Abstrak
1
masyarakat pesisir; (b) peningkatan kualitas sumberdaya manusia; dan (3)
konservasi dan perlindungan sumberdaya kelautan dan perikanan (SDKP).
A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan Indonesia mempunyai kurang lebih 17.508 pulau
2
dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas karang lebih 3,1 juta km , yang
terdiri dari 0,3 juta km2 perairan teritorial dan 2,8 juta km2 perairan nusantara.
Wilayah pesisir dan laut Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman
hayati (biodiviersity) terbesar di dunia, yang tercermin pada keberadaan ekosistem
pesisir seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan berjenis-jenis
ikan, baik ikan hias maupun ikan konsumsi. Selama periode 1982-1992,
berdasarkan data yang bersumber dari Direktorat Bina Program Kehutanan,
Departemen Kehutanan, luas areal hutan mangrove mengalami penurunan dari
5.209.543 ha pada tahun 1982 menjadi 2.496.185 ha pada tahun 1992. Potensi
lahan budidaya rumput laut tersebar di 27 Propinsi dan mencakup areal seluas
26.700 ha dengan potensi produksi rata-rata sebesar 48.400 ton/th (Ditjen
Perikanan 1991) . Demikian juga halnya dengan ekosistem terumbu karang yang
telah mengalami degradasi sebagai akibat eksploitasi sumberdaya perikanan yang
tidak ramah lingkungan dan terkendali.
Permasalahan utama yang sering terkait dengan pengelolaan sumber daya di
wilayah pesisir adalah lemahnya keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan
dalam pelaksanaan pengembangan kelautan dan wilayah pesisir. Munculnya
masalah tersebut disebabkan oleh lemahnya sistem dan tata cara koordinasi antar
stakeholder karena belum didukung dengan adanya sistem hukum yang mengatur
kegiatan tesebut. Selain itu, lemahnya kualitas sumber daya manusia yang
mempengaruhi proses partisipatif menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Hal ini sering berdampak pada munculnya ketidak-sepahaman dan konflik
penggunaan ruang antar stakeholder dalam rangka menjaga keseimbangan
keberlanjutan sumberdaya alam yang berada di sekitar wilayah pesisir dan laut.
Oleh karena itu, tekait dengan permasalahan-permasalahan tersebut di atas
pengkajian kebijakan kelautan secara partisipatif dengan stakeholder dalam
rangka pemberdayaan masyarakat pesisir sangat diperlukan.
B. Tujuan Kegiatan
Kegiatan kajian ini dimaksudkan untuk mengkaji kebijakan bidang kelautan
yang terkait dengan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir. Sedangkan tujuan
dari kegiatan kajian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik
sumberdaya kelautan dan kondisi wilayah pesisir di beberapa wilayah Indonesia,
(2) mengidentifikasi dan menelaah berbagai kendala dan permasalahan yang
muncul sehubungan dengan upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
sumberdaya kelautan dan wilayah pesisir, (3) mengkaji dan menelaah langkah-
langkah strategi kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan wilayah pesisir
melalui proses partisipatif, dan (4) menyusun program dan rekomendasi dalam
rangka pengembangan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan wilayah pesisir.
2
C. Ruang Lingkup
Output yang diharapkan dari kegiatan kajian adalah: (1) masukkan bagi
para pengambil kebijakan maupun perencana untuk memberikan prioritas program
pembangunan kelautan sesuai dengan arah dan strategi kebijakan pengelolaan
sumberdaya kelautan dan pengembangan wilayah pesisir, (2) bahan masukkan
untuk mengantisipasi terhadap munculnya masalah-masalah baru sebagai akibat
pemanfaatan sumberdaya kelautan dan wilayah pesisir yang tidak terkendali dan
terencana dengan baik, dan (3) bahan untuk menyusun sistem perencanaan dan
koordinasi secara partisipatif yang terkait dengan upaya pengelolaan sumberdaya
kalutan dan pengembangan wilayah pesisir.
D. Hasil Kajian
Permasalahan pengelolaan sumber daya di wilayah pesisir, dapat diatasi
melalui perbaikan segala faktor penunjang yang terkait dengan perkembangan
perekonomian melalui pendekatan pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat
pesisir dapat dilakukan dengan konsep pendekatan wilayah, yaitu dengan cara
menentukan suatu wilayah di kawasan pesisir yang kondisi masyarakatnya miskin,
telah terjadi degradasi sumberdaya alam dan lingkungan, kelebihan tangkap (over
eksploitasi), penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan
pencemaran. Strategi pendekatan pemberdayaan masyarakat dapat ditempuh
melalui pendekatan 4 (empat) bina: (1) bina manusia, (2) bina sumberdaya,
(3)bina lingkungan, dan (4) bina usaha, yang dirangkaikan dengan metode
partisipatoris (participatory approach). Untuk mensinergikan keempat program
tersebut guna memperkuat peran kelembagaan dari masing-masing bina, konsep
pendekatan pemberdayaan disajikan pada Gambar 1.
3
BINA BINA
MANUSIA SUMBER
(SDM) DAYA
K
N E
A PROGRAM L
PEMBERDAYAAN
DENGAN
A PENDEKATAN E
WILAYAH
G A M
B
BINA BINA
LINGKU- USAHA
NGAN
Gubernur/
Bupati
Kelompok Sasaran
Keterangan :
PUKK = Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi 1 5 % dari keuntungan BUMN
8
Menteri Departemen
pelaksana kegiatan
Gubernur/
Bupati
Kelompok Sasaran
Keterangan :
Jalur bantuan teknis Jalur Pemegang Saham
Jalur Instruksi Jalur Kerjasama
11
10. Persyaratan administratif yang kaku dan lebih bersifat kepentingan sentralistis
dan birokratis, ternyata tidak operasional dalam implementasinya di daerah,
sehingga perlu dirubah dengan lebih disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pemberdayaan masyarakat.
12