Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti Herdiati Metode Penelitian

Nim : D1A115065
Prodi : Administrasi Publik

Judul Proposal
Dampak Kebijakan Tata Ruang Kota Banjarmasin Terhadap Kebudayaan Sungai Masyarakat
Kota Banjarmasin

Latar Belakang

Julukan kota sebagai kota seribu sungai sudah mulai pudar. Pudarnya identitas kota tersebut
disebabkan oleh hilangnya fungsi sungai yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat. Pada
awalnya, sungai merupakan jalur transportasi yang utama di Banjarmasin. Fungsi sungai
sebagai jalur transportasi berimplikasi pada penggunaan sungai sebagai lalu lintas
perekonomian masyarakat. Sungai menjadi jalur perdagangan. Aktivitas perekonomian
masyarakat berkembang pesat di sepanjang daerah aliran sungai. Hal tersebut ditunjukkan
dengan banyaknya pasar di kota Banjarmasin yang terletak di pinggir sungai, di antaranya
adalah Pasar Lama yang terletak di tepi Sungai Martapura, Pasar Kuin yang terletak di tepi
Sungai Kuin atau yang lebih terkenal dengan sebutan pasar Terapung, dan lain-lain. Predikat
kota seribu sungai diperoleh Banjarmasin berdasarkan sejarah pembentukan kota yang
dimulai dari aktivitas pelayaran sungainya.

Menurut Undang-Undang RI nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan


Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Undang-Undang RI Nomor 26
tahun 2007 pasal 2 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa kebijakan tata ruang kota
harus memperhatikan keharmonisan antara lingkungan buatan dan lingkungan alamiah.
Penataan ruang harus berdasarkan asas: 1) keterpaduan; 2) keserasian, keselarasan dan
keseimbangan; 3) keberlanjutan; 4) keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; 5) keterbukaan;
6) kebersamaan dan kemitraan; 7) perlindungan dan kepentingan umum; 8) kepastian hukum
dan keadilan; dan 9) akuntabilitas.

Sungai yang selama turun temurun digunakan masyarakat sebagai sumber air dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kini tidak layak lagi dikonsumsi. Limbah menjadi
persoalan yang belum juga terpecahkan, bahkan menjadi semakin parah dikarenakan
pembangunan infrastruktur sungai menyebabkan kondisi sungai semakin memprihatinkan,

1
hal itu diperperah oleh limbah masyarakat dan limbah lainnya yang mengakibatkan
kandungan sungai menjadi tercermar.

Dua tahun terakhir ini, sungai-sungai kecil yang melalui hampir segala penjuru kota
Banjarmasin menjadi semakin dangkal dan sempit, seperti Sungai Teluk Dalam di Jalan
Mayjend. Soetoyo S. yang dipenuhi oleh rumah toko (ruko) di sepanjang bantaran sungai.
Sungai besar seperti sungai Martapura yang melewati jalan di depan kantor gubernur
memang diupayakan pembersihannya dari perumahan kumuh di sepanjang bantaran sungai,
tetapi sebagai gantinya pemerintah justru menguruk sungai untuk dijadikan taman kota
sehingga mempersempit badan sungai. Kepala Dinas Infokum Kota Banjarmasin,
Drs.Bambang Budianto mengungkapkan bahwa kandungan besi yang ideal untuk kehidupan
hanyalah 0,3 Ml/l, tetapi hasil penelitian di sepuluh titik lokasi sungai di Banjarmasin sangat
tinggi. Hasil penelitian kandungan besi yang ada seperti di sungai Basirih terdapat kandungan
besi 1,1 Mg/L, air Sungai Mantuil 1,91 Mg/L, air Sungai Pelambuan 1,5 Mg/, air Sungai
Suaka Insan 1,65 Mg/L, air Sungai Kuin Cerucuk 2,08 Mg/L, di air Sungai Kayutangi 1,76
Mg/L, dan air Sungai Banua Anyar 1,84 Mg/L. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
pemerintah kota Banjarmasin tidak bertindak tegas dan belum menunujukkan keseriusannya
dalam melestarikan sungai yang notabene menjadi identitas kota Banjarmasin

Pokok Masalah
Sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat kota banjarmasin kini menjadi sempit
dan tercemar akibat dampak kebijakan pembangunan tata ruang oleh pemerintah kota
Banjarmasin.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pokok masalah, selanjutnya dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
(1) Bagaimana pengaturan kebijakan tata ruang kota Banjarmasin terkait kedudukan
Banjarmasin sebagai kota sungai?
(2) Apa dampak kebijakan tata ruang kota Banjarmasin terhadap kebudayaan masyarakat
kota Banjarmasin?

2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
(1) Ingin mengetahui pengaturan kebijakan tata rung kota Banjarmasin terkait kedudukan
Banjarmasin sebagai kota sungai.
(2) Ingin mengetahui dampak kebijakan tata ruang kota Banjarmasin terhadap
kebudayaan masyarakat kota Banjarmasin.

Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini terutama adalah:
(1) Dari perspektif teoritis, dimaksudkan untuk mengetahui dampak kebijakan tata ruang
kota Banjarmasin terhadap kebudayaan sungai masyarakat Kota Banjarmasin.
(2) Dari perspektif praktis, diharapkan melalui penelitian ini dapat ditemukan hal-hal
yang dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menangani dampak kebijakan
tata ruang kota Banjarmasin terhadap kebudayaan sungai masyarakat Kota
Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai