Disusun Oleh:
Grisel Nandecya
2012730129
Dokter Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
STASE PENYAKIT DALAM RSIJ CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Syndrome Vena Cava
Superior ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Laporan kasus ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas untuk penilaian kegiatan
kepaniteraan klinik stase Penyakit Dalam tahun 2017. Dan juga untuk memperdalam
pemahaman tinjauan pustaka yang telah dipelajari sebelumnya.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kasus ini. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan laporan selanjutnya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing laporan kasus ini dr. Faisal
Syarifuddin, Sp. PD yang telah membimbing dalam penyusunan laporan kasus. Terima kasih
juga pada semua pihak yang telah membantu dalam tahap pengumpulan referensi, analisis
materi dan penyusunan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi instansi
kepaniteraan klinik FKK UMJ dan RSIJ Cempaka Putih pada umumnya.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.M
Usia : 49 Tahun
No RM : 00-95-95-67
No Kamar : 03
B. Anamnesis
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
Sulit bernapas seperti tercekik, sulit bicara, sakit menelan, sakit pinggang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan bengkak pada wajah dan leher sejak 2 minggu
SMRS. Empat minggu SMRS, pasien mengeluh batuk berdarah ,batuk dirasakan
terus-menerus dan setiap batuk selalu mengeluarkan darah berwarna merah
kecoklatan. kurang lebih 1 sendok makan setiap batuk, pasien juga sering berkeringat
malam, sesak napas, dan nasfu makan menurun. Setelah berobat ke dokter Paru
pasien di diagnosa TB paru dan mengkonsumsi OAT selama 2 minggu, sejak
mengkonsumsi OAT os merasa wajah dan leher membengkak, dan pasien
menghentikan pengobatan OAT karena pasien mengira bengkak tersebut diakibatkan
oleh alergi OAT. Selain itu pasien merasa sulit bernapas karena terasa seperti
tercekik, pasien juga mengeluh sulit bicara dan sakit menelan, dan terdapat nyeri
pinggang yang menjalar sampai ke kaki kiri.
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh gejala yang sama seperti pasien.
Tidak ada riwayat penyakit Tuberkulosis dalam keluarga.
Tidak ada riwayat Hipertensi, Diabetes Melitus dan penyakit Jantung pada keluarga.
f. Riwayat Pengobatan
Pasien sempat meminum OAT selama 2minggu, dan pengobatan tidak dilanjutkan
oleh pasien
g. Riwayat Alergi
h. Riwayat Psikososial
Pasien sehari-hari bekerja serabutan , lebih sering bekerja sebagai kuli panggul yang
dalam sehari bekerja 12 jam . Pola makan tidak teratur, dan pasien merupakan
perokok berat, dalam sehari pasien bisa menghabiskan 3bungkus rokok.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda Vital :
Nadi : 84 kali/menit,
Antropometri:
BB sebelum sakit : 78 kg
BB ketika sakit : 75 kg
TB : 168 cm
Status Gizi
= 26,5 (Obese I)
Status Generalisata
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Leher :Tampak pelebaran vena (+) Edema (+) Pembesaran KGB (-),
Pembesaran Tiroid (-)
Thorax :
Paru-paru
Paru (depan)
Abdomen:
Ekstremitas superior
Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Ekstremitas inferior
Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Patrick test dan Kontra Patrick sinistra (+) Lasegue test sinistra (+)
E. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Hitung Jenis
Basophil 1 % 0-1
Eusinofil H6 % 2-4
Limfosit L 23 % 25-40
Monosit H 11 % 2-8
Jumlah Retikulosit
Absolut 59 25-75
MCV 81 fL 80-100
MCH 26 Pg 26-34
Kimia Klinik
Faal Hati
Faal ginjal
Elektrolit
Urin Lengkap
Sedimen
Ph 6,0 5,0-7,0
G. Daftar Masalah
- Susp. Tumor Paru
- Susp. Syndrome Vena Cava Superior
- Low back pain
H. Assesment :
Susp. Tumor Paru
S : Riwayat batuk berdarah sejak 4minggu SMRS, darah berwana merah
kecoklatan,1 sendok makan setiap batuk, sering berkeringat malam, sesak
napas, dan nasfu makan menurun. setelah berobat ke dokter Paru pasien di
diagnosa TB paru dan mengkonsumsi OAT selama 2 minggu, namun
pasien menghentikan pengobatan OAT tersebut. Pasien juga merupakan
perokok berat , dalam sehari pasien bisa menghabiskan 3 bungkus rokok.
O : KU: tampak sakit sedang , Kesadaran : CM
TD: 130/80, HR: 84x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,3 oC
Lab: eosinophil : H 6%, limfosit: L 23%, Monosit H 11 , LED: H 58,
hematokrit : L 40%
A : Susp. Tumor Paru
P : Rencana pemeriksaan foto Rontgen Thorax PA/Lateral
Susp. Syndrome Vena Cava Superior
S : bengkak pada wajah dan leher, sulit bernapas seperti rasa tercekik, sulit
bicara dan sakit menelan
O : KU: tampak sakit sedang Kesadaran : CM
TD: 130/80, HR: 84x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,3 oC
Status lokalis ditemukan edema pada regio wajah (+) Palpebra (+/+), leher
(+), terdapat pelebaran vena pada regio leher (+)
I. Diagnosis
Non-medikamentosa
Medikamentosa
K. Rencana Pemeriksaan
L. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia ad malam
BAB II
DISKUSI
A. Analisis Kasus
1. Diagnosis
Diagnosis pada kasus diambil berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang berikut:
Berdasarkan anamnesis pasien mengeluhan bengkak pada wajah dan leher sejak 2
minggu SMRS. Empat minggu SMRS, pasien mengeluh batuk berdarah ,batuk dirasakan
terus-menerus dan setiap batuk selalu mengeluarkan darah berwarna merah kecoklatan
kurang lebih 1 sendok makan setiap batuk, pasien juga sering berkeringat malam, sesak
napas, dan nasfu makan menurun. Karena keluhan tersebut pasien berobat ke Poli Paru RSIJ
Cempaka Putih dan di diagnosa TB Paru serta mengkonsumsi OAT selama 2 minggu . sejak
mengkonsumsi OAT pasien merasa wajah dan leher semakin membengkak, dan pasien
menghentikan pengobatan OAT karena pasien mengira bengkak tersebut diakibatkan oleh
alergi OAT. Keluhan ini dirasakan semakin bertambah berat, dengan adanya keluhan
tambahan sulit bernapas terasa seperti tercekik, sulit bicara dan sakit menelan. Pasien juga
merupakan perokok berat , dalam sehari pasien bisa menghabiskan 3 bungkus rokok.
Berdasarkan tanda dan gejala diatas pasien ini dicurigai sebagai tumor paru karena
gejala tersebut sudah sesuai dengan kriteria diagnosis menurut Pedoman diagnostik dan
penatalaksanaan penyakit paru di Indonesia (Konsesus Paru). Salah satu komplikasi pada
tumor paru ialah syndrome vena cava superior, yang muncul akibat adanya penekanan atau
invasi massa ke vena cava superior, sehingga menimbulkan gejala SVCS. Keluhan yang
ditimbulkan tergantung berat ringannya gangguan,seperti sakit kepala, sesak napas, batuk,
sinkope, sakit menelan, dan batuk darah. Pada keadaan yang berat, selain gejala sesak napas
yang hebat, dapat dilihat adanya pembengkakan wajah, leher dan lengan yang disertai
pelebaran vena-vena subkutan leher dan dada. Hal ini diperkuat pada hasil pemeriksaan
fisik pasien yang ditemukan adanya edema pada regio wajah (+) leher (+),dan terdapat
pelebaran vena pada regio leher (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
pemeriksaan hitung jenis Eosinofil 6% (H) , limfosit 23% (L) , Monosit 11% (H) , Laju
Endap Darah 58Mm (H) . Hal ini juga dapat mengarah pada kemungkinan suatu keganasan.
Selain itu pasien juga mengeluh nyeri pinggang yang dirasakan menjalar sampai ke
kaki kiri, hal ini kemungkinan berkaitan dengan pekerjaan pasien sebagai kuli panggul, yang
dalam sehari bekerja 12 jam. Pada pemeriksaan fisik Patrick dan Kontra Patrick test sinistra
(+) lasegue test sinistra (+) . Berdasarkan gejala diatas mengarah kepada low back pain,
dikarenakan pada pemeriksaan faal ginjal tidak didapatkan adanya peningkatan ureum dan
kreatinin. Pada pemeriksaan urinalisis juga tidak ditemukan adanya kelainan, sehingga untuk
diagnosa penyakit kelainan pada ginjal dapat disingkirkan.
Namun untuk menegakkan diagnosa pasti pada pasien ini, diperlukan rencana
pemeriksaan penunjang lainnya, seperti Foto rontgen Thorax, CT Scan Thorax , USG, MRI,
Biopsi.
Penatalaksanaan ideal untuk mengatasi SVKS adalah terapi definitif penyakit
penyebab, kadang diperlukan pengobatan multimodalitas yaitu terapi jangka pendek yang
tidak agresif dapat diberikan untuk mengurangi gejala dengan pemberian kortikosteroid dan
diuretik untuk mengurangi edema. Selain itu diperlukan pengobatan multimodalitas yaitu
kemoterapi, radioterapi, bedah, pemasangan stent, dan trombolisis.
Tatalaksana
Tatalaksana secara Non-medika mentosa dan Medikamentosa:
a. Nonmedikamentosa
- Identifikasi penyakit penyebab
- Tirah baring.
- Menjaga tubuh bagian atas tetap lebih tinggi dari pada tubuh bagian bawah.
- Menjaga kebersihan diri, makanan dan lingkungan.
- Berobat yang teratur
b. Medikamentosa
- Ringer Laktat 1500 ml
- metilprednisolon 3x4mg
- Ketorolac tab 2x10mg
- Eperisone tab 2x50mg
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
2. Konsensus TB Paru (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) Available from URL:
http://www.klikpdpi.com/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=45