Anda di halaman 1dari 10

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

POSTULAT, PRINSIP, DAN KONSEP

OLEH :

SIKTANIA MARIA DILLIANA (1781611030)


WIHELMINA MARYETHA YULIA JAENG (1781611031)
I PUTU EKA ARYA WEDHANA TEMAJA (1781611040)
DANCE MESAK (1781611043)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

1
Untuk melegitimasi prosedur dan standar akuntansi keuangan, dibutuhkan kerangka
konseptual. CAP tidak menekankan tugas pada perumusan kerangka kerja akuntansi, tetapi
merumuskan prinsip dan standar akuntansi dengan pendekatan konvensi yang merupakan
suatu sistem perumusan prinsip dan standar akuntansi dengan mengambil dari praktek-
praktek yang telah terjadi (deskriptif). APB dan FASB mencoba mengembangkan kerangka
konseptual akuntansi. APB membuat perumusan postulat-postulat dan prinsip-prinsip
akuntansi dan menghasilkan ARS no.1 dan 3. Namun, ARS ini tidak diterima oleh profesi
dan akhirnya gagal. Kemudian pekerjaannya dilanjutkan oleh FASB. Meskipun gagal, namun
studi tersebut merupakan kunci usaha perumusan teoritis akuntansi keuangan terpadu.

A. Postulat-Postulat Dan Prinsip-Prinsip Akuntansi Keuangan

A.1 Komite Khusus Dalam Program Riset


Dalam pidato Jenning, hasil studi APB merupakan pendekatan baru dalam
pengembangan prinsip-prinsip akuntansi, namun tidak membentuk kesatuan formasi sebagai
siklus yang baru. Menurut komite khusus dalam program riset, perumusan postulat ini sangat
penting karena logika prinsip akuntansi bersumber dari sana dengan menggunakan
pendekatan deduktif.
Postulat adalah pemyataan yang tidak memerlukan pembuktian, berterima umum
berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan
ekonomi, politik, sosiologi dan hukum tempat akuntansi beroperasi. Walaupun APB berhasil
menyusun postulat akuntansi, namun APB tidak menyusun prinsip-prinsip akuntansi.

ARS No. 1
Postulat dibagi ke dalam tiga tipe, yaitu:
1. Postulat yang berorientasi politik dan ekonomi (kualifikasi, pertukaran, kesatuan
usaha, periode waktu dan satuan ukur).
2. Postulat yang berorientasi akuntansi (laporan keuangan, harga pasar serta entitas dan
tentative akuntansi).
3. Postulat yang berorientasi keharusan (kelangsungan usaha, objektifitas, konsistensi,
unit moneter yang satbil dan pengungkapan).
ARS No. 3
Merumuskan delapan prinsip yang digunakan sebagai pedoman pengakuan,
pengukuran dan penyajian laporan keuangan, yaitu:
2
1. Prinsip A (pengakuan laba)
2. Prinsip B (pengakuan dan pengukuran perubahan sumber daya)
3. Prinsip C (pengakuan aset-aset dalam laporan keuangan)
4. Prinsip D (pengukuran harga dan nilai asset)
5. Prinsip E (mengenai kewajiban dan pelaporannya dalam laporan keuangan)
6. Prinsip F (kewajiban yang diselesaikan dengan barang dan jasa serta pengukurannya)
7. Prinsip G (ekuitas dan pengakuan laba)
8. Prinsip-prinsip pengungkapan

A.2 Kajian Terhadap ARS No. 1 dan ARS No. 3


Selain karena profesi tidak mampu menghilangkan peran kos historis, ARS No. 1 dan 3
gagal karena postulatnya tidak lengkap sehingga memberi peluang untuk mencantumkan
semua sistem nilai pada apa yang ada dalam prinsip yang dirumuskan. Selain itu, muncul
masalah lain dimana adanya keinginan untuk menggunakan satu konsep pendapatan yang
lebih baik dari yang lain, namun terbukti bahwa tidak ada alat ukur yang bisa mengukur hal
tersebut.

B. Konsep-Konsep Dasar Yang Mendukung Kos Historis


Konsep-konsep dasar akuntansi dipengaruhi oleh aturan-aturan dalam akuntansi itu
sendiri. Konsep adalah hasil dari proses identifikasi, klasifikasi, dan intrepretasi berbagai
aturan dan fenomena. Konsep bukanlah bagian dari proses formal dari perumusan teori tetapi
dapat digunakan dalam teori sebagai bagian dari kesimpulan yang didapat dari penelitian
empiris. Konsep dapat dibagi sebagai postulat-postulat dan prinsip-prinsip.

B.1 Postulat-postulat
Merupakan asumsi dasar yang membahas lingkungan bisnis. Postulat-postulat dapat
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Postulat Kelangsungan Usaha
Menyatakan bahwa suatu perusahaan akan terus berjalan atau berlanjut tanpa henti
melakukan aktivitasnya jika tidak ada bukti yang berlawanan. Melaporkan nilai
likuidas untuk aset dan ekuitas di masa yang akan datang yang dapat diketahui dari
sekarang merupakan pelanggaran. Asumsi kontinuitas terlalu luas untuk mengarah
pada jenis pilihan antara sistem penilaian, termasuk biaya historis. Fremgen dan
Sterling telah mengkritik postulat ini. Sterling menolak secara logis karena jangka
3
waktu kontinuitas dianggap cukup panjang untuk menyimpulkan perjanjian kontrak
hadir perusahaan. Pada saat perusahaan menyimpulkan suatu hal berdasarkan data
sebelumnya, mereka akan digantikan oleh pengaturan baru. Oleh karena itu,
implikasinya adalah salah satu dari kehidupan yang tidak terbatas.
2. Postulat Periode Waktu
Dalam kegiatan bisnis serta hampir dalam setiap bentuk kegiatan akan beroperasi
dengan menggunakan rentang periode waktu yang merupakan pembentukan suatu
segmen tertentu dari proses yang berkelanjutan dalam suatu perusahaan. Bagi suatu
badan usaha, jangka waktu adalah kalender atau penilaian bisnis tahunan. Sebagai
akibatnya, laporan keuangan akan menyampaikan terkait dengan laporan kondisi
keuangan, pendapatan, dan aliran dana dari waktu ke waktu dalam rentang waktu satu
tahun.
3. Postulat Kesatuan Akuntansi
Menyatakan bahwa suatu unit perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah
dari pemiliknya dan perusahaan lain baik secara akuntansi maupun hukum. Akuntansi
mengatur hasil operasi dari suatu entitas, yang terpisah dan berbeda dari pemilik
entitas. Meskipun demikian, ada dua masalah penting dalam hal ini. Pertama, masalah
mendefinisikan entitas dan akuntansi untuk melihat hubungan antar bagian dalam
entitas. Kedua, terkait dengan bagamana akuntansi melihat hubungan antara
perusahaan dan pemiliknya.
4. Postulat Unit Moneter
Dalam ekonomi nonbarter, uang berfungsi sebagai alat tukar serta telah menjadi
standar utama nilai dan standar pada proses pengukuran. Dengan demikian, laporan
keuangan dinyatakan dalam unit moneter suatu negara yang bersangkutan. Akuntansi
adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat
diukur dalam satuan moneter. Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk
mencatat transaksi perusahaan dengan cara yang seragam.

B.2 Prinsip-prinsip
Merupakan pendekatan umum yang digunakan dalam penilaian dan pengakutan
peristiwa-peristiwa akuntansi. APB Statement No.4 mendefinisikan Prinsip Akuntansi Yang
Diterima Umum sebagai pendekatan umum yang digunakan oleh para akuntan dalam
mengakui dan memilai peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi prosesi keuangan dan hasil
usaha dari suatu entitas. Ini masih tumpang tindih dengan definisi Grady, dimana prinsip-
4
prinsip diidentifikasi sebagai suatu praktek yang dapat diterima, tetapi terdapat perbedaan
antara prinsip dengan dalil meskipun mereka berasal dari kebutuhan praktis dan suatu
pengalaman yang terkait. Berdasarkan orientasinya, prinsip dikelompokkan menjadi prinsip
berorientasi input dan output.

B.3 Prnsip Berorientasi Input


Prinsip berorientasikan input mementingkan pendekatan umum atau aturan untuk
penyusunan laporan keuangan dan kontennya, termasuk pengungkapan tambahan yang
diperlukan. Penekanannya adalah informasi keuangan yang dihasilkan suatu perusahaan akan
berbeda dengan perusahaan yang lain, termasuk pirnsip-prinsip yang melandasinya. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan aktivitas yang berarti adanya perbedaan input.

B.4 Aturan Yang Mendasari Aturan Operasi


Prinsip berorientasi input selanjutnya dipecah menjadi dua klasifikasi, yaitu yang terlibat
dengan pengakuan pendapatan dan yang terlibat dengan pengakuan beban. Prinsip-prinsip ini
menggambarkan orientasi utama dari akuntansi biaya historis terhadap pengukuran
pendapatan daripada aset dan penilaian kewajiban.
1. Prinsip Pengakuan
Dalam hal ini pendapatan didefinisikan sebagai keluaran dari perusahaan untuk
menghasilkan produk atau jasa. Pengakuan menyangkut masalah kapan seharusnya
pendapatan dan beban dimasukan kedalam pencatatan atau kedalam akun. Prinsip ini
menekankan pada kapan dan bagaimana mencatat akun pendapatan dan beban.
Pendapatan bisa diakui saat: (1) aset diterima sebagai hasil dari kinerja tersebut sudah
direalisasikan, yakni dalam bentuk cash, atau (2) saat pekerjaan tersebut selesai
dikerjakan. Realisasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengonversi aset-aset
yang sudah diterima atau diadakan yang dijadikan uang kas atau klaim atas kas.
Realisasi telah sering digunakan sebagai persamaan untuk pengakuan.
2. Prinsip Pencocokan
Beban didefinisikan sebagai biaya yang yang dikeluarkan sebagai suatu akibat untuk
dapat menghasilkan pendapatan. Expense (biaya) diakui sejalan dengan diakuinya
pendapatan (revenue). Dalam proses pencocokan, terdapat proses mengenali biaya
kedaluwarsa (timbulnya beban) untuk kategori seperti penyusutan, harga pokok
penjualan, bunga, dan beban tangguhan sehingga menjadi suatu hal yang sesuai
dengan pengakuannya. Pencocokan menyiratkan bahwa beban yang diakui secara adil
5
dan merata relatif terhadap pengakuan, dari keunggulan pengukuran pendapatan
terhadap aset dan penilaian kewajiban dalam sistem kita sekarang, yang berorientasi
pada biaya perolehan.

B.5 Prinsip Penghambat


Kelompok kedua dari prinsip berorientasi input sebagian tumpang tindih dengan
memodifikasi konvensi dalam metode pernyataan APB. Beberapa konvensi diadopsi secara
luas untuk memodifikasi penerapan prinsip-prinsip perukuran. Memodifikasi konvensi ini
memiliki evolusi untuk menangani beberapa persoalan daerah yang paling sulit dan
kontroversial dalam akuntansi keuangan.
1. Prinsip Konservatisme
Dalam prinsip ini terdapat usaha untuk memilih metode akuntansi yang berterima
umum yang menghasilkan: (a) mengakui pendapatan secara berangsur-angsur, (b)
mempercepat pengakuan biaya, (c) mengakui penilaian asset yang lebih rendah, serta
(d) mengakui penilaian kewajiban yang lebih tinggi. Sebagai contoh, satu sebagai
pendekatan pendapatan tidak didistribusikan tidak termasuk memegang keuntungan
nyata dalam perhitungan laba. Akibatnya, dalam lingkungan inflasi, pendapatan
didistribusikan sering menyebabkan penilaian asset yang lebih tinggi dan manajemen
memiliki insentif yang kuat untuk menahan berita buruk yang akan mempengaruhi
penghasilan.
2. Prinsip Pengungkapan
Pengungkapan adalah informasi keuangan yang relevan, termasuk metode yang
digunakan dalam menyusun laporan keuangan yang lebih dari satu metode atau
menggunakan metode yang tidak biasa atau metode yang inovatif. Fakta menyatakan
bahwa hampir tidak mungkin untuk mengukur konsep pengungkapan yang memadai
bagi pengguna. Hal ini mungkin dijadikan alasan Moonitz yang diungkapkan pada
kalimat kegagalan (ditunjukan oleh sebagian besar) dari surat berharga dan pertukaran
komisi sumber atau AICPA dalam mendefinisikan konsep memadai. Yang termasuk
ke dalam prinsip kategori luar antara lain: (a) Tambahan jadwal laporan keuangan, (b)
Pengungkapan dalam catatan kaki informasi yang tidak dapat secara memadai
disajikan dalam laporan keuangan itu sendiri, (c) Pengungkapan materi atau peristiwa
utama pasca pernyataan dalam laporan tahunan, (d) Perkiraan operasi untuk tahun
mendatang, serta (e) Analisis manajemen operasi dalam laporan tahunan.

6
3. Prinsip Materialitas
Materialitas mengacu pada pentingnya item (atau kelompok item) kepada pengguna
dalam hal relevansinya dengan evaluasi atau pembuatan keputusan. Materialitas,
bersama dengan pengungkapan, akan menjadi isu yang semakin penting di masa
mendatang.
4. Prinsip Objektivitas
Di masa lalu, objektivitas telah ditafsirkan dalam beberapa cara berbeda, terutama
dalam hal kualitas bukti transaksi yang pada akhirnya diringkas dan diselenggarakan
dalam bentuk laporan keuangan. APB Statement No.4 mengadopsi pandangan ini
meskipun membahas konsep sebagai tujuan kualitatif dari akuntansi dan pemastian
relabel itu.

B.6 Prnsip Berorientasi Output


Prinsip berorientasi output menyatakan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan suatu
entitas harus memiliki pernyataan jelas bila dilihat dari sudut pandang dari penyusun dan
pengguna serta disajikan dalam dua periode. Kemudian prinsip ini saling tupang tindih dan
juga disatu sisi saling melengkapi.

1. Prinsip Memperbandingkan (Comparability)


Prinsip ini sering dideskripsikan sebagai akuntansi yang memiliki perihal yang sama,
namun pengertian ini dianggap sederhana untuk dioperasionalkan. Comparability
dilihat dari sudut pandang pengguna. Para pengguna akan menilai tingkat keandalan
laporan keuangan dengan tahun sebelumnya ketika laporan keuangan dan hasil
operasi dievaluasi, lalu dibandingkan dengan industri sejenis serta dengan prediksi
pendapatn dan arus kas. Comparability yang cukup besar tergantung dari jumlah
keseragaman yang dicapai dalam transaksi dan persiapan laporan keuangan itu
sendiri.
2. Prinsip Konsistensi
Konsistensi merupakan suatu aspek dari keragamanan yang jangkauannya lebih luas,
yang mengaju kepada perusahaan yang menggunakan metode akuntansi yang sama
selama periode waktu berturut-turut. Beberapa orang mempercayai bahwa ada
perbedaan situasi diantara perusahaan ketika perbedaan industri terkait didalamnya.
Perubahan semestinya terjadi dimana pengguna harus melakukan pembukaan secara
penuh.

7
3. Prinsip Keseragaman
Prinsip ini mengarah pada pemakaian metode yang sama secara berkelanjutan pada
suatu entitas serta pemakaian interpretasi yang sama terhadap transaksi. SFAS nomor
2 yang mensiratkan perualasan penelitian dan pengembangan biaya, merupakan
sebuah contoh dari prinsip keseragaman ini.

C. Teori-Teori Ekuitas
Teori ini membahas tentang permasalah hubungan antara perusahaan dengan pemiliknya.
Ada beberapa teori ekuitas, yaitu teori kepemilikan, teori entitas, teori ekuitas residual, teori
dana dan teori pimpinan.

C.1 Teori Kepemilikan


Teori kepemilikan menganggap bahwa pemilik dan perusahaannya pada hakikatnya
sama. Adapun persamaan dari teori ini adalah sebagai berikut:
Aktiva + Kewajiban = Modal Pemilik
Inti dari teori ini adalah ketepatan dengan komponen pengukuran pendapatan, seperti yang
saat ini ditafsirkan dalam sistem berbasis biaya historis, meskipun pemilik tidak
melaksanakan fungsinya sebagai pemeriksa atas akun ekuitas pemilik yang disarankan oleh
hak kepemilikan.

C.2 Teori Entitas


Karena adanya ketidakpuasan pada orientasi teori kepemilikan, maka dikembangkanlah
teori entitas. Teori ini menekankan bahwa kekayaan yang dimiliki perusahaan berasal dari
hutang dan ekuitas pemilik perusahaan (investor). Adapun persamaannya sebagai berikut:
Aktiva = Hutang + Ekuitas
Teori ekuitas memberikan penjelasan yang baik tentang hubungan antara perusahaan
dan pemiliknya, yaitu hubungan dualitas untuk pendapatan dan pemilik ekuitas yang masih
bersifat tradisional.

C.3 Teori Ekuitas Residual


Teori ekuitas residual adalah varian dari teori kepemilikan dan teori entitas. Asumsi
mendasar dari teori ini adalah bahwa informasi yang berkenaan untuk tujuan pengambilan
keputusan, misalnya prediksi arus kas, harus diberikan kepada pemegang ekuitas residual.
Pemegang ekuitas residual adalah kelompok pemegang hak ekuitas yang paling berkuasa
8
diantara semua pemilik hak lainnya yang bisa melakukan perubahan atas kejadian (terjadinya
reorganisasi). Adapun persamaanya sebagai berikut:
Ekuitas Residual = Aktiva - ( Hutang + Saham Preferen)
Pemegang saham biasa memiliki resiko terbesar dalam entitas. Kepentingan mereka adalah
memberikan perlindungan kepada para pendiri perusahaan tersebut.

C.4 Teori Dana


Dana adalah sekelompok aset obligasi (harta dan kewajiban) yang disediakan untuk
tujuan pasti yang bisa atau tidak menimbulkan pendapatan. Teori ini bertentangan dengan
teori entitas dan teori kepemilikan karena kelemahan laten serta ketidakkonsistenan kedua
teori tersebut. Adapaun persamaannya sebagai berikut:
Aktiva = Pembatasan Atas Aktiva
Pembatasan atas aktiva didapat dari kewajiban dan modal yang diinvestasikan.
Pembatasan atas aktiva termasuk juga tujuan khusus untuk mendapatnya dari hukum atau
kontrak. Oleh sebab itu, teori ini lebih bisa diterima oleh pemerintah dan tidak hanya untuk
masalah keuntungan saja.

C.5 Teori Pimpinan


Teori pimpinan diusulkan oleh seorang akademisi terkemuka Australia, Louis Goldberg.
Dia merasa sangat tidak nyaman dengan konsep-konsep seperti dana dan entitas. Teori
pimpinan merupakan kata lain dari manajemen dan Goldberg sangat fokus dengan kenyataan
bahwa manajemen membutuhkan informasi sehingga bisa melaksanakan fungsi perencanaan
dan pengendalian atas nama pemilik. Maka dari itu, teori ini sangat tepat untuk akuntansi
manajemen lebih dari akuntansi keuangan.

C.6 Pandangan Terhadap Teori Ekuitas


Pandangan ini tidak bisa atau mungkin memberikan deduktif yang konsisten untuk
semua transaksi keuangan karena mereka hanya mengambil perusahaan dengan batasan-
batasan tertentu. Struktur ini sudah digunakan dengan pencapian yang kecil. Meskipun
demikian, kebanyakan pada situasi seperti ini kita bisa mengambil orientasi teori entitas.

9
REFERENSI

Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, James L. Dodd. 2001. Accounting Theory A
Conceptual and Institutional Approach Fifth Edition. USA: South-Western College
Publishing.

10

Anda mungkin juga menyukai