Anda di halaman 1dari 114

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit iii

Budi Asih Jakarta


Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat sehingga dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Rumah Sakit merupakan tempat
kerja yang padat karya, padat pakar, padat modal, dan padat teknologi sehingga bahaya
potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor fisik, faktor
ergonomi, faktor psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja bagi
pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.
Tenaga kerja salah satu aset perusahaan terutama di rumah sakit berhadapan dengan
berbagai potensi bahaya kesehatan maupun kecelakaan ditempat kerjanya oleh karena itu
tenaga kerja perlu mendapat perlindungan yang memadai dalam hal keselamatan dan
kesehatannya untuk mempertahankan produktifitas kerjanya.
Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain,
bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi
atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.

B. Tujuan
Rumah Sakit Budi Asih selaku institusi pelayanan kesehatan dalam menjalankan kegiatan
berlandaskan visi yang telah ditetapkan yaitu :
Pelayanan yang berkualitas dan menyenangkan bagi semua.
Dalam upaya pencapaian visi tersebut, RS memiliki misi sebagai berikut :
1. Meyelenggarakan pelayana kesehatan paripurna dan responsive
2. Menciptakan kualitas kerja yang baik
3. menjadi pusat pendidikan dan pengembangan pelayanan kesehatan di Jakarta
Sejalan dengan visi dan misi tersebut, maka pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di lingkungan Rumah Sakit Budi Asih disesuaikan dengan Undang-Undang No. 1 tahun
1970 mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dan mengingat bahwa di rumah sakit
berisiko untuk terjadinya gangguan kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja, serta dalam
upaya meningkatkan perlindungan maupun pelestarian lingkungan dalam segala aktivitas,
maka dibutuhkan tindakan pencegahan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 1


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Untuk menindaklanjuti hal tersebut di atas, maka dibuatlah pedoman dan petunjuk
pelaksanaan bagi setiap unit, sehingga dalam pengelolaannya selalu berada dalam koridor
yang telah ditentukan. Sehingga diharapkan dengan tindakan pencegahan yang telah diatur
dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Berikut ini adalah manfaat diterapkannya buku pedoman K3RS di RSUD Budhi Asih :
1. Bagi RSUD Budhi Asih :
a. Meningkatkan mutu pelayananan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS
c. Meningkatkan citra RS
2. Bagi karyawan RSUD Budi Asih :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
Bagi pasien dan pengunjung:
a. Mutu layanan yang lebih baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung

C. Ruang Lingkup
Pedoman K3RS Rumah Sakit Budi Asih mencakup: prinsip, program dan kebijakan
pelaksanaan K3RS, standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS,
pengelolaan barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan,
pencatatan dan pelaporan. Ruang Lingkup kegiatan K3RS Rumah Sakit Budi Asih mencakup
seluruh area rumah sakit dan berlaku terhadap:
1. Bagi pekerja/ karyawan Rumah Sakit Budi Asih,
2. Pengunjung rumah sakit
3. Pasien rawat inap maupun rawat jalan
4. Masyarakat di lingkungan sekitar rumah sakit.
Sebagai wujud pelaksanaan Program Kerja Sub Komite Keselamatan dan Kesehatan
Kerja maka perlu kiranya ditentukan ruang lingkup fungsi dan tanggung jawab yang jelas dan
tegas sebagai berikut:
a. Kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian bencana
b. Pencegahan dan pengendalian kebakaran
c. Keamanan pasien
d. Keselamatan kerja seluruh pegawai
e. Kesehatan kerja bagi pegawai

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 2


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
f. Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
g. Kesehatan lingkungan kerja
h. Sanitasi rumah sakit
i. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan
j. Pengolahan limbah padat, cair dan gas
k. Pengelolaan pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia di bidang K3
l. Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi dan pelaporan untuk evaluasi

D. Landasan Hukum
Landasan hukum/ Dasar hukum yang terkait dengan pelaksanaan sistem manajemen K3
di rumah sakit adalah sebagai berikut :
a. UU No. 1 tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
b. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
c. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 Menteri Tenaga Kerja RI
Nomor: Kep-51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja.
f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-187/Men/1999 Tentang Pengendalian
Bahan Kimia Berbahaya di tempat kerja.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
h. Surat Edaran Dirjen Binawas No.SE.05/BW/1997 tentang Penggunaan Alat Pelindung
Diri.
i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. j. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang
Penyakit yang timbul Akibat hubungan Kerja.
k. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876/Menkes/SK7IX/VIII/2001 tentang Pedoman
teknis analisis dampak lingkungan.
l. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1217/Menkes/SK7IX/2001 tentang pedoman
penanganan dampak radiasi, m. Keputusan Menteri kesehatan Nomor
315/Menkes/SK/III/2003 tentang komite kesehatan dan keselamatan kerja sektor
kesehatan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 3


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI TIM KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA RSUD BUDHI ASIH JAKARTA

Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Umum Daerah Budi Asih
berbentuk Tim Kesehatan Keselamatan Kerja yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
Ketua komite K3 adalah seorang dokter yang memiliki pengetahuan tentang K3RS melalui
beberapa pelatihan dan seminar tentang K3RS baik yang diselenggarakan oleh DepKes maupun
beberapa rumah sakit yang ada di Jakarta, ketua komite K3RS di Budhi Asih adalah seorang dokter
umum yang sudah senior dan berpengalaman dibidangnya. Sekretaris K3RS adalah seorang
tenaga kerja yang membidangi keselamatan dan kesehatan kerja yang mempunyai latar belakang
pendidikan K3 dan pelatihan K3RS, sedangkan anggota Komite K3 adalah perwakilan unit kerja
yang kemudian dibagi dalam empat bidang, yaitu
1. Bidang Penanggulangan Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana
2. Bidang Keselamatan Kerja
3. Bidang Kesehatan Kerja
4. Bidang Kesehatan Lingkungan
Keanggotaan tenaga kerja dalam struktur organisasi komite K3 diganti setiap 3 tahun sekali.
Dengan bergantinya pengurus komite K3, maka akan semakin banyak tenaga kerja yang
memahami K3, sehingga dapat menjadi simpul-simpul komunikasi upaya pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Berikut struktur organisasi Komite K3 Rumah Sakit Budi Asih :

Direktur RS

Ka.Bid JangMed

Ketua K3RS Sekretaris

Bidang
Penangguhan Bidang Bidang Bidang Kesehatan
Kebakaran dan Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja Lingkungan
Kewaspadaan
Bencana

Anggota

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 4


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
A. Uraian Tugas Ketua Tim K3 Rumah Sakit Budi Asih

1 Posisi dalam Struktur : Atasan langsung, Direktur RSUD Budhi Asih


Bawahan langsung :
a. Sekretaris dan penaggung jawab bidang :
b. Penangung Jawab bidang
Penanggulangan Kebakaran dan
Kewaspadaan Bencana
c. Penaggung jawab bidang Keselamatan
Kerja Kesehatan Kerja
d. Penanggung jawab bidang Kesehatan
Lingkungan
2 Tugas Pokok : Bertanggung jawab atas kegiatan keselamatan dan
kesehatan para pekerja, pasien dan pengunjung di Rumah
Sakit Budi Asih
3. Uraian Tugas, Uraian Tugas :
Wewenang dan 1. Merencanakan, meninjau dan merevisi Program K3
Tanggung Jawab setahun sekali
2. Melakukan perencanaan sosialisasi dan pelatihan
pada seluruh karyawan di rumah sakit sesuai dengan
bidang K3
3. Memegang tongkat komando pada keadaan darurat.
- Pada keadaan darurat Ketua Komite K3
diharapkan menjadi wakil Management dalam
menentukan keputusan-keputusan.
- Pada keadaan darurat Ketua K3 dapat mengatur
Tim Tanggap Darurat untuk membantu
penyelamatan staff, pasien dan pengunjung yang
ada dalam rumah sakit.
- Pada keadaan darurat Ketua K3 diharuskan
standby di Rumah Sakit sampai keadaan darurat
selesai.
- Membuat program laporan tentang keadaan
darurat.
4. Memimpin semua rapat pleno Panitia K3 atau
menunjuk Ketua Harian jika berhalangan hadir.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 5


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
1. Mengawasi dan menganalisa pelaksanaan Program
K3 dan membuat laporan efektifitas program tahunan
kepada Direktur dan Corporate.
- Membina Komite K3 yang ada dengan cara
pelatihan dan penyuluhan secara rutin.
- Mendorong Komite K3 untuk mengadakan
penyuluhan dan pelatihan kepentingan intern
Rumah sakit.
2. Mengontrol Komite K3 dalam hal evaluasi dan audit
tentang keseriusan dan perhatian staff terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Memastikan organisasi Komite K3 konsisten dan
berkesinambungan
Wewenang:
1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila
Direktur tidak ada setelah dikonfirmasi melalui
telepon.
2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada
karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian
sehingga membahayakan kesehatan, keselamatan
kerja diri sendiri maupun rekan kerja lainnya.
3. Mengumumkan kondisi darurat dan menyatakan
keadaan darurat selesai.
Tanggung Jawab :
1. Ketua Komite K3 bertanggungjawab kepada Direktur
Rumah Sakit Budi Asih.
2. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan program K3
di rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan
melalui pimpinan perusahaan (Direktur).
4 Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal Dokter
2. Memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes
3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani
4. Memiliki dedikasi dan loyalitas
5. Jujur dan bertanggung jawab

5. Hubungan kerja Internal:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 6


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
/Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS Budi Asih
- Internal 2. Seluruh Karyawan RS Budi Asih
Eksternal:
- Eksternal 1. Kementerian Kesehatan RI
2. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
3. Organisasi K3 eksternal

B. Bagian Tugas Sekretaris Komite Rumah Sakit Budi Asih


1 Posisi dalam Struktur Atasan langsung : Ketua K3
Organisasi Bawahan langsung
2 Tugas Pokok Memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas
kesekretariatan dan melaksanakan keputusan Komite K3
RS
3 Uraian Tugas, Wewenang Uraian Tugas :
dan Tanggung Jawab 1. Membuat undangan rapat dan sebagai notulen rapat.
2. Membuat administrasi surat-surat Komite K3.
3. Mencatat dan mengumpulkan data-data yang
berhubungan dengan K3.
4. Membantu Ketua K3 merencanakan dan menetapkan
program tahunan dalam melakukan identifikasi
bahaya di lingkungan kerja.
5. Mengusulkan dan menetapkan tindakan serta langkah
yang akan dilaksanakan terhadap permasalahan K3
dalam rangka meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja.

Wewenang :
1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila
Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui
telepon.
2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada
karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian
sehingga membahayakan kesehatan, keselamatan
kerja diri sendiri maupun rekan kerja lainnya.

Tanggung Jawab:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 7


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
1. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan K3
di rumah sakit kepada Ketua K3

4 Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal D3 K3


2. Memiliki sertifikat pelatihan yang berkaitan dengan
K3
3 Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani
4. Memiliki dedikasi dan loyalitas
5. Jujur dan bertanggung jawab

5. Hubungan Kerja/ Internal


Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS Budi Asih
- Internal 2. Seluruh Karyawan RS Budi Asih
- Eksternal Eksternal:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 8


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
C. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Keselamatan Kerja Komite K3 Rumah
Sakit Budi Asih
1 Posisi dalam struktur Atasan langsung : Ketua K3
Organisasi Bawahan langsung
2 Tugas Pokok Melaksanakan tugas agar keselamatan kerja di lingkungan
rumah sakit terpelihara dengan baik sehingga pekerja,
pasien dan pengunjung terhindar dari kecelakaan di RS
Budi Asih
3 Uraian Tugas, Wewenang Uraian Tugas :
dan Tanggung Jawab 1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan keselamatan
kerja
2. Merencanakan program keselamatan kerja
3. Memantau pemeliharaan dan penggunaan seluruh
fasilitas dan peralatan terkait dengan keselamatan
kerja
4. Mengumpulkan dan mengolah data kecelakaan kerja
yang terjadi di RS
5. Bekerjasama denganDiklat untuk melaksanakan
pelatihan keselamatan kerja.
6. Memberikan laporan evaluasi dan tindak lanjut
pelaksanaan program keselamatan kerja kepada
Ketua K3
7. Memberi masukan kepada seluruh unit kerja dalam
hal keselamatan kerja.

Wewenang :
1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent
apabila Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi
melalui telepon.
2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada
karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian
sehingga menimbulkan kecelakaan kerja

Tanggung Jawab :
1. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan
keselamatan di rumah sakit kepada Ketua K3

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 9


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
4 Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal D3 K3
2. Memiliki sertifikat pelatihan terkait dengan K3
3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani
4. Memiliki dedikasi dan loyalitas
5. Jujur dan bertanggung jawab
5. Hubungan Kerja/ Internal:
Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS Budi Asih
- Internal 2. Seluruh Karyawan RS Budi Asih

- Eksternal Eksternal:
1. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat
2. Organisasi K3 Eksternal
3. Pihak vendor/supplier terkait dengan standar fasilitas
dan peralatan keselamatan kerja

D. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Lingkungan Komite K3 Rumah


Sakit Budi Asih
1 Posisi dalam struktur Atasan Langsung : ketua K3
Organisasi Bawahan Langsung
2 Tugas Pokok Melakukan tugas sehingga terpenuhinya standar kualitas
lingkungan di rumah sakit sehingga mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan
3 Uraian Tugas Wewenang Uraian Tugas :
dan Tanggung Jawab 1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan kesehatan
lingkungan
2. Merencanakan program yang berkaitan dengan
kesehatan lingkungan.
3. Memantau pemeliharaan dan penggunaan seluruh
fasilitas dan peralatan terkait dengan pengolahan
limbah di RS
4. Mengontrol dan mengawasi upaya pengelolaan
Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya
5. Membuat laporan Implementasi UKL dan UPL
6. Bekerjasama dengan Diklat untuk melaksanakan
pelatihan terkait dengan bahaya yang timbul dari
penyimpangan kualitas lingkungan
7. Memberikan laporan evaluasi dan tindak lanjut

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 10


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
pelaksanaan program terkait dengan kesehatan
lingkungan kepada Ketua K3

Wewenang :
1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila
Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui
telepon.
2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada
karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian
sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan
Tanggung Jawab :
1. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan
kesehatan lingkungan di rumah sakit kepada Ketua
K3

4 Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan


2. Memiliki sertifikat pelatihan terkait bidang kesehatan
lingkungan
3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani
4. Memiliki dedikasi dan loyalitas
5. Hubungan Kerja/ Internal:
Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS Budi Asih
- Internal 2. Seluruh Karyawan RS Budi Asih

- Eksternal Eksternal:
1. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangsel dan
Provinsi Banten
2. Dinas Kesehatan setempat
3. Dinas Kebersihan setempat
4. Pihak vendor/supplier terkait dengan standar fasilitas
dan peralatan terkait dengan pembuangan dan
pengolahan limbah

E. Uraian Tugas Penanggung Jawab Bidang Kesehatan Kerja Komite K3 Rumah Sakit
Budi Asih
1 Posisi dalam struktur Atasan Langsung : ketua K3

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 11


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Organisasi Bawahan Langsung
2 Tugas Pokok Melakukan tugas agar terpeliharanya kesehatan para
pekerja di rumah sakit sehingga staf dapat menghasilkan
hasil kerja yang optimal.
3 Uraian Tugas Wewenang Uraian Tugas :
dan Tanggung Jawab 1. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan karyawan RS
Budi Asih
2. Membantu Ketua K3 dalam mengadakan pemantauan
kesehatan kerja.
3. Memastikan adanya pelaporan karyawan yang
penyakit akibat kerja dan menganalisanya.
4. Dari analisa yang dilakukan bila ada karyawan yang
sakit akibat kerja maka diberikan masukan kepada
Ketua K3, untuk kemudian dilakukan pelatihan atau
penyuluhan terhadap karyawan.
5. Memberikan advise kepada pimpinan perusahaan
tentang program pengendalian penyakit akibat kerja
6. Berkoordinasi dengan Diklat untuk pelatihan bagi
pekerja di bidang kesehatan kerja
7. Menyusun laporan secara berkala tentang
pelaksanaan program kesehatan kerja di RS dan
instansi yang terkait

Wewenang :
1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila
Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui
telepon.
2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada
karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian
sehingga timbulnya penyakit akibat kerja
Tanggung Jawab :
1. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan
kesehatan kerja di rumah sakit kepada Ketua K3
4 Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal Dokter
2. Memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes bagi Dokter
Perusahaan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 12


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani
4. Memiliki dedikasi dan loyalitas
5. Jujur dan bertanggung jawab
5. Hubungan Kerja/ Internal:
Koordinasi 1. Seluruh Unit Kerja RS Budi Asih
- Internal 2. Seluruh Karyawan RS Budi Asih

- Eksternal Eksternal:
1. Dinas Kesehatan Setempat

F. Uraian Tugas Anggota Komite K3 Rumah Sakit Budi Asih


1 Posisi dalam struktur Atasan Langsung : ketua K3
Organisasi Bawahan Langsung
2 Tugas Pokok Melakukan tugas agar pelaksanaan K3 di RS Budi Asih
berjalan baik sehingga terciptanya keselamatan bagi
pekerja, pengunjung, pasien dan kesehatan para pekerja.
3 Uraian Tugas Wewenang Uraian Tugas :
dan Tanggung Jawab 1. Mengikuti rapat K3 dan melakukan pembahasan atas
persoalan yang diajukan dalam rapat.
2. Mensosialisasikan pelatihan K3 yang didapat kepada
staf
3. Menerapkan K3 di unit masing -masing dan
mengawasi setiap kegiatan K3 di RS
4. Bekerja sama dengan anggota bidang lain dalam
terlaksananya program kerja K3
5. Memberikan saran Komite K3 atau unit lain yang
berkaitan dengan K3

Wewenang :
1. Mengambil keputusan yang bersifat urgent apabila
Ketua K3 tidak ada setelah dikonfirmasi melalui
telepon.
2. Memberi teguran baik lisan maupun tulisan kepada
karyawan rumah sakit yang melakukan kelalaian
sehingga terjadinya penyimpangan aspek K3

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 13


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Tanggung Jawab :
1. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan K3
di rumah sakit kepada Ketua K3
4 Kriteria Jabatan 1. Pendidikan minimal SMU/STM/SMK atau D3 segala
jurusan
2. Memiliki sertifikat pelatihan sesuai bidangnya
3. Berbadan sehat baik secara jasmani maupun rohani
4. Memiliki dedikasi dan loyalitas
5. Jujur dan bertanggung jawab
5. Hubungan Kerja/ Internal:
Koordinasi 1. Seluruh Karyawan RS Budi Asih
- Internal
- Eksternal Eksternal:
1. Penyelenggara Diklat Eksternal

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 14


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB III
FASILITAS DAN PERALATAN

A. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi yang digunakan di RS yaitu :
- Telepon dengan menggunakan sistem PABX
- Handy Talky yang digunakan oleh Petugas Keamanan, Petugas Unit Pemeliharaan dan
Petugas Kebersihan.
- Pagging yang dioperasikan oleh operator

B. Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)


Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan untuk melindungi sebagian atau seluruh
tubuh tenaga kerja dari sumber bahaya yang ada ditempat kerja saat tenaga kerja
melakukan pekerjaannya.
Langkah-langkah dalam pemakaian alat pelindung diri pada tenaga kerja :
a. Analisa kebutuhan, merupakan langkah awal. Terlebih dahulu ditentukan jenis bahaya
yang terdapat dalam pekerjaan dan bagaimana kondisi kerja yang ada serta peraturan
yang berlaku.
b. Pemilihan alat pelindung diri (APD). Berdasarkan analisa kebutuhan, dapat ditentukan
jenis alat apa saja yang diperlukan. Selain itu, dalam pemilihan APD ini sudah melalui
proses pengujian dan memenuhi standar yang berlaku.
c. Komunikasi program. Hal ini diperlukan agar tenaga kerja mengerti dan merasa
diikutsertakan, tidak hanya instruksi berupa lisan atau tulisan. Perlu pula ditanamkan
pengertian akan pentingnya peranan pemakaian APD dalam mencegah cedera atau
mengurangi akibat suatu kecelakaan dan membangkitkan minat dan akhirnya
membutuhkan pemakaian APD.
d. Latihan, diperlukan agar tenaga kerja mengetahui dalam keadaan apa saja alat ini harus
digunakan dan bagaimana cara pemeliharaannya. Latihan ini dapat diberikan secara
formal dan informal.
e. Menegakkan disiplin dalam pemakaian APD.

Pemilihan Alat Pelindung Diri


Aspek-aspek lain yang diperlukan dalam pemilihan alat pelindung diri:
a. Bentuk cukup menarik.
b. Dapat dipakai secara fleksibel

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 15


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
c. Tahan untuk pemakaian yang cukup lama dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan
yang berlebihan.
d. Dapat memberikan perlindungan yang ada terhadap bahaya yang spesifik yang dihadapi
oleh tenaga kerja.
e. Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakainya yang disebabkan bentuk dan
bahannya tidak tepat atau salah dalam penggunannya.
f. Suku Madang mudah diperoleh untuk memudahkan pemeliharaan.

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri


a. Alat pelindung kepala
Digunakan untuk melindungi kepala dari kejatuhan benda/material keras seperti batu,
kayu atau besi. Contoh alat pelindung kepala : Topi pengaman (Safety helmet).
b. Topi atau tudung
Untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia, iklim kerja yang berubah-ubah dan lainnya,
harus terbuat dari bahan yang tak mempunyai celah atau lubang, biasanya terbuat dari
asbes dan katun.
c. Penutup rambut
Penutup rambut ini biasanya terbuat dari katun atau bahan lain yang mudah dicuci. Alat
ini berguna untuk mencegah rambut/kepala terkena kotoran/bahan kimia. Contoh :
Penutup kepala yang digunakan perawat ruang bedah dan ICU.
d. Alat pelindung telinga
Alat pelindung telinga berguna untuk mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam
telinga. Alat ini terdiri dari 2 jenis, yaitu :
- Earplug (sumbat telinga), dapat mengurangi intensitas suara 20 - 30 dB.
- Ear muff (tutup telinga), dapat juga melindungi bagian luar telinga (daun telinga).
Alat ini lebih efektif dari pada sumbat telinga dan dapat mengurangi intensitas bising
25 - 45 dB.
e. Alat pelindung pernapasan
Berguna untuk melindungi alat pernapasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang
terkontaminasi kuman patogen dan bahan kimia. Alat ini terbagi dua :
- Masker, digunakan untuk mengurangi debu/partikel-partikel yang lebih besar dan
kuman patogen. Masker dapat terbuat dari kain. Terdiri dari Masker Disposible dan
Masker non Disposible.
- Respirator, berguna untuk melindungi pernapasan dari debu, kabut, uap logam, asap
dan gas.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 16


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
f. Alat pelindung mata dan muka
- Spectacles, berguna untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan
radiasi gelombang elektromagnetik.
- Goggles, digunakan untuk melindungi mata dari gas, uap, debu dan percikan larutan
kimia.
g. Alat pelindung tangan
Berguna untuk melindungi tangan dari bahan dan benda-benda tajam, bahan-bahan kimia,
biologis (darah dan cairan tubuh pasien lainnya), benda panas/dingin. Contoh : Hand
Scound (sarung tangan karet), sarung tangan kain dan sarung tangan tegangan tinggi
untuk keperluan pengamanan pada saat perbaikan elektrikal ( panel listrik yang
bertegangan tinggi)
h. Alat pelindung kaki
Berguna untuk melindungi kaki dan bagian-bagian lainnya dari benda-benda yang jatuh,
benda tajam, larutan kimia dan kontak pada listrik.
i. Pakaian pelindung
Berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan bahan kimia,
biologis, panas dan sinar radiasi. Contoh : Apron di Radiologi,
j. Sabuk pengaman (Safety belt).
Digunakan tenaga kerja untuk pekerjaan di tempat ketinggian.

Alat pelindung diri (APD) di Rumah Sakit :


Alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas di RS dapat dikategorikan berdasarkan
tempat/lokasi kerja, antara lain :

No Jenis Alat Pelindung diri Lokasi / tempat kerja


1 Masker Disposible - R. Emergency
- R. ICU
- R. ICCU
- R. Bedah
- R. Laboratorium
- R. Rawat Anak dan Dewasa
- R. Rawat Gigi
- R. Laundry
- R. Isolasi
- Ruang dengan tindakan kontak pasien
2 Masker Non Disposible (Goggle - Bengkel Las

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 17


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Respiratory dengan filter Sesuai - Pengangkutan Sampah Medis
jenis pekerjaan)
3 Kacamata Las - Bengkel Las
4 Kacamata Pb - R. Laboratorium
- R. Radiologi
5 Sarung Tangan Disposable - R. Emergency
- R. ICU
- R. ICCU
- R. Bedah
- R. Laboratorium
- R. Rawat Anak dan Dewasa
- R. Rawat Gigi
- Ruang dengan tindakan kontak pasien
6 Sarung Tangan Non Disposable - R. Perawatan
(Bahan Karet) - R. Panel
- IPAL
- Bengkel
R. Incenerator
7 Helm - Di dalam dan daerah renovasi
- Daerah ketinggian (pembersihan jendela)
8 Apron - R. Laboratorium
- R. Radiologi
- Area IPAL
- Area WTP
- Incenerator
9 Sepatu Boot - R. Plant Room -IPAL
- Bengkel
- R. Incenerator
- R. Dapur
10 Wearpack - R. Panel -IPAL
- Bengkel
11 Ear Plug /Ear Muft - R. Genset
- R. Chiller
- R. gas
12 Safety Belt Pada ketinggian/bagian atas gedung

C. Perlengkapan Keamanan Pasien


Upaya penyembuhan pasien tidak semata-mata dilihat dari sisi medis saja, namun hal- hal lain
terkait dengan faktor-faktor non medis juga memiliki peran yang cukup signifikan,

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 18


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
diantaranya sistem pengamanan pasien yang sangat diperlukan untuk menunjang keselamatan
mereka menjalani perawatan di RS .
Dengan demikian pasien akan merasa lebih tenang dan nyaman yang pada akhirnya secara
psikis akan memberikan motivasi kepada pasien untuk sembuh/pulih.

Ada beberapa jenis alat perlengkapan keamanan pasien antara lain :


a. Pegangan sepanjang tangga
Pegangan sepanjang tangga diadakan dengan tujuan agar pasien termasuk pengunjung
dan karyawan dapat berpegangan saat menurun atau menaiki tangga. Syarat pegangan
tangga yang aman :
- Terbuat dari bahan yang tidak licin
- Permukaan pegangan tidak kasar Mudah dibersihkan
- Dapat digenggam (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)
- Kokoh / tidak goyah
- Pegangan setinggi pinggang orang dewasa
- Jarak antara tiang pegangan tidak terlalu renggang
b. Toilet yang dilengkapi pegangan dan bel
Pegangan dan bel di toilet bertujuan untuk menjaga pasien agar memudahkan pasien saat
berada dalam toilet dan bila teijadi suatu hai / keadaan emergency bel dapat digunakan
pasien untuk memanggil pertolongan. Kelayakan sarana pegangan dan bel ini harus
dikontrol agar kondisinya tetap terjaga dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
c. Pintu dapat dibuka dari luar
Pintu yang dimaksud adalah pintu ruangan, baik ruang rawat inap, kamar mandi (toilet)
dan lainnya agar keadaan emergency dapat dengan mudah dibuka dari luar oleh petugas,
dimana cara membuka pintu tersebut digerakkan/dibuka mengarah keluar ruangan bukan
kearah dalam.
d. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan tempat tidur selayaknya digunakan setiap tempat tidur, dengan tujuan
menghindari terjatuhnya pasien dari tempat tidur. Penahan tempat tidur ini hendaknya
dengan mudah dapat dinaikan atau diturunkan.
e. Sumber listrik mempunyai penutup / penahan
Sumber listrik / stop kontak dengan penutup dipasang di seluruh ruangan, terutama ruang
anak-anak. Hal ini bertujuan agar dapat menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan
f. Supply oksigen yang cukup

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 19


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai merupakan hal yang vital
terutama bagi pasien jantung karena kekurangan supply oksigen dapat mengakibatkan
kematian. oleh karena itu supply oksigen harus benar-benar terpenuhi, baik secara sentral
maupun portable di seluruh unit / ruangan perawatan, baik Rawat Jalan, Rawat Intensif,
Semi Intensif, Emergency dan Rawat Inap. Untuk menjamin kelangsungan supply
oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap seluruh jenis peralatan gas medis
yang ada di RS sebagai berikut:
Lakukan pemeriksaan secara rutin kondisi ke tiga jenis sarana di atas yaitu :
- Tangki liquid oxygen
Lakukan pengecekan setiap hari dan setiap penerimaan gas medis oleh petugas jaga
dengan memperhatikan kondisi manometer, katup gas buang, kondisi tangki gas
medis, volume gas medis dan pipa tangki gas medis.
- Tabung oksigen dan oxygen portable
Lakukan pengecekan oleh petugas jaga kondisi manometer, kondisi tabung dan
oxygen portable dan volume gas medis dan lakukan tera ulang tabung gas medis
secara rutin setiap satu tahun sekali untuk menghindari ledakan.
g. Tersedia emergency suction
Emergency suction disediakan di setiap Ruang Perawatan agar dapat dengan mudah
dipergunakan pada saat dibutuhkan. Untuk ruang intensif dan semi intensif agar
disediakan di setiap tempat tidur sedang ruang rawat biasa minimal disediakan 1 unit
emergency suction dalam kondisi siap pakai.
h. Tenaga listrik pengganti di ruang dan peralatan medis yang vital
Jaminan ketersediaan supply listrik cadangan sangat dibutuhkan saat aliran listrik dari
PLN terputus, terutama di ruang-ruang dan pada peralatan medis yang vital, dimana
supply listrik tidak boleh terputus. Tenaga listrik pengganti berupa UPS (Uninteruptable
Power Supply) dan Genset, di mana ketersediaannya harus memiliki persyaratan:
- Memiliki kapasitas (KVA) yang memadai sesuai dengan kebutuhan ruangan/ alat.
- Pemeliharaan dan pengecekan kondisi dilakukan secara rutin atau berkala.
Jenis ruangan yang harus memiliki tenaga listrik pengganti tersebut adalah :
- R. ICU/ICCU & IMC R. Bedah
- R. Emergency
- R. Laboratorium
- R. Hemodialisa
- R. Radiologi ( daerah tertentu seperti : alat yang menggunakan sistem komputer
untuk penyimpann data )

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 20


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
- R. Sentral Komputer

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 21


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENIMBULKAN
ANCAMAN BAHAYA DI RUMAH SAKIT

A. Faktor Fisik
Faktor-faktor fisik di rumah sakit terdiri dari kebisingan, pencahayaan, getaran, iklim kerja,
radiasi dan listrik.
1. Kebisingan
Secara umum, kebisingan diartikan sebagai suara/bunyi yang tidak diinginkan
karena mengganggu kenyamanan. Dalam kesehatan kerja bising diartikan sebagai suara
yang dapat menurunkan daya pendengaran baik secara kuantitatif (penyempitan spektrum
pendengaran) maupun kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran), berkaitan dengan
faktor intensitas kebisingan, frekuensi, durasi pemaparan kebisingan dan kepekaan
individu. Kebisingan akan lebih berbahaya jika dipengaruhi oleh jarak, temperatur udara,
kelembaban, jenis dan jumlah sumber suara.

Sumber kebisingan di rumah sakit:


Beberapa areal/lokasi yang memiliki intensitas bising yang dapat mengganggu
kenyamanan di lingkungan rumah sakit adalah :
- Ruang Generator - Ruang dapur
- Mesin potong dan mesin gerinda di bengkel - Ruang IPAL
- Ruang Radiologi/MRI

Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan di rumah sakit Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa persyaratan kebisingan untuk masing-masing
ruangan atau unit seperti di bawah ini:
Tabel Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit Kerja
No Ruangan atau Unit Maksimum Kebisingan (Waktu
pemaparan 8 jam Stauan dBA)
1 Ruang Pasien
Saat Tidak Tidur 45
Saat tidur 40
2 Ruang operasi dan umum 45
3 Anestesi dan pemulihan 45
4 Endoscopy dan Laboratorium 65
5 Radiologi 40

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 22


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
6 Koridor 40
7 Tangga 45
8 Kantor/lobby 45
9 Ruang alat/gudang 45 '
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80

Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan


- Gangguan Fisiologis
Gangguan fisiologis yang teijadi yaitu berupa Internal Bodily Sistem Ambang
Pendengaran. Internal bodiy sistem adalah sistem fisiologis yang paling penting
untuk kehidupan seperti saraf, endokrin, kardio vaskuler, gastrointestinal dan
musculoskeletal.
Gangguan fisiologis ini juga dapat menimbulkan kelelahan, pusing,sakit kepala dan
kurang nafsu makan. Selain itu dapat juga meningkatkan tekanan darah,
mempercepat denyut jantung, pengerutan saluran darah di kulit, meningkatkan
metabolik dan ketegangan otot.
- Gangguan Psikologis
Bersifat sangat objektif. Reaksi potensial yang ditimbulkan oleh kebisingan ini
antara lain cepat emosi, mudah marah/tersinggsung dan gangguan konsentrasi.
- Gangguan Komunikasi
Gangguan ini dapat mengganggu pekerjaan yang juga berisiko terhadap terjadinya
kecelakaan kerja karena adanya salah pengertian instruksi yang kurang dipahami.
- Gangguan Pendengaran
Gangguan yang terjadi berupa Trauma akustik yang disebabkan peledakan (bising
impulsif), tuli sementara dan tuli menetap.

2. Pencahayaan
Merupakan penyebaran cahaya dari sumber cahaya (buatan/alami) tergantung pada
konstruksi sumber cahaya itu sendiri dan pada konstruksi kulit pelindung yang
digunakan.
Dampak negatif pencahayaan yang buruk
Risiko pencahayaan yang buruk pada kesehatan berupa sakit kepala, kelelahan mata,
iritasi mata, penglihatan rangkap, ketajaman penglihatan terganggu, serta akomodasi dan
konvergensi menurun. Selain itu, pencahayaan yang buruk juga dapat menyebabkan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 23


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
meningkatnya kesalahan dalam bekerja yang pada akhirnya dapat menyebabkan
menurunnya produktivitas dan terjadinya kecelakaan kerja berupa terpeleset atau jatuh.

3. Getaran
Getaran merupakan faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek dengan gerakan osilasi.
Getaran biasanya ditimbulkan oleh mesin atau peralatan kerja yang bergetar misalnya
hand piece unit gigi, mesin potong rumput atau mesin bor.
Efek negatif getaran pada tubuh
- Pada sistem peredaran darah, yaitu Raynaud atau White Finger Syndrome.
- Pada sistem Tulang, sendi dan otot
- Pada sistem saraf misalnya kesemutan, mempengaruhi ketajaman penglihatan dan
mengganggu fungsi keseimbangan.
4. Listrik
Bergabungnya dua ion yang bermuatan positif dan negatif. Peralatan listrik banyak
digunakan di rumah sakit dalam menunjang kegiatan operasionalnya.

Bahaya listrik :
Kurangnya perawatan peralatan listrik merupakan salah satu penyebab timbulnya bahaya
akibat listrik seperti tersengat aliran listrik bahkan kebakaran.

5. Panas (iklim kerja)


Secara umum panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman, untuk di Indonesia
berkisar antara 26 C - 28 C dengan kelembaban 60-70 %.
Efek negatif panas pada tubuh
- Gangguan kenyamanan pada tenaga kerja seperti : rasa tidak enak/serba salah, lelah
mual, mudah marah dan suhu kulit panas/basah karena berkeringat/kering karena
keringat terus menguap.
- Heat Disorder yang merupakan gejala yang berhubungan dengan kenaikan suhu
tubuh dan mengakibatkan kekeurangan cairan tubuh, seperti Heat Exhaustion, Heat
Cramps dan Heat Stroke.
- Gangguan perilaku akibat perasaan kepanasan dan gangguan sistem saraf pusat.

6. Radiasi

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 24


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Pemencaran sinar atau gelombang yang digunakan untuk kegiatan pemeriksaan
(radioagnostik) maupun untuk pengobatan (radioterapi). Di rumah sakit sinar radiasi
banyak digunakan oleh Radiologi dan Fisioterapi.

Efek negatif radiasi pada tubuh


- Menimbulkan gangguan pada sistem tubuh seperti saraf pusat, hemopoetik dan
gastrointestinal.
- Karsinogenik
- Gangguan pada mata dan kulit
- Leukimia

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 25


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
B. Faktor Biologi
Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
mikroorganisme hidup seperti bakteri, jamur, virus, riketsia dan parasit.

Sumber Bahaya Faktor Biologi di Rumah Sakit


- Penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri, parasit, virus atau jamur.
- Berbagai bahan yang berasal dari penderita/pasien, misalnya darah, dahak dan tinja.
- Peralatan medis yang terkontaminasi oleh mikroorganisme.

Efek Negatif Faktor Bahaya Biologi dan beberapa Penyakit Menular


1. Infeksi Nosokomial
Merupakan suatu keadaan infeksi yang diperoleh dari dalam lingkungan rumah sakit
akibat mangan instalasi dalam rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan
mikrobiologis, kontaminasi oleh mikroorganisme dan adanya pembahan daya tubuh.
2. Tuberculosis Paru
Merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang berbagai organ atau jaringan tubuh
yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis.
3. Hepatitis B
Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (HBV) yang penularannya dapat
melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Sumber penularan adalah HBV dan HbsAG.
4. HIV/AIDS
Merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan
Virus HIV yang penularannya dapat melalui darah, jaringan, sekreta dan ekskreta tubuh
yang mengandung virus.

C. Faktor Bahaya Ergonomi


Ergonomi merupakan penyesuaian karakteristik fisik tenaga kerja dengan lingkungan
kerjanya. Penyesuaian yang dapat dilakukan antara lain bempa penyesuaian ukuran tempat
kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban
agar tercipta kenyamanan dalam bekerja dan juga menghindari terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
Sumber Bahaya Ergonomi di Rumah Sakit.
- Risiko cedera pinggang dan leher, HNP dan gangguan otot rangka akibat cara
mengangkat/menggotong barang maupun pasien yang salah. Hal ini berisiko terhadap
perawat dan unit perawatan sarana/prasarana rumah sakit.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 26


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
- Kelainan pada tulang belakang seperti Lordosis, Skoliosis dan Kifosis. Hal ini disebabkan
cara duduk/bekerja yang salah secara kontiniu.
- Pemakaian kursi yang tidak tepat dapat menyebabkan keluhan-keluhan pada tenaga kerja
dimana pekerjaan yang pekerjaannya banyak dilakukan dengan posisi duduk, seperti
petugas administrasi (kantor), laboratorium dan supir. Keluhan yang dialami misalnya
sakit pinggang, sakit kepala, sakit leher, sakit/pegal pada lengan dan tangan.
- Gangguan kenyamanan dalam bekerja hingga kecelakaan kerja akibat kurangnya
penerangan atau suhu yang panas.

D. Faktor Bahaya Kimia


Adanya zat-zat kimia di rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi pasien, pengunjung
maupun petugas seperti dokter, perawat, teknisi dan semua yang berkaitan dengan pengelolaan
rumah sakit maupun perawatan penderita.
Tumpahan-tumpahan, kebocoran tempat penyimpanan bahan kimia dan ventilasi yang tidak
baik dapat mengakibatkan keracunan kronik. Bahan-bahan kimia yang mempunyai Risiko
mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah gas zat-zat Anestetik (Halothan,
Nitrogen oxide, dan Ethyl ether), Formaldehid, Etilen oksida, dan debu.
1. Gas Anastesi
- Halotan
Merupakan gas anastesi yang diberikan melalui inhalasi yang dapat menekan
pengeluaran air liur, lender, bronchial dan sekresi lambung serta dilatasi bronchiole.
Selain itu, Halotan juga dapat menekan sistem kardiovaskuler dan menekan
peredaran darah serta dapat menimbulkan jerawat pada perawat yang bekerja di
bagian anestetik akibat alergi halotan.
- Nitrogen oksida (N2O)
Merupakan gas anestetik yang diberikan melalui inhalasi yang biasanya dikemas
dalam tabung baja bertekanan dan seluruh silinder diberi wama biru. Nitrogen oksida
dengan oksigen digunakan untuk analgesia terutama pada pembedahan.
Penyalahgunaan N2O dapat menyebabkan kesemutan ditangan/kaki (gejala dini).
Gejala berikutbya meliputi gangguan keseimbangan tubuh, tak mampu berjalan
sendiri, impotensi, kerusakan sfingter, perubahan mental dan gangguan rasa serta
penciuman. Selain itu, penyalahgunaan N20 juga dapat mengganggu vitamin B12
pada sistem saraf.

2. Formaldehid/Formalin (CH2O5)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 27


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Digunakan dilaboratorium, Laboratorium Patologi Anatomik, Dilisis Ginjal, dan
Ruangan jenazah. Jalur masuk ke tubuh melalui inhalasi dan absorbsi kulit. Efek negative
Formaldehid pada kesehatan berupa dermatitis kontak (pada kulit), inflamasi saluran
bagian atas (pada saluran pernafasan) dan potensial karsinogenik.

3. Ethylene oxide
Digunakan sebagai fumigant dan zat untuk sterilisasi peralatn medis dan gigi. Efek
negatif Ethylene oxide pada kesehatan berupa dermatitis kontak dan alergi serta luka
bakar kimiawi (pada kulit); asma dan iritan (pada an pernafasan); dan sakit kepala,
gangguan motorik dan sensorik (pada saraf pusat).

4. Debu
Merupakan partikel yang dihasilkan oleh proses mekanik seperti pada penghancuran
benda-benda padat. Partikel debu yang dapat dihirup oleh pernafasan manusia berkisar
antara 0,1-10 mikron.
Macam-macam debu di rumah sakit, seperti : debu obat-obatan dalam bentuk puyer, debu
kotoran dalam ruangan dan gudang, debu detergen di Laundry, dan debu kapas. Selain itu,
juga ada debu yang berasal dari ruang poli gigi akibat dari kegiatan pemotongan, gerinda
bongkahan dan serbuk dan pematrian.
Efek negatif debu terhadap kesehatan, yaitu berupa batuk, sesak nafas dan alergi (akut),
dan menyebabkan kapasitas paru menurun, bronchitis kronik dan bissinosis.

5. Gas Karbon monoksida (CO)


Merupakan gas sisa pembakaran yang tidak sempurna akibat penggunaan mesin- mesin
atau peralatan penunjang lainya yang juga dapat berisiko terhadap gangguan kesehatan
dan keselamatan jika sirkulasi udara/ventilasi ruangan buruk. Efek negatif yang terjadi
misalnya badan menjadi lemas, pingsan bahkan kematian, hal ini disebabkan karena
digantikannya fungsi 02 oleh gas CO di dalam tubuh . Gas CO misalnya di ruang Boiler,
Genset dan Incenerator.

Cara masuk bahan kimia ke dalam tubuh


- Inhalasi (masuk melalui pernapasan /terhirup)bahan kimia yang masuk berbentuk gas
CO, Anestesi dan lainnya.
- Ingesti (masuk melalui makanan dan minuman), disebabkan antara lain tidak mencuci
tangan dengan bersih setelah kontak/memegang bahan kimia dan langsung

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 28


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
makan/minum, sehingga kontaminan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan ikut
tertelan ke dalam saluran pencernaan makanan.
- Kontak langsung (masuk melalui kulit, mata), bahan kimia yang menempel/kontak pada
kulit dapat larut dalam cairan keringat dan di absorbsi ke dalam darah dan disebarkan ke
seluruh tubuh.
Bahan-bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh dapat berpengaruh, baik akut maupun kronis,
tergantung dari beberapa hal seperti usia, habituasi, daya tahan tubuh, derajat kesehatan tubuh,
konsentrasi bahan kimia yang masuk ke tubuh dan waktu paparan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 29


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
E. Faktor Bahaya Psikososial
Masalah Psikososial yang berisiko terhadap gangguan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
stres, kerja bergilir (Shift), penyalahgunaan obat-obatan, perokok berat dan pelecehan seksual.
1. Stres
Merupakan tekanan terhadap kondisi fisik dan psikis individu yang berasal dari faktor
lingkungan kerja. Keadaan di tempat kerja yang dapat menimbulkan stres yaitu, tuntutan
dan beban kerja yang berat, konflik kerja dengan rekan kerja atau atasan, tekanan waktu,
dan tanggung jawab yang kurang atau lebih. Dampak negatif stres kerja pada kesehatan
berupa : depresi, anxietas, sakit kepala, kelelahan dan kejenuhan, hilang nafsu makan dan
buang air tak teratur.
2. Kerja bergilir (Shift)
Kerja bergilir adalah pekerjaan yang pada dasarnya dilakukan di luar jam kerja yang
biasa/normal, dengan ciri adanya kontinuitas, pergantian gilir dan jadwal kerja khusus.
Kerja bergilir dikatakan mempunyai kontinuitas apabila dikerjakan selama 24 jam setiap
hari termasuk hari minggu dan hari libur.
Dampak negatif kerja bergilir:
- Perubahan Irama Circadian tubuh
- Perubahan kebiasaan dan pola kehidupan sosial.
- Gangguan gastrointestinal seperti Gastro duodenitis, Peptic ulcer dan Colitis.
- Penyakit-penyakit Kardiovaskuler.
- Shift Mal Adaption Syndrome yaitu ketidakmampuan tenaga kerja dalam beradaptasi
dengan pekerjaan bergilir. Hal ini dapat menimbulkan insomnia, gangguan emosi,
kesalahan dalam bekerja yang pada akhirnya menimbulkan kecelakaan kerja,
absenteisme, dan timbulnya masalah keluarga/social.
- Diabetes Melitus
- Gangguan jiwa
3. Penyalahgunaan obat-obatan
Penyalahgunaan obat-obatan adalah pemakaian suatu macam obat/zat kimia baik secara
periodik maupun terus menerus yang tidak berdasarkan petunjuk medis yang dapat
berisiko terhadap gangguan kesehatan dan gangguan pada masyarakat.
Beberapa macam obat/zat kimia yang sering disalahgunakan adalah
- Opium.
- Morfin, dan Heroin Golongan Asam
- Barbiturat
- Alkohol

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 30


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
- Kokain dan Amphetamin

4. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah setiap ucapan atau perbuatan yang menjurus ke tindak
pelecehan dan biasanya disertai ancaman terselubung atau nyata.
Pelecehan seksual ini pada umumnya merugikan seseorang dalam pandangan masyarakat,
dan dapat menimbulkan penurunan kinerja, gangguan jiwa dan gangguan psikosomatik.
Pada akhirnya akan menimbulkan penurunan produktivitas. Hal ini umumnya dialami
oleh tenaga kerja wanita oleh rekan kerja, pasien maupun pengunjung rumah sakit.
Seringkah pelecehan yang dialami tidak dilaporkan kepada atasan dan hanya dibiarkan
saja.

F. Kecelakaan Kerja
Merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi secara tidak terduga dan berpotensi
mengganggu kegiatan operasional rumah sakit. Kecelakaan kerja yang terjadi di rumah sakit
dapat menimpa karyawan, pasien dan pengunjung, dan kerusakan aset rumah sakit.
Potensi kecelakaan kerja di rumah sakit:
- Bahaya peledakan dan kebakaran
Misalnya : ledakan pada Boiler atau tabung gas di dapur, kebakaran korsleting listrik atau
peralatan kerja lainnya atau bahan kimia yang mudah terbakar.
- Terpeleset/jatuh
Disebabkan keadaan lantai yang licin, basah, berlubang atau penerangan yang buruk.
- Tertimpa benda atau material
- Pada pekerjaan menyuntik misalnya oleh perawat dan dokter berisiko tertusuk jarum
suntik yang kemungkinan dapat menularkan Virus HIV/AIDS atau Virus Hepatitis
maupun penyakit menular lainnya.
- Terluka / terpotong jari atau tangan akibat terkena benda - benda tajam saat bekerja,
misalnya terkena pisau dan geiinda.
- Tersengat aliran listrik. Hal ini dapat terjadi karena kecerobohan atau kurangnya
pemeliharaan terhadap peralatan listrik.

Bentuk-bentuk kecelakaan di rumah sakit:


- Kecelakaan medis, yaitu jika yang menjadi korban adalah pasien.
- Kecelakaan kerja, yaitu jika yang menjadi korban adalah pekerja rumah sakit itu sendiri.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 31


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Penyebab kecelakaan di rumah sakit
a. Penyebab langsung, terdiri atas :
Tindakan/perbuatan yang tidak aman (Unsafe act) :
- Menjalankan peralatan tanpa izin
- Salah memberikan tanda peringatan
- Tidak menggunakan alat keselamatan
- Menggunakan peralatan tidak semestinya
- Memuat dan menempatkan barang tidak benar
- Mengangkat barang/pasien tidak benar
- Posisi kerja yang salah
- Bekerja sambil bersenda gurau dengan teman kerja
- Di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan
Kondisi yang tidak aman (Unsafe condition) :
- Peralatan yang rusak
- Ruangan bekerja yang terbatas/sempit
- Kurang/tidak ada tanda-tanda petunjuk
- Tata ruang/House keeping yang buruk
- Temperatur udara yang terlalu tinggi/rendah
- Penerangan yang buruk
- Ventilasi kurang/tidak ada
b. Penyebab Dasar
Faktor perorangan :
- Kemampuan fisik, psikis/mental yang terbatas
- Kurangnya pengetahuan dan keterampilan
- Motivasi yang keliru
Faktor kerja :
- Kepemimpinan / pengawasan yang kurang Kurangnya rekayasa
- Kurangnya peralatan dan standar kerja
- Penyalahgunaan

Prosedur Kecelakaan Kerja


Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk penanganan luka
serius/parah
Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 32


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar jam kerja),
maksimal pelaporan 1 x 24 jam.
Buat laporan insiden

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 33


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB V
UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DI BEBERAPA RUANG/UNIT KERJA RUMAH SAKIT

Potensi bahaya yang ada di rumah sakit berisiko terhadap gangguan keselamatan dan
kesehatan berupa kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko gangguan terhadap keselamatan dan
kesehatan untuk masing-masing ruang / unit kerja berbeda satu sama lainnya tergantung pada
bahan, peralatan yang digunakan dan jenis pekerjaan. Agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit
akibat kerja maka dibuat upaya pengendalian terhadap potensi bahaya yang ada.
Dikenal tiga macam tipe pengendalian bahaya yang utama, yaitu :
1. Engineering Control, yaitu upaya untuk menghilangkan bahaya-bahaya yang ada secara teknik
atau dengan kata lain menghilangkan sumber bahaya di tempat kerja yang antara lain
dilakukan dengan cara substitusi (mengganti bahan yang berbahaya dengan yang tidak
berbahaya), eliminasi (menghilangkan bahaya yang ada), isolasi, ventilasi dan lain sebagainya.
2. Administrative Control, yaitu pengendalian dengan membuat peraturan tertulis yang akan
mengatur tenaga kerja dalam menghadapi factor bahaya yang ada yang antara lain dilakukan
dengan cara pengaturan jam kerja, memberikan pelatihan dan lain sebagainya.
3. Personal Protective Equipment atau alat pelindung diri (APD), yaitu cara pengendalian dan
pencegahan bahaya yang paling sederhana. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai
dengan jenis dan cara kerja yang dilakukan serta jenis potensi bahaya yang ada.
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja di beberapa ruang / unit kerja rumah sakit adalah :

A. Radiologi
Risiko bahaya pelayanan radiologi:
Bahaya potensial terutama terjadinya kebocoran bahan radioaktif yang dikategorikan sebagai
Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Pada petugas dapat menyebabkan gangguan sistem saraf
pusat, gastrointestinal, leukemogonosis, karsinogenesis dan kerusakan genetik.
Upaya pengendalian :
a. Karyawan yang menjalankan alat rontgen harus menggunakan alat monitoring (film
1badge) dan secara periodik dilakukan pemeriksaan kesehatan,
b. Membentuk tim pemantau radiasi dan melakukan monitoring secara berkala.
c. Tenaga radiologi (Radiogrcipher) yang sedang hamil hanya ditempatkan pada bagian
administrasi di ruang Radiologi dan tidak diperbolehkan bekerja / terpapar langsung sinar
radioaktif karena paparan yang diterima tidak boleh dari 0,5 rem selama kehamilan.
d. Membuat rambu-rambu larangan masuk ruang radiologi bagi yang tidak berkepentingan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 34


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
e. Rotasi Radiographer.
f. Membuat dinding pemisah dengan dilapisi bahan antara peralatan / mesin rontgen dengan
Radiographer agar pasien dan tenaga medis / paramedis mendapat perlindungan dari
paparan bahaya radiasi.
g. Menyediakan pakaian anti radiasi (Apron).
h. Sertifikasi dan penilaian peralatan secara teratur.

B. Ruang CSSD
Risiko bahaya :
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi antara lain : gangguan pendengaran, peledakan,
panas / peningkatan suhu ruangan, pancaran sinar ultraviolet, tangan / jari terpotong gunting.
Upaya pengendalian :
Untuk mengatasi masalah tersebut antara lain dilakukan :
a. Pencahayaan yang cukup
b. Cara kerja yang baik sesuai ergonomic
c. Ada tempat penyimpanan yang cukup untuk instrumen
d. Ada termometer dan hygrometer yang tercatat secara teratur
e. Alur lalu lintas, ruangan dan ventilasi diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
kontaminasi

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 35


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
C Unit Perawatan
Bahan dan peralatan yang digunakan :
Bahan-bahan kimia yang digunakan : berbagai jenis obat baik cair maupun padat untuk pasien,
cairan infus, gas anestesi, formalin, Nitrogen dioksida. Sedangkan peralatan yang digunakan
adalah : alat-alat medis (jarum suntik dan tensi meter), sarung tangan karet, sarana dan
prasarana untuk pasien (kursi roda, tempat tidur pasien (bed), Trolley / kereta dorong,
peralatan yang menggunakan listrik (medis dan non medis) dan lain sebagainya.
Risiko bahaya di ruang / unit perawatan (perawat) :
- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tertusuk jarum suntik; terpeleset / jatuh
akibat keadaan lantai atau penerangan yang buruk, tersengat aliran listrik, tertimpa /
kejatuhan benda, dan terkena zat-zat kimia,
- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja, antara lain : Infeksi Nosokomial (Inoks),
terinfeksi penyakit menular (Hepatitis B, Tuberculosis Paru, dan HIV / AIDS), Low Back
Pain (sakit pinggang) dan Trauma Disorders lainnya, penyakit-penyakit akibat gangguan
psikososial, seperti stres, depresi, gangguan pada sistem tubuh, pelecehan seksual dan
gangguan hubungan sosial / keluarga.
Upaya pengendalian :
a. Melengkapi dan memelihara peralatan listrik secara rutin oleh IPSRS karena di ruangan
perawatan banyak menggunakan alat-alat medis maupun non medis dengan dukungan /
sarana listrik.
b. Memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kelistrikan.
c. Menyediakan peralatan pelindung diri seperti sarung tangan karet (Hand scound) dan
masker serta peralatan perlindungan lainnya.
d. Pelatihan mengenai Infeksi Nosokomial dan penyakit menular.
e. Memberikan penerangan dan House keeping yang baik.
f. Penyediaan informasi / poster tentang pencegahan Inoks
g. Pelatihan cara mengangkat pasien / barang yang benar.
h. Pengaturan jam sesuai standar perusahaan.

D. Kamar Bedah
Risiko bahaya di ruang Bedah :
Potensi kecelakaan kerja di kamar bedah antara lain : tertusuk jarum, jari tangan terpotong
pisau bedah, terpercik specimen / secret pasien infeksius, gas anestesi bocor / meledak, dan
terinfeksi penyakit pasien.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 36


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Upaya pengendalian :
a. Terhadap sarana dan prasana
- Persediaan gas medis yang cukup (O2 dan N2O), aman dan selalu terkontrol
- Alat penghisap lendir berfungsi baik
- Aliran listrik dan stop kontak listrik yang cukup
- Tersedia cadangan gas medis, listrik otomatis. Alat hisap lendir yang
tetap berfungsi bila listrik padam
- Pembuangan gas buang anestesi dan pipa atau saliran yang terkontrol dan aman
Program sterilisasi ruangan Standarisasi/kalibrasi seluruh peralatan.
- Pengontrolan kondisi ruang operasi, antara lain : kebocoran atap, AC dan
pencahayaan.
b. Terhadap tenaga kerja
- Peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan kursus, latihan/simulasi untuk tenaga
medis dan paramedis.
c. Penggunaan alat pelindung diri
- Masker
- Baju dan topi OK
- Sarung tangan

E. Unit Gizi / Dapur


Peralatan yang digunakan :
Peralatan dapur seperti pisau, kompor gas, tabung elpiji, lemari pendingin (freezer dan chiller),
peralatan makan (piring, sendok dan gelas), dan peralatan-peralatan lainnya yang
menggunakan peralatan listrik (oven, blender, mixer, dan microwave).
Risiko bahaya di unit Gizi / dapur :
- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : terpeleset / jatuh akibat lantai yang licin /
basah, tangan luka / terpotong akibat pisau / benda tajam lainnya, peledakan dan
kebakaran, luka bakar akibat api, minyak atau air panas, dan tersengat aliran listrik.
Upaya pengendalian : -
a. Peralatan kerja yang menggunakan listrik diperiksa secara berkala.
b. Housekeeping dan sanitasi yang baik
c. Pemeliharaan peralatan secara rutin
d. Memberikan pelindung khusus agar petugas tidak terpapar langsung dengan peralatan
misalnya, pelindung tangan dan badan dari panas / api.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 37


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
F. Unit Pemeliharaan
Bahan-bahan yang dipergunakan antara lain : garam untuk boiler dan penjernihan air; soda as,
Kalium permanganat, dan kaporit untuk penjernihan air, solar untuk bahan bakar boiler; semen
dan bahan bangunan lainnya: dan berbagai bahan lainnya untuk perbaikan sarana dan
prasarana rumah sakit.
Sedangkan peralatan kerja yang digunakan : mesin las, gerinda, alat pertukangan (bor, ketam,
gergaji dan lainnya), alat perbaikan listrik dan sebagainya.
Risiko bahaya pada petugas IPSRS :
- Risiko terjadinya kecelakaan kerja, antara lain : tersengat aliran listrik; luka bakar;
terjatuh dari ketinggian; tangan luka / terpotong saat menggunakan gerinda, pisau, gergaji
dan benda tajam lainnya; kebakaran dan peledakan; tertimpa benda dan terjepit dan lain
sebagainya.
- Risiko terjadinya penyakit akibat kerja : mual dan pusing atau keracunan saat pengeleman
vinil, dermatitis kontak akibat penggunaan bahan kimia, iritasi mata dan pneumokoniosis
akibat debu, keracunan CO di ruang Boiler dan genset, gangguan pendengaran, dan
terinfeksi penyakit menular saat perbaikan peralatan medis.
Upaya pengendalian :
a. Melengkapi semua petugas dengan alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya
yang ada:
- Kewajiban menggunakan sepatu keselamatan saat bekerja
- Untuk pekerjaan di ketinggian digunakan Safety belt dan Topi keselamatan.
- Kewajiban penggunaan Ear Muff di ruang Genset dan lainnya
- Masker dan respirator saat pengeijaan / perbaikan terhadap tempat yang berdebu dan
mengandung bahan kimia.
b. Pengenalan Risiko bahaya sebelum melakukan pekerjaan.
c. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 38


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB VI
UPAYA KESEHATAN KERJA KARYAWAN DI RUMAH SAKIT

Kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik,
mental dan sosial yang setinggi - tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, dan penempatan
dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis
dan psikologis.
Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja diharapkan dapat memberikan
pengertian yang lebih luas dari kesehatan kerja, maka tidak hanya masalah kesehatan yang
berkaitan dengan pekerjaan, tetapi juga masalah kesehatan umum yang mempengaruhi
produktivitas kerja.
Kegiatan di Rumah Sakit berpotensi menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi ergonomik,
dan psikososial yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan baik terhadap pekerja,
pasien, pengunjung maupun masyarakat di lingkungan Rumah Sakit, dan dapat menurunkan citra
Rumah Sakit.
Bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya kesehatan dan keselamatan khususnya
terhadap pekerja perlu dilakukan upaya-upaya kesehatan dan keselamatan kerja dengan
menetapkan Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Budi
Asih sehingga tercapai derajat kesehatan kerja dan produktivitas kerja yang optimal.
Adapun tujuan kesehatan kerja di RS Budi Asih adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan karyawan serta mengetahui secara dini bila terdapat gangguan kesehatan pada
karyawan Rumah Sakit Budi Asih , secara khusus dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk analisa pola kesehatan karyawan, sehingga dapat dilakukan pengurangan risiko
gangguan kesehatan pada karyawan bila didapatkan pola penyebab terjadinya gangguan
kesehatan.
2. Sebagai rekomendasi dalam penerimaan calon karyawan Rumah Sakit Budi Asih .
3. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).

Sasaran dari Kesehatan Kerja Karyawan adalah:


1. Pemeriksaan Kesehatan Awal
Ditujukan untuk calon karyawan yang akan direkrut di Rumah Sakit Budi Asih sesuai dengan
bidang kerja karyawan. Hal ini dilakukan selain sebagai seleksi kepada karyawan sesuai
dengan bidang kerja juga untuk perbandingan bila calon karyawan tersebut telah menjadi

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 39


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
karyawan dan ditemukan adanya gangguan kesehatan dalam pemeriksaan berkala sehingga
dapat didiagnosa termasuk gangguan kesehatannya akibat kerja (Penyakit Akibat Kerja)
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Ditujukan untuk seluruh karyawan Rumah Sakit Budi Asih yang sudah bekerja ketentuan
sebagai berikut:
a. Untuk karyawan yang berhubungan dengan pelayanan, dilakukan 1 tahun sekali
b. Untuk karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan, dilakukan 2 tahun
sekali
c. Untuk petugas Gizi/Cafe melakukan pemeriksaan swab rectal, swab tangan dan Kerokan
Kuku setiap 6 bulan
Pemeriksaan berkala dilakukan untuk mengetahui perkembangan kesehatan karyawan selama
bekerja di Rumah Sakit Budi Asih . Dari hasil pemeriksaan dapat dilihat suatu risiko penyebab
suatu gangguan kesehatan, sehingga dapat meminimalkan risiko tersebut.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan ditujukan untuk seseorang yang diduga terkena penyakit akibat kerja dan
memerlukan tindak lanjut.

A. Pemeriksaan Kesehatan:
Dibagi menjadi:
1. Pemeriksaan Kesehatan Awal
1) Bekerjasama dengan Divisi SDM membuat standar pemeriksaan Uji kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan Awal.
2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Laboratorium,
Radiologi, dll) untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan (MCU). Pemeriksaan
meliputi Pemeriksaan Visus dan Fisik, HBsAG dan Darah Lengkap, BHCG (wanita),
Urine Lengkap, Thorax Photo, EKG, Anal Swab (Gizi), Kerokan Kuku (Gizi).
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
1) Bekerja sama dengan Divisi SDM membuat standar pemeriksaan uji kesehatan
berdasarkan unit kerja karyawan.
2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Laboratorium,
Radiologi, dll) untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala. Pemeriksaan
disesuaikan dengan jenis dan unit kerja karyawan.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
1) Bekerja sama dengan Divisi SDM membuat standar pemeriksaan uji kesehatan
khusus.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 40


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
2) Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis, Penunjang Medis (Laboratorium,
Radiologi, dll) dan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (KPPI) untuk
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan disesuaikan dengan kebutuhan
khusus dan secara insidential.

B. Pemberian Vaksin bagi Karyawan


Program pemberian vaksin bagi karyawan Dewasa yang berisiko terinfeksi Hepatitis B:
Individu yang terpapar darah atau produk darah dalam kerjanya, klien dan staff dari institusi
pendidikan manusia cacat, pasien hemodialisis, penerima konsentrat faktor VIII atau IX,
rumah tangga atau kontak seksual dengan individu yang teridentifikasi positif HBsAg-nya,
individu yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat dimana infeksi Hepatitis B sering
dijumpai, pengguna obat injeksi, homoseksual/biseksual aktif, individu heteroseksual aktif
dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena PMS, fasilitas penampungan korban
narkoba, individu etnis kepulauan pasifik atau imigran/pengungsi baru dimana endemisitas
daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan 3-dosis dengan jadual 0, 1 dan 6 bulan. Bila
setelah imunisasi terdapat respons yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imuniasasi
penguat (booster).
Macam vaksin : Antigen virus inaktif
Efektivitas : 75-90%
Rute suntikan: i.m
1. Indikasi
Indikasi penggunaan vaksin pada orang dewasa didasarkan kepada riwayat paparan,
risiko penularan, usia lanjut, imunokompromais, pekerjaan, gaya hidup dan rencana
bepergian.
Riwayat paparan : Tetanus toksoid., Rabies
Risiko penularan : Influenza, Hepatitis A, Tifoid, MMR.
Usia lanjut : Pneumokok, Influenza.
Risiko pekerjaan : Hepatitis B, Rabies.
Imunokompromais : Pneumokok, Influenza, Hepatitis B. Hemophilus influenza tipe
B.
Rencana bepergian : Yellow fever, Japanese B encephalitis, Tifoid, Hepatitis A.
Jemaah haji : Meningokok ACYW 135., Influenza
Indikasi imunisasi pada daftar ini dibuat lebih luas karena pada imunisasi dewasa belum
ada program yang dibiayai oleh pemerintah. Karena itu penggunaan indikasi ini perlu
mempertimbangkan keadaan individu yang akan diimunisasi. Untuk calon haji imunisasi

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 41


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
meningokok merupakan suatu keharusan, begitu juga imunisasi Yellow fever untuk
bepergian ke Afrika Selatan. Imunisasi pada usia lanjut perlu mendapat perhatian karena
data-data tentang manfaat imunisasi influenza dan pnemokok pada usia lanjut
menunjukkan bahwa imunisasi ini bermanfaat dan cost effective. Selain itu imunisasi
pada Heptitis B perlu mendapat perhatian karena tingginya risiko penularan Hepatitis B
di kalangan petugas kesehatan.

2. Manfaat
Manfaat vaksin yang digunakan pada orang dewasa di Indonesia datanya amat terbatas.
Data di negara maju menunjukkan bahwa efektivitas vaksin Hepatitis B dalam mencegah
penyakit 80% sampai 95%. Efektivitas ini menurun pada kelompok lanjut usia. Vaksin
influenza dapat menurunkan insidens influenza 70% sampai 90%. Sedangkan efektivitas
vaksin pnemokok 60% sampai 64%. Pada kelompok usia di atas 65 tahun efektivitas
vaksin ini 44% sampai 61%. Vaksin campak akan menimbulkan imunitas yang bertahan
lama pada sekitar 95% orang yang divaksin. Jika vaksinasi diulang maka imunitas akan
timbul pada 90% nonresponder. Vaksin gondongan akan menurunkan insidens penyakit
75% sampai 95% dan begitu pula rubella efektivitasnya hampir menyamai campak.
Vaksin tetanus jika digunakan secara benar dapat mencegah tetanus 100% dan vaksin
difteri 85%.

3. Cakupan imunisasi dewasa


Meski manfaat imunisasi dewasa nyata namun cakupan imunisasi dewasa di negara maju
sekalipun masih rendah. Cakupan Hepatitis B berkisar antara 1% sampai 60% (rata-rata
10%). Antibodi terhadap tetanus yang adekuat hanya ditemukan pada 40% orang dewasa.
Rendahnya cakupan ini disebabkan oleh kepedulian petugas kesehatan yang belum
optimal, kurangnya pemahaman mengenai manfaat, pedoman yang beraneka ragam dan
rumit, layanan yang belum merata dan kurangnya dukungan pembiayaan. Namun
demikian dengan pemahaman yang baik mengenai manfaat imunisasi dewasa ini, negara
berkembang misalnya Kuba mampu menyelenggarakan imunisasi dewasa yang
cakupannya cukup tinggi. PAPDI perlu mendorong agar kegiatan imunisasi dewasa yang
dimulai oleh profesi dan masyarakat dapat menjadi program pemerintah.

4. Hepatitis B
Karyawan rumah sakit yang merupakan dewasa adalah populasi yang berisiko terinfeksi
Hepatitis B: Individu yang terpapar darah atau produk darah dalam kerjanya, klien dan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 42


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
staff dari institusi pendidikan manusia cacat, pasien hemodialisis, penerima konsentrat
faktor VIII atau IX, rumah tangga atau kontak seksual dengan individu yang
teridentifikasi positif HBsAg-nya, individu yang berencana pergi atau tinggal di suatu
tempat dimana infeksi Hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat injeksi,
homoseksual/biseksual aktif, individu heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti
atau baru terkena PM S, fasilitas penampungan korban narkoba, individu etnis kepulauan
pasifik atau imigran/pengungsi baru dimana endemisitas daerah asal sangat
tinggi/lumayan. Berikan 3-dosis dengan jadual 0, 1 dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi
terdapat respons yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imuniasasi penguat
(booster).
Macam vaksin : Antigen virus inaktif
Efektivitas: 75-90%
Rute suntikan : i.m
Tatalaksana pemberian vaksinasi karyawan Rumah Sakit Budi Asih :
- Vaksinasi hepatitis B diberikan pada karyawan setelah sebelumnya diketahui status
fungsi hati dan status antibodi Hepatitis B karyawan, dalam hal ini diperiksakan titer
anti HBs, titer HbsAg, dan SGOT dan SGPT.
- Adapun hasil pemeriksaan tersebut diketahui saat karyawan melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala (.Medical Check Up). Dan ketentuan pemeriksaan kesehatan
berkala karyawan Rumah Sakit Budi Asih yang sudah bekerja ketentuan sebagai
berikut:
* Untuk karyawan yang berhubungan dengan pelayanan, dilakukan 1 tahun sekali
(terlampir),
* Untuk karyawan yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan,
dilakukan 2 tahun sekali (terlampir).
- Untuk pemberian vaksin digunakan nilai hasil titer anti HBs:
* Nilai anti HBs non reaktif : Karyawan diberikan 3 dosis dengan jadual
0, 1 dan 6 bulan,
* Nilai anti HBs < 100 IU/L : Dilakukan pemberian imuniasasi penguat
(booster)
* Nilai anti HBs > 100 IU/L : Tidak dilakukan pemberian imunisasi.
- Daftar karyawan yang akan diberikan imunisasi 3 dosis maupun imunisasi penguat
(booster) dikeluarkan oleh Divisi SDM berdasarkan hasil pemeriksaan berkala
karyawan yang diambil dari rekam medis elektronik (vesalius)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 43


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
- Bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Laboratorium,
Radiologi, dll) untuk pelaksanaan vaksin yang dikerjakan oleh Unit Medical Check
Up Rumah Sakit Budi Asih
C. Dokumentasi
Hasil dokumentasi pemeriksaan berkala karyawan yang menjadi dasar pemberian vaksinasi
Hepatitis B merupakan bagian dari rekam medis setiap karyawan. Bekerja sama dengan Divisi
Pelayanan Medis unit Rekam Medis untuk pemantauan dan perlu atau tidaknya bila setelah
imunisasi terdapat respons yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imuniasasi
penguat (booster).

D. Pemberian Vitamin dan Makanan Tambahan


Pemberian vitamin dan makanan tambahan bagi karyawan sesuai dengan kebutuhan tubuh
pekerja secara insidential dan telah dilakukan penilaian oleh Komite K3 dan saran dari Divisi
Pelayanan Medis bahwa perlu diberikan vitamin dan makanan tambahan.
Untuk pendistribusian bekerjasama dengan Divisi SDM, Farmasi, Unit Gizi, dan Unit yang
bersangkutan.

E. Pelatihan dan Penyuluhan Kesehatan Kerja bagi Pekerja RS


a. Pelatihan di Kelas
Dilakukan untuk membahas teori dan diskusi sesuai dengan materi yang disampaikan dan
berkaitan dengan kesehatan.
b. Pelatihan ke ruangan
Dikarenakan pemenuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Budi Asih sehingga para
pekerja tidak dapat meninggalkan ruangannya untuk mengikuti pelatihan baik di kelas
maupun di ruangan, maka Komite K3 melaksanakan pelatihan langsung di unit kerja

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 44


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB VII
KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Penyehatan Makanan dan Minuman


Penyehatan makanan dan minuman adalah upaya pengendalian yang mempengaruhi kualitas
makanan dan minuman, meliputi:
- Bahan makanan.
- Penjamah makanan.
- Tempat penyajian.
- Perlengkapan.

Tata cara pelaksanaan :


Bahan makanan yang dikirimkan oleh supplier diterima di ruangan penerimaan barang
dengan memperhatikan syarat jumlah (proses penimbangan) dan kondisi bahan makanan
(busuk, berulat, bertanah, expired date, kaleng rusak dll).
Penyimpanan bahan makanan kering disimpan dalam gudang khusus bahan makanan
dengan kondisi bersih, terlindung debu, aliran ventilasi terjaga dan terlindung dari
serangga.
Untuk makanan yang mudah membusuk (daging, ikan, udang dll) disimpan dalam suhu
dingin < 4 C sedangkan untuk makanan segar (sayur, buah dll) disimpan suhu 5 - 10 C.
Pengambilan Bahan makanan pada gudang dengan memperhatikan prinsip First In First
Out (Pertama bahan masuk yang digunakan pertama).
Tempat pengolahan (ruang produksi) dibersihkan pada saat sebelum dan sesudah kegiatan
dan general cleaning dilakukan minimal seminggu sekali.
Penjamah makanan harus dalam kondisi sehat (tidak mempunyai penyakit menular) dan
diwajibkan menggunakan perlengkapan (celemek, penutup rambut dan mulut serta
sepatu) yang layak dan bersih. Perlengkapan tersebut tidak boleh digunakan di luar lokasi
ruang produksi.
Penjamah makanan dilarang merokok, makan, menggunakan perhiasan berlebih selama
kegiatan pengolahan makanan.
Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan .
Selama melakukan kegiatan pengolahan makanan, gunakan alat pelindung diri dan
perlengkapan masak yang baik dan aman seperti sarung tangan plastik, penjepit makanan,
sendok, garpu dan sejenisnya.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 45


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Penyajian makanan jadi dan minuman ke pasien dengan menggunakan trolley dan
melalui jalur distribusi tertentu untuk menghindari terjadinya pencemaran.
Trolley sebagai tempat transportasi dibersihkan secara rutin setiap hari sekali dan di
desinfeksi minimal seminggu sekali.
Peralatan agar segera dicuci sesudah digunakan dan disimpan pada tempat bersih dan
terlindung dari pencemaran.
Makanan dan minuman jadi, diambil sample dari ruang produksi.

B. Sanitasi Rumah Sakit


1. Penyediaan Air Bersih
Pemilihan sistem pengolahan air bersih tergantung dari karakteristik air baku, kualitas
produk yang diharapkan, metode pengolahan, kendala yang ada (dana, bahan bangunan,
peralatan instalasi dan bahan kimia untuk pengolahan).
Untuk mendapatkan air bersih sesuai standar yang telah ditetapkan, perlu kiranya
dibuat prosedur baku agar tercapai hasil yang diinginkan dengan langkah-langkah inspeksi
berikut:
- Siapkan jalur distribusi air bersih di seluruh gedung.
- Tentukan titik rawan pencemaran air bersih dan lakukan pengamatan pada jaringan
distribusi.
- Tentukan frekuensi pemantauan.
- Tentukan kran terpilih untuk pengambilan sample.

Syarat Fasilitas penyediaan air ;


- Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
- Tersedia air bersih minimal 500 lt/tt/hari.
- Air minum dan air bersih tersedia secara terus menerus di setiap tempat unit yang
membutuhkan.
- Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan harus menggunakan jaringan
perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif. Yang dimaksud dengan tekanan positif
adalah tekanan yang mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Pemantauan dilakukan secara;
- Harian, yaitu Pemeriksaan lapangan pH. TDS.
- Bulanan, yaitu Pemeriksaan bakteriologik pada air minum.
- Semester, yaitu Seluruh parameter Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 tahun 1990.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 46


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
2. Toilet dan Kamar Mandi
- Harus selalu terpeliharan dan dalam keadaan bersih.
- Lantai kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
- Setiap unit ruangan harus tersedia toilet dengan fasilitas jamban, paturasan dan wastafel
tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar-kamar tertentu harus tersedia
kamar mandi.
- Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau.
- Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, Ruang Operasi
dan ruang khusus lainnya.
- Lubang hawa harus berhubungan langsung dengan udara luar.
- Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
- Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan karyawan harus terpisah.
- Toilet dan kamar mandi karyawan dan pengunjung terpisah.
- Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada penunjuk arah.
- Harus dilengkapi dengan peringatan untuk memelihara kebersihan.
- Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk.
- Tersedia toilet untuk pengunjung dengan perbandingan :
- 1 toilet untuk 1-40 pengunjung wanita
- 1 toilet untuk 1-60 pengunjung pria
- Perbandingan Jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi;
Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s.d 15 1 1
16 s.d 30 2 2
30 s.d 50 3 3
51 s.d 75 4 4
Setiap Penambahan 25 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. mandi

- Perbandingan Jumlah Karyawan dengan jumlah toilet dan jumlah kamar mandi:
Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s.d 20 1 1
21 s.d 40 2 2
41 s.d 70 3 3
71 s.d 100 4 4
Setiap Penambahan 40 tempat tidur tambah 1 toilet dan 1 km. mandi

3. Pengolahan Limbah

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 47


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Pengolahan limbah di RS yaitu dengan menggunakan Sistem Aerobik. Limbah cair yang
dihasilkan dari seluruh ruangan di tampung pada spric tank yang berada di lantai satu.
Kemudian limbah tersebut disaring dan dihomogenkan dengan proses aerasi.
Setelah dilakukan aerasi maka limbah akan diuraikan dengan menggunakan bakteri Nuggies
dan akan ditampung di bak pembuangan akhir untuk dilakukan pemeriksaan kualitas kimia
dan bakteriologi.
Pemeriksaan kualitas air limbah dilakukan 1 x dalam tiga bulan dengan jenis pemeriksaan
Kimiawi dan Bakteriologi.

C. Penyediaan Air Bersih


Penyediaan Air bersih merupakan pemenuhan air bersih yang dipergunakan untuk kegiatan
sehari-hari dan untuk air minum serta kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
dan air minum sesuai Permenkes No. 416 tahun 1990.
Tata cara pelaksanaan :
Sumber penyediaan air bersih dan air minum diambil dari dua (dua) sumur bor (Deep
Weel) yang diolah dengan tanki filter dan telah memenuhi persyaratan kesehatan.
Penggantian filter WTP dilakukan minimal 5 tahun sekali, dan pemeliharaan melalui back
wash pada lokasi yang menggunakan tanki filter dilakukan setiap hari.
Pemeliharaan pompa-pompa air bersih dilakukan pemeriksaan setiap hari.
Pengurasan tangki min. 2 kali setahun atau bila kondisi air mulai kotor.
Bila terjadi kebocoran dan atau kerusakan pada instalasi pipa air bersih maka akan
dilakukan perbaikan segera.
Pengambilan sample air bersih diambil sesuai dengan jenis pemeriksaan :
- Pemeriksaan lengkap dilakukan di reservoar, air olahan, air minum, air hemodialisa
min. 2 kali setahun.
- Pemeriksaan bakteriologis diambil pada lokasi air minum setiap bulan.

D. Penanganan Sampah dan Limbah Penanganan Sampah


Tata cara pelaksanaan:
Tempat pengumpul sampah di RS memiliki syarat sbb :
Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan karat, kedap air dan permukaan halus bagian
dalamnya.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 48


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
Terdapat min. 1 (satu) buah untuk setiap kamar dan setiap radius 20 m di Ruang Tunggu
terbuka (public area).
Sampah dari setiap ruangan harus dipisahkan sesuai dengan katagori atau jenis sampah ke
dalam tempat sampah yang sudah diberi kantong plastik dengan ketentuan :
1. Tong sampah dengan tutup warna hitam untuk sampah non medis.
2. Tong sampah dengan tutup warna kuning untuk sampah medis.
3. Jerigen untuk sampah berupa benda tajam (spuit, cartridge dll).
Setelah sampah terisi dengan 3/4 bagian diangkut dan dikumpulkan sampah sementara
(TPS) dengan menggunakan trolley oleh petugas housekeeping yang telah menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan reusable, masker dan sepatu yang telah
ditentukan.
Untuk sampah non medis diangkut oleh trolley ke penampungan sampah dan kemudian
setiap hari diangkut dengan truk oleh Dinas Kebersihan ke Tempat Penampungan Akhir.
Untuk sampah medis dilakukan pemusnahan di incenerator dengan suhu 1000C.
Frolley dan tempat sampah dikosongkan dan dibersihkan minimal seminggu sekali dan
disemprot dengan desinfektan.

Pengelolaan Limbah Cair


Tata cara pelaksanaan :
Limbah dari ruangan pengguna disalurkan melalui saluran tertutup ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau Sewage Treatment Plant (STP)
Pemeliharaan dan perbaikan pada pompa-pompa IPAL dipantau setiap hari oleh petugas
yang telah ditunjuk.
Kualitas effluent diperiksa perbulan ke Laboratorium Pemeriksaan Kesehatan daerah
Setempat.

E. Pengendalian Serangga dan Tikus


Serangga dan tikus adalah jenis hewan yang dapat menularkan (vektor) atau menjadi
perantara menularnya beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan
peralatan instalasi rumah sakit.
Pengendalian serangga dan tikus adalah kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan
populasinya di rumah sakit hingga kecil dan hilang tingkat gangguan dan kerusakan yang
ditimbulkan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 49


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Tata Cara Pelaksanaan :
Secara fisik:
- Menjaga kebersihan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah maupun sisa
makanan yang menjadi sarana berkembangbiakan serangga dan tikus (sanitasi
lingkungan).
- Pengurasan dan pembersihan setiap sarana penampungan air dilakukan seminggu
sekali.
Secara kimia:
- Pengendalian dengan menggunakan pestisida yaitu dengan melakukan kegiatan
penyemprotan didalam ruangan (ULV), penyemprotan diluar ruangan (spraying dan
mist blower) serta melakukan fongging untuk diarea luar dan serangga terbang.
Secara mekanis :
Dengan menggunakan perangkap tertentu sesuai peruntukannya seperti perangkap tikus
dan kucing.

F. Sterilisasi dan Desinfeksi


Sterilisasi/desinfeksi adalah upaya mensucihamakan atau membebaskan suatu objek dari
mikroorganisme pathogen.
Indikasi kuat untuk diadakannya tindakan sterilisasi/desinfeksi adalah karena hal-hal berikut:
Semua peralatan kedokteran klinis atau peralatan pasien yang masuk / dimasukan ke
dalam jaringan, sistem vascular atau melalui saluran darah.
Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir.
Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan, darah atau sekresi

Tata cara pelaksanaan :


Semua benda atau alat yang akan disterilisasi / desinfeksi harus terlebih dahulu dicuci
secara seksama untuk menghilangkan semua bahan organik.
Sterilisasi harus disesuaikan dengan jenis alat yang disterilisasi dengan tujuan
pencapaian sterilisasi tercapai dan tidak merusak benda atau alat yang disterilisasi.
Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya setelah disterilisasi / desinfeksi tidak boleh
dipergunakan lagi.
Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang sterilisasinya diragukan,
seperti kemasan rusak atau berlubang, bahan robek, basah dsb.
Simpan benda/alat yang sudah disterilisasi / desinfeksi pada lemari khusus.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 50


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Pastikan hasil sterilisasi tercapai dengan bantuan indikator.
Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus memperhatikan petunjuk
(manual book).
Lakukan kalibrasi pada instansi yang berwenang setelah melakukan perbaikan.
Diharapkan setiap petugas mengetahui secara pasti Material Safety Data Sheet
penggunaan bahan berbahaya yang digunakan untuk sterilisasi dan desinfeksi.
Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan kegiatan sterilitas.
Untuk wanita hamil dilarang mengoperasikan sterilisasi dengan bahan chlorin.
Pastikan ventilasi ruang sterilisasi dengan bahan chlorin berjalan baik.
Bila terjadi kontaminasi dan kecelakaan kerja lakukan dekontaminasi dan isolasi serta
tindak lanjut sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
Prosedur cuci tangan (lihat prosedur cuci tangan) :

G. Perlindungan Radiasi
Radiasi adalah emisi energi radiasi pengion yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi
yang digunakan oleh unit di rumah sakit.
Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi radiasi di ruang kerja dan
tingkat pemaparan pada pekerja.
Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis laboratorium terhadap
dosimeter, analisis hasil laboratorium penyelidikan/pemeriksaan terhadap unit dan tindak
lanjut.

Tata Cara Pelaksanaan :


Tindakan pencegahan radiasi mencakup upaya pemindahan dan pengamanan bahan
radioisotop, mengamankan pekerja yang bekerja dengan radiasi. Jadi setiap penggunaan,
pemindahan, penyimpanan dan lain-lain yang berkenaan dengan bahan radiasi adalah
aman bagi manusia dan lingkungannya sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Tindakan pengamanan terhadap bahan yang memancarkan radiasi mencakup rancangan
instalasi yang memenuhi syarat dan penyediaan pelindung radiasi. Gunakan alat
pelindung diri berupa apron dan sarung tangan selama menjalankan kegiatan di ruang
cakupan radiasi.
Pastikan APD yang digunakan dalam kondisi baik dan layak pakai.
Pastikan petugas radiology menggunakan film badge untuk mengetahui besaran paparan
radiasi yang diterima oleh petugas.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 51


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Pastikan bahwa pasien hanya menggunakan kamar mandi dan wastafel yang telah
disediakan.
Tindakan darurat:
- Bila terjadi kejadian harus diisolasi, misalnya dengan rintangan / pagar / tanda-tanda
agar tidak ada orang yang mendekati daerah tersebut.
- Bila ada yang terkontaminasi harus segera didekontaminasi dan dilakukan dengan
tindakan lanjutan. Demikian pula bila ada orang yang diduga menerima dosis lebih,
harus segera diamankan.
- Badan yang berwenang segera diberi laporan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 52


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB VIII
KESELAMATAN DI DAPUR

A. Sanitasi Makanan
1. Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan pada
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala
bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pendistribusian sampai pada saat
makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsi.

2. Tujuan
Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit bertujuan untuk :
a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen.
b. Menurunnya kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan.
c. Terwujudnya prilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.

3. Persyaratan Higiene Dan Sanitasi Makanan


Berdasarkan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 mengenai Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, maka hal - hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman
angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya
100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.Coli.
c. Makanan ayng mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5 atau
dalam suhu dingin kurang dari 4 C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam
disimpan suhu - 5 C sampai -1 C.
d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu 10 C.
e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu pada tabel 5 yaitu Tabel Suhu dan
Lama Penyimpanan Bahan Makanan Segar/ Mentah (hal 64)
f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-
langit dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 53


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
2. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
3. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm
4. Tata Cara Pelaksanaan

4. Tata Cara Pelaksanaan


1 Bahan Makanan dan Makanan Jadi
a. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas baik.
b. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau dari luar
rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium minimal 1
bulan Peraturan Menteri Kesehatan No. 715/MenKes/SK/V/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga.
c. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain
harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan.
d. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta
dalam keadaan baik.
2. Bahan Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus sesuai
dengan ketentuan.
3. Penyimpanan Bahan Makan dan Makanan Jadi
Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain,
a. Bahan Makanan Kering
1. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi
2. Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih
maupun air limbah)untuk menghindari terkena bocoran.
3. Tidak ada drainase disekitar gudang makanan.
4. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan
ketinggian rak terbawah 15 cm - 25 cm.
5. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22 C.
6. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.
7. Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk
menjaga sirkulasi udara.
b. Balian Makanan Basalv'Mudah Membusuk dan Minuman
1. Bahan makanan seperti buah, sayuran, dan minuman, disimpan pada suhu
penyimpanan sejuk (cooling) 10 C - 15 C

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 54


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
2. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pada
suhu penyimpanan dingin (chilling) 4 C-10C
3. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai
24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali (freezing) dengan suhu 0
C - 4 C.
4. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang
dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu < 0
C.
5. Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.
6. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup..
c. Makanan Jadi
1. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu
pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut
ketentuan yang berlaku.
2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup
serta segera disajikan
4. Pengolahan Makanan
Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
a. Tempat Pengolahan Makanan
1. Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan
persyaratan konstruksi, bangunan dan ruangan dapur
2. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan
dengan antiseptik.
3. Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup asap.
4. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux.
b. Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan.
1. Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan
2. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.
3. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang
lazim dijumpai dalam makanan.
4. Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya didesinfeksi
dan dikeringkan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 55


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
5. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan
disimpan pada rak terlindung dari vektor.

5. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman Pengawasan dilakukan


secara :
a. Internal
Pengawasan dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan rumah sakit.
Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan sampel makanan
dan minuman meliputi bahan makanan dan minuman, alat makanan oleh Balai
Besar Laboratorium Kesehatan Jakarta setiap 6 bulan . Air bersih setiap 6 bulan
oleh pihak ketiga yaitu Unilab.
Bila terjadi keracunan makanan dan minuman di rumah sakit maka petugas
sanitasi harus mengambil sampel makanan dan minuman untuk diperiksakan ke
laboratorium.

b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau mendadak untuk
menilai kualitas.
5. Pelaksanaan dalam penyelenggaraan Makanan
a. Memasuki Area Dapur
Memasuki area dapur adalah serangkaian kegiatan sebelum melakukan aktifitas di
area dapur yang bertujuan menghindari terjadinya kontaminasi terhadap makanan.
Setiap petugas yang memasuki area dapur wajib memakai alat pelindung diri
sebelum melakukan aktifitas di area dapur, petugas yang sedang sakit (yang
penularannya melalui mulut) wajib menggunakan masker.
b. Ruang Pengolahan (Dapur)
Ruang dalam dapur senantiasa dijaga kebersihannya, tersedia tempat sampah
sementara yang diberi kantong plastik yang kemudian dibuang dengan plastiknya ke
tempat pengumpulan sampah di luar rumah sakit
c. Bangunan
1) Pintu - pintu dibuat membuka / menutup sendiri (self closing door) dilengkapi
dengan air curtain, lampu anti lalat dll
2) Fasilitas Cuci Tangan
3) Tersedia air yang mengalir

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 56


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
4) Tersedia sabun dan tissue
5) Saluran limbah, sebagai pembuangan limbah pengolahan makanan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 57


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
d. Sarana dan Peralatan
1) Air Bersih
Tersedia air yang bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan
memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan R.I No :
416/MENKES/PER/IX/1990 dan Kep. MenKes RI No. 907/2002 Standar mutu
air tersebut, meliputi:
a) Standar bersih, yaitu suhu, warna, bau dan rasa
b) Standar biologi, yaitu kuman-kuman parasit, kuman-kuman pathogen dan
bakteri E. Coli.
c) Standar kimiawi, yaitu derajat keasaman (pH) jumlah zat padat dan bahan-
bahan kimia lainnya.
d) Standar radio aktif meliputi benda-benda radio aktif yang mungkin
terkandung dalam air.
2) Alat pengangkut / roda / kereta makanan dan minuman tertutup sempurna,
terbuat dari steenless Steel, permukaan halus dan mudah dibersihkan.
3) Rak-rak penyimpanan bahan makanan/ makanan harus mudah dipindahkan
dengan menggunakan roda-roda penggerak untuk kepentingan proses
pembersihan.
4) Peralatan yang kontak dengan makanan, memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Permukaan utuh (tidak cacat), dan mudah dibersihkan
b) Lapisan permukaan tidak mudah rusak akibat dalam asam/basa atau garam-
garaman yang lazim dijumpai dalam makanan.
c) Tidak terbuat dari logam berat yang dapat menimbulkan keracunana,
misalnya: timah hitam (Pb), Arsenin (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn),
Cadmium (Cd) dan Antimony (Stibium)
d) Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi makanan harus tertutup.
e. Pembersihan Alat Makan Pengertian :
Pencucian alat makan adalah suatu proses kegiatan untuk menghilangkan segala
kotoran, lemak, bau dan untuk membebaskan hama dari peralatan makan. Pencucian
alat makan dilakukan dengan menggunakan mesin pencuci piring dengan suhu yang
digunakan 80-100 C dan dengan menggunakan disinfektan. Tujuan :
1) Menjadikan peralatan makan yang hygienis dan siap pakai.
2) Mencegah terjadinya infeksi silang melalui peralatan makan
f. Penanganan Alat Makan Pasien dengan Infeksi Menular
Pengertian:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 58


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Penanganan alat makan untuk pasien dengan penyakit infeksi menular adalah
rangkaian kegiatan membersihkan alat untuk menghilangkan segala kotoran, lemak,
bau, dan untuk membebaskan dari kuman, sehingga tidak terjadi infeksi silang. Alat
makan pasien dengan penyakit infeksi menular tidak dibedakan dengan alat makan
lainnya, Pencucian alat makan pasien dengan penyakit infeksi menular tidak
dilakukan secara terpisah dengan menggunakan desinfektan dan mesin pencuci
piring dengan suhu minimum 80C serta dicek dua kali sehari pada shift pagi dan
shift siang.
Tujuan :
1) Sebagai acuan dalam penanganan alat makan yang baik dan benar untuk pasien
dengan penyakit menular..
2) Mencegah terjadinya infeksi silang melalui peralatan makan
g. Pembuangan Sampah
Pengertian:
Pembuangan sampah adalah kegiatan pewadahan / pengumpulan / pengangkutan dan
pembuangan sampah yang dihasilkan oleh unit gizi yang merupakan limbah dari
proses pengolahan makanan dan limbah lain di unit gizi. Pembuangan sampah kering
dan sampah basah dilakukan oleh petugas pencuci piring bekerjasama dengan
cleaning Service (pihak outsource) yang ada di Unit Gizi setiap hari. Tujuan:
Terciptanya lingkungan yang bersih dan bebas dari segala kotoran.
h. Pencucian Sayuran
Pengertian :
Pencucian sayuran adalah suatu rangkaian kegiatan membersihkan sayuran mentah
dari kotoran atau pestisida yang menempel pada sayuran sebelum disiapkan dan
diolah menjadi makanan. Pencucian sayuran dilakukan berdasarkan teknik dan
metoda yang sesuai dan dengan menggunakan disinfektan.
Tujuan :
1) Menghilangkan kotoran atau pestisida yang menempel pada sayuran
2) Sayuran bersih dan siap untuk diolah
i. Pencucian Kerak Peralatan Masak
Pengertian :
Pencucian kerak peralatan masak (panci) adalah suatu rangkaian kegiatan
membersihkan kotoran hitam / arang yang menempel pada peralatan masak. Tujuan :
1) Menghilangkan kotoran dan kerak hitam / arang pada peralatan
2) Supaya peralatan masak terlihat bersih

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 59


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
j. Kebersihan Dapur Induk dan Kantin Karyawan
Pengertian :
Kebersihan dapur induk dan kantin karyawan dalah suatu keadaan dimana dapur
induk dan kantin karyawan dalam keadaan bersih, rapi dan tidak ada serangga
Tujuan :
Terciptanya ruangan yang bersih, rapi, dan nyaman.
k. General Cleaning
Pengertian:
General cleaning adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membersihkan seluruh area dan peralatan yang ada di Unit Gizi. General cleaning
dilakukan satu bulan sekali setiap minggu ke empat dan General cleaning dilakukan
satu bulan sekali setiap minggu ke empat
Tujuan :
1) Membersihkan ruangan secara menyeluruh
2) Membersihkan dan merapihkan semua peralatan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 60


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
B. Kesehatan Kerja
1. Kesehatan bagi Pekerja di Dapur
Para karyawan yang bekerja di dapur wajib bertanggung jawab dalam menentukan suatu
standar kebersihan baik tempat kerjanya maupun dirinya sendiri.
Mereka dituntut untuk lebih berhati - hati dalam menjaga standar kebersihan, karena
merekalah yang berperan dalam kebersihan secara keseluruhan. Beberapa hal yang perlu
dilakukan karyawan dapur untuk menjaga kesehatan dirinya adalah sebagai berikut:
a. Mandi harus teratur 2 kali sehari.
b. Pakaian harus bersih baik sehari-hari maupun pakaian kerja.
c. Tangan setiap kali akan bekerja dan sesudah bekerja harus dicuci dengan sabun.
d. Kuku harus dipotong pendek dan selalu dibersihkan setiap hari.
e. Rambut, jenggot dan kumis harus dicukur bersih dan rapi.
f. Rambut dicukur rapi dan tidak terlau panjang.
g. Tangan tidak boleh menyentuh mulut atau bibir selama menangani makanan karena
mulut dan gigi merupakan sumber bakteri.
Kerapian diri adalah bagian dasar dari kebersihan diri pribadi karyawan dan kebersihan
diri merupakan tolak ukur dari kesehatan. Jadi, sebelum kita menciptakan lingkungan
dapur yang sehat, kita harus mewujudkan kesehatan pribadi terlebih dahulu. Pribadi yang
sehat juga akan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Adapun pemeriksaan kesehatan secara berkala secara general setiap tahun dan terdapat
pemeriksaan khusus setiap 6 bulan sekali yaitu pemeriksaan Swab Rectal dan Kerokan
Kuku.

2. Penanganan Keracunan Makanan pada Karyawan


Semua karyawan di Rumah Sakit Budi Asih mendapatkan makan yang disediakan di
kantin dan dipersiapkan oleh dapur milik Rumah Sakit Budi Asih, sedangkan snack
dipesan dari supplier makanan.
Bentuk makanan yang diterima adalah:
- 1 kali makan (siang/sore/malam) dan 1 kali snack. Berlaku sesuai dengan shift.
- Snack saat ada pertemuan rapat/pelatihan (coffee break)
Bila terjadi keracunan makanan yang berasal dari rnenu/snack makanan di atas maka,
penanganan kejadian ini berkoordinasi dengan KPPI, Komite K3, IGD, SDM, NDO (bila
di luar jam kerja) dan Unit Keselamatan dan Kesling.
Karyawan yang mengalami keracunan makanan segera dibawa ke IGD untuk mendapat
penanganan medis. Selama ditangani, Komite K3, KPPI dan Unit Keselamatan dan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 61


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Kesling menginvestigasi sumber makanan penyebab keracunan. Komite K3 membuat
laporan kepada Direksi terkait pengobatan yang ditembuskan kepada Divisi SDM.
Apabila jumlah karyawan yang menderita keracunan 5 karyawan atau lebih dan dalam
waktu yang berdekatan maka, dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) serta diberlakukan
Code Yellow.
Tingkatan siaga:
- Siaga 1: jumlah pasien 5-10 orang
- Siaga 2: jumlah pasien 11 - 20 orang
- Siaga 3: jumlah pasien 21-30 orang
- Bila jumlah pasien > 30 orang, hubungi rumah sakit lain atau rujuk.

C. Keselamatan Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang berkaitan erat dengan
kejadian yang disebabkan akaibat kelalaian petugas yang dapat mengakibatkan kontaminasi
bakteri terhadap makanan.
Kondisi yang dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan dalam proses
penyelenggaraan makanan yaitu dikarenakan pekerjaan yang terorganisir dengan baik,
dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat kerja yang aman dan terjamin kebersihannya serta
istirahat yang cukup.
Kecelakaan kerja tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan tidak
direncanakan sehingga menyebabkan kerusakan pada peralatan, makanan maupun dapat
melukai petugas.

1. Pengertian
Keselamatan Kerja (Safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas
ataupun kelalaian dan kesengajaan.

2. Tujuan
Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja tahun 1970, Syarat-syarat keselamatan
kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 62


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi perlindungan pada pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis,
keracunan, infeksi dan penularan.
i. Menyelenggaraan penyegaran udara yang cukup.
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
l. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang.
m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
o. Mencegah terkena aliran listrik.
p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

3. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip keselamatan kerja dalam proses penyelenggaraan makanan di Unit Gizi:
a. Pengendalian Teknis, mencangkup :
1) Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat
yang telah ditentukan.
2) Ruangan dapur harus cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur
dibuat dari bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.
3) Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis.
4) Penerangan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung)awab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai.
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 63


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
d. Volume kerja yang dibebankan sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan.
e. Perawatan pada peralatan dilakukan secara kontinyu sehingga peralatan tetap dalam
kondisi yang layak.
f. Adanya pelatihan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai.
g. Adanya fasilitas pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup.
h. Adanya petunjuk penggunaan peralatan keselamatan kerja.

4. Prosedur Keselamatan Kerja


a. Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan
Keamanan kerja di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan ini
terlaksana apabila sesuai prosedur kerja sbb:
1) Menggunakan alat pembuka bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat,
agar tidak terkena bagian alat yang tajam.
2) Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah dengan
alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
3) Pergunakan tutup panci yang sesuai untuk menghindari kontaminasi bahan
makanan, selain itu juga agar tidak tumpah.
4) Tidak diperkenankan merokok diruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan
5) Semua peralatan listrik yang tidak dipergunakan termasuk lampu harus
dimatikan bila tidak diperlukan.
6) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
7) Tidak mengangkat barang dalam jumlah besar yang dapat membahayakan
badan dan kualitas barang.
8) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan lantai yang licin di ruang
penerimaan dan penyimpanan bahan makanan

b. Ruang Persiapan dan Pengolahan Makanan


Keamanan kerja di ruang persiapan dan pengolahan bahan makanan ini terlaksana
apabila sesuai prosedur kerja sbb :
1) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang tepat.
2) Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan dan mengolah bahan makanan.
3) Menggunakan . berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk
pemakaiannya.
4) Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 64


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan
dibersihkan.
6) Hati-hati bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan mesin,
lampu gas/listrik dan lain-lainnya.
7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
8) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah
dimatikan mesinnya.
9) Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi
yang ditetapkan.
10) Tidak memuat trolley pembawa makanan melebihi kapasitasnya.
11) Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.
12) Bila ada alat pemanas atau baki perhatikan cara penggunaan dan pengisiannya.
13) Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu
penuh.
14) Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah
atau makanan tersebut tercampur.
15) Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng.

c. Ruang Pembagian Makanan


Keamanan kerja di ruang pembagian makanan ini terlaksana apabila sesuai prosedur
kerja sbb :
1) Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
2) Tidak mengisi tempat penyajian makanan terlalu penuh.
3) Meletakkan peralatan makan dengan teratur dan rapi.
4) Menggunakan peralatan yang bersih dan kering.
5) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang dibersihkan.
6) Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
7) Perhatikan waktu dalam menggunakan alat pemanas.
8) Menggunakan alat pelindung kerja selama di dapur seperti: celemek, topi dan
lain-lain.
9) Tidak menggaruk, batuk selama menjamah makanan.
10) Sebelum bekerja dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan dengan
menggunakan sabun atau desinfektan.
11) Membersihkan / mencuci peralatan makan, trolley makan sesuai dengan
prosedur.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 65


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
12) Membuang/ membersihkan sisa makanan/ sampah segera setelah alat makan/
peralatan dapur selesai digunakan.
13) Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum kompor, lampu, gas, listrik sudah
dimatikan

d. Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri yang digunakan di dapur yaitu perlengkapan pakaian yang
ditentukan dan penggunaan sarung tangan pada waktu tertentu. Penggunaan
pakaian/seragam ini memang terkesan sederhana, namum memiliki fungsi yang
sangat penting dalam melindungi diri selama melaksanakan kegiatan di dapur.
Adapun perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Topi terbuat dari bahan yang tidak panas,Topi juga berfungsi untuk mencegah
keringat maupun rambut agar tidak sampai jatuh ke makanan.
2) Baju kerja terbuat dari bahan yang tidak panas
3) Celemek
Tujuan utama penggunaan apron adalah untuk melindungi tubuh bagian bawah
dari cairan seperti air, kaldu, atau sauce panas yang mungkin menyiram.
4) Lap (towel)
Berfungsi untuk melindungi tangan dari alat-alat panas seperti panci dan oven.
5) Sarung tangan (hand gloves)
Sarung tangan dibutuhkan dalam proses pengolahan makanan agar tangan dan
makanan tetap hygiene atau bersih sehingga mencegah penyebaran bakteri
berbahaya.
6) Menggunakan sepatu safety bila berada di lingkungan dapur.

e. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja yang Dapat Terjadi di Dapur dan Pencegahannya


Kecelakaan di dapur adalah suatu hal yang tidak diharapkan, padahal di dalam dapur
penuh dengan peralatan dan perlengkapan yang sangat membahayakan. Setiap alat
dan perlengkapan mempunyai cara penanganan sendiri dan pegawai harus dapat
menggunakan alat tersebut sebagaimana mestinya agar tidak terjadi kecelakaan.
Selain itu, lingkungan dapur juga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan,
misalnya lantai yang terlalu licin dapat menyebabkan terpeleset atau terjatuh. Untuk
itu, perlu dilakukan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan- kecelakaan kerja
yang dapat terjadi di dapur. Selain itu perlu disediakan obat P3K yang diletakkan di
dalam ruang gizi/dapur.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 66


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Adapun jenis-jenis kecelakaan kerja dan pencegahannya adalah sebagai berikut.
1. Luka bakar akibat terkena uap panas atau api
Di dapur, terdapat dua macam penyebab luka karena panas. Pertama burn
disebabkan oleh panas yang kering misalnya pan yang panas, oven, dan
sebagainya. Sedangkan scald disebabkan oleh panas yang basah misalnya air
panas dan uap panas. Keduanya bisa menimbulkan akibat yang serius dan
menimbulkan rasa sakit. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya luka bakar adalah :
a. Pada waktu bekerja, pakailah celemek atau apron dengan semestinya.
b. Lengan baju dilipat semestinya hingga pergelangan siku.
c. Pergunakan lap kering bila hendak mengambil atau membawa alat yang
panas.
d. Alat yang panas (pan, oven, grill, dsb.) harus diberi tanda dengan tepung
atau garam.
e. Pergunakan alat pengaduk yang cukup panjang sehingga tangan tidak
bersentuhan dengan barang yang panas (minyak, air, pan, dll.)
f. Jangan meletakkan atau menyimpan cairan panas pada rak di atas garis
pandang mata.
g. Buka tutup panci pada sisi terjauh dari letak badan
h. Buka pintu oven panas sedikit demi sedikit dengan hati-hati.
i. Perhatikan dan hati-hati dalam menggunakan minyak goreng, j. Hati-hati
pada waktu menyaring atau menuang cairan panas.
2. Luka tergores atau terpotong benda tajam
Menjalankan dan mengikuti peraturan yang diarahkan bagi keselamatan
bersama adalah tugas semua orang. Dengan demikian, kecelakaan bisa dihindari
atau paling tidak ditekankan seminimal mungkin agar waktu dan jam kerja tidak
terganggu. Berikut beberapa cara menghindarkan diri dari luka terkena pisau
dan alat tajam lainnya
a. Pisau
Pergunakan pisau dengan semestinya atau dengan cara benar.
Pisau harus selalu bersih dan tajam karena pisau yang tumpul
lebih berbahaya.
Bila membersihkan pisau, jauhkan bagian yang tajam dari hadapan
tangan.
Pergunakan talenan bila hendak memotong sesuatu.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 67


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Pegangan pisau harus kering dan tidak berminyak.
Letakkan pisau dengan baik, harus rata dengan meja atau talenan
maupun bantalan serta mudah dilihat.
Simpan pisau di tempatnya bila tidak dipergunakan lagi.
Jangan menyimpan pisau di tempat yang tersembunyi (di dalam air, di
tempat sampah dan sebagainya).
Jangan mencoba meraih pisau yang terjatuh tiba-tiba.
Kontrol diri bila sedang memegang pisau.
Jangan bermain dengan pisau dan jangan membawa pisau pada waktu
bermain.

b. Mesin pemotong
Jangan mencoba menggunakan mesin bila belum mengetahui dengan
pasti tata-cara pemakaiannya.
Katup pengaman harus selalu terpasang baik.
Jangan memasukkan sesuatu oleh tangan atau dengan benda lain
untuk menekan barang yang akan dipotong ataupun digiling.
Jangan mencoba untuk membuka pengaman bila mesin sedang atau
dalam keadaan hidup atau bekerja.
Matikan mesin dan cabut kontak listriknya setelah selesai
menggunakannya dan bila akan membersihkan mesin tersebut.
c. Barang pecah belah (dari gelas dan porselen)
Pergunakan alas (baki) bila membawa barang pecah belah.
Pergunakan sap dan dustpan untuk membersihkan pecahan yang
besar dan gunakan lap yang basah untuk pecahan kecil.
Pisahkan sampah pecahan gelas dengan sampah lainnya.
Jangan menggunakan gelas sebagai skop es.
Jangan memakai gelas atau alat lain yang sudah retak maupun pecah.
d. Tulang atau duri dan bahan makanan beku
Pecahan tulang bisa membuat infeksi bila pecahan tulang daging, dari
udang, sisik ikan dan sejenisnya dalam keadaan beku, maka keadaannya
menjadi tajam, kaku dan membahayakan sekali. Daging atau ikan
sebaiknya dipotong dalam keadaan lembek. Bila beku, biarkan lebih
dahulu dalam suhu ruangan karena bila kita mencoba memotongnya,
kemungkinan pisau meleset dan akan melukai.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 68


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
3. Kecelakaan karena gas
Gas yang dipergunakan sebagai bahan bakar adalah gas elpiji (LPG) yaitu gas
buatan yang tidak berwarna, tetapi diberi ban yang spesifik sehingga mudah
dikenal bila teijadi kebocoran. Ledakan gas terjadi apabila ada gas terkumpul
dalam suatu ruangan, tidak terbakar, dan tiba-tiba ada panas yang
mempengaruhi ruangan tersebut. Panas yang menyambar gas akan
menyebabkan tekanan udara dalam ruang tersebut bertambah tinggi dan
akhirnya timbul ledakan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
bahaya ledakan gas adalah :
a. Periksa pipa-pipa gas yang bocor, sehingga tidak ada gas yang keluar tanpa
pembakaran.
b. Periksalah pilot light sebelum menghidupkan api
c. Bila akan menyalakan gas, maka biarkan pintu oven terbuka beberapa saat
sehingga sisa-sisa gas yang terkumpul dalam ruangan oven dapat keluar.
d. Bila menyalakan solid top range atau griddle maka setelah seluruh ruang
gas terbakar, biarkan terbuka beberapa saat sehingga sisa-sisa gas di udara
terbakar seluruhnya.

4. Kecelakan karena arus listrik


Suatu alat mungkin sudah dirancang dan dipasang sedemikian rupa sehingga
aman bagi pemakai. Namun, karena suatu keadaan yang belum diketahui dan
menyebabkan alat tersebut mengandung arus listrik terbuka. Keadaan tersebut
sering menimbulkan kaget, shock, gerak reflek ataupun kecelakaan yang patal.
Tindakan pencegahan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a. Saklar dan alat penyambung arus listrik harus selalu kering dan bersih.
b. Jangan mempergunaan banyak stekker ataupun stekker cabang pada satu
stop kontak.
c. Periksalah keadaan kawat penghubung sehingga tidak ada bagian-bagian
yang robek.
d. Putuskan aliran listrik bila mesin atau alat tidak dipergunakan.
e. Sebelum mencuci peralatan listrik pastikan alat itu sudah dimatikan dan
kabelnya sudah dicabut. Setelah dicuci, selalu keringkan sebelum
digunakan kembali.
f. Laporkan segera bila melihat gejala-gejala aneh pada mesin atau alat.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 69


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
5. Kecelakaan karena bahan kimia
Beberapa bahan kimia dipergunakan juga dalam pengolahan makanan, misalnya
untuk pembersih, pengawet ataupun pemberantas hama/tikus. Tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :
a. Bahan-bahan kimia harus disimpan dalam kotak khusus.
b. Jangan mencoba mempergunakan bahan kimia bila belum tahu.betul cara
mempergunakannya.
c. Berhati-hati waktu memasang racun tikus di dapur.
d. Berhati-hatilah dengan bahan kimia yang serupa dengan bahan makanan
baik pada waktu mempergunakan, maupun pada waktu menyimpan
kembali. Contohnya baking soda, garam Inggris, pupuk urea ataupun rinso
tampak hampir sama dengan garam dapur atau gula. Liquid soap/tipol
tampak hampir sama dengan minyak goreng, dan sebagainya.

6. Terpeleset atau terjatuh


Terpeleset atau terjatuh dapat menimbulkan sesuatu yang fatal, misalnya jika
kepala atau bagian badan yang lain terbentur sesuatu. Terpeleset teijadi karena
beberapa hal, yaitu karena keseimbangan yang kurang, lantai yang licin atau
yang jauh lebih penting, mungkin sepatu atau alas kaki kita yang tidak sesuai
dengan apa yang kita injak. Terpeleset atau terjatuh dapat dicegah dengan
beberapa cara yaitu :
a. Lantai harus kering, bila kita melihat atau menjatuhkan sesuatu, ambillah
dan keringkan lantai.
b. Lantai harus bebas dari barang perintang yang tidak seharusnya ada untuk
menghindari kemungkinan terantuk.
c. Jangan lupa memberi tanda bila lantai dalam keadaan licin, misalnya baru
di pel.
d. Alat-alat dapur yang tidak terpakai jangan diletakkan di lantai atau diatur
rapi sehingga tidak membahayakan orang lain.
e. Pergunakan tangga bila meraih sesuatu yang tinggi.
f. Pastikan bahwa tangga tersebut cukup panjang dan kuat.
g. Pastikan tangga tersebut berdiri aman dan dekat dengan benda yang akan
diambil.
h. Periksa agar tangga tidak licin.
f. Prosedur Kecelakaan Kerja

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 70


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk
penanganan luka serius/parah
Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ
Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di
luar jam kerja), maksimal pelaporan 1 x 24 jam.
Buat laporan insiden

D. Penanggulangan Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana


1. Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran di dapur rentan terjadi karena sikap manusia itu sendiri, disamping
pengawasan yang kurang terhadap penggunaan peralatan atau barang yang dapat
menimbulkan api, misalnya alat pemanas, peralatan listrik, puntung rokok, dan ledakan
gas. Untuk menghindari api, hal-hal yang dapat diterapkan yaitu :
a. Sediakan selalu alat-alat pemadam api atau fire extinguisher.
b. Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.
c. Mengetahui aturan penanggulangan kebakaran
d. Mengetahui letak alat pemadam api.
e. Segera bersihkan ceceran minyak.
f. Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar.
g. Matikan aliran gas dan listrik bila tidak digunakan.
h. Jangan merokok ketika sedang bertugas.

a. Klasifikasi Kebakaran
Tujuan dari klasifikasi kebakaran adalah untuk mengenal jenis media pemadam api
sehingga dapat memilih media yang tepat bagi suatu kebakaran berdasarkan
klasifikasi. Klasifikasi kebakaran di Indonesia yang ditetapkan dalam Permenaker
No. 04/Men/1980 mengacu pada NFPA sebagai berikut:
1. Kelas A : Bahan padat kecuali logam (Kayu, arang, kertas, plastik dan lain-lain)
2. Kelas B : Bahan cair dan gas (Bensin, Solar, minyak tanah, alkohol, elpiji, dll.)
3. Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan
4. Kelas D : Bahan logam (Magnesium, Almunium, Kalium, dll.)

b. Jenis Media Pemadaman


1. Media Pemadam Cair
Air dapat dipakai sebagai pemadam kebakaran kelas A dan B.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 71


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
2. Gas CO2
Cocok untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C.
3. Tepung Kimia (APAR Powder)
Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api adalah dengan memisahkan
atau menyelimuti bahan dengan udara dan secara kimia memutuskan rantai
reaksi pembakaran.

c. Sarana Penanggulangan Kebakaran yang tersedia di Dapur


a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Terdapat 2 jenis: /Powder/Bubuk Kimia Kering dan Gas CO2
b. Smoke Detector/Deteksi Asap: bila terdeteksi asap maka terhubung dengan
alarm kebakaran sehingga alarm berbunyi
c. Sprinkler: Bila api memanaskan cairan yang ada di dalam tabung kaca sprinkler
mencapai 68 Celcius maka tabung kaca pecah secara otomatis air keluar
d. Fire Blanket/Selimut Api
e. Emergency Stop gas Elpiji
Untuk diperhatikan bahwa ruang dapur dekat dengan box hydrant dan alarm
kebakaran serta lemari perlengkapan darurat yang dapat digunakan pada saat
darurat kebakaran.
d. Penggunaan APAR
Sebelum melakukan pemadaman dengan APAR harus ditest terlebih dahulu dengan
membuka kunci pengaman dan mengarahkan nozzle ke atas.
a. Jenis tepung kimia : lakukan test di tempat pengambilan APAR dan arahkan
nozzle ke atas, handle ditekan/dipukul.
b. Jenis C02 : lakukan test di tempat pengambilan APAR arahkan nozzle ke atas
jangan memegang corong {horn) saat memadamkan kebakaran.
c. Selesai pemadaman pancaran selang/nozzle harus selalu diarahkan ke bawah.
Penggunaan APAR dilakukan secara berurutan yang disingkat dengan PASS
adalah sebagai berikut:
Puli: tarik atau cabut pin pengaman APAR
Aim : arahkan selang ke api
Squeeze : tekan tuas APAR
Sweep : kibas-kibas arah semprotan ke api

e. Penggunaan Selimut Api (Fire Blanket)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 72


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Selimut Api dipergunakan sebagai alat untuk memadamkan api jika APAR tidak
tersedia atau dapat dipergunakan untuk menyelamatkan orang dari api ke tempat
yang aman. Selimut api tidak perlu dibasahkan. Cara penggunaan selimut api adalah
sebagai berikut:
Untuk memadamkan api
a. Ambil selimut api dari wadahma. jepit sudut selimut dengan ibu jari dan
keempat jari (posisi tangan mengadah ke atas), kemudian lipat sudut
selimut ke arah dalam, sehingga telapak tangan terlindungi.
b. Angkat kain dan bawa ke sumber api dengan tangan lurus ke samping, agar
pandangan tidak terhalang.
c. Setelah dekat dengan sumber api, perhatikan arah angin (bila ada) sehingga
berada di belakang arah angin dan dengan posisi kuda-kuda serta
pindahkan tangan lurus ke depan.
d. Tempelkan selimut bagian bawah dan dorong ke depan sehingga
permukaan dari sumber api tertutupi.
e. Benda yang terbakar ditutup (bila penutupan belum sempurna, tarik/geser
selimut ke bagian yang belum tertutup, jangan sekali-kali mengangkat
kain).
f. Rapatkan permukaan yang terbakar dengan selimut, kemudian raba selimut
yang berada di pinggiran wadah yang terbakar sehingga tidak ada udara.
g. Keluarnya asap putih dari kain menandakan bahwa api tersebut telah
padam.
h. Dengan posisi kuda-kuda angkat selimut dengan posisi mundur ke
belakang dan selimut tetap melindungi seluruh badan.
Untuk menyelamatkan orang
a. Ambil selimut api dari wadahnya.
b. Bentangkan selimut lalu bungkus orang yang akan diselamatkan ke dalam
selimut hingga menutupi seluruh tubuh korban.
c. Bawa korban tersebut dengan selimut api dengan cara dipanggul untuk
menuju ke tempat yang lebih aman

f. Prosedur Penanggulangan Kebakaran


1) Prosedur Penanggulangan Kebakaran secara Umum
Bila terjadi kebakaran, secara umum yang harus dilakukan secara berurutan
yang disingkat dengan RACE adalah sebagai berikut:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 73


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
R - RESCUE: selamatkan orang atau barang ke tempat yang aman dari api
A - ANNOUNCE : pecahkan kaca alarm kebakaran atau hubungi Security
dengan telepon ext. 888
- Sebut nama & asal unit/departemen
- Sebut lokasi adanya api / asap Sebut kondisi api
- Laporkan situasi terakhir, termasuk bila ada korban
Bila kondisi tidak ada alarm kebakaran maupun telepon dapat berteriak
Kebakaran....Kebakaran..Kebakaran...
C - CONTAIN: tutup seluruh pintu dan jendela agar besarnya api tidak
merambat ke ruangan lain
E - EXTINGUISH: padamkan api dengan APAR bila terlatih dan untuk api
kecil. Bila tidak dapat dipadamkan segera evakuasi.
2) Prosedur Penanggulangan Kebakaran di Dapur
Matikan aliran gas elpiji di dapur dengan menekan tombol Emergency Stop,
lakukan lakukan prosedur RACE.

g. Keselamatan Pemadam
Dalam pemadaman perlu diperhatikan :
1. Arah angin
2. Jenis bahan yang terbakar
3. Volume dan potensi bahan yang terbakar
4. Letak dan situasi lingkungan
5. Lamanya terbakar
6. Alat pemadam yang tersedia

2. Kewaspadaan Bencana
a. Gempa Bumi
Pada saat gempa bumi jangan panik, lindungi diri sesegera mungkin dengan
berlindung di bawah meja, menjauh dari lemari atau benda- benda berat lainnya.
Dekatakan tubuh sedekat mungkin di lantai, tunduk dan berpegangan di bawah
meja atau pintu.
Jangan lupa saat terjadi gempa agar menekan Emergency Stop pada gas elpiji.
Pada saat guncangan jangan berusaha untuk lari keluar dari gedung.
Kebanyakan kecelakan terjadi pada saat orang tidak berusaha untuk berlindung

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 74


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Jangan memasuki gedung yang telah rusak akibat gempa bumi sampai tim
penanganan kedaruratan mengumumkan keadaan aman

Setelah gempa bumi:


Periksa jika ada orang yang terluka atau terperangkap
Bantu menenangkan jika ada yang panik
Bantu orang yang terluka atau terperangkap
Jika terlihat ada risiko api cari dan gunakan alat pemadam (APAR) untuk
mematikan api
Matikan listrik dan gas elpiji pada area yang terbakar (lokal)
Bersihkan dengan segera obat -obat yang tertumpah atau cairan yang
mengandung alkohol atau bensin dan cairan - cairan lain yang gampang
terbakar
Buka pintu dengan perlahan
Periksa area sekitar anda apakah mengalami kerusakan
Berjaga - jaga untuk kemungkinan gempa Susulan
Hati hati dengan kabel listrik yang terjatuh atau pipa - pipa gas yang rusak dan
menjauh dari area yang rusak
Laporkan secepatnya kondisi ke 888 menyebutkan :
- Nama dan asal unit/departemen
- Kejadian darurat (adanya api, orang terperangkap, orang tertimpa, kabel
atau pipa pipa yang rusak, retakan atau runtuhan di bagian gedung dan lain
lain)
- Lokasi
Jika area anda berada rusak berat atau ada potensi berbahaya segera siapkan
evakuasi lokal meliputi:
- Memindahkan pasien atau barang ke area yang lebih aman
- Mematikan listik dan gas Elpiji
Tetap waspada dan tunggu instruksi berikutnya untuk melakukan evakuasi total

b. External Disasters (Bencana dari luar RS)


Kejadian ini lebih dikenal dengan Code Yellow yang disertai dengan penyebutan
Tingkatan Siaga yaitu VW/Wl. Berlakunya Code Yellow adalah pada saat dipaging
oleh Operator atas dasar instruksi dari Triage Officer IGD. Lokasi penanganan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 75


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
adalah di Ruang IGD dengan indikasi Code Yellow adalah pasien datang banyak
sekaligus atau berurutan minimal sebanyak 5 pasien. Kasus yang termasuk dalam
code yellow adalah keracunan makanan massal, kecelakaan massal, bencana alam
yang terjadi di luar (contoh: koban banjir)dll.
Adapun tingkatan Siaga yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
Siaga I : Jumlah Pasien 5-10 orang
Siaga II : Jumlah Pasien 11 - 20 orang
Siaga III : Jumlah Pasien 21-30 orang
Lebih dari 30 Pasien Hubungi RS lain/Rujuk.
Tindakan yang harus dilakukan oleh Unit Gizi adalah menyiapkan kebutuhan makan
pasien yang akan dirawat dengan menanyakan via telepon dan menyiapkan
konsumsi/makan petugas. Bila sulit menghubungi via telepon, maksimal 15 menit
setelah pemberitahuan siaga, petugas gizi datang ke IGD

c. Kode dalam Darurat


Kode Keadaan Darurat Hubungi telp Tindakan
Ekstensi
Blue Darurat Medis Dilakukan oleh tim darurat
medis
111
Yellow External Unit Gizi berperan segera
(Operator)
Disasters /bencana hubungi IGD atau maksimal
dari luar RS 15 menit berada di IGD
Red Kebakaran 888 Bertanya kepada security
(Suara (Security) terdekat dimana area yang
Burung) terbakar. Bila dekat lakukan
RACE, bila jauh tetap
waspada
Pink Penculikan anak Waspada terhadap orang
yang mencurigakan seluruh
akses ditutup oleh Security
Black Ancaman Bom Waspada untuk bersiap siap
menuju ke tempat berkumpul
darurat

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 76


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Green Kegagalan Utilitas
Bertanya kepada Security,
(Air, Listrik, Gas,
bila perlu matikan utilitas
dll)
yang berhubungan dengan
kegagalan (misal kegagalan
genset/listrik matikan
peralatan listrik yang tidak
perlu/sementara dimatikan:
AC, Dispenser, dll)

d. Evakuasi
Sarana evakuasi bertujuan agar para penghuni/orang yang berada dalam
bangunan mudah menyelamatkan diri atau diselamatkan ke tempat yang aman
pada saat terjadi bencana atau kebakaran. Sarana evakuasi terdiri dari:
Penerangan darurat
Denah evakuasi
Rambu penunjuk arah keluar (EXIT)
Pintu keluar darurat (EMERGENCY EXIT)
Tempat berkumpul (Muster Point)
Terdapat dua lokasi, yaitu di area parkir belakang Gedung Utama (Utara) atau
di area depan Gedung B (Barat)
Bila di Ruang Dapur, tempat berkumpul darurat terdekat adalah di Parkir
Utara (belakang Gedung Utama). Untuk menuju area tersebut gunakan jalan
miring (ram) dekat Loading Dock

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 77


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Bila perintah untuk Evakuasi diumumkan
Lakukan evakuasi darurat melalui tangga darurat, dilarang menggunakan lift
Apabila keadaan kurang memungkinkan dan berbahaya tunggu regu utama
dari tim penanganan kedaruratan Rumah Sakit Budi Asih BSD atau Dinas
Kebakaran untuk menolong anda
Pemadaman api besar dilakukan oleh regu utama dari tim penanganan
kedaruratan Rumah Sakit Budi Asih BSD dan Dinas Kebakaran
Setelah keluar dari pintu darurat ikuti rambu arah evakuasi untuk menuju ke
tempat berkumpul darurat yaitu di Parkir Utara atau Parkir Barat Gedung
Rumah Sakit Budi Asih (rambu bertuliskan Tempat Berkumpul Darurat
Kebakaran/Gempa - Muster Poin )'.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 78


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB IX
KESELAMATAN REKAM MEDIS

UU No 23 tahun 1992 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan


upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan,
mudah terjangkit penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit adalah
tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib
menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan
kerja di Unit Rekam Medis bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di.dalam dan di luar rumah sakit..
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa Setiap
warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini pegawai Unit Rekam Medis dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit. Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Pemerintah berkepentingan atas keberhasilan dan kelangsungan semua usaha-usaha
masyarakat. Pemerintah berkepentingan melindungi masyaraktnya termasuk para pegawai
dari bahaya kerja. Sebab itu Pemerintah mengatur dan mengawasi pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang No.l tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat beijalan secara lancar tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 79


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila:
a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin;
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman;
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan di bagian penyimpanan rekam medis:
f. Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas disetiap bagian penyimpanan.
g. Harus dicegah jangan sampai terjadi, seorang petugas terjatuh ketika mengerjakan
penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letaknya diatas. Harus tersedia tangga anti
tergelincir.
h. Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan rak-rak
penyimpanan.
i. Penerangan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan penglihatan petugas.
j. Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan mudah atau rak-rak
beroda.
k. Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu, dan
pencegahan bahaya kebakaran

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 80


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB X
KESELAMATAN RADIOLOGI

Pemanfaatan radiasi pengion dilakukan pada berbagai bidang yang bertujuan untuk
kesejahteraan manusia, salah satunya adalah di bidang kesehatan. Pemanfaatan ini,
terutama di bidang diagnostic, memberikan kontribusi paparan yang berasal dari sumber
radiasi buatan kepada suatu populasi. Setiap individu yang bekerja dengan menggunakan
radiasi pengion harus selalu memperhatikan prosedur standar proteksi dan keselamatan
radiasi.
Pemanfaatan tenaga nuklir ataupun radiasi pengion wajib dilaksanakan dengan .
memenuhi persyaratan proteksi radiasi yaitu: justifikasi pemanfaatan tenaga nuklir atau
radiasi pengion, limitasi dosis dan optimisasi proteksi serta keselamatan radiasi. Justifikasi
harus didasarkan pada manfaat yang diperoleh harus lebih besar daripada resiko yang
ditimbulkan.
Limitasi dosis wajib diberlakukan untuk paparan masyarakat melalui penerapan
nialai batas dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN dan tidak boleh dilampaui, kecuali
dalam kondisi khusus. Optimisasi proteksi dan keselamatan radiasi adalah upaya agar
besarnya dosis yang diterima serendah mungkin. Pembatasan dosis tidak boleh melampaui
NBD (Nilai Batas Dosis) bila dalam satu rumah sakit terdapat lebih dari satu fasilitas alat
X-ray dan pekerja radiasi bekerja lebih dari satu alat X-ray.

Rumah Sakit Budi Asih BSD memiliki perlengkapan untuk program proteksi radiasi,
berupa:
1. TLD badge yang dihitung secara oleh BATAN !
2. Baju apron,
3. Gonad shield
4. Thyroid shield
5. Kaca mata goggle
6. Sarung tangan Pb.
7. Tirai Pb

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 81


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Berkaitan dengan keselamatan radiasi, perusahaan harus memiliki suatu Organisasi
Proteksi Radiasi (OPR) yang bertanggung jawab pada penyelenggaraan dan pengawasan i
pemanfaatan zat radioaktif di dalam perusahaan. Di dalam OPR terdapat 3 (tiga)
komponen yang memiliki tugas, kewajiban dan tanggung jawab terhadap keselamatan
radiasi, yaitu:
1. Pengusaha instalasi
Adalah Kepala/Direktur instalasi atau orang lain yang ditunjuk untuk mewakili dan
bertanggung jawab pada instalasi.
2. Petugas Proteksi Radiasi
Adalah petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi nuklir atau instalasi lainnya
yang memanfaatkan radiasi pengion dan dinyatakan mampu oleh Badan Pengawas
Tenaga Nuklir untuk melaksanakan pekerjaan berhubungan dengan masalah proteksi
radiasi.
3. Pekerja Radiasi
Adalah orang atau personil yang bertugas sebagai operator peralatan sumber radiasi.

A. Peran RS dan Petugas Radiologi


1. Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengusaha Instalasi.
Pengusaha Instalasi (PIN) mempunyai tanggung jawab tertinggi terhadap
keselamatan personil dan anggota masyarakat lain yang mungkin berada di dekat
instalasi di bawah pengawasannya. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya
Pengusaha instalasi harus melaksanakan tindakan tersebut di bawah ini:
a. Membentuk Organisasi Proteksi (OPR) dan untuk menunjuk Petugas Proteksi
Radiasi dan bila perlu Petugas Proteksi radiasi pengganti.
b. Hanya mengijin seseorang bekerja dengan sumber radiasi setelah
memperhatikan segi kesehatan, pendidikan dan pengalamannya bekerja
dengan sumber radiasi.
c. Memberitahukan kepada semua pekerja radiasi tentang adanya potensi
bahaya yang terkandung dalam tugas mereka dan memberikan latihan
proteksi radiasi.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 82


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
d. Menyediakan prosedur keselamatan radiasi yang berlaku dalam lingkungan
perusahaan sendiri termasuk prosedur tentang penanggulangan keadaan
darurat.
e. Menyediakan prosedur kerja yang diperlukan.
f. Menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi magang dan pekerja radiasi
serta pelayanan kesehatan bagi pekerja radiasi.
g. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk bekerja dengan
sumber radiasi.
h. Memberitahukan BAPETEN dan instalasi lain terkait (misal: Kepolisian,
Dinas Kebakaran) bila terjadi bahaya atau keadaan darurat.
2. Tanggung Jawab dan Kewajiban Petugas Proteksi Radiasi.
Petugas Proteksi Radiasi disingkat PPR adalah petugas yang ditunjuk oleh
pengusaha instalasi nuklir atau instalasi lainnya yang memanfaatkan radiasi
pengion yang dinyatakan mampu oleh BAPETEN untuk melaksanakan pekerjaan
yang berhubungan dengan persoalan proteksi radiasi. Petugas Proteksi Radiasi
berkewajiban membantu pengusaha instalasi dalam melaksanakan tanggung
jawabnya di bidang proteksi radiasi. Sebagai pengemban tanggung jawab tersebut,
PPR diberi wewenang untuk mengambil tindakan- tindakan sebagai berikut:
a. Memberikan instruksi dan alterative secara lisan atau tertulis kepada pekerja
radiasi tentang keselamatan kerja radiasi yang baik. Instruksi harus mudah
dimengerti dan dapat dilaksanakan.
b. Mengambil tindakan untuk menjamin agar tingkat penyinaran serendah
mungkin dan tidak akan pernah mencapai batas tertinggi yang berlaku serta
menjamin agar pelaksanaan pengolahan limbah radioaktif sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Mencegah dilakukannya perubahan terhadap segala sesuatu sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan radiasi.
d. Mencegah zat radioaktif atau sumber radiasi jatuh ke tangan orang yang tidak
berhak.
e. Mencegah kehadiran orang yang tidak berkepentingan berada di daerah
penyinaran.
f. Menyelenggarakan dokumentasi yang berhubungan dengan proteksi radiasi.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 83


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
g. Menyarankan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi apabila
diperlukan dan melaksanakan pemonitoran radiasi dan tindakan proteksi
radiasi.
h. Memberikan penjelasan serta penyediaan perlengkapan proteksi radiasi yang
memadai kepada pengunjung atau tamu bila diperlukan.

3. Tanggung jawab dan Kewajiban Pekerja Radiasi.


Seorang pekerja radiasi ikut bertanggung jawab terhadap keselamatan radiasi di
daerah kerjanya, dengan demikian ia mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan
kerja radiasi.
b. Memanfaatkan sebaik-baiknya semua peralatan keselamatan radiasi yang
tersedia, bertindak hati-hati, serta bekerja dengan aman untuk melindungi
baik diri sendiri maupun pekerja lain.
c. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimana[un kecilnya kepada PPR.
d. Melaporkan setiap gangguan yang dirasakan, yang diduga akibat penyinaran
lebih atau masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh.

B. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Sumber Radiasi


Pengion/Sinar-X.
1. Setiap pekerja radiasi harus selalu memakai film/TLD badge selama berada
dilingkungan kerja
2. radiasi.
3. Nyalakan lampu tanda bahaya radiasi, bila sedang berlangsung pemeriksaan
dengan
4. menggunakan sinar-X.
5. Untuk pasien, gunakan apron pada organ yang tidak terkena penyinaran.
6. Pekerja radiasi mengusahakan agar lapangan penyinaran sekecil mungkin.
7. Usahakan tidak ada orang lain yang tidak berkepentingan berada di sekitar area
penyinaran.
8. Jika menggunakan alat mobile sinar-X, petugas radiasi harus selalu menggunakan
baju apron

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 84


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
9. dan thyroid shield pada saat pemotretan dan usahakan jarak eksposi sejauh
mungkin.
10. Sebisa mungkin tidak melakukan pengulangan foto.

C. Prosedur Intervensi dalam Keadaan Darurat


Jika terjadi pesawat sinar-X terus menyala, sedangkan tombol eksposi telah dilepas,
maka yang harus dilakukan adalah:
1. Secepatnya memutuskan aliran listrik yang ke pesawat (misal: tekan power off
atau cabut kabel dari steker).
2. Segera laporkan kejadian tersebut kepada PPR, kemudian oleh PPR dilanjutkan ke
pengusaha instalasi.
3. Identifikasi personal yang berpotensi terkena paparan.
4. Lakukan survey radiasi untuk memastikan apakah pesawat sudah tidak dialiri
listrik.
5. Catat kondisi kecelakaan secara detail, seperti posisi dan arah berkas.
6. Beri tanda pada bagian pesawat sinar-X yang mengalami kegagalan atau
kerusakan.
7. Laporkan kejadian pada vendor/supplier alat tersebut.

D. Rekaman dan Laporan


1. Keadaan Normal.
Setiap petugas/pekerja radiasi memiliki dokumen nilai dosis yang diterima selama
bekerja dengan sumber radiasi. Adapun prosedurnya adalah:
a. Setiap satu bulan, film badge yang telah terpakai dikirim ke instansi yang
berwenang dalam pengukuran nilai dosis, dalam hal ini adalah Badan tenaga
Atom Nasional divisi P3KRBIN.
b. Oleh BATAN, film badge berdasarkan nama pemakainya akan dihitung
densitas yang terekam, sehingga nilai dosis yang diterima oleh pemakai film
badge tersebut selama sebulan.
c. Hasil pengukuran tersebut akan dikirim kembali ke rumah sakit beserta film
badge yang baru.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 85


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
d. PPR akan mengarsipkan/mendokumentasikan hasil pengukuran tersebut dan
dilaporkan ke K3 rumah sakit.
PPR harus memastikan bahwa alat sinar-X rutin dikalibrasi, biasanya satu tahun
sekali atau kalau saat diperlukan. Hal tersebut untuk memastikan bahwa alat sinar-
X siap dan aman digunakan. Hasil kalibrasi tersebut dibuat dokumentasinya.
Alat survey meter harus selalu siap digunakan, dengan cara dilakukan kalibrasi
dan maintenan rutin oleh pihak yang berwenang (BATAN).

2. Keadaan Darurat.
Keadaan darurat atau kecelakaan adalah kejadian diluar dugaan yang
memungkinkan terjadinya bahaya radiasi atau kontaminasi bagi pekerja maupun
masyarakat. Tindakan pertama apabila teijadi kecelakaan adalah mengevakuasi
dan mengisolasi tempat kejadian untuk menghindari adanya penerimaan dosis
berlebih dan mempersiapkan rencana penanggulangannya. Kemudian meninjau
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi serta mencatat semua kejadian
kecelakaan untuk dilaporkan ke BAPETEN oleh petugas proteksi radiasi serta
diketahui oleh pengusaha instansi.

E. Tindakan Pencegahan/Pengawasan
Kecelakaan radiasi dapat dicegah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengurangan tingkat bahaya radiasi.
Pemanfaatan tenaga nuklir (bahan nuklir, radio isotop, sinar-X) memiliki potensi
bahaya radiasi, oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan analisa agar dampak
yang menyertai pemanfaatan tersebut dapat dikurangi menjadi seminimal
mungkin. Salah satu cara adalah dengan melakukan kalibrasi dan maintenan alat
sinar-X secara rutin.
2. Pengendalian bahaya radiasi.
Pengendalian bahaya radiasi ekstema dapat dilakukan dengan menerapkan 3
prinsip proteksi radiasi, yaitu jarak, waktu dan penahan radiasi.
3. Pengamanan pekerja radiasi.
Untuk menjamin agar pekerja dapat bekerja dengan aman, perlu dipenuhi hal-hal
sebagai berikut:

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 86


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
a. Pelatihan Keselamatan Radiasi.
Pengusaha instalasi wajib memberikan pelatihan awal bagi pekerjanya dan
sebaiknya juga diberikan penyegaran setelah waktu tertentu.
b. Sarana.
Sarana kerja harus tersedia sesuai dengan kondisi lingkungan kerja, misal:
film badge, survey meter, shoe cover, sarung tangan, baju lab, masker.
c. Prosedur pemanfaatan sumber radiasi harus dibuat dalam bahasa yang mudah
dipahami, jelas dan dapat diikuti dengan baik oleh para pekerja.

F. Prosedur Bila Terjadi Suatu Kecelakaan


Bila telah teijadi suatu kecelakaan radiasi, maka:
1. Periksa daerah yang diduga mengalami kebocoran radiasi, dengan alat survey
meter yang telah dikalibrasi.
2. Pastikan penggunaan survey meter telah benar/sesuai.
3. Jika alat survey meter menunjukkan angka 10 mRem/jam, maka harus lapor ke
PPR/atasan.
4. Isolasikan daerah tersebut dan pasang tanda bahaya.
5. Instruksikan pekerja lainnya untuk meninggalkan lokasi tersebut dan melarang
orang lain memasuki ruangan tersebut.
6. Jika teijadi kebakaran di daerah yang memiliki radiasi pengion/zat radioaktif,
usahakan sedapat mungkin melindungi daerah tersebut.
7. Kalau memungkinkan diusahakan agar sumber dapat dipindahkan ke tempat
aman. Dengan proses pemindahaan sesuai peraturan yang berlaku.
8. Apabila kedua hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan dan sumber ikut
terbakar, maka daerah kebakaran tersebut harus segera diisolasi terhadap orang-
orang yang tidak berkepentingan dan petugas PPR harus segera melaporkan
kepada petugas yang berwenang.
9. Keselamatan personil harus diutamakan.
10. Setiap teijadi kecelakaan dibuat laporan kejadian untuk dilaporkan ke Petugas
Proteksi Radiasi, lalu ke Pengusaha Instalasi, untuk kemudian dilanjutkan ke:
PUSAT KOORDINASI DAN PENGENDALIAN OPERASI KESIAPSIAGAAN
NUKLIR NASIONAL

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 87


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
TELP/FAX : 02163858269/021-63856613
E-MAIL: sos@bapeten.go.id ; darurat@,centrin.net.id
BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
JL. GAJAH MADA NO.8 JAKARTA PUSAT 10210

Prosedur Kecelakaan Kerja


Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk penanganan
luka serius/parah
Lapor kepada atasan yaitu Koordinator Unit Gizi atau PJ
Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar jam
kerja), maksimal pelaporan 1 x 24 jam.
Buat laporan insiden

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 88


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB XI
KESELAMATAN LABORATORIUM

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dari


pengelolangan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium dalam tugasnya melakukan
berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan bahan pemeriksaan yang
berasal dari manusia, sehingga para petugas laboratorium selalu kontak dengan bahan
pemeriksaan, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat teijadi
dari petugas ke petugas lainnya atau ke keluarga petugas. Para petugas harus memahami
potensi yang dapat mengancam keselamatannya, sehingga mempunyai sikap untuk
mengurangi potensi dan melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaan sesuai
prosedur serta mengontrol bahan pemeriksaan secara baik menurut praktik laboratorium
yang benar.

A. Jenis - Jenis Bahaya dan Risiko di Laboratorium


Laboratorium menghadapi beragam risiko, baik dari dalam maupun luar laboratorium.
Beberapa risiko terutama mungkin mempengaruhi laboratorium itu sendiri, tetapi
risiko lainnya bahkan masyarakat jika tidak ditangani dengan tepat.
1. Keadaan Darurat Skala Besar dan Situasi Sensitif
Ada banyak jenis kejadian skala besar yang bisa mempengaruhi lembaga dan
benar- benar mengganggu operasional laboratorium. Sebagian keadaan darurat
skala besar dan situasi sensitif yang paling sering teijadi meliputi:
Kebakaran dan gempa bumi
Pemadaman listrik
Tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Hilangnya Bahan atau Peralatan laboratorium
Hilangnya data atau sistem komputer
2. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya Salah satu

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 89


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
hal penting dalam pengelolaan B3 adalah pemberian simbol dan label. Pemberian
simbol dan label sangat penting untuk mengidentifikasi sekaligus
mengklasifikasikan B3. Setiap kemasan B3 harus diberikan penandaan agar dapat
dikenali oleh setiap orang. Penandaan meliputi nama bahan, nama kimia, dan
simbol B3. Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan luar/pembungkus
bahan, dengan tulisan dan simbol yang jelas, mudah terbaca, tidak mudah lepas
dan bertahan lama. Label B3 merupakan uraian singkat yang menunjukkan
klasifikasi dan jenis B3. Penggunaan label B3 tersebut dilakukan dalam kegiatan
pengemasan B3. Label berfungsi memberikan informasi tentang produsen B3,
identitas B3 serta kuantitas B3. Label harus mudah terbaca, terlihat jelas, tidak
mudah rusak dan tidak mudah terlepas dari kemasannya.
Dalam penggunaannya terkadang B3 dilakukan pencampuran / pengoplosan
sehingga persentase dan tanggal kadaluarsa berubah. B3 yang telah dilakukan
pengoplosan dimasukkan dalam botol yang ukurannya lebih kecil (disesuaikan
dengan permintaan pengguna), berikut contoh label B3 untuk bahan yang telah
dilakukan pencampuran/pengoplosan:

Nama bahan : ..............................


Persentase : ..............................
Tanggal persiapan : ..............................
Klasifikasi : ..............................
Tanggal kadaluarsa : ..............................
Paraf petugas : ..............................

MSDS/(LDKB) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam


penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Pembuatan MSDS/LDKB dimaksudkan
sebagai informasi acuan bagi para staf yang menangani langsung dan mengelola bahan
kimia berbahaya.
Isi dari MSDS antara lain:
1. Identifikasi bahan kimia
Nama bahan, sinonim, rumus kimia, kode produksi, nama dan alamat perusahaan
pembuat/distributor/importer, nomor telepon keadaan darurat.
2. Komposisi bahan kimia

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 90


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Deskripsi bahan/jenis, sifat, identitas, dan konsentrasi bahan yang berbahaya bagi
keselamatan dan kesehatan, batas pemaparan yang tidak boleh dilampaui.
3. Identifikasi potensi bahaya
Lakukan identifikasi terhadap kesehatan, dan akibatnya bagi mata, kulit, saluran
cerna, pernafasan, karsinogen, teratogen dan fungsi reproduksi.
4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan
Meliputi penyelamatan diri sebelum ada pertolongan medik, dan bila ada antidote
untuk bahan kimia.
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
antara lain mengenai sifat bahan mudah terbakar, titik nyala, suhu nyala sendiri,
batas suhu terendah dan tertinggi mudah terbakar, media/jenis pemadam api,
bahaya khusus, instruksi bagi petugas pemadam kebakaran, bahaya peledakan.
6. Penanganan bila teijadi kebocoran atau tumpahan
Untuk jumlah yang kecil atau besar, alat pelindung diri, dan tindakan yang
diperlukan bila teijadi hal yang tidak dikendaki.
7. Penanganan dan penyimpanan bahan
terutama mengenai cara penanganan pencegahan pemaparan kondisi tempat
penyimpanan bahan, penetapan bahan yang incompatihlr. syarat khusus
penyimpanan lainnya.
8. Pengendalian pemaparan dan alat pelindung diri
tentang cara pengendalian teknis, penyediaan alat pelindung diri.
9. Sifat fisik dan kimia bahan
mengenai bentuk bahan, padat/cair/gas, bau, warna, massa jenis, titik didih, titik
lebur, tekanan uap, pH, daya larut, dan sebagainya.
10. Stabilitas dan reaktifitas
dicantumkan sifat satbilitas dan reaktifitas bahan, kondisi yang harus dihindari,
bahan yang tidak boleh tercampur (incompatible), bahan dekomposisi, bahaya
polimerisasi.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 91


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
11. Informasi toksikologi
mengenai nilai ambang batas, LD-50, LC-50, efek lokal, pemaparan akut dan
kronik, termasuk efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan interaksi
bahan dengan obat.
12. Informasi ekologi
karakteristik bahan yang berbahaya bagi lingkungan, dampak lingkungan,
degradasi, dan bioakumulasi.
13. Pembuangan limbah
informasi tentang teknis pembuangan limbah termasuk pembuangan wadah bekas
bahan kimia
14. Informasi tentang pengangkutan/transportasi bahan kimia
meliputi peraturan internasional, pengangkutan melalui darat, laut dan udara
15. Peraturan perundangan
termasuk pemberian tanda/simbol dan label, standar dan norma yang berlaku
Untuk lebih memudahkan dalam memahami MSDS, maka MSDS di RS Budi Asih
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

a. Paparan Bahan Kimia Beracun


Salah satu risiko yang sulit diprediksi dan paling berbahaya yang dihadapi
pegawai di dalam laboratorium adalah kadar racun berbagai bahan kimia. Di
laboratorium kimia, tidak ada satu zat pun yang sepenuhnya aman dan semua
bahan kimia menghasilkan efek beracun jika zat tersebut dalam jumlah yang
cukup tersentuh oleh sistem hidup. Banyak bahan kimia memiliki lebih dari
satu jenis kandungan racun.

b. Bahan Kimia Mudah Terbakar, Eksplosif, dan Reaktif


Bahaya akibat bahan kimia mudah terbakar, eksplosif, dan reaktif merupakan
risiko besar bagi pegawai laboratorium. Semua pegawai laboratorium perlu
menyadari kemungkinan kebakaran atau ledakan jika bahan-bahan kimia ini ada
di laboratorium.
1) Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang siap memantik api
dan terbakar di udara, dan bentuknya bisa padat, cair, atau uap. Untuk

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 92


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
menggunakan bahan mudah terbakar dengan benar, diperlukan pengetahuan
tentang kecenderungan bahan ini untuk menguap, memantik api, atau terbakar
dalam berbagai kondisi di laboratorium. Cara terbaik untuk menangani
bahaya ini adalah mencegah munculnya uap mudah terbakar dan sumber
pemantik api pada saat bersamaan.
2) Bahan kimia reaktif adalah bahan yang bereaksi liar jika dikombinasikan
dengan bahan lain. Bahan ini meliputi zat yang reaktif terhadap air, seperti
logam alkali; bahan piroforik, seperti logam terbagi dengan baik dan bahan
kimia yang tidak kompatibel, seperti cairan mumi dan asam hidrosianik gas
dan basa.
3) Bahan kimia eksplosif meliputi berbagai bahan yang bisa meledak dalam
kondisi tertentu. Di antaranya meliputi bahan peledak, senyawa anorganik
dan peroksida, bahan oksidasi, dan bubuk dan zat khusus.

c. Bahaya Infeksius
Bahaya infeksius merupakan masalah di laboratorium yang menangani
mikroorganisme atau bahan yang terkontaminasi mikroorganisme (virus, jamur,
bakteri). Bahaya-bahaya ini biasanya muncul di laboratorium penelitian klinis dan
penyakit menular Penilaian risiko bahan bahaya infeksius perlu
mempertimbangkan sejumlah faktor, antara lain organisme yang dimanipulasi,
perubahan yang dilakukan terhadap organisme tersebut, dan kegiatan yang akan
dilakukan dengan organisme tersebut.

Tabel 7.1 Jenis dan Simbol Bahan Berbahaya dan Bcracun (B3) di
Laboratorium Rumah Sakit Budi Asih
Jenis B3 SIMBOL

Bahan iritan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 93


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Bahan Korosif

Bahan beracun

Bahan Mudah terbakar

Bahan Oksidator

Bahan berbahaya bagi Lingkungan

Tabel 7.2 Berbahaya dan Beracun (B3)


Di Laboratorium Rumah Sakit Budi Asih
Jenis Bahan Simbol Efek kesehatan Lokasi
Berbahaya Penyimpan
an
FORMALIN Mata : Iritasi mata Lemari
(Formaldehide) Kulit: Iritasi Kulit Asam
Inhalasi : Iritasi
hidung,tenggorokan, batuk,
wheezing, sesak napas, Bronkitis,
Pneumonitis dan edema paru.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 94


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
ASAM Mata : terbakar, bahaya kebutaan Lemari
CHLORIDA Kulit: terbakar, melepuh Asam
Inhalasi: iritasi membrane
(Hydrochloric acid
mukosa, batuk, dyspnoea
25 %) Tertelan :bahaya bagi mulut.
Oesophagus dan gastrointestinal.
Kegagalan jantung
ASEM ASETAT Mata : iritasi mata, rasa terbakar, Lemari
mata berair, penglihatan berubah Asam
Kulit: dapat menyebabkan iritasi,
kulit menjadi kering, pecah-pecah
atau meradang
Inhalasi: iritasi saluran pernafasan,
keluarnya lendir dari hidung, suara
parau, batuk, sakit dada dan sulit
bernafas, muntah, sakit kepala,
pusing
Tertelan : depresi pada system
syaraf pusat dengan rasa mual,
sakit kepala, dan kelambanan
mental
ALKOHOL Mata: Iritasi mata, Konjungtivitis Lemari B3
(Ethanol) Inhalasi: pada konsentrasi uap
tinggi dapat menyebabkan rasa
panas di tenggorokan dan hidung
Ibu Hamil: pengulangan
konsumsi etanol oleh ibu hamil
dapat mempengaruhi pusat sistem
saraf janin, janin sindrome
alkohol, termasuk
keterbelakangan mental dan fisik,
gangguan belajar dan motorik,
gangguan perilaku dan ukuran
kepala kecil
XYLINE Efek Akut: Lemari B3
Sangat berbahaya jika terjadi
kontak dengan kulit (iritasi),
kontak mata (iritasi). Sedikit
berbahaya dalam kasus kontak
kulit (permeator). Peradangan mata
ditandai dengan kemerahan, berair,
dan gatal-gatal. Radang kulit

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 95


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
ditandai dengan gatal, scaling,
memerah atau kadang- kadang
terik
Efek kronik:
Berbahaya dalam kasus kontak
dengan kulit (iritasi), kontak mata
(iritasi).zat adalah racun bagi
darah, ginjal hati.
METANOL Kulit : iritasi kulit, kontak jangka Lemari B3
panjang dan berulang dapat
menyebabkan dermatitis, metanol
dapat diserap oleh kulit dan
menyebabkan efek sistemik pada
gangguan penglihatan
Mata : Dapat menyebabkan sensitif
pada cahaya, iritasi, kebutaan
Inhalasi: Menyebabkan mual, sakit
kepala, muntah, gangguan
penglihatan bahkan kematian
DIETIL ETER Efek j angka pendek (akut): Lemari B3
Penghirupan dapat berakibat
iritasi pada hidung dan
tenggorokan. Pada konsentrasi
yang lebih tinggi dapat
berakibatpusing, mau muntah.
Kehilangan rasa (anestesis) dapat
teijadi bila menghirup udara
berkadar eter 3,6 - 6,5 %. Pada
kadar lebih tinggi dapat
menimbulkan kematian. Terkena
mata menyebabkan pedih. Tidak
berbahaya bila kena kulit.
Efek jangka panjang (kronik):
Penghirupan yang terus menerus
menyebabkan badan lemah, lesu,
hilang nafsu makan dan nafas
pendek
Inhalasi: dapat menyebabkan
sakit kepala, pusing, kelelahan,
mual, muntah
Mata: Iritasi
MIKROZIDAF Inhalasi: dapat menyebabkan Lemari B3

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 96


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
sakit kepala, pusing, kelelahan,
mual, muntah
Mata: Iritasi

3. Bahaya Fisik akibat Peralatan Laboratorium


Beberapa pengoperasian laboratorium menimbulkan bahaya fisik bagi pegawai
akibat bahan atau peralatan yang digunakan. Bahaya fisik di laboratorium
meliputi berikut ini:
Tertusuk jarum
Bahaya listrik
Bahaya kebakaran
Luka bakar kimia
Pegawai juga menghadapi bahaya tempat kerja umum akibat kondisi atau kegiatan
di laboratorium. Potensi bahaya fisik meliputi luka terpotong, tergelincir,
tersandung, terjatuh, dan cedera gerakan berulang.

B. Tata Ruang dan Fasilitas Laboratorium


1. Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan
2. Permukaan meja kerja harus tidak tembus air juga tahan asam, alkali, larutan
organik dan panas yang sedang
3. Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan
4. Tersedianya wastafel dengan air mengalir dan dilengkapi sabun pada area kerja
(terdapat 6 wastafel), serta terdapat handrubs (cuci tangan berbasis alkohol) di
pintu keluar
5. Pintu laboratorium diberi tanda KELUAR/EXIT, alat penutup pintu otomatis dan
diberli label dan simbol BIOHAZARD, DILARANG MASUK KECUALI STAF.
6. Tempat sampah dipisahkan yaitu infeksius dan non infeksius
7. Tanaman hias dan hewan peliharaan tidak diperbolehkan berada di ruang kerja
laboratorium.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 97


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
8. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin.
9. Ventilasi laboratorium harus cukup

C. Peralatan Keselamatan dan Darurat


Peralatan keselamatan dan darurat di Laboratorium meliputi:
Spill kit/perangkat pengendali tumpahan B3
Alat Pelindung Diri (APD) seperti jas laboratorium, masker, kaca mata, sarung
tangan dan sepatu pelindung yang tertutup
Peralatan keselamatan kebakaran, seperti Alat Pemdam Api Ringan (APAR),
detektor panas dan asap, dan system pemadaman api otomatis
Sistem tanda bahaya
Sistem evakuasi
Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Eye Wash Station

Container untuk membuang sampah jarum suntik dan lanset yang aman
Lemari B3 (untuk bahan yang mudah terbakar) dan Lemari Asam

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 98


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
D. Cara Kerja Aman di Laboratorium
Pegawai laboratorium harus melakukan pekerjaan mereka dalam rendah risiko, baik
risiko yang disebabkan zat berbahaya yang dikenal maupun yang tidak dikenal.
Semua pegawai harus mematuhi standar profesional berikut:
1. Hindari mengganggu atau mengejutkan pegawai lain.
2. Jangan biarkan lelucon praktis, keributan, atau kegaduhan berlebih terjadi kapan
pun.
3. Gunakan peralatan laboratorium hanya untuk tujuan yang dimaksudkan.
4. Kaji prosedur keselamatan dasar dengan seluruh pengunjung laboratorium tempat
zat berbahaya disimpan atau digunakan atau tempat kegiatan berbahaya sedang
berlangsung.
5. Jika anak di bawah umur diizinkan berada di laboratorium, pastikan mereka
mendapat pengawasan langsung sepanjang waktu dari orang dewasa yang
kompeten. Kembangkan kebijakan terkait anak di bawah umur di dalam
laboratorium, dan kaji serta setujui semua kegiatan anak di bawah umur sebelum
kedatangan mereka. Pastikan pegawai laboratorium lainnya yang berada di arca
mengetahui keberadaan anak di bawah umur.

E. Penanganan Kecelakaan di Laboratorium


Sebelum memulai eksperimen, ketahui tindakan tertentu yang harus diambil jika
terjadi pelepasan zat berbahaya secara tidak disengaja. Ketahui lokasi semua peralatan
keselamatan dan alarm kebakaran serta telepon terdekat, dan ketahui nomor telepon
yang harus dihubungi dan orang yang harus diberi tahu jika terjadi keadaan darurat.
Bersiaplah untuk memberikan tindakan darurat dasar. Selalu beritahukan kegiatan
Anda kepada rekan kerja agar mereka dapat menanggapi dengan semestinya.
Prosedur bila terjadi kecelkaan kerja adalah sebagai berikut:
Lakukan pertolongan pertama, bila diperlukan segera ke IGD untuk penanganan
luka serius/parah
Lapor kepada atasan yaitu Koordinator pelayanan Laboratorium atau PJ
Segera lapor secara lisan kepada Komite K3 (jam kerja) atau NDO (di luar jam
kerja), maksimal pelaporan 1 x 24 jam.
Buat laporan insiden

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 99


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
F. Tindakan Khusus dalam Kejadian Tumpahan Bahan Berbahaya
Bila terjadi tumpahan bahan berbahaya, petugas/staf yang menemukannya segera
menghubungi petugas kebersihan agar segera dapat dibersihkan. Petugas kebersihan
yang melakukan pembersihan harus menggunakan alat pelindung diri. Petugas harus
mengetahui jenis dan sifat dari B3 dengan melihat MSDS, jika tumpahan mengandung
materi infeksius, area harus segera dibersihkan dan didesinfeksi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat terjadi tumpahan B3 maupun cairan
tubuh antara lain:
1. Melakukan tindakan pertolongan pertama dengan segera apabila terkena
tumpahan/percikan B3, seperti membersihkan kulit dan membilas mata dengan air
mengalir selama 15 menit atau minum air sebanyak-banyaknya apabila tertelan.
Segera ke IGD untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Segera menghubungi petugas kebersihan untuk melakukan pembersihan.
3. Melaporkan kejadian yang terjadi pada Koordinator atau Penanggungjawab shift.
4. Catat kejadian pada formulir pelaporan tumpahan B3 dan cairan tubuh.
5. Investigasi kejadian, mengidentifikasi dan menerapkan tindakan perbaikan untuk
mencegah kejadian di masa yang akan datang.
Formulir diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca, pengisian adalah sebagai berikut
:
Nama Departemen Diisi dengan nama departemen, misalnya :
keperawatan, penunjang medis, dsb
Area/lokasi Diisi dengan area yang lebih detail, misalnya :
unit perawatan Acacia, Farmasi, dsb
Tanggal & waktu kejadian Data tanggal dan waktu kejadian
Nama petugas cleaner Petugas cleaner yang membersihkan tumpahan
Jenis tumpahan Beri tanda (V) pada kolom jenis tumpahan
APD yang digunakan Beri tanda (V) pada kolom jenis APD yang
digunakan
Kronologi kejadian Diisi oleh staf rumah sakit (pelapor) yang
menemukan adanya tumpahan
Tindakan yang dilakukan Diisi oleh petugas kebersihan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 100


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Cairan kimia Beri tanda (V) pada kolom jenis cairan kimia
yang digunakan
Tandatangan Ditandatangani oleh staf rumah sakit (pelapor)
dan koordinator/PJ unit

Dalam menangani tumpahan B3 maupun cairan tubuh diperlukan beberapa peralatan dan
bahan (sipil kit) antara lain:
NO JENIS BARANG JUMLAH

1 Tanda tumpahan (warning sign/spill sign) 1 pcs


2 Sarung tangan Nitrille (warna hijau) 1 pasang
3 Sarung tangan disposable 3 pasang
4 Pasir @ % kg 2 kantong
5 Masker 2 pcs
6 Kantong plastik kuning 5 pcs
7 Tissue roli 1 pcs
8 Lap kuning 1 pcs
9 Botol spray berisi desinfektan 1 pcs

Perlengkapan tersebut (spill kit) tersedia di masing-masing janitorial troli petugas cleaning
service, namun khusus untuk di Farmasi dan Laboratorium, spill kit tersedia tersedia di
dekat tempat penyimpanan B3. Isi dari spill kit tersebut antara lain:

NO JENIS BARANG JUMLAH


1 Tanda tumpahan (waming sign/spill sign) 1 pes
2 Sarung tangan Nitrille (warna hijau) 2 pasang
3 Sarung tangan Neoprene (warna hitam) 1 pasang
4 Pasir @ % kg 2 kantong
5 Masker 5 pes
6 Goggles 1 pes
7 Kantong plastik kuning 5 pes
8 Sepatu bot 1 pasang
9 Kain Lap 1 pes

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 101


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
10 Serbuk kapur @ Vi kg 1 kantong
11 Soda kue @ lA kg 1 kantong

G. Limbah Berbahaya
Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah. Limbah adalah bahan yang dibuang
atau hendak dibuang, atau tidak lagi berguna berdasarkan peruntukannya. Sebuah
bahan dianggap limbah jika dibiarkan atau jika dianggap seperti limbah, seperti
bahan tumpah. Limbah diklasifi kasikan sebagai bahan berbahaya atau tidak
berbahaya dan bisa meliputi barang-barang seperti bahan laboratorium sekali pakai,
media filter, larutan cair, dan bahan kimia berbahaya. Limbah yang berpotensi
berbahaya memiliki satu atau beberapa sifat berikut ini: daya sulut, korosivitas,
reaktivitas, atau toksisitas.
Semua limbah dari laboratorium dipisahkan oleh petugas laboratorium dan setelah
terkumpul akan diambil oleh petugas kebersihan.
Adapun limbah tersebut adalah : ,

1. Limbah cair B3
Ditampung menggunakan wadah tertutup rapat dan tidak bocor (jerijen) lalu
diberi label identitas limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal -
usul limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam kemasan suatu
kemasan limbah B3. Label identitas limbah berukuran minimal 15 cm x 20 cm
atau lebih besar, dengan warna dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna
hitam, dan tulisan PERINGATAN ! dengan huruf yang lebih besar berwarna
merah

PERINGATAN !
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Penghasil :
Alamat :
Telp :
Fax :
Nomor penghasil :
Tanggal Pengemasan :
Kode Limbah :
Jumlah limbah :

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 102


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Sifat Limbah :

a. Pengisian label identitas limbah


Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah terhapus serta
dipasang pada setiap kemasan limbah B3 yang disimpan di tempat penyimpanan
wajib mencantumkan identitas sebagai berikut:
PENGHASIL Nama perusahaan yang menghasilkan limbah dalam
kemasan

ALAMAT Alamat jelas perusahaan di atas, termasuk kode


wilayah
TELP Nomor telepon penghasil, termasuk kode area
FAX Nomor faesimile penghasil, termauk kode area
NOMOR PENGHASIL Nomor yang diberikan Bapedal kepada penghasil
ketika melaporkan

TGL. PENGEMASAN Data waktu pada pengemasan dilakukan


JENIS LIMBAH Keterangan limbah berkaitan dengan fasa atau
kelompok jenisnya (cair/padat/sludge,
anorganik/organik, dll)

JUMLAH LIMBAH Jumlah total kuantitas limbah dalam kemasan


(ton/kg/m3)

KODE LIMBAH Kode limbah yang dikemas, didasarkan pada daftar


B3 dalam lampiran PP 19 tahun 1994

SIFAT LIMBAH Karakteristik limbah yang dikemas (sesuai simbol


yang dipasang)
NOMOR Nomor urut pengemasan

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 103


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
b. Pemasangan label identitas limbah
Label identitas limbah dipasang pada kemasan di sebelah atas simbol dan
harus terlihat dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada kemasan yang
akan dimasukkan ke dalam kemasan yang lebih besar
2. Limbah benda tajam Ditampung dengan sharp container
3. Limbah medis
Ditampung dengan tempat sampah medis dimana tempat tersebut diberi kantong
kuning dan dikasih keterangan
4. Limbah non medis
Ditampung dengan tempat sampah non medis dimana tempat sampah tersebut
diberi kantong hitam dan dikasih tanda

H. Penanggulangan Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana


1. Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran di laboratorium rentan terjadi karena sikap mnnu3ia itu sendiri,
disamping pengawasan yang kurang terhadap penggunaan peralatan atau bahan
yang dapat menimbulkan api, misalnya bahan mudah terbakar, alat pemanas,
peralatan listrik, puntung rokok, dan ledakan gas. Untuk menghindari api, hal-hal
yang dapat diterapkan yaitu :
Sediakan selalu alat-alat pemadam api atau fire extinguisher.
Sediakan alarm untuk peringatan jika terjadi kebakaran.
Mengetahui prosedur penanggulangan kebakaran di unit yang bersangkutan.
Mengetahui letak alat pemadam api.
Jangan gunakan bahan pembersih yang mudah terbakar. '''

a. Klasifikasi Kebakaran
Tujuan dari klasifikasi kebakaran adalah untuk mengenal jenis media
pemadam api sehingga dapat memilih media yang tepat bagi suatu kebakaran
berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi kebakaran di Indonesia yang ditetapkan
dalam Permenaker No. 04/Men/1980 mengacu pada NFPA sebagai berikut :
1. Kelas A : Bahan padat kecuali logam (Kayu, kertas, plastik dan lain- lain)
2. Kelas B : Bahan cair dan gas (Bensin, alkohol, dll.)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 104


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
3. Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan
4. Kelas D : Bahan logam (Magnesium, Almunium, Kalium, dll.)

b. Jenis Media Pemadaman


1. Media Pemadam Cair
Air dapat dipakai sebagai pemadam kebakaran kelas A dan B.
2. Gas CO2
Cocok untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C.
3. Tepung Kimia (APAR Powder)
Cara kerja tepung kimia ualam memadamkan api adalah dengan
memisahkan atau menyelimuti bahan dengan udara dan secara kimia
memutuskan rantai reaksi pembakaran.

c. Sarana Penanggulangan Kebakaran yang tersedia di Laboratorium


1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Terdapat 2 jenis: Powder/Bubuk Kimia Kering dan Gas C02
2. Smoke DetectoriDeieksi Asap: bila terdeteksi asap maka terhubung
dengan alarm kebakaran sehingga alarm berbunyi
3. Sprinkler: Bila api memanaskan cairan yang ada di dalam tabung kaca
sprinkler mencapai 68 Celcius maka tabung kaca pecah secara otomatis
air keluar

d. Penggunaan APAR
Sebelum melakukan pemadaman dengan APAR harus ditest terlebih dahulu
dengan membuka kunci pengaman dan mengarahkan nozzle ke atas.
1. Jenis tepung kimia : lakukan test di tempat pengambilan APAR dan
arahkan selang ke atas, tuas ditekan/dipukul.
2. Jenis C02 : lakukan test di tempat pengambilan APAR arahkan selang ke
atas jangan memegang corong (horn) saat memadamkan kebakaran.
3. Selesai pemadaman pancaran selang/nozr/e harus selalu diarahkan ke
bawah.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 105


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
Penggunaan APAR dilakukan secara berurutan yang disingkat dengan PASS
adalah sebagai berikut:
Puli: tarik atau cabut pin pengaman APAR
Aim : arahkan selang ke api
Squeeze : tekan tuas APAR
Sweep : kibas-kibas arah semprotan ke api

e. Prosedur Penanggulangan Kebakaran secara Umum


Bila terjadi kebakaran, secara umum yang harus dilakukan secara berurutan
yang disingkat dengan RACE adalah sebagai berikut:
R - RESCUE: selamatkan orang atau barang ke tempat yang
aman dari api
A - ANNOUNCE : pecahkan kaca alarm kebakaran atau hubungi
Security dengan telepon ext. 888
- Sebut nama & asal unit/departemen
- Sebut lokasi adanya api / asap
- Sebut kondisi api
- Laporkan situasi terakhir, termasuk bila ada korban Bila kondisi
tidak ada alarm kebakaran maupun telepon dapat berteriak
Kebakaran.. ..Kebakaran..Kebakaran...
C - CONTAIN: tutup seluruh pintu dan jendela agar besarnya api tidak
merambat ke ruangan lain
E - EXTINGUISH: padamkan api dengan APAR bila terlatih dan untuk
api kecil. Bila tidak dapat dipadamkan segera evakuasi.

f. Keselamatan Pemadam
Dalam pemadaman perlu diperhatikan :
1. Arah angin
2. Jenis bahan yang terbakar
3. Volume dan potensi bahan yang terbakar
4. Letak dan situasi lingkungan
5. Lamanya terbakar

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 106


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
6. Alat pemadam yang tersedia

2. Kewaspadaan Bencana
a. Gempa Bumi
Pada saat gempa bumi jangan panik, lindungi diri sesegera mungkin
dengan berlindung di bawah meja, menjauh dari lemari atau benda-
benda berat lainnya. Dekatakan tubuh sedekat mungkin di lantai, tunduk
dan berpegangan di bawah meja atau pintu.
Matikan peralatan listrik
Pada saat guncangan jangan berusaha untuk lari keluar dari gedung.
Kebanyakan kecelakan terjadi pada saat orang tidak berusaha untuk
berlindung
Jangan memasuki gedung yang telah rusak akibat gempa bumi sampai
tim penanganan kedaruratan mengumumkan keadaan aman

Setelah gempa bumi:


Periksa jika ada orang yang terluka atau terperangkap
Bantu menenangkan jika ada yang panik
Bantu orang yang terluka atau terperangkap
Jika terlihat ada risiko api cari dan gunakan alat pemadam (APAR) untuk
mematikan api
Matikan listrik pada area yang terbakar (lokal)
Bersihkan dengan segera obat -obat yang tertumpah atau cairan yang
mengandung alkohol atau bensin dan cairan - cairan lain yang mudah
terbakar
Buka pintu dengan perlahan
Periksa area sekitar anda apakah mengalami kerusakan ;
Berjaga - jaga untuk kemungkinan gempa susulan
Hati hati dengan kabel listrik yang terjatuh atau pipa - pipa gas yang
rusak dan menjauh dari area yang rusak
Laporkan secepatnya kondisi ke 888 menyebutkan :
- Nama dan asal unit/departemen

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 107


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
- Kejadian darurat (adanya api, orang terperangkap, orang tertimpa,
kabel atau pipa pipa yang rusak, retakan atau runtuhan di bagian
gedung dan lain lain)
- Lokasi
Jika area anda berada rusak berat atau ada potensi berbahaya segera
siapkan evakuasi lokal meliputi :
- Memindahkan pasien atau barang ke area yang lebih aman
- Mematikan listik
Tetap waspada dan tunggu instruksi berikutnya untuk melakukan
evakuasi total

b. External Disasters (Bencana dari luar RS)


Kejadian ini lebih dikenal dengan Code Yellow yang disertai dengan penyebutan
Tingkatan Siaga yaitu I/II/III. Berlakunya Code Yellow adalah pada saat dipaging
oleh Operator atas dasar instruksi dari Triage Officer IGD.
Lokasi penanganan adalah di Ruang IGD dengan indikasi Code Yellow adalah
pasien datang banyak sekaligus atau berurutan minimal sebanyak 5 pasien. Kasus
yang termasuk dalam code yellow adalah keracunan makanan massal, kecelakaan
massal, bencana alum yang terjadi di luar (contoh: ku ban banjir dll.
Adapun tingkatan Siaga yang harus diketahui adalah sebagai berikut:
- Siaga I: Jumlah Pasien 5 - 10 orang
- Siaga II : Jumlah Pasien 11 20 orang
- Siaga III : Jumlah Pasien 21 30 orang
Lebih dari 30 Pasien Hubungi RS lain/Rujuk. RKAHOS.

Tindakan yang harus dilakukan oleh Unit Laboratorium adalah 15 menit setelah
pemberitahuan siaga, petugas laboratorium datang ke IGD untuk tugas yang
diarahkan oleh dokter (mengambil sample untuk pemeriksaan laboratorium dan
melaporkan/menyerahkan ke IGD)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 108


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
c. Kode Dalam Keadaan Darurat
Kode Keadaan Hubungi telp Tindakan
Darurat Ekstensi
Blue Darurat Medis Dilakukan oleh tim darurat
medis
Yellow External Disasters 111 Unit Gizi berperan segera
/bencana dari luar (Operator) hubungi IGD atau
RS maksimal 15 menit berada
di IGD
Red Kebakaran Bertanya kepada security
(Suara terdekat dimana area yang
Burung) terbakar. Bila dekat
lakukan RACE, bila jauh
tetap waspada
Pink Penculikan anak Waspada terhadap orang
yang mencurigakan
seluruh akses ditutup oleh
Security
Black Ancaman Bom Waspada untuk bersiap
888 siap menuju ke tempat
(Security) berkumpul darurat
Green Kegagalan Bertanya kepada Security,
Utilitas bila perlu matikan utilitas
(Air, Listrik, Gas, yang berhubungan dengan
dll) kegagalan (misal
kegagalan genset/listrik
matikan peralatan listrik
yang tidak perlu/sementara
dimatikan: AC, Dispenser,
dll)

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 109


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
d. Evakuasi
Sarana evakuasi bertujuan agar para penghuni/orang yang berada dalam bangunan
mudah menyelamatkan diri atau diselamatkan ke tempat yang aman pada saat
terjadi bencana atau kebakaran. Sarana evakuasi terdiri dari:
Penerangan darurat
Denah evakuasi
Rambu penunjuk arah keluar (EXIT)
Pintu keluar darurat (EMERGENCY EXIT)
Tempat berkumpul (Muster Point)
Terdapat dua lokasi, yaitu di area parkir belakang Gedung Utama (Utara) atau
di area depan Gedung B (Barat)
Bila di Ruang Laboratorium lantai 1, tempat berkumpul darurat terdekat
adalah di Parkir Utara (belakang Gedung Utama). Untuk Ruang Laboratorium
lantai 2 tempat berkumpul terdekat adalah ke tangga darurat timur menuju
area depan Gedung B (Barat) atau melewati office dengan menggunakan
tangga darurat menuju parkir belakang Gedung Utama (Utara).
Bila perintah untuk Evakuasi diumumkan
Lakukan evakuasi darurat melalui tangga darurat, dilarang menggunakan lift
Apabila keadaan kurang memungkinkan dan berbahaya tunggu regu utama
dari tim penanganan kedaruratan Rumah Sakit Budi Asih BSD atau Dinas
Kebakaran untuk menolong anda
Pemadaman api besar dilakukan oleh regu utama dari tim penanganan
kedaruratan Rumah Sakit Budi Asih BSD dan Dinas Kebakaran
Setelah keluar dari pintu darurat ikuti rambu arah evakuasi untuk menuju ke
tempat berkumpul darurat yaitu di Parkir Utara atau Parkir Barat Gedung
Rumah Sakit Budi Asih (rambu bertuliskan Tempat Berkumpul Darurat
Kebakaran/Gempa - Muster Point).

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 110


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB XII
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU

Keterkaitan dalam upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja rumah


sakit selain pengendalian teknis juga perlu memperhatikan pengendalian administratif,
dimana salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah sistem pencatatan dan
pelaporan kecelakaan kerja , berupa :
- Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja
- Pelaporan peristiwa kecelakaan kerja
- Penyelidikan peristiwa kecelakaan kerja
- Penanggulangan peristiwa kecelakaan kerja
Pengisian formulir tersebut harus berdasarkan fakta yang sebenmya agar tidak
terjadi kesalahan dalam upaya penyelidikan dan cara penanggulangannya. Pencatatan
peristiwa kecelakaan kerja dan kondisi bahaya dilakukan dengan menggunakan formulir
yang telah disediakan di setiap unit terkait. Untuk mengetahui alur sistem pencatatan dan
pelaporan yang terjadi di masing-masing unit dapat melihat dari skema tersebut.
Dari hasil pencataan dan pelaporan peristiwa kecelakaan kerja yang diterima oleh
Komite K3 dibahas dalam rapat K3 dan dilaporkan ke Direktur.
Untuk pengandalian mutu keselamatan dan kesehatan kerja RS kedepannya akan
mengadakan audit SMK3 sebagai bentuk kepedulian terhadap pelaksanaan K3 di rumah
sakit dan bila terjadi peristiwa kecelakaan yang tergolong berat dilaporkan ke Dinas
Tenaga Kerja setempat

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 111


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
BAB XIII
PENUTUP

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di rumah sakit diperlukan agar
tenaga kerja dapat terhindar dari gangguan keselamatan dan kesehatan dalam bentuk
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Untuk itu, Buku K3 diperlukan sebagai pegangan atau pedoman dalam pelaksanaan
K3 di rumah sakit. Diharapkan dengan adanya buku pedoman ini, maka penerapan K3 di
RS dapat lebih ditingkatkan hasilnya.
Bagi karyawan, diharapkan buku pedoman ini dapat membantu mereka dalam
memahami masalah-masalah K3 di rumah sakit dan dapat melakukan upaya-upaya
antisipasi terhadap potensi bahaya yang" ada di lingkungan rumah sakit sehingga tercapai
budaya sehat dalam bekerja.
Namun, tentu saja Buku K3 ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu diperlukan
saran dari berbagai pihak demi sempurnanya buku pedoman ini.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 112


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2010. Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Depkes. 2010. Modul Pelatihan Kesehatan Kerja bagi Petugas Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Depkes. 2001.Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Depnaker. 2009. Himpunan Peraturan Perundangan - undangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Direktorat Pengawasan Norma K3.

Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit 113


Budi Asih Jakarta
Mengacu SK Direktur No. 176/SK/DIR/BSD/VII/2012

Anda mungkin juga menyukai