06
Fakultas Program Kode MK Tukina, S. Pd. M. Si
Studi
Abstract Kompetensi
Hak dan Kewajiban Warganegara Mahasiswa diharapkan mampu
merupakan tema yang sangat perlu mengetahui, memahamai, menganalisis
dipelajari. Mahasiswa perlu dan menerapkan Hak dan Kewajiban
mengetahui, memahami, dan mengerti dengan Baik dan bertanggungjawab.
bahwa antara hak dan kewajiban perlu
dijalankan secara selaras serasi dan
seimbang.
MATA KULIAH :
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
( e learning)
SKS : 2
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2015
2
Pembahasan
Hak & Kewajiban Warganegara
3
dan serasi serta selaras. Penuntutan hak oleh negara dan juga warganegara harus berimbang
dengan kewajibannya. Tidak mungkin orang hanya menunut haknya saja sedang
kewajibannya diabaikan. Bila ada orang yang hanya menuntut haknya saja maka akan pasti
merugikan orang lain, masyarakat bangsa dan negara. Demikian pula orang yang hanya
mengerjakan kewajiban saja tanpa mendapkan hak maka juga akan merugikan orang lain,
masyarakat bangsa dan negara. Oleh karena itu, antara Kewajiban dan hak harus dijalankan
secara bersamaan, tidak ada yang mendahului atau yang ditinggalkan dari yang lain.
Pelaksanaan Hak dan kewajiban yang tidak seimbang, berimbang dan berat sebelah
menimbulkan pertikaian, konflik, permusuhan dan kekerasan yang akan berujung
ketidakharminisan kehidupan--. Ditengah-tengah masyarakat kita sering timbul konflik
demikian, semisal masalah Upah Minimum Regional(UMR), konflik dalam perusahaan,
kekerasan antara anggota masyarakat dan aparat pemerintah, unjuk rasa Tunjangan Kinerja
Daerah (TKD), unjuk rasa yang disebabkan kekerasan aparat pemerintah dan masih banyak
lainnya. Kekerasan seperti ada dalam lingkup (lingkungan) perorangan sederhana sampai
pada tataran golongan, negara dan pemerintahan yang rumit. Inti dari permasalahan seperti
itu karena pelaksanaan hak dan kewajiban yang tidak tepat dan tidak berimbang.
Konflik yang terjadi ditengah masyarakat tidak jarang sebagai cermin dari
pelaksanaan hak dan kewajiban yang kurang tepat. Ada sebagian orang yang hanya ingin
mendapatkan hak tanpa mengerjakan kewajibannya. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan
karena ada orang, kelompok lain yang harus melaksanakan kewajiban yang terkadang bukan
merupakan hak sendiri untuk melakukannya hal tersebut. Sebagai contoh lain banyak
sebagian warga negara menuntut hak agar jalan dan fasilitas umum diperhatikan dan
diperbaiki oleh pemerintah, tetapi ada sebagian wargamasyarakat yang tidak mau
menjalankan kewajiban, semisal membayar pajak. Padahal jalan dan fasilitas umum tersebut
diperbaiki dengan dana dari salah satunya adalah pajak. Contoh yang mudah adalah
bagaimana mahasiswa hanya menuntut haknya saja sedangkan dia tidak menjalankan
kewajibannya?mahasiswa menuntut perkulihan yang baik, fasilitas yang lengkap dan baik,
dosen yang berkualitas dan lain sebagainya sedangkan si mahasiswa tidak mau menjalankan
kewajibanya membayar SPP? Bagaimana hal tersebut? Bukankah pasti tidak harmonis?tidak
stabil? Sebenarnya akan mudah dipahami dalam perkuliahan di Perguruan Tinggi, seorang
mahasiswa yang tidak mengerjakan kewajibanya seperti belajar, patuh pada aturan, disiplin,
membayar SPP(sesuai dengan kemampuannya dan lain sebagainnya) pasti si mahasiswa itu
akan menemui banyak masalah. Tidak belajar berarti tidak menjalankan kewajiban sebagai
mahasiswa dan akhirnya mendapat nilai tidak lulus. Hal yang dialami mahasiswa sebenarnya
4
juga berlaku dalam masyarakat, antara hak dan kewajiban menjadi satu paket. Tidak bisa
seseorang hanya disuruh mengerjakan kewajiban saja tanpa diberikan haknya, demikaian
pula tidak bisa seseorang hanya menuntut haknya saja tanpa melaksanakan kewajiban. Bila
itu terjadi maka akan ada pemerasan, penindasan, ketidakadilan, kesewenang-wenangan,
melanggar hukum, kriminal dan lain sebagainya. Kasus yang terakhir ini merupakan hal
umum yang akan terjadi bila antara hak dan kewajiban tidak dijalankan secara berimbang,
dan tepat.
Untuk memahami hak, kewajiban dan warganegara secara tepat maka pengertian
ketiga istilah tersebut menjadi sangat penting dam mendasar.
1. Hak
Hak diartikan sebagai sesuatu hal yang memang secara sah menjadi milik
kita. Karena secara sah (legitimasi) menjadi milik kita maka berbicara tentang hak
menyangkut pengakuan (klaim) terhadap sesuatu, bisa orang, benda maupun sesuatu.
Ada pula yang mengartikan hak sebagai kuasa untuk memiliki. Kedua pengertian
tersebut sebenarnya mirip karena kedua-duanya menyangkut sesuatu yang bisa
dimiliki dan juga menyangkut secara sah dan bisa diklaim. Untuk bahasa diklaim
kalau dalam bahasa hukum berarti bisa dituntut untuk dimiliki. Karena begitu kuatnya
hak ini maka siapapun yang melanggar hak orang lain maka bisa dituntut untuk
mengembalikan kalau sulit bisa dituntut dalam proses hukum lebih lanjut. Jadi
rentangan hak ini dari yang sifatnya sederhana dan melekat pada diri pribadi sampai
yang rumit menyangkut sesuatu hal yang sangat kompleks. Pengklaiman suatu hak
yang rumit dapat melalui proses hukumyang ada, artinya siapapun orangnya yang
mengaku mempunyai sesuatu maka orang tersebut harus bisa membuktikan bahwa
sesuatu itu memang merupakan miliknya disinilah peran Pengadilan dan lembaga
Peradilan sangat penting dan menentukan terutama bila menyangkut masalah yang
rumit.
Hak sifatya bisa atau dapat dituntut artinya tidak semua yang berbau Hak
harus dituntut, untuk menuntut diserahkan pada yang punya hak itu sendiri. Tentunya
berdasarkan keadilan dan kepatutan serta kelayakan. Penuntutan terhadap pemenuhan
hak terjadi biasanya menyangkut sesuatu yang memang sangat perlu dituntut, semisal
5
terjadinya perampasan, penipuan, penyrobotan dan atau masalah sosial kenegaraan
seperti tidak dipenuhinya hak warganegara dalam hal upah, dalam hal hak
menyangkut pendidikan, hak kesehatan, hak tenaga kerja dan lain sebagainya.
2. Kewajiban
3. Warganegara Indonesia
6
hak dan kewajiban sebagai warganegara. Warganegara juga dapat diartikan sebagai
status hukum orang yang tinggal dalam negara tertentu. Atau dapat dikatakan sebagai
akibat hukum dari pengakuan seseorang terhadap negara tertentu. Sebagai contoh bila
orang telah mengaku bahwa dia sebagai warga negara Indonesia dan berani
bersumpah serta dibuktikan dengan dokumen tertentu misalnya KTP Indonesia maka
ia adalah seorang warganegara Indonesia. Pengakuan orang tersebut sebagai
warganegara Indonesia adalah merupakan komitmen tertinggi dalam masalah
kewarganegaraan.
Berdasarkan pasal 26 (1) UUD 1945 menyebutkan; Yang menjadi warga
negara (Indonesia) ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warganegara. Dalam perubahan
UUD 1945 pasal 26 menjelaskan perbedaan antara penduduk dengan warganegara,
sbb:
(1) Sama seperti yang aslinya
(2) Penduduk adalah warganegara Indonesia dan orang-orang yang bertempat
tinggal di Indonesia (tambahan dan sekaligus perubahan)
(3) Hal-hal mengenai warganegara dan penduduk diatur dengan undang-
undang ( ada undang-undang yang mengatur kemudian)
Warganegara adalah anggota dari suatu negara. Menjadi anggota atau
warganegara sesudah amandemen UUD 1945 lebih banyak ditentukan oleh undang-
undang (UU). Dalam pasal 28 E UUD 1945 (1) menyatakan bahwa setiap orang
berhak memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal, dan meninggalkannya
serta berhak kembali menjadi warganegara. Orang-orang yang tinggal dalam wilayah
Indonesia dapat diklasifikasikan:
1. Penduduk; yaitu orang yang tinggak / berdomisili / bertempat tinggal dalam
wilayah tertentu di NKRI. Penduduk terdiri dari warganegara Indonesia (WNI)
dan Warganegara Aing (WNA).
2. Bukan penduduk, yaitu orang-orang asing yang tinggal sementara di wilayah
Indonesia dengan visa diberikan kantor imigrasi yang menyebut tujuan ke
Indonesia, misalnya berwisata
Undang-undang yang menyangkut kewarganegaraan setelah Proklamasi kemerdekaan
17 Agustus 1945;
1. UU No. 3 tahun 1946, UU tentang Kewarganegaraan jaman Presiden Soekarno
2. UU Darurat no. 9 tahun 1955 tentang kependudukan orang asing
7
3. UU No. 2 Tahun 1958 tentang Penyelesaian Dwi kewarganegaraan Indonesia
antara Indonesia dengan RRC
4. UU No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia sebagai
penyempurnaan UU. No/. 3 tahun 1946
5. UU No. 4 Tahun 1969 tentang pencabutan UU No. 2 Tahun 1958 dan dinyatakan
tidak berlaku
6. UU No. 3 Tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 UU No. 62 tahun 1958
7. UU No. 12 Tahun 2006, UU Baru Kewarganegaraan (disetujui menjadi UU
tanggal 11 Juli 2006)
Asas-asas Kewarganegaraan
8
c. Asas persamaan didalam hukum dan Pemerintahan; menyangkut
perlakuan sama didepan hukum dan pemerintahan
d. Asas kebenaran subtantif; prosedur kewarganegraan seseorang bukan
hanya adsministratif tetapi juga subtantif yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
e. Asas Non diskriminasi; tidak boleh membeda-bedakan dalam segala
ikwal yang berkaitan dengan kewarganegaraan.
f. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM; harus memuliakan
HAM dalam hal ikwal berkaitan dengan Kewarganegaraan
g. Asas Keterbukaan; dalam segala hal yang berkaitan dengan
Kewarganegaraan perlu dilakukan secara terbuka
h. Asas Publisitas; hal yang berkaitan dengankewarganegaraan(termasuk
dalam hal ini memperoleh dan juga kehilangan kewargaangaraan
diumumkan dalam berita Negara RI agar seluruh masyarakat Indonesia
mengetahui.
Permasalahan yang muncul dari asas-asa diatas antara lain; Apatride
(seseorang yang tidak memiliki status kewarganegaraan), Bipatride
(seseorang yang memiliki status kewarganegaraan ganda), dan
multipatride (seseorang yang memiliki lebih dari dua status
kewarganegaraan).
Pewarganegaraan (naturalisasi)
Seseorang dapat memilih kembali dan atau menolak menjadi kewarganegaraan suatu
Negara termasuk Indonesia. Proses untuk menjadi warganegara Indonesia tentunya diawali
dengan adanya keinginan dari seseorang untuk menjadi warganegara Indonesia. Artinya
keinginan itu dan untuk mereasiasikan tentunya perlu kesungguhan dan tidak main-main.
Disamping keinginan untuk menjadi warganegara Indonesia, seseorang juga dapat menolak
untuk menjadi warganegara Indonesia. Keinginan untuk menjadi warganegara Indonesia dan
atau menolak ada di hak orang yang bersangkutan tentunya dengan pertimbangan peribadi
yang bersangkutan.
Naturalisasi merupakan status kewarganegaraan yang diperoleh atas hak opsi, yaitu
memilih dan mengajukan kehendak menjadi warganegara suatu negara. Hak
kewarganegaraan demikian disebut sebagai kewarganegaraan aktif, sementara orang juga bisa
menggunakan hak repudasi yaitu hak untuk menolak kewarganegaraan suatu negara.
9
Mengenai syarat-syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia diatur lebih
lanjut dengan UU No. 12 Tahun 2006.
-----------------------------------------------------------
Referensi:
1. UU No. 12 Tahun 2006, UU tentang kewarganegaraan RI
2. UUD 1945 amandemnt IV
3. Srijanti, Dkk., Etik Berkewarganegaraan, UMB 2007
10