Anda di halaman 1dari 18

KASUS

MORBILI

Oleh:
Sri Ayu Daeng Macora
1102010272

Pembimbing:
Dr. Ellen Rostati Sianipar, Sp.A(K)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2016
BAB I
KASUS
I. Identitas
Nama : An. MN Nama Ayah : Tn. J
TTL : 25 Januari 2016 Umur : 42 Tahun
Umur : 11 bulan Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : Swasta
Masuk RS : 29/12/2016 pukul 04.00 wib Nama Ibu : Ny. K
No. CM : 2016-691602 Umur : 39 Tahun
Tgl Periksa : 29/12/2016 pukul 06.00 wib Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu RT

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis kepada ibu kandung pasien
1. Keluhan utama : Kejang 4 jam sebelum masuk rumah sakit

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien kejang satu kali selama 2 menitan pada tanggal 29 Desember 2016, 4 jam smrs. Pada saat
kejang, kondisi pasien tidak sadar, seluruh badan terasa kaku dengan mata yang mendelik ke
atas. Kejang diawali dengan demam 38C yang muncul 10 jam smrs. Setelah kejang pasien
kembali sadar dan tidak ada kejang berulang selama pasien dirawat di bangsal Mawar. pasien
dikeluhkan juga muncul ruam-ruam merah dari kedua belakang telinga pasien disertai dengan
mata merah dan bibir yang terlihat kering dan pecah pada hari ke-3 pasien dirawat di bangsal
Mawar. Ruam merah mulai menjalar ke muka, badan, ke ekstremitas atas pasien dan mulai
muncul pada kedua paha pasien. Sebelumnya pasien batuk 1 minggu smrs. Nafsu makan pasien
susah. BAB pasien cair warna kuning berampas, berlendir (+), darah (-), sebanyak 3-4 kali
sehari. BAK pasien dalam batas normal.

3. Penyakit Dahulu
Pasien batuk pilek sebelumnya 1 minggu smrs. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Riwayat
sakit sebelumnya tidak ada.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah dan Ibu pasien tidak mengetahui riwayat kejang demam saat mereka masih kecil. Riwayat
sakit serupa seperti pasien tidak ada.
5. Genogram 42 th 39th

11 th 8 th 6th

6. Riwayat Pribadi
Riwayat Kehamilan
Kehamilan rutin Kontron ke bidan.
Riwayat Persalinan
Persalinan secara sectio cesaria, umur kehamilan aterm, lahir menangis kencang, BBL 3100
gram.
7. Riwayat Asi dan Makanan
Pasien dari lahir diberi ASI. Umur 6 bulan sudah mulai makan bubur dan diberi susu formula
sampai saat ini.
8. Riwayat Perkembangan
Tengkurap usia 6 bulan, merangkak usia 8 bulan.
9. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengaku kalau pasien mendapatkan imunisasi DPT, Hep B, BCG, Polio, namun
Campak belum.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-Tanda Vital
Frekuensi Nadi : 110x per menit, teratur, isi cukup
Frekuensi Nafas : 32x per menit, teratur
Suhu : 37,1 C
Tekanan Darah : 70/40 mmHg
Status Gizi :
BB : 10 Kg BB/U : -1 SD Median (Kesan gizi cukup)
TB : 85 cm PB/U : -1 SD Median (Kesan normal)
Umur : 11 bulan BB/TB : -1 SD Median (Kesan normal)
4. Kepala : ubun-ubun tidak cekung
5. Mata : ca (-/-) si (-/-) RCL: +/+ RCTL: +/+ isokor 2/2 konjungtivitis (+)
6. Leher : pembesaran KGB (-) trachea berada di tengah
7. Telinga : hiperemis (-) sekret (-) nyeri tekan (-)
8. Hidung : sekret (+/+) jernih, edema (-/-)
9. Mulut dan Tenggorokan: faring hiperemis (-) uvula berada di tengah, stomatitis (-)
10. Kulit : terdapat ruam maculopapular pada seluruh badan (+)
11. Jantung:
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba
Perkusi : Batas kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 5 linea mid clavicular sinistra
Batas pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis sinistra
Auskultasi : BJ I dan II normal, murmur (-) gallop (-)
12. Paru-Paru:
Inspeksi : ukuran dada antero posterior:lateral 1:2.
Gerakan dada statis dan dinamis simetris
Palpasi : Fremitus taktil simetris, tidak ada krepitasi
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikular di seluruh lapang paru. Ronchi (-/-) wheezing (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi : perut datar, ruam maculopapular
Palpasi : distensi (-), turgor baik, organomegali (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bunyi usus (+) normal
14. Ekstrimitas : hangat, edema (-), makulo popular pada ekstremitas.
15. Status Neurologis:
PCS : E4M6V4 (14)
Kaku kuduk :-
Laseque : >70o / >70o
Brudzinski I :-/-
Kernig : >135o / >135o
Brudzinski II : - / -
Refleks patologis :
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-

IV. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 29 Desember 2016


Hemoglobin : 12,7 gr/dl
Hematokrit : 35%
Eritrosit : 4,4 juta
Leukosit : 8,48 x 103
Trombosit : 371 ribu

Hitung Jenis
Basofil : 1%
Eosinofil : 3%
Neutrofil Batang : 0%
Neutrofil Segmen : 57 %
Limfosit : 31%
Monosit : 8%
KIMIA KLINIK
GDS : 145 mg/dL

Elektrolit
Natrium : 137 mmol/L
Kalium : 4,9 mmol/L
Klorida : 105 mmol/L

Tanggal 01 Januari 2017


Hemoglobin : 11,9 gr/dl
Hematokrit : 35%
Eritrosit : 4,3 juta
Leukosit : 7,18 x 103
Trombosit : 267 ribu

Hitung Jenis
Basofil : 1%
Eosinofil : 2%
Neutrofil Batang : 0%
Neutrofil Segmen : 51 %
Limfosit : 37 %
Monosit : 9%

V. Resume
Pasien An.MN umur 11 bulan datang dengan keluhan kejang selama 2 menitan, satu kali, 4 jam
smrs. Kejang kaku seluruh tubuh dengan mata mendelik. Pasien sadar setelah kejang dan tidak
ada kejang berulang. Pasien mengeluhkan juga muncul ruam merah dari kedua belakang telinga
pasien pada hari ke-3 pasien dirawat di bangsal Mawar. Ruam telah menjalar ke wajah, badan,
ekstremitas atas dan mulai muncul pada kedua paha pasien.
VI. Diagnosis Kerja
Diagnosis Kerja : Morbili
VII. Rencana Pengelolaan
IVFD Kaen 3B 8 gtt/m
Sanmol 4 x 150 mg
Cinam 3 x 125 mg
Vit A 1.000 IU
Zink 1x1

VIII. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functional : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

IX. Follow Up Harian


TGL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK TERAPI
30/12/2016 KU: Kejang Kepala : Wajah simetris - Terapi:
Mata : konj. Palpebra inf IUFD Kaen
berulang (-),
anemis (-/-), sclera
3B
batuk ikterik (-/-) mata
cekung (-), Sanmol 4 x
berdahak,
conjungtivitis (+/+) 125 mg
pilek, sesak (-) Telinga : Normotia, sekret (-) Cinam 3 x
Hidung : NCH (-), Sekret (+),
demam naik 125 mg
epistaksis (-)
turun, nafsu Mulut : Mukosa bibir kering
(+/+), sianosis (-)
makan susah,
Leher : Pembesaran KGB (-)
BAB (-), BAK Thorak :
I : Simetris
2-3 kali sehari.
P : NT (-)
P : Sonor
A : ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
Vital Sign:
Cor : Bj I > BJ II, Reg,
HR: 110 x/mnt murmur (+)
Abd :
RR : 32 x/mnt I : Distensi (-)
T : 37,1 0C P: supel, H/L/R tidak teraba,
turgor kembali cepat
A: Peristaltik (+) kesan
normal
Extr : Sup : edema (-/-),
pucat (-/-), ikterik (-
/-)
Inf : edema (+/+),
pucat (-/-), ikterik (-
/-)
Ass :
Kejang Demam Simpleks

TGL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK TERAPI


31/12/2016 KU: Kejang Kepala : Wajah simetris - Terapi:
Mata : konj. Palpebra inf IUFD Kaen
berulang (-),
anemis (-/-), sclera
3B
batuk ikterik (-/-) mata
cekung (-), Sanmol 4 x
berdahak,
conjungtivitis (+/+) 125 mg
pilek, sesak (-) Telinga : Normotia, sekret (-) Cinam 3 x
Hidung : NCH (-), Sekret (+),
demam naik 125 mg
epistaksis (-)
turun, nafsu Mulut : Mukosa bibir kering
(+/+), sianosis (-)
makan susah,
Leher : Pembesaran KGB (-)
BAB (-), BAK Thorak :
I : Simetris
2-3 kali sehari.
P : NT (-)
P : Sonor
A : ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
Vital Sign:
Cor : Bj I > BJ II, Reg,
HR: 110 x/mnt murmur (+)
Abd :
RR : 32 x/mnt I : Distensi (-)
T : 37,1 0C P: supel, H/L/R tidak teraba,
turgor kembali cepat
A: Peristaltik (+) kesan
normal
Extr : Sup : edema (-/-),
pucat (-/-), ikterik (-
/-)
Inf : edema (+/+),
pucat (-/-), ikterik (-
/-)
Ass :
Kejang Demam Simpleks
TGL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK TERAPI
1/1/2017 KU: Kejang Kepala : Wajah simetris - Terapi:
Mata : konj. Palpebra inf IUFD Kaen
berulang (-),
anemis (-/-), sclera
3B
batuk ikterik (-/-) mata
cekung (-), Sanmol 4 x
berdahak,
conjungtivitis (+/+) 125 mg
pilek, sesak (-) Telinga : Normotia, sekret (-) Cinam 3 x
Hidung : NCH (-), Sekret (+),
demam naik 125 mg
epistaksis (-)
turun, muncul Mulut : Mukosa bibir kering Zink 1x1
(+/+), sianosis (-) Vit. A 100.00
ruam merah
Leher : Pembesaran KGB (-) UI
dari telinga ke Thorak :
I : Simetris
wajah dan
P : NT (-)
badan nafsu P : Sonor
A : ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
makan susah,
Cor : Bj I > BJ II, Reg,
mencret murmur (+)
Abd :
berlendir I : Distensi (-)
warna kuning P: supel, H/L/R tidak teraba,
turgor kembali cepat
4-5 x, BAK 2- A: Peristaltik (+) kesan
3 kali sehari. normal
Extr : Sup : edema (-/-),
pucat (-/-), ikterik (-
Vital Sign: /-)
Inf : edema (+/+),
HR: 110 x/mnt pucat (-/-), ikterik (-
RR : 32 x/mnt /-)
Ass :
T : 37,1 0C Morbili

TGL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK TERAPI


1/1/2017 KU: Kejang Kepala : Wajah simetris - Terapi:
Mata : konj. Palpebra inf IUFD Kaen
berulang (-),
anemis (-/-), sclera
3B
batuk ikterik (-/-) mata
cekung (-), Sanmol 4 x
berdahak,
conjungtivitis (+/+) 125 mg
pilek, sesak (-) Telinga : Normotia, sekret (-) Cinam 3 x
Hidung : NCH (-), Sekret (+),
demam naik 125 mg
epistaksis (-)
turun, muncul Mulut : Mukosa bibir kering Zink 1x1
(+/+), sianosis (-) Vit. A 100.00
ruam merah
Leher : Pembesaran KGB (-)
dari telinga ke Thorak : UI
I : Simetris
wajah dan
P : NT (-)
badan nafsu P : Sonor
A : ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
makan susah,
Cor : Bj I > BJ II, Reg,
mencret murmur (+)
Abd :
berlendir I : Distensi (-)
warna kuning P: supel, H/L/R tidak teraba,
turgor kembali cepat
4-5 x, BAK 2- A: Peristaltik (+) kesan
3 kali sehari. normal
Extr : Sup : edema (-/-),
pucat (-/-), ikterik (-
Vital Sign: /-), makulopapular
Inf : edema (+/+),
HR: 110 x/mnt pucat (-/-), ikterik (-
RR : 32 x/mnt /-), makulopapular
Ass :
T : 37,1 0C Morbili

TGL VITAL SIGN PEMERIKSAAN FISIK TERAPI


2/1/2017 KU: Kejang Kepala : Wajah simetris - Terapi:
Mata : konj. Palpebra inf IUFD Kaen
berulang (-),
anemis (-/-), sclera
3B
batuk ikterik (-/-) mata
cekung (-), Sanmol 4 x
berdahak,
conjungtivitis (+/+) 125 mg
pilek, sesak (-) Telinga : Normotia, sekret (-) Cinam 3 x
Hidung : NCH (-), Sekret (+),
demam naik 125 mg
epistaksis (-)
turun, muncul Mulut : Mukosa bibir kering Zink 1x1
(+/+), sianosis (-) Vit. A 100.00
ruam merah
Leher : Pembesaran KGB (-) UI
dari telinga ke Thorak :
I : Simetris
wajah dan
P : NT (-)
badan nafsu P : Sonor
A : ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
makan susah,
Cor : Bj I > BJ II, Reg,
murmur (+)
mencret Abd :
I : Distensi (-)
berlendir P: supel, H/L/R tidak teraba,
warna kuning turgor kembali cepat
A: Peristaltik (+) kesan
4-5 x, BAK 2- normal
3 kali sehari. Extr : Sup : edema (-/-),
pucat (-/-), ikterik (-
/-), makulopapular
Vital Sign: Inf : edema (+/+),
pucat (-/-), ikterik (-
HR: 110 x/mnt /-), makulopapular
RR : 32 x/mnt Ass :
Morbili
T : 37,1 0C
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang
kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal
dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang
sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang
kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi
makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.

2. Epidemiologi

Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia
dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak
endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4
tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok
dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap
orang yang telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup.
Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara
dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya
dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus
menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan
menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700 kematian
yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap hari atau 16
kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen
PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus
yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104
kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama
periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus)
dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).
Grafik. Jumlah kasus campak rutin, frekuensi KLB campak, jumlah kasus pada KLB
campak tahun 2011 sampai dengan 2014.

3. Etiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus Morbillivirus,
famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama dengan virus gondongan (mumps),
virus parain_uenza, virus human metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).5
Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai RNA tunggal yang
diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak memiliki 6 struktur protein utama.
Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein
F (Fusion) meningkatkan

Penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung
virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L
(Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P berperan
dalam aktivitas polymerase RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai struktur
protein nucleocapsid. Karena virus campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah
diinaktivasi oleh cairan yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus
juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet,
serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival
time), yaitu kurang dari 2 jam.

4. Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita. Virus
campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran napas.
Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional.
Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem
retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat
awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di
seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke- 14,
virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian
virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel,
monosit, dan makrofag.

5. Klinis
Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:
Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul eksantema, timbul bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar
ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan
menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh
mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering
didiagnosis sebagai influenza.
Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza dan
batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum mole. Kadang
terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula
disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan
ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar ke dada dan
abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-
kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal
kecuali bila ada komplikasi.

Gambar. Karakter campak


6. Diagnosis & Diagnosis Banding
Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang mulai timbul dari
belakang telinga sampai ke seluruh tubuh. Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi
(>380C), mata merah, dan ruam makulopapular. Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah
berupa leukopenia dan limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga
dapat membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari pertama dan ke-2
setelah timbulnya ruam. IgM campak ini dapat tetap terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan
sesudah infeksi.

Campak harus dibedakan dari beberapa penyakit yang klinisnya juga berupa ruam
makulopapular. Gejala klinis klasik campak adalah adanya stadium prodromal demam
disertai coryza, batuk, konjungtivitis, dan penyebaran ruam makulopapular. Penyakit lain
yang menimbulkan ruam yang sama antara lain.

Rubella (Campak Jerman) dengan gejala lebih ringan dan tanpa disertai batuk. Roseola
infantum dengan gejala batuk ringan dan demam yang mereda ketika ruam muncul.
Parvovirus (fifth disease) dengan ruammakulopapular tanpa stadium prodromal. Demam
scarlet ( scarlet fever) dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam tanpa konjungtivitis
ataupun coryza. Penyakit Kawasaki dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam,
tetapi tidak disertai batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan pembengkakan sendi
yang tidak ada pada campak.

7. Tata Laksana
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa tirah baring, antipiretik
(parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai setiap 4 jam), cairan yang cukup,
suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang
meningkatkan respons antibodi terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat
menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan
satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai berikut:
200.000 IU pada anak umur 12 bulan ataulebih
100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan

Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis sesuai umur penderita
diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan gejala defisiensi vitamin
A.Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau pneumonia bacterial dapat diberi
antibiotik. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya sesuai dengan derajat dehidrasinya.

8. Komplikasi

Pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang terjadi sebagai akibat replikasi virus
atau karena superinfeksi bakteri antara lain:
Otitis Media Akut
Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder.

Ensefalitis
Dapat terjadi sebagai komplikasi pada anak yang sedang menderita campak atau dalam satu
bulan setelah mendapat imunisasi dengan vaksin virus campak hidup, pada penderita yang
sedang mendapat pengobatan imunosupresif dan sebagai Subacute sclerosing
panencephalitis (SSPE). Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi campak adalah 1 : 1.000
kasus, sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus campak hidup adalah 1,16 tiap
1.000.000 dosis.
SSPE jarang terjadi hanya sekitar 1 per 100.000 dan terjadi beberapa tahun setelah infeksi
dimana lebih dari 50% kasus-kasus SSPE pernah menderita campak pada 2 tahun pertama
umur kehidupan. Penyebabnya tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus campak
memegang peranan dalam patogenesisnya. SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak
didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian.

Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus morbilia atau oleh Pneuomococcus, Streptococcus,
Staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda,
anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun misalnya tuberkulosis,
leukemia dan lain-lain.

Kebutaan
Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A yang akhirnya dapat
menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan.

9. Pencegahan

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR (Measles, Mumps,
Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan
pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila
vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun.
Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun.13 Dosis vaksin campak ataupun
vaksin MMR 0,5 mL subkutan.

Pencegahan berikutnya adalah :

Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.

Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama
empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau
mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada
stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang
dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.
Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik
untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi
infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.

Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni
bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang
reversibel.
Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.

Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat
terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jadwal imunisasi IDAI 2014 [Internet]. 2014. Available
from: http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-idai-2014.html

Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis. IDAI 2009. [Internet].2009.
Available from: http://idai.or.id/public-articles/pedoman/pelayanan/medis-idai-2009.html

Info Imunisasi. Campak bisa dicegah dengan imunisasi [image on the Internet]. 2012 July
17. Available from: http://infoimunisasi.com/headline/campak-bisadicegah-dengan-
imunisasi/

Maldonado YA. Measles Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Phiadelphia: Saunders; 2004, h. 1026-32.

Pediatric Infectious Disease Society of the Philippines. Interim management guidelines


for measles [Internet]. 2013. Available from:
www.pidsphil.org/pdf/Journal_12312013/jo45_ja07.pdf

World Health Organization. Measles The Americas [Internet]. 2015 February 13.
Available from: http://www.who.int/csr/don/13-february-2015-measles/en/
World Health Organization. Measles [Internet]. 2015 February. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/

Anda mungkin juga menyukai