Anda di halaman 1dari 12

KEANDALAN JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20kV

PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH MALUKU


DAN MALUKU UTARA CABANG TERNATE
Mochammad Apriyadi Hadi Sirad
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Informatika , Universitas Patria Artha
Email : apriyadi.sirat@patria-artha.ac.id

Abstrak : hal yang terpenting, karena energi listrik merupakan energi


Pelayanan dalam penyediaan tenaga listrik bagi yang dibangkitkan dan harus disalurkan melalui saluran
masyarakat (Kota Ternate) merupakan hal yang sangat distribusi.
penting, maka hal-hal yang dapat mempengaruhi keandalan
Saluran ini membawa energi listrik dari pusat tenaga
saluran distribusi perlu diperhitungkan.
listrik melalui saluran penghubung, gardu-gardu induk
Gangguan-gangguan yang terjadi pada jaringan
distribusi di Pulau Ternate banyak berupa gangguan
(substations), gardu distribusi dari tegangan 20 kV sampai
permanen, gangguan temporer, gangguan fasa RST sesaat, tegangan untuk konsumen yaitu 380/220 Volt, kenaikan
gangguan fasa ST sesaat, gangguan RS sesaat, dan Black Out dan penurunan tegangan ini dilakukan dengan
(BO), yang menyebabkan kontinuitas pelayanan saluran transformator (step up dan step down).
terganggu sampai gangguan tersebut dapat dipulihkan Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat
kembali. Dari data banyaknya gangguan /pemadaman dan dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem
data lamanya gangguan/pemadaman yang diperoleh dari distribusi merupakan hal yang paling banyak mengalami
hasil penelitian di PT.PLN (Persero) Wilayah Maluku dan
gangguan, sehingga masalah utama dalam operasi sistem
Maluku Utara Cabang Ternate untuk, maka dapat diketahui
distribusi adalah mengatasi gangguan. Jumlah gangguan
dari data yang ada bahwa banyaknya gangguan dan lamanya
gangguan tersebut terjadi serta mempunyai tingkat
dalam sistem distribusi relatif banyak dibandingkan
gangguan paling tinggi terdapat pada feeder Jambula dengan jumlah gangguan pada bagian sistem yang lain
sebanyak 452 kali gangguan dan total waktunya 48120 menit, seperti pada unit pembangkit, saluran transmisi dan
feeder Sulamadaha sebanyak 255 kali gangguan dan total transformator gardu induk.
waktunya 17310 menit, feeder Stadion sebanyak 208 kali Studi keandalan ini ialah penentuan atau perhitungan
gangguan dan total waktunya 15360 menit, feeder Pelabuhan seberapa banyak gangguan serta lamanya gangguan itu
sebanyak 206 kali gangguan dan total waktunya 15919 menit terjadi, maupun ketersedian dan seberapa baik keandalan
dan yang paling rendah terdapat pada feeder Kota sebanyak
pada sistem jaringan distribusi tersebut sehingga bisa
121 kali gangguan dan total waktunya 6833 menit.
menyalurkan listrik dengan normal. Studi keandalan ini
Nilai indeks SAIFI yang ditargetkan sebesar 17,1 pada
Jaringan Distribusi Primer 20 kV memenuhi target.Nilai
sangat penting untuk memperbaiki serta meningkatkan
indeks SAIDI yang ditargetkan sebesar 2,6 menunjukan keandalan suatu sistem pada jaringan distribusi khususnya
bahwa dari ke lima feeder hanya satu feeder yang memenuhi jaringan distribusi primer 20 kV, untuk dapat melayani
target yaitu feeder Kota. Nilai indeks Ketersediaan (ASAI) pengguna listrik pada masa yang akan datang menjadi lebih
memiliki nilai lebih besar daripada nilai ketidaktersediaan baik. Sistem keandalan pada jaringan distribusi sangat
(ASUI) yang mencapai 0,99. Hal ini menandakan besar peranannya untuk memenuhi kebutuhan tanaga
Ketersediaan daya masih tercukupi. Nilai Indeks Keandalan listrik pada setiap konsumen. Karena peranannya yang
dalam kurun waktu 1 tahun pada umumnya kurang baik
sangat penting bagi konsumen, maka penyaluran listrik
Kata kunci: Sistem Jaringan Distribusi, Konfigurasi oleh PT. PLN tidak boleh terputus selama 24 jam. Hal ini
Jaringan, Peralatan Jaringan Distribusi, Keandalan sistem akan mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi
distribusi (SAIFI, SAIDI, ASAI,ASUI). konsumen.
I. PENDAHULUAN Dilihat dari kondisi kelistrikan Kota Ternate, tuntutan
kebutuhan masyarakat akan listrik semakin meningkat
Sejalan dengan kemajuan pembangunan di era
akhir-akhir ini. Jumlah konsumsi energi yang disuplai oleh
teknologi, terutama pada peralatan jaringan distribusi yang
PT.PLN Cabang Ternate dengan beban yang dilayani
mengalami modernisasi dan otomatisasi. Sehubung dengan
sebesar 13,70 MW dapat dilihat pada tabel dibawah :
hal tersebut, bahwa untuk meningkatkan keandalan pada
sistem penyaluran tenaga listrik adalah merupakan suatu
Tabel 1.1 Jumlah Konsumsi Energi Pulau Ternate

1
PT.PLN(Persero)
Wilayah Maluku Daya (MW)
dan Maluku Utara
Jaringan Tegangan Tinggi JTT

Kapasitas PMT
17,80
Terpasang
Daya Mampu 11,20
Beban Puncak 13,70 G ardu Induk
Trafo JTM 20 kV

Defisit -2,50 S aklar TR


Sumber. PT.PLN Cabang Ternate
R el TR
Zekring TR
Untuk mengantisipasi hal ini maka diperlukan suatu
perhitungan untuk mengetahui seberapa banyak gangguan G ardu Jaringan Tegangan R endah
yang ada, ketersediaan serta seberapa baik keandalan pada D istribusi
Trafo JTR P elanggan
sistem jaringan distribusi yang mana berhubungan dengan
S am bungan
pelanggan pengguna jasa PT.PLN. R um ah
Dalam Penelitian ini penulis akan membahas
Gambar 2.1. Proses penyediaan Tenaga Listrik bagi
tentang Studi Keandalan Jaringan Distribusi Primer 20
para konsumen (Distribusi)
kV Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku dan
Maluku Utara Cabang Ternate, yang mana dianggap
2.1.1 Struktur Distribusi Tenaga Lisrik
bahwa keandalan dalam suatu sistem jaringan distribusi
a. Gardu Induk
dapat meningkatkan nilai bagi PT. PLN dan konsumen
Gardu induk berisikan ujung-ujung dari saluran
(kepentingan umum).
transmisi, transformator, peralatan proteksi, peralatan
II. LANDASAN TEORI kontrol dan pangkal saluran distribusi. Gardu induk
memberikan suplai tenaga listrik ke jaringan distribusi.
2.1 Sistem Jaringan Distribusi Tegangan yang suplai gardu induk adalah berupa tegangan
Sistem distribusi tenaga listrik adalah penyaluran menengah karena pada gardu induk, tegangan tinggi yang
energi listrik dari transmisi tenaga listrik hingga sampai diterima diturunkan terlebih dahulu ke tegangan menengah
kepada konsumen (pemakai) pada tingkat tegangan yang sebelum disalurkan ke daerah beban yang dikehendaki.
diperlukan. Jaringan distribusi pada umumnya terdiri dari Secara lebih rinci, gardu induk berfungsi sebagai :
beberapa bagian yaitu: Gardu Induk; Jaringan Distribusi 1) Mentransformasikan tenaga listrik dari tegangan
Primer; Gardu Distribusi; Jaringan Distribusi Sekunder. tinggi yang satu ke tegangan tinggi lainnya, atau ke
Untuk jaringan distribusi yang pertama adalah jaringan tegangan menengah.
tegangan menengah/primer (JTM), yang menggunakan 2) Pengukuran, pengawasan operasi serta pengaturan
tiga kawat atau empat kawat untuk tiga fasa. Jaringan dan pengamanan sistem tenaga listrik.
distribusi primer berada antara gardu induk dan b. Gardu Hubung
transformator distribusi. Gardu hubung (Switch Substation) merupakan gardu
Jaringan yang kedua adalah jaringan tegangan rendah penghubung antara gardu induk dengan gardu trafo
(JTR) dengan tegangan 380/220 Volt, dimana sebelumnya distribusi. Gardu ini tidak berisikan transformator, tetapi
tegangan tersebut ditransformasikan oleh transformator hanya perlengkapan hubung-bagi (Switcgear) dan rel-rel
distribusi dari 20 kV menjadi 380/220 Volt, jaringan ini (busbars). Gardu hubung ini terdiri dari gardu hubung
dikenal pula dengan jaringan distribusi sekunder. Jaringan spindel yang memiliki maksimum 7 unit penyulang dan
distribusi sekunder terletak antara transformator distribusi gardu hubung non-spindel yang memiliki 3 unit penyulang.
dan sambungan pelayanan (beban) menggunakan c. Gardu Distribusi
penghantar udara terbuka atau kabel dengan sistem tiga Gardu Distribusi adalah gardu yang berisikan trafo
fasa empat kawat (tiga kawat fasa dan satu kawat netral). distribusi dan merupakan daerah atau titik pertemuan antar
Dapat kita lihat pada gambar 2.1 yakni proses jaringan primer dan jaringan sekunder karena pada gardu
penyedian tenaga listrik bagi para konsumen (Distribusi). ini tegangan menengah (TM) diubah menjadi tegangan
rendah (TR)

2
d. Feeder (Penyulang) Bila pada titik beban terdapat dua alternatif saluran
Feeder (penyulang) dalam jaringan distribusi berasal lebih dari satu sumber. Jaringan ini merupakan
merupakan saluran yang menghubungkan gardu induk bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan "loop".
dengan gardu distribusi. Susunan rangkaian penyulang membentuk ring, yang
memungkinkan titik beban dilayani dari dua arah
2.1.2 Konfigurasi Jaringan Distribusi Primer
penyulang, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin,
Untuk memenuhi tingkat kontinuitas pelayanan,
serta kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi
dikenal beberapa konfigurasi jaringan distribusi primer,
tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil.
yaitu:
Bentuk loop ini ada 2 macam, yaitu:
a. Konfigurasi Radial - Bentuk open loop:
Kelebihan utama sistem ini adalah sederhana, baik Bila diperlengkapi dengan normally-open switch,
dalam pengoperasian maupun pemeliharaan serta peralatan dalam keadaan normal rangkaian selalu terbuka.
proteksinya sehingga biaya konstruksi dan operasinya - Bentuk close loop
lebih rendah dibandingkan konfigurasi lainnya, tetapi Bila diperlengkapi dengan normally-close switch, yang
sistem ini tidak cocok untuk jenis beban dengan kontinuitas dalam keadaan normal rangkaian selalu tertutup.
aliran arus yang tinggi karena kelemahan dalam Di depan dan di belakang setiap pemutus tenaga
penanganan gangguan. Pada konfigurasi radial ini apabila harus ada pemisah (PMS), yaitu sakelar yang hanya boleh
terjadi gangguan pada salah satu feeder (penyulang), maka dioperasikan (ditutup dan dibuka) dalam keadaan tidak ada
semua pelanggan yang terhubung pada feeder tersebut arus yang melaluinya, tetapi posisi pisau sakelar harus jelas
terganggu. Apabila gangguan tersebut bersifat permanen terlihat. Hal ini diperlukan berkaitan dengan masalah
dan memerlukan perbaikan terlebih dahulu sebelum dapat keselamatan kerja pada saat instalasi teganggan tinggi akan
di operasikan kembali, maka pelanggan (konsumen) yang dibebaskan dari tegangan karena akan disentuh orang.
mengalami gangguan pelayanan jumlahnya relatif banyak. c. Konfigurasi Spindel
Pada setiap feeder terdapat Ttransformator Distribusi Sistem jaringan distribusi primer Spindel adalah
(TD) yang dilengkapi dengan saklar. Transformator gabungan sistem jaringan radial dan ring. Dalam keadaan
Distribusi diletakkan didalam kota. Untuk wilayah normal semua PMT dan PMS dari setiap feeder yang
kepadatan tinggi dan jarak antara pusat beban dengan keluar dari Gardu Induk (GI) dalam keadaan terhubung,
feeder terlalu jauh perlu digunakan Gardu Hubung (GH). express feeder di Gardu Hubung (GH) dalam keadaan
Antara Gardu Induk (GI) dan Gardu Hubung (GH) terbuka.
umumnya dihubungkan oleh dua sirkuit tegangan Misalnya terjadi gangguan di titik F pada feeder A
menengah dengan relay pengaman agar bila salah satu maka PMT 1 lepas, maka tempat gangguan harus dicari dan
sirkuit terganggu masih ada satu sirkuit yang beroperasi. dilokalisir. Setelah gangguan diketahui atau diisolir yaitu
Spesifikasi dari jaringan radial ini adalah: antara Indikator I1 dan Indikator I2, maka PMS 3 dan PMS
Bentuknya sederhana. 5 dibuka kemudian PMT 1 dihubungkan lagi sehingga
Biaya investasinya relatif murah. pelayanan bagi para pelanggan normal kembali. Setelah
Kualitas pelayanan dayanya jelek, karena rugi tegangan bagian yang terganggu di titik F selesai diperbaiki maka
dan rugi daya yang terjadi pada saluran relatif besar. konfigurasi jaringan dapat dikembalikan seperti sebelum
Kontinuitas pelayanan daya tidak terjamin, sebab antara terjadi gangguan dengan menghubungkan PMS 3 dan PMS
titik sumber dan titik beban hanya ada satu alternatif 5.
saluran sehingga bila saluran tersebut mengalami Jika terjadi gangguan pada salah satu feeder, maka
gangguan, maka seluruh rangkaian sesudah titik feeder yang lain tidak mengalami pemadaman karena dapat
gangguan akan mengalami "black out" secara total. disuplay dari tempat lain melalui sebuah express feeder
b. Konfigurasi Ring yaitu saluran yang bebas atau langsung di suplay dari gardu
Sistem Konfiguarasi Ring/Lingkar (Loop) ini induk distribusi. Jenis kawat yang digunakan untuk express
secara ekonomis menguntungkan, karena pada jaringan feeder ini lebih baik jika digunakan dengan besar
terbatas hanya pada saluran yang terganggu, sedangkan penampang lebih besar dari feeder lain yang sedang
pada saluran yang lain masih dapat menyalurkan tenaga beroperasi. Jenis jaringan ini memang lebih andal dari jenis
listrik dari sumber lain dalam rangkaian yang tidak jaringan yang lain, tetapi membutuhkan biaya yang cukup
terganggu. Sehingga kontinuitas pelayanan sumber tenaga besar untuk pembuatannya.
listrik dapat terjamin dengan baik.

3
d. Konfigurasi Gugus atau Sistem Kluster
Konfigurasi Gugus atau Kluster banyak digunakan
untuk kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang
tinggi. Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus Beban,
dan penyulang cadangan. Dimana penyulang ini berfungsi
bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang
konsumen maka penyulang cadangan inilah yang
menggantikan fungsi suplai ke konsumen.
e. Konfigurasi Jaring-jaring (NET)
Merupakan gabungan dari beberapa saluran, Gambar 2.11. Tipe Konstruksi tiang 20 kV
dimana terdapat lebih satu sumber sehingga berbentuk
b. Penghantar
saluran interkoneksi. Jaringan ini berbentuk jaring-jaring,
Penghantar berfungsi sebagai penyalur arus
kombinasi antara radial dan loop. Titik beban memiliki
listrik dari trafo daya pada gardu induk ke
lebih banyak alternatif saluran/penyulang, sehingga bila
konsumen. Kebanyakan penghantar yang
salah satu penyulang terganggu, dengan segera dapat
digunakan pada sistem distribusi. Begitu juga
digantikan oleh penyulang yang lain. Dengan demikian
dengan beberapa kawat jaringan bawah tanah.
kontinuitas penyaluran daya sangat terjamin. Spesifikasi
Jaringan NET ini adalah : c. PMT
Kontinyuitas penyaluran daya paling terjamin. PMT berfungsi untuk memutuskan saluran
Kualitas tegangannya baik, rugi daya pada saluran secara keseluruhan pada tiap out put. Pemutusan
amat kecil. dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga
Dibanding dengan bentuk lain, paling flexible (luwes) secara otomatis PMT akan membuka ataupun
dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan secara manual diputuskan karena adanya
beban. pemeliharaan jaringan.
Sebelum pelaksanaannya, memerlukan koordinasi Dalam penyaluran tenaga listrik pada jaringan
perencanaan yang teliti dan rumit. distribusi diperlukan peralatan-peralatan switching
Memerlukan biaya investasi yang besar (mahal). / pemutus aliran tenaga listrik baik dalam kondisi
Memerlukan tenaga-tenaga terampil dalam berbeban maupun untuk kondisi tanpa beban.
pengoperasian nya. Makin tinggi tegangan pelayanan makin mahal
Dengan spesifikasi tersebut, bentuk ini hanya layak peralatan swiching ini, karena diperlukan teknologi
untuk melayani daerah beban yang benar-benar khusus untuk memutuskan busur api yang terjadi.
memerlukan tingkat keandalan dan kontinyuitas yang Pada jaringan distribusi peralatan switching
tinggi, antara lain: instalasi militer, pusat sarana misalnya Circuit Breaker / Pemutus Tenaga 20 kV
komunikasi dan perhubungan, rumah sakit, dan biasanya menggunakan Gas (SF6) switch atau
sebagainya. Karena bentuk ini merupakan jaringan yang Vacumm Switch, ada juga yang yang menggunakan
menghubungkan beberapa sumber, maka bentuk jaringan media udara seperti Load Break Switch (LBS) atau
NET atau jaring-jaring disebut juga jaringan interkoneksi. Pole Top Switch / Disconnecting Switch (jenis
2.2 Komponen Peralatan Jaringan Distribusi pemutus tanpa beban) pada SUTM.
Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang
memiliki peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan
guna kontruksi maupun peralatan proteksi, perlengkapan
utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:
a. Tiang
Tiang berfungsi untuk meletakkan penghantar
serta perlengkapan sistem seperti transformator,
Fuse, isolator, arrester, recloser dan sebagainya pada
SUTM. Tiang dibagi menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, Gambar 2.12. Load Break Switch 20 kV
besi dan beton sesuai dengan fungsi bawah tanah . (Media Pemutus Gas SF6)

4
d. Tansformator, Semakin lama saluran digunakan, maka akan
Tansformator berfungsi untuk menurunkan semakin banyak kemungkinan terjadinya
level tegangan sehingga sesuai dengan tegangan kerja kegagalan.
yang diinginkan. 4) Kondisi Operasi
e. Isolator Kondisi operasi yang dimaksud disini
Isolator berfungsi untuk melindungi kebocoran adalah keadaan lingkungan kerja dari suatu
arus dari penghantar ke tiang maupun ke penghantar jaringan seperti pengaruh suhu, kelembaban udara
lainnya . dan getaran yang mempengaruhi kondisi operasi.
Perlengkapan-perlengkapan diatas sangat
2.5 Parameter Keandalan
penting keberadaannya, terutama untuk peralatan
a. Angka/Laju Kegagalan
proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan
Banyaknya kegagalan yang terjadi selama
terjaminnya kontinuitas pelayanan, maka harus
selang waktu t1 sampai t2 disebut laju kegagalan
dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk
(failure rate). Ini dapat dinyatakan sebagai
mengetahui kerusakan dan keandalan dari masing-
peluang bersyarat, yaitu kegagalan-kegagalan
masing peralatan tersebut.
yang terjadi dalam selang waktu t1 dan t2, dimana
2.3 Gangguan sebelum periode t1 tidak terjadi kegagalan, dan ini
Bagi konsumen tenaga listrik, terputusnya merupakan awal dari selang.
penyediaan tenaga listrik merupakan hal yang
mengganggu aktivitas. Pada dasarnya suatu sistem
Jadi laju kegagalan ( ) adalah harga rata-
tenaga listrik harus dapat beroperasi secara terus rata dari jumlah kegagalan per satuan waktu pada
menerus secara normal, tanpa terjadi gangguan. suatu selang waktu pengamatan (T). Laju
kegagalan ini dihitung dengan satuan kegagalan
per tahun. Untuk selang waktu pengamatan
diperoleh :

Total number of failures



Total of unit test or operating times
Atau
f
...........................................(1)
T
Gambar 2.13. Contoh kerusakan pada Dimana :
penyulang/feeder akibat dari luar
Failure Rate (angka/laju kegagalan konstan )
Dalam mendefenisikan keandalan terhadap f Total number of failure ( jumlah kegagalan )
T jumlah selang waktu pengamatan (1 tahun)
gangguan-gangguan yang terjadi, ada empat faktor
yang memegang peranan penting yaitu:
1) Kemungkinan
Kemungkinan (Probability) yaitu Angka
yang menyatakan berapa kali gangguan terjadi
dalam waktu tertentu pada suatu sistem atau
saluran.
2) Bekerja Dengan Baik
Bekerja Dengan Baik (Performance)
menunjukan kriteria kontinuitas suatu salauran
sistem penyaluran tenaga listrik tanpa mengalami Gambar 2.14. Laju Kegagalan Sebagai
gangguan. Fungsi Waktu
3) Periode Waktu
Periode waktu adalah lama suatu saluran Laju kegagalan ini merupakan fungsi dari
bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya. waktu atau umum dari sistem saluran selama

5
beroperasi. Fungsi waktu ini dapat dilihat pada berhenti total).
gambar 2.14. Dari gambar diatas laju kegagalan
Untuk menghitung lama gangguan
dibagi dalam tiga selang waktu yaitu:
rata-rata (Average Annual Outage Time):
1) Selang Waktu Kegagalan Awal
Pada selang waktu kegagalan awal (De
Bugging) ini laju kegagalan akan menurun
U
t .....................................(2)
dengan cepat sesuai bertambahnya waktu. T
Kegagalan pada daerah ini disebabkan oleh
kesalahan dalam perencanaan dan pembuatan Dimana :
jaringan serta pemasangan saluran.
U = Average Annual Outage Time/lama gangguan rata - rata
2) Selang waktu Kegagalan Normal t Total number of time ( jam)
Pada selang waktu kegagalan normal T jumlah selang waktu pengamatan (1 tahun)
(Normal Operating or Useful Life), daerah ini
besarnya laju kegagalan dapat dianggap tetap. c. Waktu perbaikan
Hal ini disebabkan sistem atau saluran siap Waktu perbaikan merupakan jumlah
beroperasi dengan mantap. Sehingga waktu keseluruhan yang digunakan, dari mulai
kemungkinan terjadi kegagalan adalah sama terjadinya kegagalan hingga perbaikan atau
pada setiap waktu. Laju kegagalan pada daerah hingga dapat bekerja kembali secara normal.
ini tidak teratur disebabkan oleh tekanan yang d. Indeks Gangguan
tiba-tiba diluar kekuatan sistem atau saluran Indeks keandalan yang telah di
yang telah direncanakan. perhitungkan kembali menggunakan konsep
3) Selang Waktu Kegagalan Akhir klasik adalah laju kegagalan rata-rata, lamanya
Selang waktu kegagalan akhir (Wear-Out), gangguan rata-rata dan waktu kegagalan
pada daerah ini bertambah besar dengan tahunan.
bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan karena 1. Keandalan Sistem Distribusi
bertambahnya umur sistem atau saluran, yang Bila laju kegagalan konstan, maka nilai
mana kegagalan ini dapat ditanggulangi dengan keandalan hanya tergantung pada waktu t. dari
mengadakan pemeliharaan (maintenance). persamaan diatas terlihat hubungan antara
Bertambahnya umur peralatan atau sistem maka keandalan dan waktu dimana penurunan
berkurang pula tingkat keandalan peralatan atau keandalan akan terjadi secara eksponensial
sistem tersebut, yang mengakibatkan sering terhadap waktu seperti di tunjukkan pada
terjadinya kegagalan. Pada umumnya kegagalan gambar 2.15
karena ketuaan ini jarang terjadi. Karena
sebelum peralatan mencapai perioda ini,
biasanya sudah dilakukan penggantian atau
peremajaan pada peralatan tersebut mengingat
pemakaian dianggap tidak ekonomis lagi.
b. Lama kegagalan
Bila perbaikan tiap kegagalan tidak segera
dilakukan, maka dapat dianggap bahwa waktu
perbaikan adalah waktu dimana sistem atau Gambar 2.15. Kurva keandalan versus umur.
peralatan listrik tidak dapat beroperasi secara
normal, dikarenakan adanya kegagalan. Waktu Bila gangguan (ketidakandalan) suatu
perbaikan ini meliputi: komponen selama suatu waktu Adalah F(t),
1) Mencari peralatan yang rusak maka keandalan komponen dapat dinyatakan
2) Menganalisis sebab kegagalan dengan R(t) = 1 F(t). Dengan demikian,
3) Testing peralatan sebelum dioperasikan persamaan keandalan sebagai fungsi waktu dan
kembali laju kegagalan adalah fungsi waktu dinyatakan
4) Selang waktu antara saat dimulainya operasi oleh persamaan:
hingga sistem bekerja normal (bila pabrik

6
R(t) = e - t .. (7) waktu selama 1 tahun.
Dimana: jumlah jam pelanggan terpenuhi
ASAI
R(t) = Keandalan jumlah jam seharusnya
e = Fugsi eksponensial
= Laju Kegagalan (kali/jam) N i 8760 U i N i .......................(5)

t = Waktu dalam tahun (365 hari) N i 8760
a. System Avarage Interruption Frequency Index Dimana: 8760 adalah jumlah jam dalam 1
(SAIFI) tahun
SAIFI merupakan suatu indeks yang d. Avarage Service Availability (unvailability)
menyatakan banyaknya gangguan (pemadaman) Index (ASUI)
yang terjadi dalam selang waktu tertentu (1 ASUI merupakan indeks yang menyatakan
tahun) pada pelanggan dalam suatu sistem ketidakmampuan untuk
secara keseluruhan. menyediakan/menyuplai suatu sistem dalam
Jumlah gangguan pelanggan keadaan dan dalam jangka waktu selama1
SAIFI tahun. Dimana ASUI merupakan hasil selisih
Jumlah pelanggan
dari ASAI.
i N i .................................(3) ASUI 1 ASAI
.(6)
N
2.6 Pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi
Dimana : Dalam mengoperasikan sistem jaringan

i = Laju kegagalan unit distribusi, ada 4 hal pokok yang perlu menjadi
perhatian adalah :
N i = Banyak pelanggan pada suatu titik a. Realibility / Keandalan

N = Jumlah total pelanggan keseluruhan Merupakan ukuran keandalan suatu


jaringan, yang dimaksud dengan keandalan
b. System Avarage Interruption Duration Index jaringan adalah besarnya keberhasilan
(SAIDI) operasi dari suatu jaringan untuk bekerja
SAIDI merupakan suatu indeks yang sesuai dengan fungsinya, untuk perioda
menyatakan lamanya gangguan (pemadaman) tertentu selama masa operasinya, pada
yang terjadi dalam selang waktu tertentu (1 kondisi operasi tertentu.
tahun) pada pelanggan dalam suatu sistem Indikator reliability suatu sistem
secara keseluruhan. distribusi dinyatakan dalam SAIFI (System
Average Interruption Frequency Index) dan
jumlah durasi gangguan pelanggan SAIDI (System Interruption Duration Index).
SAIDI
jumlah pelanggan
b. Contuinity / Kontinuitas
U i Ni ..................................(4) Kontinuitas pelayanan yang merupakan

N salah satu unsur dari mutu pelayanan
Dimana : tergantung pada macam sarana penyalur,
peralatan pengaman dan juga keandalan
U i = Lama gangguan rata-rata
peralatannya.
Ni = Banyak pelanggan pada suatu titik Sarana penyalur, jaringan distribusi

N = Jumlah total pelanggan keseluruhan


mempunyai tingkat kontinuitas yang
tergantung pada susunan saluran dan cara
c. Avarage Service Availability Index (ASAI) pengaturan operasi serta pemeliharaannya,
ASAI merupakan indeks yang menyatakan yang pada hakekatnya direncanakan dan
kemampuan untuk menyediakan/menyuplai dipilih untuk memenuhi kebutuhan serta sifat
suatu sistem dalam keadaan dan dalam jangka beban.

7
Umumnya jaringan distribusi luar kota 5. Feeder Pelabuhan Perikanan
(Pedesaan) dan kota yang kecil terdiri dari Jenis data yang diambil dalam penelitian ini
SUTM dengan cara pelayanan radial dan adalah data-data sebagai berikut :
dimungkinkan padam berjam-jam, yaitu 1. Data realisasi dan target kinerja SAIDI & SAIFI
waktu yang diperlukan untuk mencari dan tiap feeder tahun 2009.
memperbaiki kerusakan karena gangguan. 2. Banyak pemadaman/gangguan rata-rata pertahun.
c. Quality / Kualitas : 3. Data lamanya gangguan pada feeder / penyulang
Fungsi dari sistem jaringan distribusi pada jaringan distribusi khususnya di Kota Ternate.
adalah menyalurkan dan mendistribusikan 4. Gambar single line diagram kelistrikan 20kV Kota
tenaga listrik dari pusat suplai, dalam hal ini Ternate.
dapat dari Gardu Induk atau Pusat pembangkit Untuk melakukan perhitungan indeks-indeks
ke pusat-pusat / kelompok beban (Gardu keandalan dalam sistem distribusi yaitu SAIFI, SAIDI,
Transformator / Distribusi dan komponen, dan Ketersediaan dibutuhkan data-data banyaknya
dengan mutu yang memadai). laju kegagalan rata-rata, lamanya gangguan rata-rata
Ada beberapa aspek yang perlu pertahun dan jumlah pelanggan dalam satu area
diperhatikan dalam pendistribusian tenaga terjadinya gangguan serta jumlah total pelanggan.
listrik yaitu : Variasi frekuensi, Variasi
tegangan, Kelip (fliker), Hilang tegangan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
sekejap, Keseimbangan tegangan, Harmoniks. 4.1 Deskripsi Data
Pada Bab ini dilakukan perhitungan nilai-
d. Flexibility
nilai indeks jaringan sistem distribusi primer 20
Dalam mengoperasikan jaringan
kVdari data-data yang telah diperoleh sebelumnya,
diperlukan fleksibilitas operasi yaitu sampai
dapat dilihat pada tabel dibawah :
sejauh mana alternatif-alternatif suplai tenaga
listrik, kemampuan daya penghantar dan Tabel 4.1. Jumlah Konsumsi Energi Pulau Ternate
kemampuan peralatan serta kemudahan PT.PLN (Persero) Wilayah
maneuver beban antar feeder / penyulang Maluku dan Maluku Utara Daya (MW)
dalam satu gardu induk ataupun dari gardu Cabang Ternate
induk lain. Kapasitas Terpasang 17,80

III. METODELOGI PENELITIAN Daya Mampu 11,20


Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Sesuai Beban Puncak 13,70
dengan bentuknya, penelitian ini bertujuan untuk
mencoba melakukan pengkajian terhadap data-data Defisit -2,50
teknis yang terjadi pada saluran distribusi 20 kV Sumber. PT.PLN Cabang Ternate
khususnya di Kota Ternate. Data-data yang telah
Berikut ini jumlah pelanggan jasa PT. PLN Cabang
didapatkan selanjutnya dihitung untuk mendapatkan
Ternate untuk masing-masing Feeder.
nilai-nilai indeks yang diinginkan, yaitu SAIFI,
N = N1 + N 2 + N 3 + N 4 + N 5
SAIDI, Ketersediaan dan Keandalan dengan
= Feeder Jambula + Feeder Stadion + Feeder
menggunakan rumus-rumus yang tertera sebelumnya,
Sulamadaha + Feeder Kota + Feeder
kemudian hasilnya dibandingkan dengan
Pelabuhan
target/ketetapan PLN Cabang Ternate.
= 6213 + 4427 + 8743 + 3416 +4225
Objek penelitian ini adalah saluran distribusi 20
= 27.024 pelanggan
kV khususnya PLN Cabang Ternate yang melayani
lima feeder, yaitu antara lain :
1. Feeder Jambula
2. Feeder Stadion
3. Feeder Sulamadaha
4. Feeder Kota

8
Tabel 4.2. Banyak Padam/Gangguan pada feeder
Penyulang/ Jumlah Banyaknya Padam / Gangguan (kali) Total Banyak
No.
Feeder Pelanggan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES Gangguan
1 Jambula 6213 62 75 19 24 42 51 54 19 38 15 43 10 452
2 Stadion 4427 45 20 11 10 23 40 8 31 9 1 7 3 208
3 Sulamadaha 8743 28 35 6 4 32 39 33 25 20 3 19 11 255
4 KOTA 3416 28 13 2 7 31 13 17 5 1 2 1 1 121
5 Pelabuhan 4225 21 23 4 10 13 26 25 24 20 4 22 14 206
Total 27024 184 166 42 55 141 169 137 104 88 25 92 39 1242
Sumber PT. PLN Cabang Ternate

Tabel 4.3. Lamanya gangguan pada Feeder


Lama Padam / Gangguan (Menit) Total
Penyulang/ Jumlah
No. Lama
Feeder Pelanggan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES Gangguan

1 Jambula 6213 3540 3033 3240 3000 3408 3504 4212 5580 5853 3582 5385 3783 48120

2 Stadion 4427 2586 1884 1464 1287 1356 2406 360 1506 987 48 1206 270 15360

3 Sulamadaha 8743 1581 1125 894 618 1599 1902 2013 1650 1482 1122 2163 1161 17310

4 KOTA 3416 2391 1803 297 321 795 420 435 189 23 59 50 50 6833

5 Pelabuhan 4225 1593 1104 903 624 1602 1938 1938 1662 1275 808 1380 1092 15919
Total 27024 11691 8949 6798 5850 8760 10170 8958 10587 9620 5619 10184 6356 103542
Sumber PT. PLN Cabang Ternate

9
10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari grafik diatas terlihat pada feeder Kota
memiliki nilai SAIFI yang paling kecil yaitu 1,274 yang
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat dilihat nilai
menandakan pada feeder tersebut sedikit mengalami
indeks yang diperoleh untuk membandingkan masing-
terjadinya gangguan (pemadaman). Hal ini menandakan
masing Feeder. Dapat dilihat pada tabel. 4.4 sebagai berikut:
bahwa feeder Kota memiliki nilai SAIFI yang paling
Tabel 4.4. Nilai Indeks PT. PLN.(Persero) Cabang baik dari empat feeder lainnya pada jaringan distribusi
primer, diikuti oleh feeder Pelabuhan 2,684; feeder
Stadion 2,839; feeder Sulamadaha 6,875; dan feeder
Jambula 8,659. Artinya feeder Kota memiliki sistem
yang lebih handal (sedikit mengalami gangguan)
dibandingkan empat feeder lainnya yang mengalami
gangguan lebih banyak. Untuk feeder Jambula memiliki
nilai SAIFI yang paling tinggi dari feeder-feeder lainnya
yaitu 8,659 tetapi masih dalam batas target PT.PLN, ini
menandakan pada feeder tersebut banyak mengalami
gangguan (pemadaman) dalam satu tahun.
Keterangan : xxx = paling besar
xxx = paling kecil 4.2 Perbandingan Nilai SAIDI
Nilai SAIDI yang merupakan target dari PT. PLN
4.1 Perbandingan Nilai SAIFI (Persero) Cabang Ternate untuk tiap-tiap feeder adalah
Nilai SAIFI yang merupakan target dari PT. PLN 2.6. Berikut ini nilai SAIDI untuk tiap-tiap feeder :
(Persero) Cabang Ternate untuk tiap-tiap feeder adalah 1. Jambula : 15,365 jam / pelanggan / tahun
17,1. Berikut ini nilai SAIFI untuk tiap-tiap feeder : 2. Stadion : 3,495 jam / pelanggan / tahun
1. Jambula : 8,659 gangguan / pelanggan / tahun 3. Sulamadaha : 7,778 jam / pelanggan / tahun
2. Stadion : 2,839 gangguan / pelanggan / tahun 4. Kota : 1,119 jam / pelanggan / tahun
3.Sulamadaha : 6,875 gangguan / pelanggan / tahun 5. Pelabuhan : 3,456 jam / pelanggan / tahun
4. Kota : 1,274 gangguan / pelanggan / tahun
Berdasarkan nilai diatas dapat diketahui bahwa
5. Pelabuhan : 2,684 gangguan / pelanggan / tahun
hanya nilai SAIDI untuk feeder Kota yang masih berada
Berdasarkan dari nilai diatas dapat dianalisa pada batas nilai yang ditargetkan oleh PT. PLN (Persero)
bahwa nilai SAIFI untuk tiap-tiap feeder masih berada Cabang Ternate, sedangkan empat feeder lainnya yaitu
pada batas nilai yang telah ditargetkan oleh PT.PLN. feeder Jambula, feeder Stadion, feeder Sulamadaha dan
feeder Pelabuhan yang tidak berada pada batas nilai
yang ditargetkan.

Gambar 4.1. Grafik Nilai SAIFI Untuk tiap-tiap Feeder


Gambar 4.2. Grafik Nilai SAIDI Untuk tiap-tiap Feeder
Dari grafik diatas terlihat pada feeder Kota
11

memiliki nilai SAIDI paling kecil yaitu 1,119 yang


berarti bahwa pada feeder tersebut mengalami
pemadaman dalam jangka waktu yang singkat. Hal Ini
menandakan feeder Kota memiliki nilai SAIDI yang
paling baik, diikuti oleh feeder Pelabuhan 3,456; feeder
Stadion 3,495; feeder Sulamadaha 7,778; dan feeder
Jambula 15,365;. Artinya feeder Kota memiliki kinerja
sistem yang lebih baik dibandingkan empat feeder
lainnya, sehingga hanya mengalami pemadaman dalam
jangka waktu yang lebih singkat. Untuk feeder Jambula
memiliki nilai SAIDI yang paling tinggi dari feeder-
feeder lainnya yaitu 15,365 dan melebihi batas target, ini Gambar 4.3. Grafik Nilai ASAI dan ASUI Masing-
menandakan pada feeder tersebut mengalami Masing Feeder
pemadaman dalam jangka waktu yang lebih lebih lama
dalam satu tahun. 4.4 Perbandingan Nilai Keandalan (Reliability)
Berdasarkan nilai kendalan yang di dapat dari
4.3 Perbandingan Nilai ASAI dan ASUI hasil analisa bahwa untuk keandalan masing-masing
Berikut ini adalah nilai ASAI dan ASUI untuk feeder berbeda sesuai dengan banyaknya gangguan dan
tiap-tiap feeder: lamanya gangguan tersebut tejadi.
1. Jambula : 17,77 %
Tabel 4.5. Nilai ASAI dan ASUI 2. Stadion : 47,53%
Feeder / Nilai Indeks 3. Sulamadaha : 40,03%
No
Penyulang ASAI ASUI 4. Kota : 65,34%
1 Jambula 0,966815 0,033185 5. Pelabuhan : 47,82%
2 Stadion 0,985134 0,014866
3 Sulamadaha 0,991517 0,008483
4 Kota 0,991429 0,008571
5 Pelabuhan 0,983857 0,016143

Pada tabel diatas terlihat nilai ASAI yaitu indeks


yang menyatakan ketersediaan pelayanan lebih besar
dibandingkan dengan ASUI yang menyatakan indeks
ketidaktersediaan dalam satu tahun, untuk feeder
Jambula 0,966815 / 0,033185; feeder Stadion 0,985134
/ 0,014866; feeder Sulamadaha 0,991517 / 0,008483;
feeder Kota 0,991429 / 0,008571; dan feeder Pelabuhan
0,983857 / 0,016143. Sehingga untuk feeder Gambar 4.4. Grafik Nilai Indeks Keandalan Masing-
Sulamadaha dan feeder Kota terlihat nilai Masing Feeder
ketersediaannya mencapai angka 0.99 yakni mendekati
Dari gambar 4.4 grafik keandalan terlihat nilai
1. Ini menandakan bahwa ketersediaan pada sistem
keandalan masing-masing feeder yang sesuai dengan
distribusi 20kV di PT. PLN (Persero) Cabang Ternate
tingkat keandalannya dengan memasukkan nilai
memiliki ketersediaan yang baik dibandingkan dengan
keandalan selama 365 hari (1 Tahun) sehingga dapat
ketidaktersediaan (Masih Tercukupi).
terjadi secara eksponensial terhadap waktu. Tingkat
keandalan Dalam kurun waktu 1 tahun, pada feeder Kota
memiliki keandalan yang sangat baik yakni 65,34% dan
12

diikuti oleh feeder Pelabuhan 47,82%, feeder Stadion 3. Nilai indeks Ketersediaan (ASAI) memiliki nilai
47,53% dan feeder Sulamadaha 40,03%, sedangkan nilai lebih besar daripada nilai ketidaktersediaan (ASUI)
keandalan yang paling kecil atau paling buruk adalah yang mencapai 0,99. Hal ini menandakan
pada feeder Jambula 17,77%. Ini menandakan bahwa Ketersediaan daya masih tercukupi.
keandalan sistem distribusi 20 kV pada PT. PLN 4. Nilai Indeks Keandalan dalam kurun waktu 1 tahun
(Persero) Cabang Ternate selama setahun pada pada umumnya kurang baik
umumnya kurang baik.
V.2 Saran
4.5 Analisis Penyebab Perbedaan Nilai Indeks. Berdasarkan data gangguan yang diperoleh,
Berdasarkan hasil yang didapat sebelumnya maka untuk mengurangi terjadinya gangguan dapat
diperoleh bahwa feeder Kota memiliki nilai indeks yang dilakukan rekonfigurasi jaringan agar satu feeder tidak
lebih baik dibandingkan dengan feeder lainnya, selain mencakup banyak trafo.
dari faktor data sebelumnya dapat disimpulkan faktor Penelitian dan perhitungan ini hanya
lain yang menyebabkan perbedaan nilai indeks di antara berdasarkan faktor banyak dan lamanya gangguan
feeder ini yaitu panjang pendeknya jalur suatu feeder, terjadi, sehingga nantinya dapat dicari faktor-faktor lain
dimana dengan semakin panjangnya jalur suatu feeder yang mempengaruhi indeks keandalan dari suatu sistem
maka kemungkinan terjadinya gangguan/kegagalan akan jaringan distribusi.
semakin besar dibandingkan dengan feeder yang
DAFTAR PUSTAKA
jalurnya lebih pendek. Ini terlihat pada feeder Kota yang
memiliki jalur lebih pendek dibandingkan feeder
1. Brown, Richard. E. 2009, Electric Power Distribution
lainnya. Kemudian juga dilihat dari ketersediaan daya
Reliability Second Edition, CRC Press, Taylor &
yang ada juga sangat mempengaruhi pendistribusian
Francis Group. New York.
energi listrik kepada konsumen. Dimana kerusakan serta
2. Djiteng, Marsudi. 2007, Operasi Sistem Tenaga Listrik,
usia dari komponen peralatan distribusi tersebut sangat
Balai Penerbit dan Humas ISTN. Jakarta
mempengaruhi.
3. Hadi, Ir. Abdul. 1986 Sistem Distribusi Daya Listrik,
Ada beberapa tindakan yang nantinya diharapkan
Jakarta: Penerbit Erlangga.
dapat mengurangi tingkat kegagalan atau gangguan yang
4. Hutauruk. M.Sc, Prof. Ir. T.S, Transmisi Daya Listrik,
terjadi pada jaringan distribusi energi listrik yakni antara
Penerbit Erlangga. Jakarta
lain:
5. Kadir, Abdul. 1998, Transmisi Tenaga Listrik, , Penerbit
a. Melakukan perawatan terhadap rele, sehingga
Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta
nantinya rele dapat bekerja dengan baik.
6. PT.PLN (Persero), 2005, Operasi Jaringan Distribusi,
b. Melakukan perawatan terhadap PMT.
Diktat, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Jakarta.
c. Melakukan rekonfigurasi Feeder/Penyulang.
7. Short, T. A. 2006, Distribution Reliability and Power
Quality, CRC Press, Taylor & Francis Group. New
V. PENUTUP
York.
5.1 Kesimpulan 8. Suhadi, 2008, Teknik Distribusi Tenaga Listrik,
Dari hasil perhitungan dan analisa indeks Depdiknas, Penerbit Direktorat Pembinaan Sekolah
keandalan sistem distribusi pada PT. PLN (Persero) Menengah Kejuruan.
Wilayah Maluku dan Maluku Utara Cabang Ternate, 9. Wibowo, Suryawan Adi. 2007, Analisis Ketersediaan
maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: daya dan Keandalan Sistem Jaringan Distribusi di
1. Nilai indeks SAIFI yang ditargetkan sebesar 17,1 Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang,
pada Jaringan Distribusi Primer 20 kV memenuhi Skripsi tidak diterbitkan. FTE-UNES. Semarang.
target.
2. Nilai indeks SAIDI yang ditargetkan sebesar 2,6
menunjukan bahwa dari ke lima feeder hanya satu
feeder yang memenuhi target yaitu feeder Kota.

Anda mungkin juga menyukai