia didalam saluran/pipa
(3) Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak
(4) Bila diminum air dapat menghilangkan dahaga.
f) Jumlah zat padat terlarut (TDS)
TDS biasanya terdiri dari zat organik, garam anorganik dan gas terlarut. Bila TDS
bertambah maka kesadahan juga akan naik pula.
2) Syarat Kimia
Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu
dalam jumlah melampui batas yang telah ditentukan.
3) Syarat Bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) dan tidak
boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah
ditentukan yaitu 1 Coli/100 ml air.
Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar (feaces) dan tanah. Bakteri patogen
yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:
a) Bakteri typshum
b) Vibrio colereae
c) Bakteri dysentriae
d) Entamoeba histolyhes
e) Bakteri enteritis (penyakit perut)
Air yang mengandung Coli dianggap telah terkontaminasi (tercemar) dengan kotoran
manusia.

b. Kesadahan
Istilah kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan
magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen (setara) kalsium karbonat.
Air sadah adalah air yang mengandung beberapa jenis mineral yaitu Ca, Mg, Sr, Fe
dan Mn yang konsentrasinya tinggi sehingga mengakibatkan air menjadi keruh dan
dapat mengurangi daya kerja sabun serta menimbulkan kerak pada dasar ketel.
Kesadahan air dikenal dengan nama kekerasan air (hard water).
Menurut Gabriel (2001), berdasarkan kadar kalsium di dalam air maka tingkat
kesadahan air digolongkan dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
1) Kadar CaCO3 terdapat dalam air 0-75 mg/l disebut air lunak (soft water)
2) Kadar CaCO3 terdapat dalam air 75-150 mg/l disebut moderately hard water
3) Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water
4) Kadar CaCO3 terdapat dalam air 300 mg/l ke atas disebut very hard water
Menurut Gaman (1992), berdasarkan kandungan mineral maka kesadahan air dibagi
dalam 2 (dua) golongan yaitu:
1) Kesadahan air sementara/temporer disebut pula kesadahan karbonat.
Air disebut mempunyai kesadahan sementara apabila kesadahannya dapat dihilangkan
dengan pendidihan, mengandung kalsium dam magnesium bikarbonat. Air dengan
tipe ini terdapat di daerah berkapur. Sejumlah kecil karbon dioksidasi terlarut dalam
air hujan membentuk asam lemah yaitu asam bikarbonat. Asam karbonat secara
perlahan-lahan melarutkan kalsium karbonat membentuk kalsium bikarbonat yang
larut.
2) Kesadahan air tetap/permanen disebut pula kesadahan non karbonat.
Air dengan kesadahan tetap mengandung sulfat dan klorida kalsium dan magnesium
yang terlarut dalam air hujan yang lewat menerobos batu-batuan yang mengandung
garam-garam tersebut.

c. Kesadahan Air Penyeduh


Air merupakan komponen terbesar dalam produk minuman. Peranannya terhadap
produk yang dihasilkan adalah sangat besar. Dengan demikian, perlu pertimbangan
yang matang dalam memilih jenis air yang sesuai untuk menghasilkan produk yang
baik tidak terkecuali dalam menyeduh teh.
Kualitas air secara kimia ditentukan oleh pH dan kandungan garam-garam terlarut.
Kandungan garam-garam terlarut akan mempengaruhi sifat kesadahan dan daya
ekstraksi air.
Pengaruh air terhadap warna dan rasa seduhan teh dihubungkan dengan kemampuan
air untuk mengekstraksi komponen teh terutama katekin pada teh hijau. Kemampuan
air untuk mengekstraksi akan berkurang bila kandungan zat terlarutnya tinggi. Jika air
yang digunakan untuk menyeduh teh bersifat sadah sementara, maka Ca(HCO3)2 dan
Mg(HCO3)2 akan bereaksi dengan asam dan membentuk garam-garam Ca dan Mg
dengan melepaskan CO2 sehingga warna seduhan menjadi gelap.
Air yang bersifat basa atau mengandung besi dalam jumlah tertentu akan memberikan
warna seduhan teh yang gelap dan suram. Komponen kimia teh lebih cepat larut
dalam air lunak dibandingkan dengan air yang bersifat sadah (Anonim, 2008).

d. Metode Penghilangan Kesadahan Air


1) Pendidihan
Jika air dididihkan, hanya kesadahan sementara yang dapat dihilangkan. Bikarbonat
dipecah menjadi karbonat, air dan karbon dioksida.
2) Penambahan kapur mati
Kapur mati (kalsium hidroksida) juga hanya memisahkan kesadahan sementara.
Kapur harus ditambahkan pada jumlah yang telah diperhitungkan sehingga kapur
tersebut hanya cukup untuk menetralkan bikarbonat.
3) Penambahan soda pencuci
Metoda ini menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Soda pencuci
(natrium karbonat) bereaksi dengan garam kalsium dan magnesium dalam air sadah
membentuk garam natrium yang larut dengan garam kalsium dan magnesium yang
tidak larut yang tertinggal sebagai endapan.

e. Proses pertukaran ion


Metoda ini digunakan dalam rumah tangga dan industri untuk menghilangkan kedua
tipe kesadahan. Proses ini meliputi penggunaan resin alami dan resin buatan seperti
permutit dan zeolit. Air sadah dilewatkan melalui kolom yang diisi resin dan ion-ion
kalsium dan magnesium dalam air ditukar dengan ion natrium dalam resin. Resin
diregenerasi dengan dialiri larutan garam pekat (natrium klorida). Hal ini akan
mengisi ion natrium lagi (Gaman, 1992).

f. Penentuan Kesadahan Air


Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap
semua kation tersebut.
Pada penentuan kesadahan air, diperlukan modifikasi dari cara titrasi larutan Mg-Ca
murni, karena dalam air sering dijumpai pengotoran oleh ion besi dan logam-logam
lain. Penggunaan indikator Eriochrome Black T atau Calmagit akan terjadi indikator
oleh ion besi karena bereaksi secara. Oleh sebab itu, penambahan buffer pH 10
jumlah molekul EDTA dapat membuat pasangan kimiawi dengan ion-ion kesadahan
dan beberapa jenis ion lainnya. Pasangan tersebut lebih kuat dari pada hubungan
antara indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu, pada pH 10 jumlah
molekul EDTA yang ditambahkan sebagai titran sama (ekuivalen) dengan jumlah ion-
ion kesadahan dalam sampel, dan molekul indikator terlepas dari ion kesadahan
(Santika, 1984).

g. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan


Menurut Soemirat (2002), secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung.
1) Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan
air yang dapat meningkatkan atau pun menurunkan kesejahteraan masyarakat.
Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri,
untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sebaliknya pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat.
2) Pengaruh Langsung
Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit seperti :
Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat badan. Air
terdapat di seluruh badan, di tulang terdapat air sebanyak 22 % berat tulang, di darah
dan ginjal sebanyak 83 %. Kehilangan air untuk 15 % dari berat badan dapat
mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1,5 2
liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu
ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya
kristalisasi unsur unsur yang ada di dalam cairan tubuh. (Soemirat, 2002).

2. Pengertian Air berkapur/ Kalsium hidroksida


Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia Ca(OH)2. Kalsium
hidroksida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk putih. Kalsium hidroksida
dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air. Senyawa ini juga dapat
dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran larutan kalsium klorida
(CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH). (Gabriel.2005)
Kapur adalah sebuah benda putih dan halus terbuat dari batu sedimen, membentuk
bebatuan yang terdiri dari mineral kalsium. Kapur biasanya terbentuk di dalam laut
dengan kondisi bebatuan yang mengandung lempengan kalsium plates (coccoliths)
yang dibentuk oleh mikroorganisme coccolithophores. Biasanya lazim ditemukan
pada batu api dan chert yang terdapat dalam kapur. Batu kapur (gamping) dapat
terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik atau secara kimia.
Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini
berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat
berwarna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung
keberadaan mineral pengotornya. (Gaman.2005)
Air yang terlalu banyak mengandung kapur, biasanya bersifat basa (Ph lebih dari 8).
Menurut standar Keputusan Menteri Kesehatan RI, air minum tidak boleh mempunyai
Ph lebih dari 8,5 karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Tanda air yang
mengandung kapur adalah jika air tersebut dimasak, maka akan menimbulkan kerak
berwarna putih pada dinding panci, dan rasanya sedikit pahit.
Air yang mengandung zat kapur bisa terdapat pada air pegunungan dan air
sumur/sumur bor. Air sumur termasuk air yang banyak digunakan masyarakat
Indonesia untuk keperluan sehari-hari mereka. Namun, banyak dari air sumur itu yang
mengandung zat besi dan kapur. Hal itu berdampak bagi kesehatan penggunanya.
Penggunaan air yang berkualitas kurang baik seperti air yang mengandung kapur jika
dikonsumsi dalam jangka pendek, dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera, tipus
dan disentri. Sedangkan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit keropos
tulang, kerusakan gigi, kerusakan ginjal, kandung kemih, hati dan kerontokan rambut.
Dan pada tingkat kronis dapat menyebabkan sakit kanker.
Air yang biasa digunakan untuk mencuci dan mandi menyebabkan sabun sukar/tidak
berbuih dan dapat berakibat langsung pada kesehatan mata dan kulit, seperti sakit
kurap dan lainnya. Penyakit mata juga mudah ditularkan lewat air.
Solusi untuk menurunkan kandungan zat kapur tinggi dalam air adalah dengan
menggunakan Resin Softener yang jumlah atau (berat) resinnya harus disesuaikan
dengan tingkat tingginya kandungan kapur itu sendiri. Solusi lainnya adalah dengan
menggunakan Water Treatment System.
Water Treatment System adalah produk yang kami tawarkan untuk menanggulangi
masalah air di tempat Anda. Keuntungan dari produk ini adalah:
1) Gabungan antara Teknologi makro filtrasi dan mikro filtrasi sebagai solusi efektif
untuk menghadapi permasalahan air seperti : air kotor dan berpasir, air berwarna
kuning dan keruh, air berbau, air dengan kandungan logam yang tinggi (besi, mangan,
chlor, kapur, nitrat dan lainnya).
2) Sistem operasional beserta perawatan sangat mudah dan praktis. Juga tersedia
system backwash dan flushing untuk memperpanjang masa pakai filter.
3) High Quality filter material untuk memastikan air yang dihasilkan benar-benar
bersih dan layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Kandungan zat kapur dalam air yang masih dalam standar kelayakan air minum
maksimal sebanyak 500 mg/l. Konsumsi air berkapur melebihi standar kelayakan air
minum dalam jangka waktu lama akan menumpuk zat kapur di dalam tubuh. Kondisi
ini bisa menyebabkan penyakit batu ginjal.

3. Batu Ginjal
a. Definisi
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis atau calyces
ginjal atau di saluran kemih. (Pratomo.2007)
Batu didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan biasa menyebabkan nyeri, pendarahan
aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun
di dalam kandung kemih (batu kandung kemih) atau terbentuk di sepanjang saluran
kemih yaitu, ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra . Proses pembentukan batu ini
disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis) (Rahmawati, 2007).
b. Jenis-jenis Batu Ginjal
Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan zat penyusunnya yang
berbeda-beda Menurut Arimurti (2007), ada 4 jenis utama dari batu ginjal yang
masing-masing cenderung memiliki penyebab yang berbeda, diantaranya:
1) Batu kalsium
Sekitar 75 sampai 85 persen dari batu ginjal adalah batu kalsium. Batu ini biasanya
kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu banyak
didalam urin selain itu jumlah berlebihan vitamin D menyebabkan tubuh terlalu
banyak menyerap kalsium.
2) Batu asam uric
Batu ini terbentuk dari asam uric, produk sampingan dari metabolisme protein.
3) Batu struvite
Mayoritas ditemukan pada wanita, batu struvite biasanya diakibatkan infeksi saluran
kencing kronis, disebabkan bakteri. Batu ini jika membesar akan menyebabkan
kerusakan serius pada ginjal.

4) Batu Cystine
Batu ini mewakili sekitar 1 persen dari batu ginjal. Ditemukan pada orang dengan
kelainan genetik sehingga ginjal kelebihan jumlah asam amino.

c. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran
urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang.
Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu
sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya.

Faktor intrinsik antara lain :


1) Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2) Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1) Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.
2) Iklim dan temperatur
3) Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi.
4) Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5) Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.
6) Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti mengapa
stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan secara pasti.
Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami hipertensi, daya
tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang memungkinkan kenaikan
terjadinya BSK.
7) Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti BSK jarang terjadi
pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang bekerja di kantor dengan
banyak duduk.

8) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik diseluruh
tubuh maupun di bagian tertentu. Obesitas dapat ditentukan dengan pengukuran
antropometri seperti IMT, distribusi lemak tubuh/ persen lemak tubuh melalui
pengukuran tebal lemak bawah kulit. Dikatakan obese jika IMT 25 kg/m2. Pada
penelitian kasus batu kalsium oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena
kegemukan. Pada laki-laki yang berat badannya naik 15,9 kg dari berat badan waktu
umur 21 tahun mempunyai RR 1,39. Pada wanita yang berat badannya naik 15,9 kg
dari berat waktu berumur 18 tahun, RR 1,7. Hal ini disebabkan pada orang yang
gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat, oksalat dan kalsium naik19,16.
9) Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang dapat
berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan kuman
pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu dengan adanya
stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal. Tinggi rendahnya pH air
kemih. Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih (
pH 5,2 pada batu kalsium oksalat).
(Pratomo.2008)

d. Manifestasi Klinis
Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi batu bervariasi, rasa sakit
disebabkan oleh obstruksi merupakan gejala utama. Batu ginjal yang besar dengan
permukaan kasar yang masuk ke dalam ureter akan menambah frekuensi dan
memaksa kotraksi ureter secara otomatis. Rasa sakit dimulai dari pinggang bawah
menuju ke pinggul, kemudian ke alat kelamin luar. Intesitas rasa sakit berfluktuasi
dan rasa sakit yang luar biasa merupakan puncak dari kesakitan.

e. Patofisiologis
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada system
kalises ginjal ata buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada saluran kemih merupakan
keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membumtu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada
epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh pH larutan, adanya
koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam
saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu (Rahmawati, 2007).

f. Diagnosis
Batu yang tidak menimbulkan gejala mungkin akan diketahui secara tidak sengaja
pada pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis). Batu yang menyebabkan nyeri
biasanya didiagnosis berdasarkan gejala kolik renalis, disertai dengan adanya nyeri
tekan di punggung dan selangkangan atau nyeri di daerah kemaluan tanpa penyebab
yang jelas. (Pratomo.2008)
Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal
batu yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika
nyeri menetap lebih dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti. Pemeriksaan
tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pengumpulan air kemih
24 jam dan pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat
dan bahan lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu. Rontgen perut bisa
menunjukan adanya batu kalsium dan batu struvit. Pemeriksaan lainnya yang
mungkin perlu dlakukan adalah urografi intravena dan urografi retrograd (Mariani,
2009)

g. Pemeriksaan Fisik
1) Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat,
dan nausea.
2) Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau
dengan hidronefrosis.
3) Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan
retensi urin.
4) Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan
urosepsis.
(Pratomo.2008)

h. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda
untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni. Pada yang
radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu
ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di
depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto
polos sering perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen,
foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di
tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak
berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan
pielografi retrograd. Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin
menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan
kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan
USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen
saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu selama tindakan
pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu. (Pratomo.2008)

2) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat
menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
penyebab batu. (Pratomo.2008)

i. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Farmakologi
a) Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi
simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum
yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.
b) Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk
membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah
ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan
memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
c) Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut,
atau bila cara non-bedah tidak berhasil.
(Pratomo.2008)
2) Penatalaksanaan Non farmakologik
a) Pengenceran air kemih
Terapi terpenting terhadap terbentuknya batu adalah pengenceran air kemih. Air
kemih akan encer apabila dalam waktu 24 jam jumlah air kemih antara 2- 2,5 liter.
Tergantung dari suhu lingkungan dan aktivitas fisik. Biasanya minum antara 2-3 liter
untuk mendapatkan volume tersebut. Pengenceran air kemih harus dilakukan tanpa
mengubah komposisi dari air kemih sehingga ditekankan untuk memilih minuman
dengan pertimbangan jumlah kalorinya:
(1). Jumlah yang diminum 2,5-3 liter per hari dengan air kemih 2,5 liter per hari.
(2). Air yang diminum harus terdistribusi sepanjang hari, minum 2 cangkir setiap 2
jam dan minum sebelum tidur dan setelah buang air kecil.
(3). Jenis minuman yang sesuai fruit tea, herba tea, air mineral bergaram rendah.
(4). Minuman yang kurang sesuai kopi, teh pahit, jus buah yang pekat.
(5). Minuman yang tidak sesuai minuman yang beralkohol, cola, lemon.

b) Perubahan Pola makan


Kebiasaan diet yang tidak sesuai dapat meningkatkan risiko pembentukan batu. Diet
seharusnya terdiri dari bahan-bahan alami yang direkomendasikan adalah buah segar,
sayuran dan selada, lemak nabati dan susu rendah lemak. Sedangkan yang dibatasi
adalah daging, ikan, sosis sebesar 150 gr per hari, sedangkan yang dihindari adalah
lemak dan gula serta garam yang terlalu banyak.

j. Pencegahan
Pencegahan terbentuknya batu ginjal:
1) Mengurangi minuman yang berkalsium tinggi atau minuman bervitamin C tinggi.
Pengkonsumsian yang terlalu sering akan mengakibatkan infeksi pada ginjal dan
menyebabkan batu ginjal.
2) Mengurangi makanan dan minuman bersuplemen
3) Mengurangi makanan yang bisa menyebabkan asam urat seperti jeroan sapi,
kambing dsb. Makanan ini banyak mengandung enzim yang bisa menimbulkan
endapan pada ginjal.
4) Hindari diet ketat. Pada umumnya orang yang menjalankan diet ketat upaya
langsing. Masalahnya diet ketat seperti itu bisa mnimbulkan kristal pada ginjal
5) Perbanyak minum air putih minum 2 liter per hari
6) Hindari menahan kencing terlalu lama
7) Berolahraga secara teratur
8) Mengurangi mengonsunsi vit D secara berlebihan
9) Hindari makanan dengan kadar oksalat, natrium, kalsium yang tinggi dan protein
hewan dengan purin tinggi, karena dapat memicu terbentuknya batu ginjal.

B. Landasan Teori
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi
agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang
lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,
dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus ditanam pada
segenap pengguna air (Effendi, 2003).
Air berkapur/Kalsium hidroksida adalah senyawa kimia dengan rumus kimia
Ca(OH)2. Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tak berwarna atau bubuk putih.
Kalsium hidroksida dihasilkan melalui reaksi kalsium oksida (CaO) dengan air.
Senyawa ini juga dapat dihasilkan dalam bentuk endapan melalui pencampuran
larutan kalsium klorida (CaCl2) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).
(Gabriel.2005)
Air yang terlalu banyak mengandung kapur, biasanya bersifat basah (Ph lebih dari 8).
Menurut standar Keputusan Menteri Kesehatan RI, air minum tidak boleh mempunyai
Ph lebih dari 8,5 karena dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Tanda air yang
mengandung kapur adalah jika air tersebut dimasak, maka akan menimbulkan kerak
berwarna putih pada dinding panci, dan rasanya sedikit pahit.
Air yang mengandung zat kapur bisa terdapat pada air pegunungan dan air
sumur/sumur bor. Air sumur termasuk air yang banyak digunakan masyarakat
Indonesia untuk keperluan sehari-hari mereka. Namun, banyak dari air sumur itu yang
mengandung zat besi dan kapur. Hal itu berdampak bagi kesehatan penggunanya.
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis atau calyces
ginjal atau di saluran kemih. (Pratomo.2007)
Batu didalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih dan biasa menyebabkan nyeri, pendarahan
aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun
di dalam kandung kemih (batu kandung kemih) atau terbentuk di sepanjang saluran
kemih yaitu, ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra . Proses pembentukan batu ini
disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis) (Rahmawati, 2007).

ITS Undergraduate Theses Teknik Lingkungan S1


Posted by aprill@is.its.ac.id at 22/11/2012 13:37:28 62 Views

Share on facebook Share on twitter Share on email Share on print More Sharing Services 0

PENGARUH RESIRKULASI LINDI MENGANDUNG KAPUR [CA(OH)2]


TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH TPA GUNONG MADDAH,
SAMPANG, MADURA

EFFECT OF LEACHATE CONTAINING LIME


RECIRCULATION ON SOLID WASTE DEGRADATION
IN GUNONG MADDAH LANDFILL, SAMPANG,
MADURA
Created by :
RATNANINGRUM, DEWI ( 3308100008 )

Subject: Lindi
Alt. Subject : Leachate

Keyword: resirkulasi lindi


kapur
laju degradasi
sampah

Description:

TPA Gunong Maddah yang merupakan TPA terbesar di Kabupaten Sampang terletak di area
perbukitan yang berada diatas daerah resapan air. Lindi dari TPA ini mengandung zat organik
(BOD dan COD) tinggi serta konsentrasi kapur tinggi yaitu sebesar 200 mg/L. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui pengaruh resirkulasi lindi mengandung kapur terhadap laju
degradasi sampah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 9 reaktor anaerobik yang
terdiri dari 3 reaktor kontrol (R1, R2 dan R6) serta 6 reaktor dengan variasi lapisan batu
kapur berbeda. Ketebalan lapisan batu kapur yaitu 3, 6 dan 10 cm. Debit resirkulasi yang
diberikan yaitu 240 mL/menit dan 480 mL/menit. Resirkulasi dilakukan 30 menit perhari
selama 30 hari. Resirkulasi lindi yang mengandung kapur berpengaruh terhadap kualitas
efluen lindi, produksi gas metan dan laju degradasi sampah. Reaktor dengan hasil terbaik
yaitu dengan debit resirkulasi 240 mL/menit dan ketebalan batu kapur 6 cm. Efisiensi
penurunan BOD dan COD terbesar berturut-turut yaitu 95% dan 96%. Efisiensi penurunan Fe
dan Mn terbesar berturut-turut yaitu 64,39% dan 99%. Yield produksi gas metan terbesar
yaitu 4,84% dan laju degradasi sampah terbesar yaitu 0,108 kg/hari.

Alt. De

scription

The Gunong Maddah landfill which was the largest final disposal area in Sampang regency is
located in the hills area above water absorption area. Leachate from this final disposal area
has high organic matter (BOD and COD) with high concentration of lime (about 200 mg/L).
This research was conducted in order to learn the effect of leachate containing lime
recirculation on solid waste degradation rate. The research conducted by using 9 anaerobic
reactor which consisted of 3 control reactor (R1, R2, R6) and 6 reactor which given variation
in the thickness of limestone liner. The thickness of limestone liner were 3, 6 and 10 cm.
Recirculation inflow rate were 240 mL/minute and 480 mL/minute. The recirculation was
done for 30 minute per day for 30 days. Recirculation of leachate which containing lime
affected the quality of effluent leachate, methane gas yield and solid waste degradation rate.
The reactor which has the best result were the one with thickness of limestone was 6 cm and
240 mL/menit recirculation inflow rate. The highest efficiency of BOD and COD decrease
respectively were 95% and 96%. The highest efficiency of heavy metal (Fe and Mn) decrease
respectively were 64,39% and 99%. The highest methane gas yield was 4,84% and highest
solid waste degradation rate was 0,108 kg/day.

Contributor : 1. IDAA. Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D


Date Create : 25/07/2012

Type : Text

Format : Pdf

Language : Indonesian

Identifier : ITS-Undergraduate-33001120001414

Collection ID : 33001120001414

Call Number : RSL 628.42 Rat p

Source :
Undergraduate Thesis, Environment Engineering, RSL 628.42 Rat p, 2012

Coverage :
ITS Community

Rights :
Copyright @2012 by ITS Library. This publication is protected by copyright and per obtained from the
ITS Library prior to any prohibited reproduction, storage in a re transmission in any form or by any
means, electronic, mechanical, photocopying, reco For information regarding permission(s), write to
ITS Library

Publication URL :
http://digilib.its.ac.id/pengaruh--resirkulasi--lindi--mengandung-kapur--caoh2--terhadap-laju-
degradasi-sampah--tpa--gunong--maddah-sampang-madura-22199.html

[ Free Download - Free for All ]

1. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Cover_id.pdf - 34 KB
2. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Cover_en.pdf - 32 KB
3. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Approval_Sheet.pdf - 127 KB
4. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Abstract_id.pdf - 186 KB
5. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Abstract_en.pdf - 186 KB
6. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Preface.pdf - 186 KB
7. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Table_of_Content.pdf - 188 KB
8. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Tables.pdf - 188 KB
9. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Illustrations.pdf - 187 KB
10. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Biography.pdf - 221 KB
11. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Chapter1.pdf - 220 KB
12. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Conclusion.pdf - 205 KB
13. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Bibliography.pdf - 217 KB

[ FullText Content - Please, register first ]

1. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Chapter2.pdf - 710 KB
2. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Chapter3.pdf - 622 KB
3. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Chapter4.pdf - 1255 KB
4. ITS-Undergraduate-22199-3308100008-Enclosure.pdf - 1432 KB

http://id.wikipedia.org/wiki/Pisang

Halaman ini terakhir diubah pada 10.03, 7 April 2013.

Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi. Bila dibandingkan
dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi, hampir seluruhnya (100
persen) dapat diserap tubuh. Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang mencapai 2
miligram per 100 gram dan seng 0,8 mg. Bandingkan dengan apel, yang hanya mengandung
0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram.

Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu betakaroten, sebesar 45


mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel hanya 15 mg. Pisang juga mengandung
vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoxin).

Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain
berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan
dalam sintetis dan metabolisme protein, khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan
aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran fungsi otak.

Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran
vitamin B6 ini jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai