Oleh :
RIZFIAN RAMADHAN
G1C012010
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses bubut dilakukan dengan cara mengubah bentuk benda kerja sesuai
dengan perancangan menggunakan pahat potong. Dalam pengerjaannya, pahat
merupakan salah satu peralatan yang sangat penting, dimana pahat berfungsi untuk
melakukan pemotongan dan pemakanan sehingga benda kerja dapat dibentuk sesuai
dengan perancangan[1]. Selama proses pembubutan berlangsung, pahat akan
mengalami keausan. Keausan pada pahat yang terjadi dalam proses permesinan
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keausan pahat antara lain, kedalaman potong (depth of cut), kecepatan potong
(cutting speed), kecepatan gerak makan (feeding), waktu pemotongan (time of cut),
dan temperatur pemotongan[1].
Pahat dengan keausan yang masih dalam kategori aman terhadap kualitas
hasil produksi tentunya masih dapat digunakan. Oleh karena itu, Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variasi keausan pahat yang
terjadi terhadap kualitas geometri berupa kekasaran hasil pembubutan. Dalam hal
ini, pahat yang akan digunakan adalah pahat HSS dengan sudut potong utama (r)
sebesar 90. Keausan pahat divariasikan dengan cara melakukan pemotongan
dalam kondisi kedalaman potong (depth of cut) konstan dan bervariasi dengan
panjang dari benda kerja konstan. Parameter keausan pahat diukur dengan
mengamati dan mengukur panjang dari keausan. Pengsruh variasi dari keausan
pahat yang terjadi akan ditinjau terhadap kekasaran permukaan, temperatur
pemotongan, dan geram yang dihasilkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh yang timbul akibat variasi keausan pahat dengan kedalaman
potong (depth of cut) konstan terhadap temperatur pemotongan dan
kekasaran permukaan?
2. Apa pengaruh yang timbul akibat dari variasi keausan pahat dan temperatur
pemotongan dengan variasi kedalaman potong (depth of cut) terhadap
kekasaran permukaan?
3. Apa pengaruh dari variasi keausan terhadap bentuk dan dimensi dari geram
yang dihasilkan?
1.3 Tujuan
2
1.5 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5. Ichlas Nur (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Variabel
Pemotongan Terhadap Kualitas Kekasaran Permukaan Produk Dalam
Meningkatkan Produktifitas. Dari penelitian yang dilakukan didapat
kesimpulan bahwa, kekasaran permukaan sangat dipengaruhi oleh kecepatan
makan dan kecepatan potong. Semakin besar kecepatan makan akan nilai
kekasaran akan semakin menigkat dan sebaliknya untuk kecepatan potong.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, keausan dari pahat pasti akan
berpengaruh terhadap kualitas geometri produk. Kualitas produk yang berupa
kekasaran permukaan juga berpengaruh terhadap kondisi sudut potong utama. Oleh
karena itu analisa keausan pahat yang dilakukan pada penelitian ini adalah variasi
keausan pahat HSS dengan sudut potong utama 90 terhadap kekasaran permukaan
benda kerja, temperatur pemotongan, dan bentuk serta dimensi dari geram yang
dihasilkan.
5
Gambar 2. 1 Proses bubut luar
2. Headstock
3. Tailstock
4. Compound slide
5. Across slide
6. Toolpost
7. Leadscrew
6
2.2.2 Elemen Dasar Permesinan Proses Bubut
Untuk mengetahui parameter dan kondisi pemotongan dalam penelitian ini
dapat menggunakan elemen dasar permesinan proses bubut[1] seperti yang terlihat
pada persamaan 2.1 s.d 2.4.
1. Kecepatan Potong Vc (m/min)
. d .n
Vc = .................................................................................... (2.1)
1000
Dimana
(0+)
d = diameter rata-rata = (mm)
2
n = Putaran Poros Utama (RPM)
2. Kecepatan makan Vf (mm/min)
Vf = f . n .......................................................................................... (2.2)
Dimana
f = Gerak makan (mm/r)
3. Waktu Pemotongan Tc (min)
t
Tc = ............................................................................................ (2.3)
f
Dimana
lt = Panjang pemotongan (mm)
4. Kecepatan Menghasilkan Geram / MRR (cm3/min)
Z = Vc . A ....................................................................................... (2.4)
Dimana
A = a . f (mm2)
2.3 Pahat
Pada proses bubut, pahat potong digunakan untuk melakukan pemotongan
dan pemakanan benda kerja serta menghasilkan geram. Pada umumnya, pahat
potong memiliki sudut potong utama (r), sudut geram (), dan sudut miring ()
yang berperan penting pada saat melakukan pembubutan[1]. Pahat terdiri beberapa
bagian, antara lain adalah :
7
a. Elemen Pahat
1. Badan (body) merupakan bagian pahat yang dibentuk menjadi mata potong.
2. Pemegang (srink) adalah bagian pahat yang dipasangkan pada mesin
perkakas.
3. Lubang pahat (tool bore), merupakan poros pemegang dari mesin perkakas
4. Sumbu pahat (tool axis), adalah garis maya yamg digunakan dalam
menentukan geometri pahat.
5. Dasar (base), merupakan bidang rata pada pahat yang digunakan untuk
meletakkan pahat sehingga dapat memudahkan proses pembuatan,
pengukuran, dan pengasahan pahat.
b. Bidang pahat
1. Bidang aktif, merupakan permukaan aktif pahat sesuai dengan jumlah mata
potong (tunggal atau jamak)
2. Bidang utama/Mayor, bidang yang menghadap permukaan transien dari
benda kerja.
3. Bidang bantu/Minor, merupakan bidang yang menghadap permukaan benda
terpotong dari benda kerja.
c. Mata potong pahat
1. Mata potong utama (S), adalah garis pemotongan antara bidang garam (A)
dan bidang utama (A).
2. Mata potong bantu (S), adalah garis pemotongan antara bidang geram (A)
dengan bidang bantu
8
a. Kekerasan, harus melebihi kekerasan benda kerja walaupun temperatur
pemotongan tinggi tetapi tahan terhadap keausan.
b. Ketahanan beban kejut, diperlukan bila terjadi perubahan temperatur yang
cukup besar.
c. Keuletan, diperlukan untuk menahan beban kejut yang terjadi sewaktu
pemotongan benda kerja yang mengandung partikel atau bagian yang keras.
d. Sifat adhesi yang rendah, pada pahat potong sifat ini diperlukan untuk
menurunkan laju keausan dan penurunan gaya potong.
e. Daya larut elemen yang rendah, dperlukan untuk mengurangi laju keausan
akibat difusi.
Adapun jenis-jenis material pahat yang sering digunakan dalam proses pemesinan
antara lain :
1. Baja Karbon.
2. HSS (High Speed Steel)
HSS termasuk jenis high alloy steel yang merupakan baja dengan
kekerasan tinggi yang mampu bekerja pada kecepatan potong yang tinggi.
Pahat HSS memiliki keunggulan mampu asah apabila telah mengalami
keausan. Dalam melakukan penelitian atau Percobaan ini pahat yang
digunakan adalah pahat HSS (High Speed Steel) karena kemampuan serta
nilai ekonomis yang dimiliki.
3. Pahat Karbida.
4. Pahat Keramik
5. Pahat Intan
Pemilihan jenis pahat akan sangat berpengaruh pada produktifitas yang
dihasilkan, karena itu pahat harus dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pekerjaan agar dapat digunakan secara optimal.
9
letaknya, keausan pada bidang geram disebut dengan keausan kawah (creater wear)
dan keausan yang terjadi pada bidang utama disebut dengan keausan tepi (flank
wear) seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.
10
2. Proses kimiawi
Pahat mengalami keausan akibat gesekan dua permukaan dengan
tekanan tinggi dan pada lingkungan kimiawi yang aktif (media pendingin).
Geram yang terbentuk dari proses pemotongan sangat mudah bereaksi dan
menempel pada pahat sehingga keausan akan terjadi lebih cepat[1].
3. Proses adhesi
Pada temperatur dan tekanan tinggi saat pembubutan, geram akan
menyatu dengan permukaan pahat sehingga akan terjadi keausan. Proses
adhesi ini adalah proses yang akan terjadi pada daerah dekat mata potong.
Karena itu, daerah adhesi dinamakan daerah aliran (flow zone)[1].
4. Proses difusi
Pada daerah yang terjadi penempelan (adhesi) antara material benda
kerja dengan pahat di bawah tekanan dan temperatur tinggi serta adanya
aliran geram akan menyebabkan timbulnya proses difusi. Proses difusi
dapat terjadi akibat daya larut dari berbagai fasa pahat terhadap benda kerja,
temperatur, dan kecepatan aliran metal yang melarutkan[1].
5. Proses oksidasi
Proses oksidasi terjadi akibat temperatur tinggi dan tidak adanya
perlindungan terhadap serangan oksigen dalam atmosfir. Akibat dari hal
tersebut, material pahat akan lemah dan terdeformasi oleh gaya
pemotongan. Cairan pendingin merupakan media yang tepat untuk
mencegah terjadinya proses oksidasi pada pahat[1].
11
load). Oleh karena itu, pahat dengan sifat meterial yang ulet dapat dipilih.
Sebelum mengalami keretakan yang besar, pahat mengalami retak mikro
hingga akhirnya terjadi kosentrasi tegangan (stress concentration) yang
besar dan pahat mengalami patah. Hal ini yang disebut dengan kelelahan
(fatigue)[1].
Dari ketujuh mekanisme kerusakan dan keausan yang terjadi pada pahat potong,
dapat disimpulkan bahwa secara umum terjadi pada kecepatan potong rendah dan
kecepatan potong tinggi. pada kecepatan potong yang rendah, proses abrasif,
kimiawi, dan adhesi akan terjadi. Sedangkan pada kecepatan potong yang tinggi,
proses difusi, oksidasi, dan deformasi plastik yang akan terjadi. Proses pemilihan
pahat, parameter pemotongan akan sangat mempengaruhi laju dari keausan pahat.
2.5 Geram
Geram merupakan sisa material hasil pembubutan yang terbentuk karena
adanya retak mikro (micro crack) yang timbul pada benda kerja tepat diujung pahat.
Tekanan pahat yang terus-menerus mengakibatkan retak mulai menjalar hingga
terbentuknya geram[1] seperti yang terlihat pada Gambar 2.5.
12
cukup tinggi akan mengakibatkan penumpukan geram pada daerah mata potong
seperti yang terlihat pada Gambar 2.6. Penumpukan itu dinamakan BUE (Built Up
Edge) yang dapat mengubah sudut geram[4]. BUE merupakan struktur dinamik
karena selama proses pembubutan berlangsung BUE akan tumbuh menjadi suatu
lapisan. BUE yang berulang akan mengalami regangan yang tinggi sehingga
menjadi sangat keras dengan nilai kekerasan antara 600-700 HV. Dengan
terbentuknya BUE pada pahat akan berpengaruh terhadap hasil kekasaran
permukaan benda kerja[4]. Oleh karena itu, bentuk dari geram dapat diamati
tergantung dengan parameter pemotongan yang dilakukan serta tingkat keausan
dari pahat.
13
penyimpangan selama proses tersebut berangsung[3]. Penyimpangan-
penyimpangan yang dimaksudkan adalah :
1. Penyetelan mesin perkakas, pada mesin bubut kecermatan gerakan tool slide
terbatas.
2. Pengukuran geometri produk, terbatasnya skala kecermatan alat ukur,
pengaruh cara pengukuran, tekanan saat pengukuran, cara pembacaan,dan
temperatur saat pengukuran.
3. Keausan perkakas potong, keausan yang terjadi dapat mengakibatkan
kualitas geometri produk berkurang.
4. Perubahan temperatur, akibat gesekan perubahan temperatur akan terjadi
pada pahat potong yang dapat membuat kualitas geometri produk
berkurang.
5. Gaya pemotongan, kekakuan dan kekuatan mesin perkakas dalam menahan
gaya akan sangat berpengaruh.
14
Gambar 2. 7 Profil kekasaran permukaan[3]
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Literatur
Material : VCN
A B C
16
A B C
Material : Aluminium
d = 30 mm
lt = 50 mm
a = 1,5 mm
Vf = 0,1mm/r
n = 550rpm
d = 30 mm
lt = 50 mm
a = 2 mm
Vf = 0,1mm/r
n = 550rpm
d = 30 mm
lt = 50 mm
a = 2,5 mm
Vf = 0,1mm/r
n = 550rpm
17
D
Kesimpulan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan penelitian atau percobaan, yaitu :
1. Pahat
Pahat yang digunakan pada percobaan ini adalah pahat HSS (High Speed
Steel) seperti yang terlihat pada Gambar 3.2.
18
2. Mikroskop optik
Digunakan untuk mengamati keausan dari pahat seperti yang terlihat pada
Gambar 3.3.
Merk : Metkon
Seri : IMM 901
19
4. Kertas jiplak
Digunakan untuk menjiplak bentuk pahat sebelum dan setelah mengalami
keausan sehingga dapat diketahui panjang dari keausan yang terjadi. Kertas
jiplak dapat dilihat pada Gambar 3.5.
20
Gambar 3. 7 Termometer gun
7. Surface roughness tester
Digunakan untuk mengukur kekasaran permukaan benda kerja hasil
pembubutan seperti yang terlihat pada Gambar 3.8.
Merk : TR200
Standard : ISO/JIS/DIN/ANSI
Range : Ra 0,01 - 40m
21
3.2.2 Bahan
1. Material VCN
Digunakan sebagai media pengausan pahat potong seperti yang terlihat pada
Gambar 3.9.
22
jiplak, termometer gun, surface roughness tester, material VCN dan
aluminium.
Arah pemakanan
Pahat HSS
Benda Kerja
Chuck
Tool Post
23
b. Keausan B, yaitu keausan yang terjadi akibat pemotongan benda kerja
VCN diameter 20 mm sepanjang 70 mm dengan kedalaman potong
(depth of cut) 2 mm.
c. Keausan C, yaitu keausan yang terjadi akibat pemotongan benda kerja
VCN diamater 20 mm sepanjang 70 mm dengan kedalaman potong
(depth of cut) 3 mm.
D 20 mm
nn1101m
70 mm
Keausan A
Keausan B
Keausan C
24
dimensi seperti yang terlihat pada Gambar 3.13. Parameter pemotongan yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Masing-masing variabel keausan
digunakan untuk memotong benda kerja dengan kedalaman potong 1 mm
dilakukan komstan sebanyak 3 kali. Selanjutnya dilakukan pemotongan dengan
kedalaman potong bervariasi yaitu, 1,5 mm, 2 mm, dan 2,5 mm seperti yang
terlihat pada Tabel 3.3.
D 30 mm
50 mm
D 30 mm
10 mm 15 mm 220 mm 5 mm
25
7. Mengamati geram hasil pemotongan
Setelah pemotongan terjadi, masing-masing geram sisa pemotongan
benda kerja diamati untuk melihat perbedaan bentuk dan dimensi dari variasi
keausan pahat seperti yang terlihat pada Tabel 3.4.
8. Mengolah data
Data pengukuran yang diambil berupa temperatur pemotongan,
kekasaran permukaan, dan dimensi dari geram akan dimasukkan ke dalam
tabel seperti yang terlihat pada Tabel 3.2. s.d. 3.4.
26
Tabel 3. 4 Dimensi geram hasil pembubutan
Jenis Keausan Kedalaman potong Tebal geram
No
Pahat (mm) (mm)
1
1,5
1 Keausan A
2
2,5
1
2 Keausan B 1,5
2
2,5
1
1,5
3 Keausan C
2
2,5
9. Menarik kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan dalam percobaan yang telah dilakukan dapat
ditarik sebuah kesimpulan.
27
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Rochim, Taufiq. (2007). Klasifikasi Proses, Gaya & Daya Pemesinan.
Bandung : Penerbit ITB
[2]. Prasetyo, Eko,. Dkk,. Analisis Keausan Pahat Terhadap Kualitas Benda Kerja
Pada Proses Pembubutan. Seminar Nasional Teknik Mesin,. ISSN 2085-
2762.
[4]. Agus, P Herda., Dkk,. Pengaruh Parameter Bubut Terhadap Munculnya Built
Up Edge (BUE) Dalam Proses Pembubutan Aluminium. Jurnal
Mekanika Vol.10 No.1, September 2011.
[5]. Mrihrenaningtyas,. dan Prayadi, R,. Analisis Umur Pahat Dengan Variasai
Sudut Geram, Kecepatan Dengan dan Tanpa Pendingin. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Terapan III, ISBN 978-602-98569-1-0
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, 2015.
[6]. Nababan, Immanuel. 2016. Pengaruh Sudut Potong Pahat Terhadap Kualitas
Geometrik Produk Pada 3 Kondisi Mesin Bubut Di Smk Negeri 2
Bengkulu. Teknik Mesin Universitas Bengkulu, Bengkulu.