Anda di halaman 1dari 6

Keynote Speech

Urgensi SRGI 2013 Sebagai Sistem Referensi Tunggal dalam


Penyelenggaraan IG Nasional

Oleh

Dodi Sukmayadi
Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar,
Badan Informasi Geospasial

Assalamualaikum Wr.Wb.

Saat ini, dunia pada umumnya dan Negara Indonesia pada khususnya
mengahadapi berbagai isu yang bersifat kompleks, multi sektor dan
lintas batas. Bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus,
tsunami, tanah longsor, banjir, kebakaran hutan dan lain sebagainya
telah menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan dan menimbulkan
kerugian yang cukup besar baik harta maupun jiwa. Program prioritas
nasional yang dicanangkan oleh pemerintah seperti P3EI, P3KI, P3LI
maupun program pembangunan lainnya yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat Indonesia memerlukan sinergi positif
dari berbagai pihak yang terlibat agar program tersebut dapat
dijalankan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Serta dapat
dipergunakan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat secara menyeluruh.

Penanganan terhadap berbagai isu tersebut memerlukan informasi


geospasial yang komprehensif dan lengkap yang menjelaskan situasi
terkini yang terjadi. Problem yang muncul yaitu tidak satu

1
institusipun yang memiliki informasi geospasial secara lengkap untuk
menangani berbagai permasalahan yang terjadi sehingga berbagai
pakai atau merupakan suatu keharusan. Hal ini berarti harus dilakukan
integrasi informasi atau information sharing geospasial dari berbagai
sumber.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa informasi geospasial


diselenggarakan oleh banyak pihak, baik institusi pemerintah
termasuk pemerintah daerah maupun swasta. Informasi Geospasial
tersebut akan menjadi benar ketika tujuan dari informasi adalah untuk
kepentingan terbatas pembuat IG, maka masing-masing pihak yang
menyelenggarakannya dapat menggunakan standar dan spesifikasi
teknis sesuai dengan kebutuhannya. Namun apabila informasi
geospasial tersebut, disamping digunakan untuk kepentingan terbatas
pembuat IG juga akan digunakan bagi kepentingan nasional yang
lebih besar, maka diperlukan standar dan spesifikasi teknis yang dapat
diterima oleh pihak lain. Untuk dapat mengintegrasikan informasi
geospasial yang dihasilkan oleh berbagai pihak maka dasarnya adalah
menggunakan satu acuan yang sama (referensi tunggal) oleh seluruh
pihak yang menyelenggarakan informasi geospasial. Penggunaan
referensi tunggal dalam penyelenggaraan informasi geospasial akan
memudahkan integrasi informasi geospasial yang dihasilkan secara
akurat.

Referensi tunggal yang dimaksud terdiri atas Sistem Referensi


Geospasial Nasional dan Peta Dasar. Sistem Referensi Geospasial
merupakan suatu sistem koordinat nasional yang konsisten dan
kompatibel dengan sistem koordinat global, yang secara spesifik
menentukan lintang, bujur, tinggi, skala, gayaberat, dan orientasinya
mencakup seluruh wilayah NKRI, termasuk bagaimana nilai-nilai
koordinat tersebut berubah terhadap waktu. Dalam realisasinya sistem
referensi geospasial ini dinyatakan dalam bentuk Jaring Kontrol
Geodesi Nasional dimana setiap titik kontrol geodesi akan memiliki
nilai koordinat yang teliti baik nilai koordinat horisontal, vertikal
maupun gayaberat. Sedangkan Peta Dasar menjadi acuan dalam
penyelenggaraan IG Tematik.

2
Indonesia melalui Bakosurtanal (sebelum menjadi BIG) telah
mendefinisikan beberapa sistem referensi geospasial atau disebut juga
dengan datum geodesi untuk keperluan survei dan pemetaan atau
penyelenggaraan informasi geospasial. Datum-datum tersebut yaitu
Datum Indonesia 1974 atau Indonesian Datum 1974 disingkat ID 74.
Selanjutnya, seiring dengan perkembangan teknologi GPS, maka pada
tahun 1996 Bakosurtanal mendefinisikan datum baru untuk keperluan
survei dan pemetaan untuk menggantikan ID74, yang disebut dengan
Datum Geodesi Nasional 1995 atau disingkat dengan DGN 95. DGN
95, meskipun telah mengalami beberapa pemutakhiran, ternyata
belum memperhitungkan adanya perubahan nilai-nilai koordinat
sebagai fungsi dari waktu pada titik kontrol geodesi, akibat dari
pengaruh pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi.

Perubahan nilai koordinat terhadap waktu perlu diperhitungkan


dalam mendefinisikan sistem referensi geospasial untuk wilayah
Indonesia. Hal ini dikarenakan wilayah NKRI terletak diantara
pertemuan beberapa lempeng tektonik yang sangat dinamis dan aktif.
Beberapa lempeng tektonik tersebut diantaranya lempeng Eurasia,

3
Australia, Pacific dan Philipine. Wilayah NKRI yang terletak di
pertemuan beberapa lempeng inilah yang menyebabkan seluruh
objek-objek geospasial yang ada diatasnya termasuk titik-titik kontrol
geodesi yang membentuk Jaring Kontrol Geodesi Nasional, juga
bergerak akibat pergerakan lempeng tektonik dan deformasi kerak
bumi.

Pemutakhiran sistem referensi geospasial atau datum geodesi


merupakan suatu hal yang wajar sejalan dengan perkembangan
teknologi penentuan posisi berbasis satelit yang semakin teliti. Sistem
referensi geospasial global yang menjadi acuan seluruh negara dalam
mendefinisikan sistem referensi geospasial di negara masing-masing
juga mengalami pemutakhiran dalam kurun waktu hampir setiap 5
tahun atau lebih cepat. Pemutakhiran ini dimaksudkan untuk
mewujudkan referensi tunggal yang konsisten dalam setiap
penyelenggaraan informasi geospasial oleh berbagai negara-negara di
dunia. Sistem referensi geospasial global yang saat ini telah disepakati
oleh dunia internasional, telah memperhitungkan dinamika
pergerakan lempeng tektonik di seluruh dunia. Dalam skala nasional,
maka merupakan kewajiban masing-masing negara untuk
mendefinisikan sistem referensi geospasial nasional yang sesuai untuk
wilayah negaranya masing-masing, namun dengan tetap mengacu
kepada sistem referensi geospasial global.

Teknologi penentuan posisi berbasis satelit, seperti GPS (Global


Positioning System) dan GNSS (Global Navigation Satellite System),
saat ini telah berkembang dengan pesat sehingga memungkinkan
untuk digunakan dalam penyelenggaraan kerangka referensi geodetik
nasional yang terintegrasi dengan sistem referensi global serta mampu
memberikan ketelitian yang memadai untuk memantau pergerakan
lempeng tektonik dan deformasi kerak bumi yang berpengaruh
terhadap nilai-nilai koordinat.

Upaya untuk melakukan pemutakhiran terhadap sistem referensi


geospasial nasional tersebut telah dilakukan Indonesia. Badan
Informasi Geospasial (BIG) sebagai instansi pemerintah yang
bertugas melakukan update terhadap system referensi geospasial telah
4
meluncurkan Sistem Referensi Geospasial Indonesia pada bulan
September 2013 atau disingkat SRGI 2013. SRGI 2013 ini
memperhitungkan perubahan nilai koordinat terhadap fungsi
waktu sebagai akibat dari pengaruh pergerakan lempeng
tektonik dan deformasi kerak bumi di wilayah Indonesia. Dengan
ditetapkannya SRGI 2013 sebagai referensi tunggal dalam penentuan
posisi dan penyelenggaraan informasi geospasial nasional diharapkan
informasi geospasial yang diselenggarakan oleh banyak pihak dapat
diintegrasikan dengan mudah dan akurat sehingga dapat digunakan
sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan secara tepat terkait
berbagai aspek kehidupan bangsa yang bersifat kompleks dan lintas
batas.

Penetapan SRGI 2013 sebagai referensi tunggal dalam


penyelenggaraan informasi geospasial nasional tentunya akan
berdampak terhadap data dan informasi geospasial yang ada saat ini
maupun penyelenggaraan informasi geospasial nasional di masa
mendatang. Namun demikian, hal ini tidak perlu terlalu dirisaukan
mengingat pemutakhiran sistem referensi geospasial atau datum
geodesi merupakan suatu hal yang wajar dan perlu dilakukan. Hal
yang terpenting adalah bagaimana mengelola perubahan tersebut
sehingga seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan
informasi geospasial dapat menerima dan memahami pentingnya
penggunaan SRGI 2013 sebagai referensi tunggal dalam
penyelenggaraan informasi geospasial nasional.

Sehubungan dengan hal tersebut, BIG bekerjasama dengan Teknik


Geodesi UGM dan UNSW melaksakan Workshop SRGI2013 yang
pada garis besarnya merupakan kontribusi dalam sosialisasi Sistem
Referensi Tunggal Nasional.

Sebagai penutup, saya sampaikan bahwa terwujudnya informasi


geospasial nasional yang terintegrasi merupakan hal yang sangat
penting untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang
efisien dan efektif serta memberikan manfaat yang besar dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan hal
tersebut harus diawali dengan digunakannya referensi tunggal dalam
5
penyelenggaraan informasi geospasial oleh berbagai pihak.
Disamping itu juga diperlukan pengetahuan yang memadai dalam
mengimplementasikan SRGI2013 dalam pemetaan nasional.

Selamat mengikuti workshop, semoga kontribusi bapak/ibu sekalian


dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dalam
mewujudkan informasi geospasial yang terintegrasi. Semoga Allah
SWT membalas amal baik bapak/ibu sekalian.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai