Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

Metode Pengamatan Deformasi


Menggunakan Teknologi GNSS
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Survey Deformasi)

Disusun oleh :

Mohamad Rizki Ramadhan 21110114140065

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
Pendahuluan
Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan dunia survei dan pemetaan semakin pesat
terutama di bidang teknologi dan informasi. Jika kita dahulu mengenal teknologi
konvensional untuk melakukan pengukuran seperti penggunaan Total Station,
Theodolite, EDM, Waterpass, dan lain sebagainya. Di era modern ini kita mengenal
teknologi yang mengandalkan satelit dalam akuisisi data kegiatan survei dan
pemetaan. Teknologi ini lazim kita sebut dengan GNSS.
Teknologi GNSS ini dapat dimanfaatkan untuk banyak hal, salah satunya
adalah untuk monitoring deformasi. Deformasi sendiri adalah perubahan bentuk,
posisi, dan dimensi suatu benda (Kuang, 1996 dalam Blogger, 2010).

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan bagaimana metode
pengamatan deformasi dalam bidang survei dan pemetaan menggunakan teknologi
GNSS, serta contoh implementasi dan hasil dari metode GNSS dalam pemantauan
deformasi pada gunung berapi dan rel kereta cepat.
Pembahasan
Deformasi merupakan fenomena perubahan bentuk, posisi, dan dimensi pada
suatu benda (Kuang, 1996 dalam Blogger, 2010) yang dimana dalam bidang survei
dan pemetaan, deformasi memiliki efek jangka panjang yang harus diantisipasi agar
tidak merugikan banyak pihak. Dan seiring perkembangan zaman, salah satu
metode terbaik untuk melakukan monitoring deformasi di suatu wilayah adalah
menggunakan teknologi GNSS.
Metode pengamatan deformasi menggunakan GNSS sendiri sebenarnya
memiliki prinsip yang cukup sederhana dan kontinu, yaitu pemantauan terhadap
perubahan koordinat pada beberapa titik yan mewakili keadaan wilayah yang
dipantau. Metode ini menggunakan beberapa perangkat GNSS receiver (penerima
sinyal) dan ditempatkan pada titik-titik tersebut dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Dalam pemantauan aktifitas gunung berapi misalnya, pusat pemantau yang
ada di area tersebut harus diletakkan di wilayah terdekat dari gunung api yang
bersangkutan. Koordinat titik-titik pantau tersebut kemudian ditentukan secara teliti
dengan GPS, relatif terhadap pusat pemantau, dengan menggunakan metode
penentuan posisi diferensial secara real-time. Untuk itu data pengamatan GPS dari
titik-titik pantau harus dikirimkan secara real-time ke pusat pemantau untuk
diproses bersama-sama dengan data pengamatan GPS dari pusat pemantau.
Pengiriman data ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan satelit
komunikasi ataupun telemetri dengan gelombang radio (eLisa, 2017).

Gambar 1. Monitoring deformasi dengan GPS di Gunung Guntur


(Google, 2017)
Gambar 2. Jenis deformasi yang terjadi akibat aktifitas gunung berapi.
(Google, 2017)

Begitupun dalam pemantauan deformasi fasilitas umum seperti jembatan,


jalan, gedung, rel kereta api dan sebagainya, pemantauan deformasi dilakukan
secara kontinu dengan meletakkan titik-titik pengukuran di tempat yang mewakili
keadaan objek.
Sebagai contoh, pemantauan deformasi pada rel kereta api di daerah China
akibat permafrost. Permafrost sendiri adalah tanah yang berada di titik beku (tanah
es) pada suhu 0oC dan umumnya terletak di bagian lintang tinggi bumi (Wikipedia,
2017). Monitoring dilakukan untuk memantau sedimentasi dari subgrade (tanah
dasar) rel secara terus menerus untuk diketahui perubahan yang terjadi. Hasil ini
dapat digunakan untuk operasi jalur kereta dan keamanan rute.

Gambar 3. Letak titik stasiun pengukuran


(Ma et al, 2016)
Metode nya adalah dengan meletakkan receiver di sepanjang jalur penelitian
selama 111 hari dengan pengukuran selama 24 jam dan interval sampling selama
15 detik. Hasil pengukuran berupa deformasi subgrade rel yang dipengaruhi oleh
perubahan suhu pada siang dan malam serta pergeseran vertikal sejauh 5 hingga 10
mm.

Gambar 4. Grafik deformasi hasil pengukuran


Kesimpulan
Metode GNSS untuk monitoring deformasi memiliki prinsip yang cukup
sederhana dengan melakukan perhitungan koordinat pada titik-titik pantau
(receiver) secara diferensial dalam kurun waktu yang diinginkan. Metode ini dapat
diaplikasikan dimanapun dan kapanpun karena pengukurannya bersifat kontinu.
Contoh penerapannya adalah pada monitoring deformasi di Gunung Guntur
untuk mengetahui jenis deformasi akibat aktifitas gunung berapi, serta deformasi di
jalur kereta cepat di daerah China yang dipengaruhi oleh permafrost dan perbedaan
suhu siang dan malam dalam kurun waktu 111 hari.
Daftar Pustaka
Blogger. (2010). DEFORMASI. Blogger.com. http://bumi-
ilmukebumian.blogspot.co.id/2010/12/deformasi.html. Diakses pada tanggal 25
Agustus 2017
E-Lisa. MONITORING AKTIVITAS DEFORMASI GUNUNG API
MENGGUNAKAN GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM). elisa.ugm.ac.id.
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/267776/8f417c7657f0f8395a3979aef
1843f66. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2017
Ma, F., Xi, R., & Xu, N. (2016). Analysis of railway subgrade frost heave deformation

based on GPS. Geodesy and Geodynamics, 7(2), 143147.

https://doi.org/10.1016/j.geog.2016.04.001

Wikipedia. (2017). PERMAFROST. Wikipedia.org.


https://id.wikipedia.org/wiki/Permafrost. Diakses pada tanggal 26 Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai