Anda di halaman 1dari 17

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi

kimia. Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan


dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Elektrokimia secara umum terbagi
dalam dua kelompok, yaitu sel galvani dan sel elektrolisis.

eadaan standar didefinisikan sebagai keadaan pada 25o C (298.15 K),


pada keaktifan satu untuk semua zat dalam sel elektrokimia pada sel
dengan arus nol pada tekanan 1 bar (105 Pa). Untuk reaksi yang
melibatkan ion H+, keadaan standar adalah pH = 0 (sekitar konsentrasi
asam 1 molar).
Dalam kasus elektrode hidrogen digunakan sebagai potensial elektrode
standar, gas hidrogen 1 atm (aH2 = 1) dikontakkan perlahan dengan
elektroda platinum-hitam yang dibenamkan dalam larutan asam kuat
dengan keaktifan, aH+ = 1. Potentialnya diungkapkan sebagai:

dan menurut definisi E0 = 0 dalam keadaan standar. Elektroda


hidrogen dalam keadaan standar disebut sebagai elektrode hidrogen
standar atau NHE. Walaupun potensial reduksi biasanya diungkapkan
dengan rujukan NHE standar, elektrode hidrogen sukar ditangani.
Oleh karena itu elektrode kalomel jenuh atau Ag/AgCl digunakan
sebagai elektroda rujukan untuk pengukuran elektrokimia sehari-hari
dan potensial percobaan diukur terhadap elektroda ini atau dikonversi
pada nilai NHE. Bila nilai NHE diset menjadi 0, nilai SCE 0.242 V, dan
Ag/AgCl adalah 0.199 V.
Reaksi redoks terjadi hanya bila pasangan redoks ada dan reaktannya
dapat berupa oksidator atau reduktor bergantung pasangan reaksinya.
Kemampuan relatif redoksnya dapat diungkapkan secara numerik
dengan memberikan potensial reduksi setengah reaksinya, E0 (Tabel
3.1). Perubahan energi bebas reaksi berhubungan dengan E0,
n adalah jumlah elektron yang diserahterimakan dan f adalah
konstanta Faraday, 96500 C.mol-1.

Misalnya, untuk dua reaksi

Tidak berlangsung bebas, tetapi bila H+ (aq) dan Zn(s) ada, reaksi
redoks akan berlangsung. Persamaan yang menyatakan reaksi yang
berlangsung didapat bila reaksi ke-2 dikurangi dengan persamaan
reaksi pertama

Perubahan energi bebas reaksi redoks keseluruhan adalah selisih


perubahan energi masing-masing setengah reaksi.

Karena setengah sel pada dasarnya hanya imajiner dan umumnya


digunakan sebagai pasangan, perubahan energi bebas G01 untuk
H+ diset 0. Dalam hal ini karena didapat hasil percobaan G0 sebesar
-147 kJ, maka G02 bernilai 147 kJ. Potensial E0 yang berkaitan
dengan G0setengah reaksi disebut potensial reduksi standar.
Maka

Potensial standar berbagai setengah reaksi ditentukan dengan


menggunakan prosedur yang mirip dengan yang disebutkan tadi
(Tabel 3.1). E0 reaksi redoks dapat dihitung dengan
mengkombinasikan E0 setengah reaksi ini.
Bila E0 reaksi redoks positif, G0 bernilai negatif dan reaksi
berlangsung spontan. Akibatnya selain menggunakan perubahan
energi bebas potensial reduksi juga dapat digunakan untuk
menentukan kespontanan reaksi. Semakin besar potensial reduksi
semakin kuat kemampuan oksidasinya. Nilai positif atau negatif
berdasarkan nilai potensial reduksi proton adalah 0, dan harus
dipahami bahwa nilai positif tidak harus berarti mengoksidasi, dan nilai
negatif bukan berarti mereduksi. Deretan yang disusun berdasarkan
kekuatan redoks disebut deret elektrokimia.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/reaksi-anorganik/elektrokimia/

Deret elektrokimia atau deret Volta adalah urutan logam-


logam (ditambah hidrogen) berdasarkan kenaikan potensial elektrode
standarnya.[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]
Umumnya deret volta yang sering dipakai adalah adalah:
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au
Pada Deret Volta, unsur logam dengan potensial elektrode lebih negatif
ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial elektrode yang
lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka

Logam semakin reaktif (semakin mudah melepas


elektron)
Logam merupakan reduktor yang semakin kuat
(semakin mudah mengalami oksidasi)

Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret tersebut,


maka

Logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas


elektron)
Logam merupakan oksidator yang semakin kuat
(semakin mudah mengalami reduksi)

Salah satu metode untuk mencegah korosi antara lain dengan


menghubungkan logam (misalnya besi) dengan logam yang letaknya lebih kiri
dari logam tersebut dalam deret volta (misalnya magnesium) sehingga logam
yang mempunyai potensial elektrode yang lebih negatif lah yang akan
mengalami oksidasi. Metode pencegahan karat seperti ini disebut
perlindungan katodik. Contoh lain dari perlindungan katodik adalah pipa besi,
tiang telepon, dan berbagai barang lain yang dilapisi dengan zink, atau
disebut Galvanisasi. Zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun
lapisannya tidak utuh. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif
daripada zink (posisinya dalam deret Volta lebih ke kanan), maka besi yang
kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai
katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi.
Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan
karat.
Larutan garam suatu logam yang berada di bagian kiri dapat bereaksi dengan
logam yang berada di bagian kanan. Contohnya larutan FeCl3(feri chloride)
boleh mengikis Cu (copper / tembaga).
http://id.wikipedia.org/wiki/Deret_elektrokimia
SEL ELEKTROKIMIA
1. Sel Volta/Galvani

1. terjadi penubahan : energi kimia energi listrik


2. anode = elektroda negatif (-)
3. katoda = elektroda positif (+)

2. Sel Elektrolisis

1. terjadi perubahan : energi listrik energi kimia


2. anode = elektroda positif (+)
3. katoda = elektroda neeatif (-)

http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0217%20Kim%202-
9e.htm

Energi adalah salah satu kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang paling penting. Sumber energi sangat
diperlukan untuk memasak, transportasi, elektronik seperti TV dan komputer. Salah satu sumber energi utama untuk
keperluan tersebut adalah baterai, atau yang disebut dengan sel elektrokimia.

Salah satu Bab yang diberikan pada kimia dasar adalah bab tentang reaksi redoks dan elektrokimia. Bab ini sangat
penting dan perlu masuk dalam silabus Kimia Dasar karena banyaknya aktivitas kehidupan sehari-hari yang
melibatkan proses reaksi redoks dan elektrokimia. Karena pentingnya proses kimia ini maka dalam kurikulum
terdapat mata kuliah pilihan, yaitu Elektrokimia, khusus membahasnya sel elektrokimia secara mendalam.

Studi hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik disebut elektrokimia. Reaksi elektrolisis, dimana perubahan
non-spontan terjadi dengan mengalirkan arus listrik melalui sistem kimia, adalah termasuk elektrokimia. Reakai
spontan reduksi-oksidasi (reaksi redoks) yang dapat manghasilkan listrik juga termasuk elektrokimia. Perubahan
yang terjadi dalam suatu sistem kimia karena reaksi elektrolisis dan reaksi redoks dibahas dalam reaksi elektrokimia.

Reaksi elektrokimia sangat penting dalam mempelajari ilmu kimia dan juga aktivitas sehari-hari. Melalui reaksi
elektrokimia dapat diperoleh informasi mengenai perubahan energi reaksi kimia sehingga membantu menganalisa
sistem-sistem kimia. Reaksi elektrokimia juga penting dalam ilmu lain misalnya bidang biologi. Pengaruh reaksi
elektrokimia pada masyarakat modern hampir ditemukan dimana-mana. Industri kimia Al, Cl2 dan NaOH adalah
contoh penerapan reaksi elektrokimia elektrolisis. Dan semua sumber energi listrik kecil (baterai) diperoleh dari
reaksi elektrokimia reduksi-oksidasi.

http://imc.kimia.undip.ac.id/mata-kuliah/kimia-dasar-ii/bab-3-sel-elektrokimia/

Beberapa waktu yang lalu di awal tahun 2007, ibukota Jakarta ditimpa
musibah banjir karena curah hujan yang sangat tinggi sehingga
banyak menenggelamkan perumahan penduduk. Mensikapi kondisi
banjir yang lumayan tinggi tersebut, pihak PLN segera mengambil
tindakan cepat dengan segera memutuskan aliran listrik yang menuju
ke arah transformeter (trafo) yang terendam air banjir. Tahukah Anda
mengapa pihak PLN mengambil tindakan tersebut? Apakah air dapat
menghantarkan arus listrik sehingga dapat membahayakan penduduk?
Menurut pemikiran Anda, kira-kira kriteria air (larutan) yang
bagaimana yang dapat menghantarkan arus listrik? Apakah semua
larutan dapat menghantarkan arus listrik? Untuk mengetahui jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan di atas, coba Anda perhatikan data
ekperimen uji daya hantar listrik terhadap beberapa larutan di bawah
ini.

1. Arus listrik yang melalui larutan asam sulfat, natrium hidroksida,


dan garam dapur dapat menyebabkan lampu menyala terang dan
timbul gas di sekitar elektrode. Hal ini menunjukkan bahwa larutan
asam sulfat, natrium hidroksida, dan garam dapur memiliki daya
hantar listrik yang baik.
2. Arus listrik yang melalui larutan asam cuka dan amonium hidroksida
menyebabkan lampu tidak menyala, tetapi pada elektrode timbul gas.
Hal ini menunjukkan bahwa larutan asam cuka dan amonium
hidroksida memiliki daya hantar listrik yang lemah.
3. Arus listrik yang melalui larutan gula dan larutan urea tidak mampu
menyalakan lampu dan juga tidak timbul gas pada elektrode. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan gula dan larutan urea tidak dapat
menghantarkan listrik.
Berdasarkan keterangan di atas, maka larutan dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, disebut larutan
elektrolit. Contoh: larutan asam sulfat, natrium hidroksida, garam
dapur, asam cuka, dan amonium hidroksida.
2. Larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, disebut
larutan nonelektrolit.
Contoh: larutan gula dan larutan urea.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/penggolongan-larutan-berdasarkan-daya-
hantar-listrik/
Daya hantar listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan
konsentrasinya. Beberapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus
listrik dengan baik meskipun konsentrasinya kecil, larutan ini
dinamakan elektrolit kuat. Sedangkan larutan elektrolit yang
mempunyai daya hantar lemah meskipun konsentrasinya tinggi
dinamakan elektrolit lemah.

Perhatikan hasil uji elektrolit yang ditunjukkan pada Gambar 8. Pada


larutan elektrolit lampu yang digunakan menyala dan timbul gas pada
elektrodanya. Beberapa larutan elektrolit dapat mengahantarkan listrik
dengan baik sehingga lampu menyala terang dan gas yang terbentuk
relatif banyak (Gambar 8a). Larutan ini dinamakan elektrolit kuat,
beberapa elektrolit yang lain dapat menghantarkan listrik tetapi
kurang baik, sehingga lampu nyala, redup atau bahkan tidak menyala
dan gas yang terbentuk relatif sedikit. (Gambar 8b). Dari uraian di
atas kita dapat golongkan larutan elektrolit menjadi dua macam, yaitu
elektrolit kuat dan elektrolit lemah.

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus


listrik dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai
sempurna (derajat ionisasi ? = 1) menjadi ion-ion
sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-ion. Sebagai
contoh larutan NaCl. Jika padatan NaCl dilarutkan dalam air maka NaCl
akan terurai sempurna menjadi ion Na+ dan Cl-. Perhatikan reaksi
berikut.

Dari reaksi diatas jika 100 mol NaCl dilarutkan dalam air akan
terbentuk 100 mol ion Na+ dan 100 mol ion Cl-. Jadi jika 100 mol NaCl
dilarutkan akan terbentuk 200 mol ion.
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik dengan lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan
terurai sebagian (derajat ionisasi ? << 1) menjadi ion-ion sehingga
dalam larutan tersebut sedikit mengandung ion. Tabel berikut
menggambarkan larutan-larutan yang termasuk elektrolit kuat,
elektrolit lemah dan non elektrolit.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/elektrolit-kuat-dan-
elektrolit-lemah/

erdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua


yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan
non elektrolit didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang
akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan terdapat ion, larutan
tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat
ion larutan tersebut bersifat non elektrolit. Larutan elektrolit adalah
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan non elektrolit
adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hantaran
listrik melalui larutan dapat dtunjukkan dengan alat uji elektrolit
seperti pada Gambar 7. Jika larutan menghantarkan arus listrik, maka
lampu dalam rangkaian tersebut akan menyala dan timbul gas atau
endapan pada salah satu atau kedua elektroda.

Contoh lain adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi
ion positif dan ion negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan
kation dan ion negatif yang dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl
adalah contoh larutan elektrolit. Perhatikan reaksi berikut.

Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak


terurai menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi
larutan. Larutan gula adalah contoh dari larutan non elektrolit.
Perhatikan reaksi berikut:

Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan


elektrolit maupun non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan
garam dapur, larutan cuka makan, larutan asam sulfat, larutan tawas,
air sungai, air laut. Contoh larutan non elektrolit adalah larutan gula,
larutan urea, larutan alkohol, larutan glukosa.

DAYA HANTAR LISTRIK SUATU LARUTAN


DAN REAKSI REDUKSI OKSIDASI
A. Daya Hantar Listrik Suatu Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari dua jenis atau lebih zat. Uatu larutan terdiri
atas zat pelarut ( solvent ) dan zat terlarut ( solute ). Dilihat dari kemampuannya dalam
menghantarkan arus listrik larutan dibedakan menjadi 2 :
1. Larutan Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik ditandai
lampu menyala pada alat uji elektrolit dan timbulnya gelembung gas pada salah satu
atau kedua elektrodanya. Larutan elektrolit dibedakan menjadi 2 :
a. Elektrolit kuat : Lampu menyala terang, dan pada permukaan elektroda terdapat
banyak gelembung gas. Contoh : H2SO4, HCl, HNO3, HBr, HI, HClO4, NaOH, KOH,
Ba(OH)2, Ca(OH)2, Sr(OH)2, NaCl. KCl, Mg(NO3)2, dsb
b. Elektrolit lemah : Lampu menyala redup/ tidak menyala dan pada permukaan
elektroda terdapat sedikit gelembung gas. Contoh : HF, HNO2, HCN, H2S, CH3COOH,
NH3, Al(OH)3, Fe(OH)3 dsb

2. Larutan Non Elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Hal ini ditandai lampu tidak menyala pada alat uji elektrolit dan tidak terdapat
gelembung gas pada permukaan elektrodanya. Contoh : larutan gula, larutan UREA,
larutan alkohol dsb.

Menurut Arrhenius, larutan elektrolit mengandung ion yang bergerak bebas. Ion inilah
yang menghantarkan arus listrik melalui larutannya. Zat elektrolit dapat berupa
senyawa ion dan senyawa. kovalen polar.
a. Senyawa ion : terdiri atas ion . Jika senyawa ion dilarutkan dalam air maka ion dapat
bergerak bebas dan larutan dapat menghantarkan arus listrik . Padatan / kristal
senyawa ion tidak dapat menghantarkan arus listrik , teatapi lelehan senyawa ion dapat
menghantarkan arus listrik.
b. Senyawa kovalen polar : Molekul senyawa kovalen polar dapat diuraikan oleh air
membentuk ion. Elektrolit jenis ini meliputi asam dan basa, tetapi lelehan senyawa
kovalen terdiri atas molekul netral, maka tidaka ada lelehan senyawa kovalen yang
dapat menghantarkan arus listrik walaupun bersifat polar.

http://atikhari.wordpress.com/2009/10/03/daya-hantar-listrik-larutan-elektrolit/

Dasar Teori.
Daya hantar listrik adalah ukuran seberapa kuat suatu larutan
dapat menghantarkan listrik. Daya hantar listrik merupakan
kebalikan dari hambatan listrik (R),
R = l/A
Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm () , adalah tahanan
spesifik atau resistivitas dalam ohm cm (satuan SI, ohm m), l
adalah panjang dalam cm, dan A luas penampang lintang dalam
cm2. Oleh karena itu daya hantar listrik dinyatakan,
K = 1/
Daya hantar listrik disebut Konduktivitas. Satuannya disingkat -
1cm-1. Konduktivitas digunakan untuk pengukuran larutan /
cairan elektrolit. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan
besarnya konduktivitas.
Energi listrik dapat di transfer melalui materi berupa hantaran
yang bermuatan listrik yang berwujud arus listrik. Ini berarti
bahwa hars terdapat pembawa muatan listrik di dalam materi
serta adanya gaya yang menggerakkan pembawa muatan
tersebut.
Pembawa muatan dapat berupa elektron seperti logam, dapat
pula berwujud ion positif dan ion negative seperti dalam larutan
elektrolit dan lelehan garam. Pembawa muatan yang berwujud
logam disebut elektrolit atau metalik, sedangkan pembawa
muatan yang berupa larutan disebut ionic atau elektrolit. Gaya
listrik yang membuat muatan bergerak biasanya berasal dari
baterai, generator atau sumber energy listrik yang lain.
Perpindahan muatan listrik dapat terjadi bila terdapat beda
potensial antara satu tempat terhadap yang lain, dan arus listrik
akan mengalir dari tempat yang meiliki potensial tinggi ke tempat
potensial rendah. Didalam suatu larutan, terjadinya arus listrik
dikarenakan adanya ion yang bergerak.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan ion adalah:


Berat dan muatan ion
Adanya hidrasi
Orientasi atmosfer pelarut
Gaya tarik antar ion
Temperatur
Viskositas
Jika larutan diencerkan maka untuk elektrolit lemah -nya
semakin besar dan untuk elektrolit kuat gaya tarik antar ion
semakin kecil. Pada pengenceran tidak terhingga, daya hantar
ekivalent elektrolit hanya tergantung pada jenis ionnya. Masing-
masing ion mempunyai daya hantar ekivalent yang tergantung
pada:
Jumlah ion yang ada
Kecepatan ion pada beda potensial antara kedua elektroda yang
ada
Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis elektrolit (kuat/lemah)
dan konsentrasi selanjutnya pengenceran baik untuk elektrolit
lemah/kuat memperbesar daya hantar dan mencapai harga
maksimum pada pengenceran tak berhingga. Penghantar logam
disebut penghantar kelas utama, dalam penghantar ini listrik
mengalir sebagai electron. Tekanan dari penghantar ini
bertambah dengan naiknya temperatur. Larutan elektrolit juga
dapat menghantarkan listrik, penghantar ini disebut penghantar
kedua. Dalam penghantar ini disebabkan oleh gerakan dari ion-
ion kutub satu ke kutub lainnya. Berbeda dengan penghantar
logam, penghantar elektrolit tahanannya berkurang bila
temperatur naik.
Pengukuran daya hantar listrik mempunyai arti penting dalam
proses-proses kimia. Pada pembuatan aquades, efisiensi dari
penghilang zat terlarut yang berupa garam-garam dapat diikuti
dengan mudah dengan cara mengukur daya hantar larutan.
Derajat ionisasi elektrolit lemah dapat ditentukan dengan
pengukuran daya hantarnya. Seperti diketahui, daya hamtar
berbanding lurus dengan jumlah ion yang ada dalam larutan.

Larutan elektrolit
Elektrolit adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam
pelarut (misalnya air) akan menghasilkan larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Elektrolit diklasifikasikan berdasarkan
kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik yaitu elektrolit
kuat dan elektrolit lemah. Suatu elektrolit dapat berupa asam,
basa maupun garam. Menurut Michael Faraday, elektrolit
merupakan suatu zat yang dapat menghantarkan listrik jika
berada dalam bentuk larutan atau lelehannya. Dalam suatu
larutan elektrolit bila diberi dua batang elektroda inert dan diberi
tegangan listrik diantaranya, maka anion-anion akan bergerak ke
elektroda negatif (katoda). Proses ini merupakan fenomena
transport seperti halnya yang terjadi dalam molekul gas adalah
adanya pengaruh medan listrik dan molekul pelarut. Analisis kimia
yang didasarkan pada daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion didalam larutan ion yang mudah bergerak
mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Larutan Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya
hantar arus listrik, karena zat terlarut yang berada didalam pelarut
(biasanya air), seluruhnya dapat berubah menjadi ion-ion dengan
harga derajat ionisasi adalah satu ( = 1). Yang tergolong
elektrolit kuat adalah :
Asam kuat, : HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
Basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, :
NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
Garam-garam yang mempunyai kelarutan tinggi, : NaCl, KCl, KI,
Al2(SO4)3 dan lain-lain.

Larutan Elektrolit Lemah


Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang mampu
menghantarkan arus listrik dengan daya yang lemah, dengan
harga derajat ionisasi lebih dari nol tetapi kurang dari satu (0 <
< 1). Yang tergolong elektrolit lemah adalah:
Asam lemah, : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain.
Basa lemah, : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
Garam-garam yang sukar larut, : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-
lain.
Daya Hantar Listrik Senyawa Ion
Sebagai contoh dari kegiatan percobaan yang tergolong larutan
elektrolit yang berikatan ion adalah garam dapur. Dapatkah Anda
membedakan daya hantar listrik untuk garam pada saat kristal,
lelehan dan larutan?
Cobalah perhatikan uraian berikut :
NaCl adalah senyawa ion, jika dalam keadaan kristal sudah
sebagai ion-ion, tetapi ion-ion itu terikat satu sama lain dengan
rapat dan kuat, sehingga tidak bebas bergerak. Jadi dalam
keadaan kristal (padatan) senyawa ion tidak dapat
menghantarkan listrik, tetapi jika garam yang berikatan ion
tersebut dalam keadaan lelehan atau larutan, maka ion-ionnya
akan bergerak bebas, sehingga dapat menghantarkan listrik.
Pada saat senyawa NaCl dilarutkan dalam air, ion-ion yang
tersusun rapat dan terikat akan tertarik oleh molekul-molekul air
dan air akan menyusup di sela-sela butir-butir ion tersebut
(proses hidasi) yang akhirnya akan terlepas satu sama lain dan
bergerak bebas dalam larutan.
Reaksi : NaCl (s) + air Na+(aq) + Cl-(aq)

Gambar : Proses pelarutan padatan Kristal

Suatu larutan elektrolit kuat memiliki konduktivitas lebih tinggi dari


pada larutan elektrolit lemah. Karena dalam elektrolit kuat, zat
elektrolit akan terdisosiasi sempurna menjadi ion-ionnya. Jumlah
ion pada suatu larutan juga berpengaruh pada nilai konduktivitas
larutan.
Daya hantar listrik (konduktivitas) adalah ukuran seberapa kuat
suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas
digunakan untuk ukuran larutan atau cairan elektrolit. Semakin
besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai
konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding
dengan nilai daya hantar molar larutan dimana hantaran molar
juga sebading dengan konduktivitas larutan. Konsentrasi elektrolit
sangat menentukan besarnya konduktivitas molar (m).
Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila
konsentrasi larutan sebesar satu molar.
Pada larutan encer, ion-ion dalam larutan tersebut mudah
bergerak sehingga daya hantarnya semakin besar. Pada larutan
yang pekat, pergerakan ion lebih sulit sehingga daya hantarnya
menjadi lebih rendah. Hal lain yang mempengaruhi daya hantar
listrik selain konsentrasi adalah jenis larutan. Pengukuran
ketergantungan konduktivitas molar pada konsentrasi tertentu
menunjukkan adanya 2 golongan elektrolit, yaitu elektrolit lemah
dan elektrolit kuat. Sifat umum dari elektrolit kuat adalah
konduktivitas akan berkurang dengan bertambahnya konsentrasi,
sedangkan elektrolit lemah konduktivitas molarnya normal pada
konsentrasi mendekati nol, tetapi turun tajam sampai nilai yang
rendah pada saat konsentrasi bertambah. Larutan elektrolit kuat
mempunyai konduktiviyaslebih tinggi daripada elektrolit lemah,
hal ini karena zat elektrolit terdisosiasi secara sempurna didalam
larutan, berarti larutan elektrolit kuat dapat menghantarkan listrik
dengan baik. Penggolongan dengan cara ini juga bergantung
pada zat terlarut dari pelarut yang digunakan.

Tabel : perbandingan sifat elektrolit dari senyawa ion dan


senyawa kovalen polar.
Jenis Senyawa Padatan Lelehan Larutan (dalam Pelarut Air)
Senyawa ion Tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena
dalam bentuk padatan, ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas.
Dapat menghantarkan arus listrik, karena dalam bentuk lelehan,
ion-ionnya dapat bergerak jauh lebih bebas dibandingkan ion-ion
dalam zat padat Dapat menghantarkan arus listrik, karena dalam
bentuk larutan, ion-ionnya dapat bergerak bebas
Senyawa kovalen polar Tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena padatannya terdiri dari molekul-molekul netral meskipun
bersifat polar Tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena
lelehannya terdiri dari molekul-molekul netral meski Dapat
bergerak lebih bebas Dapat menghantarkan arus listrik, karena
dalam larutan molekul-molekulnya dapat terhidrolisis menjadi ion-
ion yang Dapat bergerak bebas

Teori disosiasi elektrolit


Arus listrik dihantarkan oleh pergerakan partikel-partikel
bermuatan dalam larutan elektrolit. Jumlah partikel adalah
2,3,4.dan seterusnya berkali lipat lebih banyak dari jumlah
molekul yang larut.
Untuk menjelaskan fakta tersebut, Arhenius mengemukakan
teorinya tentang disosiasi elektrolit bila dilarutkan dalam air maka
akan berdisosiasi menjadi atom-atom atau gugus-gugus atom
yang bermuatan, yang sesungguhnya merupakan ion-ion yang
menghantarkan arus listrik dalam elektolit dengan migrasi.
Disosiasi merupakan suatu proses reversible (dapat balik).
Derajat disosiasi berbeda-beda menurut tiap pengenceran. Pada
larutan yang sangat encer, disosiasi praktis sempurna untuk
semua elektrolit.

Manfaat larutan elektrolit


Aki
Sel aki terdiri anoda Pb dan katoda PbO2 dengan larutan
elektrolit H2SO4. adanya larutan elektrolit memungkinkan
terjadinya reaki kimia yang menghasilkan arus listrik untuk
menghidupkan kendaraan.
Air sungai dan air tanah
Air sungai dan air tanah mengandung ion-ion sehingga dapat
menghantarkan listrik. Sifat ini digunakan untuk menangkap ikan
atau belut di sungai atau di persawahan dengan cara setrum
listrik.
Air suling
Merupakan larutan nonelektrolit, karena mengandung ion-ion
dalam jumlah yang sangat kecil. Air suling digunakan untuk
membuat larutan dalam percobaan kimia nonelektrolit.
Cairan tubuh
Cairan tubuh mengandung komponen larutan elektrolit.
Komponen larutan elektrolit memungkinkan terjadinya daya
hantar listrik yang diperlukan untuk kerja impuls. Orang yang
kekurangan cairan tubuh (dehidrasi) harus mengkonsumsi larutan
elektrolit, seperti larutan oralit.
http://hendrichem.blogspot.com/2010/12/kimia-fisika-daya-hantar-listrik.html

Anda mungkin juga menyukai