Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis,
serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta
pendistribusian dan penggunaannya secara aman (Syamsuni, 2006).
Farmasi fisika adalah ilmu di bidang farmasi yang menerapkan
ilmu fisika dalam sediaan farmasi. Dalam farmasi fisika dipelajari sifat
fisika berbagai zat yang digunakan dalam formulasi suatu sediaan,
sehingga akan menghasilkan sediaan yang sesuai, aman dan stabil yang
nantinya akan didistribusikan kepada pasien yang membutuhkan. Salah
satu sifat fisika yang mempengaruhi proses formulasi adalah ukuran
partikel.
Beberapa sediaan obat yang berhubungan dengan ukuran partikel
adalah serbuk bagi yang biasa dibuat puyer untuk anak-anak, sediaan
kapsul, emulsi dan sebagainya. Dalam pembuatan kapsul, pengukuran
partikel sangat penting dalam mencapai sifat alir yang diperlukan dari
pencampuran yang besar. Selain itu, ukuran partikel suatu obat dapat
mempengaruhi pelepasannya dari bentuk-bentuk sediaan yang diberikan
secara oral, rectal maupun topikal. Dalam farmasi fisika ilmu yang
berkaitan dengan pengukuran partikel kecil tersebut adalah mikromeritik.
Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel, yang mana ukuran
partikel ini cukup kecil. Mikromeritik dapat didefinisikan sebagai cabang
ilmu dan teknologi yang mengukur partikel-partikel kecil (Martin, 1993).
Mikromeritik sangat penting dipelajari oleh mahasiswa farmasi,
karena dengan mikromeritik kita dapat mengetahui luas permukaan dari
partikel kecil dari suatu sediaan obat, sifat fisika kimia dari suatu sediaan,
kita juga dapat mempelajari bagaimana mekanisme pelepasan obat yang
diberikan secara oral, suntikan, dan topikal. Selain itu juga untuk
mempermudah kita dalam pembuatan obat bentuk emulsi dan suspensi,
kita juga dapat mengetahui stabilitas suatu obat (tergantung ukuran
partikelnya).
Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan mikromeritik yaitu
menghitung diameter partikel dari laktosa dan talkum dengan
menggunakan ayakan mesh nomor 44, 66, dan 100.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara pengukuran diameter partikel
suatu zat dengan menggunakan metode ayakan.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengukur diameter partikel dari laktosa dan talkum menggunakan
metode ayakan.
I.3 Prinsip Percobaan
Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan
residu yang tertinggal pada ayakan yaitu dengan melewatkan serbuk pada
ayakan dari nomor mesh terendah kenomor mesh tertinggi yang
digerakkan dengan tangan dalam waktu dan kecepatan yang konstan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Mikromeritik
1. Definisi
Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-partikel kecil oleh
Dalla Valle dinamakan Mikromeritik. Dispersi koloid mempunyai
sifat kateristik yaitu partikel-partikelnya tidak dapat dilihat dibawah
mikroskop biasa, sedangkan partikel-partikelnya dari emulsi dan
suspensi farmasi serta sebuk halus ukurannya berad dalam jarak
penglihatan mikroskop. Partikel-partikel yang ukurannya sebesar
serbuk kasar, granulat tablet atau granulat garam, ukurannya berada
dalam jarak pengayakan (Martin,1994).

Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran


partikel sangat penting dalam farmasi. Jadi ukuran, dan karenanya juga
luas permukaan, dari suatu partikel dapat dihubungkan secara berarti pada
sifat fisika, kimia dan farmakologi dari suatu obat. Secara klinik ukuran
partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari bentuk-
bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rektal dan topical.
Formulasi yang berhasil dari suspense, emulsi dan tablet, dari segi
kestabilan fisik dan respon farmakologis, juga bergantung pada ukuran
partikel yang dicapai dalam produk tersebut. Dalam bidang pembuatan
tablet dan kapsul, pengendalian ukuran parikel penting sekali dalam
mencapai sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari
granul dan serbuk. Hal ini membuat seorang farmasis kini harus
mengetahui pengetahuan mengenai mikromeritik yang baik (Ansel, 1989).
Mikromeritik adalah ilmu pengetahuan dan teknologi tentang
partikel-partikel kecil. Dalam bidang kefarmasian, informasi yang perlu
diperoleh dari (obat ada 2 macam yaitu informasi tentang ukuran partikel
diungkapkan dalam diameter (ukuran) partikel. Sementara itu, informasi
bentuk spesifik partikel yang bersangkutan dan konduktornya (keadaan
kasar atau halus permukaan partikel). Semua data tersebut ada kaitannya
dengan efek obat (Sudjaswadi, 2002).
Menurut Martin (1990), setiap kumpulan partikel biasanya disebut
polidispersi, karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran
partikel tertentu, tapi juga beberapa banyak partikel-partikel dengan
ukuran yang sama ada dalam sampel. Ukuran partikel bahan obat padat
mempunyai peranan dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai
peranan besar dalam pembuatan sediaan obat dan juga terhadp efek
fisiologisnya (Moechtar,1990).
Pentingnya mempelajari mikromeritik, yaitu (Parrot,1970) :
1. Menghitung luas permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari pelepasan obat yang diberikan secara per
oral, suntikan dan topical
4. Pembuatan obat bentuk emulsi, suspense dan duspensi
5. Stabilitas obat
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran partikel :
1. Mikroskopik Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi
diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan
ditempatkan pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop mikroskop
tersebut, pada tempat di mana partikel terlihat, diletakkan mikrometer
untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut. Pemandangan dalam
mikroskop dapat diproveksikan ke sebuah layar di mana partikel-
partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bias dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan di proveksikan ke layar untuk
diukur (Martin, 1990).
Dalam metode mikroskopik pengukuran diameter rata-rata dari
sistem diperoleh dengan pengukuran partikel secara acak sepanjang
garis yang ditentukan. Partikel yang tersusun secara acak diatur
diameternya dengan frekuensi yang sama dalam berbagai arah,
sehingga partikel tersebut dianggap sebagai partikel yang berbentuk
bola dengan diameter yang sama (M. Idris Effendi, 2003).
Pengukuran biasanya dengan menggunakan mikroskopik
mempunyai daya pisah yang bagus. Alat optik mikromeritik harus
mempunyai jarum penunjuk yang digerakkan dengan kalibrasi
mikrometer sekrup. Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis
tengah yang diperoleh hanya dari dua dimensi dari partikel tersebut,
yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada perkiraan yang bias
diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel yang harus
dihitung (sekitar 300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang
baik dari distribusi, menjadikan metode tersebut memakan waktu.
Namun dengan demikian pengujian mikroskopis dari suatu sampel
harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode analisis
ukuran partikel lainnya, karena adanya gumapalan dari partikel-
partikel lebih dari suatu komponen seringkali bias dideteksi dengan
metode ini (Martin A, 1994).
2. Metode Pengayakan
Metode ayakan merupakan metode yang digunakan untuk
mengukur partikel yang agak kasar. Metode ini adalah yang paling
sederhana untuk mengukur ukuran rata-rata partikel. Menurut Voight,
R (1994), dalam menentukan ukuran partikel dengan ayakan, ayakan
disusun bertingkat dengan ayakan yang paling kasar diletakkan paling
atas pada penggerak, dan serbuk yang akan diayak dituangkan pada
ayakan teratas yang memiliki lubang yang besar, sehingga partikel
yang memiliki ukuran lebih kecil dari ukuran pengayak dapat yang
mudah melewatinya.
Bahan yang tertinggal disetiap ayakam dikumpulkan lalu
ditimbang. Kesalahan dari metode pengayakan akan timbul dari
sejumlah variabel termasuk beban ayakan dan lama intensitas
penggoyangan. Partikel, yang ukurannya lebih kecil dari pada lebar
ukuran lubang ayakan yang dijumpai, berjatuhan melewatinya.
Partikel-partikel tersebut membentuk bahan halus. Partikel yang
tertinggal kembali pada ayakan membentuk bahan kasar (Martin,
1994).
3. Sedimentasi
Ukuran partikel dari ukuran saringan seperti salah satunya
seringkali disangkutkan dalam bidang farmasi. metode sedimentasi di
dasarkan pada hokum Stoke, serbuk yang akan diukur disuspensikan
dalam cairan, dimana serbuk tidak dapat larut. Suspense ini
ditempatkan pada sebuah pipet yang bervariasi. Sampel ini diuapkan
untuk dikeringkan dan residunya ditimbang. Setiap sampel ditarik
yang mempunyai ukuran partikel; yang lebih kecil dari yang
dihubungkan dengan kecepatan. Pengendapan karena semua partikel
dengan ukuran yang lebih panjang akan jatuh ke level bawah dari
ujung pipet (Parrot, 1971).
Metode sedimentasi didasarkan pada hokum Stoke, serbuk yang
akan diukur disuspensikan dalam cairan, dimana serbuk tidak dapat
larut. Suspensi ini ditempatkan pada sebuah pipet yang bervariasi.
Kemudian diuapkan untuk dikeringkan dan residunya ditimbang. Pada
ujung pipet nantinya akan terjadi pengendapan yang disebabkan oleh
adanya ukuran partikel yang besar dari serbuk (Voight R, 1994).
II.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alcohol, Ethyl alcohol
Rumus struktur :
RM/BM : C2H5OH/46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform dan
dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindungi cahaya,
ditempat sejuk dan jauh dari nyala api
Kegunaan : Untuk membebaskan lemak dan membersihkan alat
2. Laktosa (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : LACTOSUM
Nama lain : Laktosa
Rumus struktur :

RM/BM : C11H22O11.H2O/36,30
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih; Sukar larut dalam etanol(95%) P; praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
3. Talkum (Dirjen POM, 1979; Anief, 1997; Iso, 2016)
Nama resmi : TALCUM
Nama lain : Talk
Rumus struktur : O O O

Mg Si = O Si

O O O H2O

Mg Si = O Si

Mg
Aries R.S dan Newton, R.D, 1995

RM/BM : H8MG3 (SiO3)4/ 379,2657 gr/mol


Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus, licin, mudah melekat
pada kulit bebas dari butiran, warna putih atau serbuk
hablur kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hamper semua pelarut
Khasiat : Antifungi (anti jamur)
Kegunaan : Dalam wadah tertutup baik
BAB III
METODE KERJA
III.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum mengenai sediaan mikromeritik dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 03 Oktober 2017 pada pukul 13.00-18.00 WITA.
Bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi,
Universitas Negeri Gorontalo.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat

Ayakan Mesh Cawan Porselen Lap Halus


(44,66,100)

Neraca Analitik Spatula


III.2.2 Bahan

Laktosa Talkum Alkohol 70 %

Tissu

III.3 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70 %
3. Ditimbang laktosa dan talkum sebanyak 25 g menggunakan neraca
analitik
4. Disusun ayakan mesh dari nomor 44 kemudian nomor 66 dan nomor
100
5. Diayak laktosa selama 10 menit dengan konstan
6. Ditimbang bobot laktosa yang tertinggal pada tiap ayakan mesh
7. Dibersihkan kembali ayakan menggunakan alkohol 70%
8. Diayak talkum selama 10 menit dengan konstan
9. Ditimbang bobot talkum yang tertinggal pada tiap ayakan mesh
10. Dihitung diameter rata-rata partikel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
Jenis Nomor (a) (d) axd Diameter
Sampel mesh Bobot Persen rata-rata
yang tertinggal tertinggal (m)
Diuji (g) (g)
Laktosa 44 13,7365 54,946 754,7675 7,2555

66 10,5594 42,2376 446,0003 4,2824


100 1,7105 6,842 11,7032 0,1125

104,0256 1.212,4692 11,6554


Talkum 44 5,3219 21,3164 113,4437 3,4045

66 1,3176 5,2704 6,9442 0,2084

100 1,6835 6,734 11,3366 0,3402

33,3208 131,7245 3,9532

IV.1.2 Perhitungan
Bobot tertinggal
1. % Tertinggal = x 100 %
Bobot sampel

a. Laktosa
13,7365 g
% Tertinggal Mesh 44 = x 100 %
25 g

= 54,946%
10,5594 g
% Tertinggal Mesh 66 = x 100 %
25 g

= 42,2376%
1,7105 g
% Tertinggal Mesh 100 = x 100 %
25 g

= 6,842%
b. Talkum
5,3219 g
% Tertinggal Mesh 44 = x 100 %
25 g

= 21,3164%
1,3176 g
% Tertinggal Mesh 66 = x 100 %
25 g

= 5,2704%
1,6835 g
% Tertinggal Mesh 100 = x 100 %
25 g

= 6,734%
axd
2. Diameter rata-rata = d

a. Laktosa
754,7675
Mesh 44 : D = 104,0256

= 7,2555 m
446,0003
Mesh 66 : D =
104,0256

= 4,2824 m
11,7032
Mesh 100 : D = 104,0256

= 0,1125 m
b. Talkum
113,4437
Mesh 44 : D = 33,3208

= 3,4045 m
6,9442
Mesh 66 : D = 33,3208

= 0,2084 m
11,3366
Mesh 100 : D = 33,3208

= 0,3402 m
3. Diameter Rata-rata
(a.d)
a. Laktosa : D = d
1.212,4692
= 11,7032

= 11,6554 m
(a.d)
b. Talkum : D = d
131,7245
= 11,7032

= 3,9532 m

IV.2 Pembahasan
Mikromeritik yaitu suatu ilmu dan teknologi yang mempelajari
tentang partikel kecil terutama mengenai ukuran partikel. Ukuran partikel
dalam bidang farmasi sangat penting karena berhubungan dengan
kestabilan suatu sediaan. Ukuran partikel juga menentukan sistem dispersi
farmasetik (Sinala, 2016).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengukuran
partikel yaitu dengan menggunakan metode pengayakan, sedimentasi, dan
mikroskopik optik. Dalam percobaan ini, metode yang digunakan yaitu
metode pengayakan. Menurut Sinala (2016), metode pengayakan
merupakan metode sederhana dengan menggunakan alat atau mesin seperti
ayakan, tetapi memiliki aturan kecepatan dan ukuran ayakan (mesh)
tertentu.
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Kemudian dibersihkan alat yang digunakan tersebut
menggunakan alkohol 70%. Digunakan alkohol 70% karena menurut Tjay
dan Rahardja (2015), alkohol 70% adalah desinfektan yang dapat
membunuh bakteri atau mikroorganisme pada jaringan mati.
Selanjutnya ditimbang laktosa dan talkum masing-masing
sebanyak 25 gram menggunakan neraca analitik. Kemudian disusun
ayakan mesh dari yang paling bawah yaitu ayakan mesh nomor 100
kemudian nomor 66 dan terakhir nomor 44. Menurut Sinala (2016),
sampel diayak melalui sebuah susunan ayakan tersebut karena ayakan
dengan nomor mesh kecil memiliki lubang ayakan yang besar dan ukuran
partikel yang melewatinya juga berukuran besar sehingga bahan yang akan
diayak diletakkan pada ayakan teratas dengan nomor mesh kecil. Dengan
demikian, partikel yang ukurannya lebih kecil dari lebar jala akan
berjatuhan melewatinya. Adapun meunurut Prabowo (2009), Mesh adalah
jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi persegi (square inch),
sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan
merupakan besar material yang diayak. Sehingga dalam praktikum
mikromeritik ini digunakan ayakan mesh karena untuk dapat melihat
partikel yang berukuran kecil.
Kemudian dilakukan pengayakan pada laktosa selama 10 menit
dengan konstan agar partikel yang dihasilkan. Pengayakan dilakukan
selama 10 menit karena menurut Zulfikar (2010), waktu tersebut dianggap
waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada tiap ayakan
(nomor mesh). Bila waktu lebih dari 10 menit dikhawatirkan partikel
terlalu sering bertumbukkan sehingga pecah dan lolos keayakan
berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang
dari 10 menit, partikel belum terayak sempurna. Setelah pengayakan
tersebut, ditimbang bobot yang tertinggal pada tiap ayakan. Tujuan dari
penimbangan yaitu untuk mengetahui berapa banyak bobot yang tertinggal
dari laktosa sebanyak 25 gram. Sehingga, dapat dihitung persen tertinggal
serbuk yang nantinya dapat menentukan diameter dari partikel tersebut.
Selanjutnya dilakukan pengayakan lagi pada talkum selama 10
menit dengan konstan agar partikel yang dihasilkan. Pengayakan
dilakukan selama 10 menit karena menurut Zulfikar (2010), waktu tersebut
dianggap waktu optimum untuk mendapatkan keseragaman bobot pada
tiap ayakan (nomor mesh). Bila waktu lebih dari 10 menit dikhawatirkan
partikel terlalu sering bertumbukkan sehingga pecah dan lolos keayakan
berikutnya, dengan begitu akan terjadi ketidakvalidan data. Jika kurang
dari 10 menit, partikel belum terayak sempurna. Setelah pengayakan
tersebut, ditimbang bobot yang tertinggal pada tiap ayakan. Tujuan dari
penimbangan yaitu untuk mengetahui berapa banyak bobot yang tertinggal
dari talkum sebanyak 25 gram. Sehingga, dapat dihitung persen tertinggal
serbuk yang nantinya dapat menentukan diameter dari partikel tersebut.
Terakhir, dihitung diameter rata-rata dari sampel tersebut. Dan
hasil yang diperoleh untuk laktosa yaitu 11,6554 m dan untuk talkum
yaitu 3.9532 m. Pada perhitungan bobot tertinggal untuk sampel talkum,
hasil tidak sesuai yaitu hasil pada nomor ayakan 100 lebih besar dari pada
nomor ayakan 66. Kemungkinan kesalahan yang terjadi adalah
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
V.2 SARAN
V.2.1 Asisten
Diharapkan asisten senantiasa mendampingi praktikan agar tidak
terjadi kesalahan pada praktikum berlangsung.
V.2.2 Laboratorium
Perlu adanya penambahan sarana dan prasarana laboratorium agar
lebih lengkap sehingga jalannya praktikum dapat efisien, baik dalam
waktu maupun hasilnya.
V.2.3 Jurusan
Perlu adanya peningkatan fasilitas dan infrastuktur laboratorium.
V.2.4 Praktikan

Anda mungkin juga menyukai