Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Proses Terjadinya Konflik dan Revolusi di Kamboja

Kamboja merupakan salah satu negara yang ada dikawasan Indocina yang
dulu merupakan bekas jajahan Perancis. Pada masa Perang Dunia II, Kamboja
dikuasai oleh Jepang. Namun pasca Perang Dunia II, Kamboja kembali lagi
menjadi milik Perancis dan baru merdeka pada 9 November 1954. Raja Norodom
Sihanouk menjadi kepala negara selaku kepala pemerintahan di Kamboja.
Pemerintahan baru Kamboja berdiri disaat dunia sedang mengalami Perang
Dingin dimana pemerintahan Kamboja diahadapkan pada dua arah perpolitikan
luar negeri yang harus dipilih yaitu ke blok barat (Amerika Serikat dan sekutunya)
atau ke blok timur (Uni Soviet dan sekutunya). Hal ini membuat pemerintahan
Kamboja yang baru saja dibentuk menjadi goyah dan mulai mengalami konflik-
konflik internal maupun eksternal.

Konflik Kamboja disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal.


Faktor eksternal antara lain adanya pengaruh dari Amerika Serikat, Uni Soviet,
dan RRC yang ingin menghegemoni pemerintahan baru Kamboja. Sementara
faktor internal konflik Kamboja adalah adanya perebutan kekuasaan antar fraksi
yang ada di Kamboja, antara lain:

1. Kelompok Lol Nol


2. Kelompok Norodom Sihanouk
3. Kelompok Khmer Merah Pimpinan Pol Pot
4. Front Pembebasan Nasional Rakyat Khmer pimpinan Son San
5. Pemerintahan Heng Samrin yang didukung oleh Vietnam

Pada saat kamboja berada dibawah kepemimpinan Norodom Sihanouk,


politik luar negeri Kamboja lebih condong kepada negara-negara Komunis seperti
RRC dan Vietnam Utara yang membuat Amerika Serikat khawatir karena letak
Kamboja yang berdekatan dengan Vietnam Selatan yang merupakan wilayah
kekuasaan pasukan Amerika Serikat (Blok Barat).

Pada tahun 1970, pemerintahan Sihanouk dikudeta oleh pemimpin militer


Kamboja waktu itu, Jendral Lon Nol yang didukung oleh Amerika Serikat.
Penyebab utama Lon Nol melakukan kudeta karena Norodom Sihanouk terlalu
bertoleransi terhadap aktivitas Vietnam Utara dalam hal perbatasan Kamboja,
yang memungkinkan pasukan bersenjata berat Komunis Vietnam (Vietkong)
secara de facto dapat mengontrol wilayah Kamboja Timur. Faktor lainnya adalah
keadaan ekonomi Kamboja yang semakin terpuruk karena akibat kebijakan
Norodom Sihanouk yang menyerukan semangat anti-Amerikanisme (Osborne,
1994). Sihanouk sendiri mengklaim bahwa kudeta yang dilakukan oleh Lol Nol
adalah hasil dari aliansi antara musuh lama yang diasingkan yaitu Son Ngoc
Thanh yang ingin menciptakan rezim baru yang lebih menyukai Amerika Serikat
(Sihanouk, 1972:37). Norodom Sihanouk pun melarikan diri ke RRC dan
mendirikan pemerintahan pengasingan di Beijing yang disebut dengan Royal
Government National Union of Cambodia. Sementara itu, setelah berhasil
mengkudeta Norodom Sihanouk, Lol Nol mengubah Kamboja menjadi negara
Republik dan mengganti namanya menjadi Republik Khmer. Republik Khmer
menetapkan konstitusinya pada tahun 1972. Pada tanggal 9 Oktober 1970,
Sihanouk dijatuhi hukuman mati dalam keadaan in absentia oleh pengadilan
militer. Ibunya, Sisowath Kosamak dijatuhi hukuman menjadi tahanan rumah, dan
istrinya Monique dijatuhi hukuman penjara seumur hidup (Marlay, 1999:165).

Pada tanggal 17 April 1975, ibukota Republik Khmer yaitu Phnom Penh,
diserang oleh pasukan Khmer Merah yang dipimpin oleh Norodom Sihanouk dan
Pol Pot yang membuat Republik Khmer akhirnya runtuh dan digantikan oleh
Kamboja Demokratik yang menganut paham komunis. Sementara Jendral Lon
Nol melarikan diri ke Amerika Serikat. Pada awal pemerintahan Kamboja
Demokratik, Norodom Sihanouk diangkat menjadi kepala negara dan Pol Pot
menjadi sekretaris jendral. Pemerintahan Kamboja Demokratik yang menganut
paham komunis membuat pemerintahan ini mempunyai dorongan untuk membuat
sebuah etnis murni dan masyarakat Khmer tanpa kelas (Becker, 1986:136).

Dibawah kepemimpinan Pol Pot, terjadi pengusiran penduduk dari kota-


kota, penghapusan agama, penghapusan kepemilikan pribadi, uang, dan pasar
yang menjadi ciri khas liberalis. Terjadi genosida (pembunuhan massal) yang
menyebabkan musnahnya sekitar 25% penduduk Kamboja pada masa itu, dengan
banyak pembunuhan yang dilatarbelakangi karena ideologi Khmer Merah
terhadap kaum yang dianggap kaya dan berkuasa serta sebagai sebuah aksi untuk
mencapai tujuan pemerintahan Kamboja Demokratik. Mayoritas korban genosida
adalah masyarakat kapitalis kaya, profesional, intelektual, polisi dan pegawai
pemerintahan yang menjadi anggots pada masa kepemimpinan Lon Nol, dan etnis
minoritas seperti Tionghoa, Vietnam, Lao, dan Cham (Robins, 2009:97).
Genosida akhirnya berhenti bersamaan dengan runtuhnya pemerintahan Kamboja
Demokratik pada tahun 1979 setelah invasi dari Front Persatuan untuk
keselamatan nasional Kamboja dan Tentara Rakyat Vietnam yang dipimpin oleh
Heng Samrin. Pada tahun 1989, nama negara diubah menjadi Negara Kamboja
dan berakhir dengan kembalinya Kamboja menjadi monarki pada 24 September
1993.

DAFTAR RUJUKAN

Osborne, Milton. 1994. Sihanouk, Prince of Light, Prince of Darkness. Hawaii:


University of Hawaii Press.

Sihanouk, Norodom. 1972. My War With the CIA. Roma: Pantheon Books.

Marlay R, Neher C. 1999. Patriots and Tyrants. Lanham :Rowman & Littlefield
Publishers.

Becker, Elizabeth. 1986. When the War was Over. Ney York: Simon and
Schuster.

Anda mungkin juga menyukai