Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi karena mengandung
semua zat gizi dalam jumlah dan komposisi yang ideal yang dibutuhkan oleh bayi untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal, terutama pada umur 0 sampai 6 bulan. ASI
merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat ,
seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin,mineral, dan obat
(Prasetyono, 2009).

Berdasarkan SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tentang pemberian Air Susu


Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia tanggal 7 April 2004 telah ditetapkan
rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut
dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal,
bayi harus diberi ASI eksklusif selama enam bulan pertama (Baskoro, 2008 : 24).

Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, diantaranya adalahnya


kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya pemberian ASI secara eksklusif,
pelayanan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program Peningkatan
Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI), gencarnya promosi susu formula, tingkat pendidikan ibu,
status pekerjaan, dll.

Pemberian ASI eksklusif cenderung menurun di berbagai negara berkembang


termasuk Indonesia, menurut data dari SKDI (Survei Kesehatan dan Demografi Indonesi)
tahun 2002-2003 cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada bayi usia 4-5 bulan sebesar 14%,
lebih rendah dibandingkan dengan target cakupan ASI eksklusif di Indonesia sebesar 80%.
Berbagai kendala yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya
ibu bekerja, pengetahuan ibu, budaya di masyarakat dan kurang informatifnya petugas
kesehatan dalam mempromosikan ASI (Prasetyono, 2009).
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di dunia masih rendah. Berdasarkan data dari
United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2012 hanya 39% bayi di bawah usia 6
bulan yang mendapatkan ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif di seluruh dunia, angka tersebut
juga tidak mengalami kenaikan pada tahun 2015, yaitu hanya 40% keberhasilan pemberian
ASI eksklusif di seluruh dunia. Cina yang merupakan salah satu negara dengan jumlah
populasi penduduk yang cukup besar di dunia hanya memiliki angka keberhasilan ASI
eksklusif sebesar 28%. Data lain menyebutkan Kamboja berhasil meningkatkan angka
pemberian ASI eksklusif untuk anak di bawah usia 6 bulan secara drastis dari 11,7% pada
tahun 2000 menjadi 74% pada tahun 2010. Negara lain yaitu Tunisia memberikan kabar
buruk dalam kurun waktu satu dekade terakhir, dimana persentase pemberian ASI eksklusif
mengalami penurunan sangat drastis dari 45,6% turun menjadi 6,2%. Sedangkan negara-
negara yang menduduki posisi 3 angka pemberian ASI ekslusif terendah dunia menurut data
dari UNICEF antara lain Somalia, Chad, dan Afrika Selatan.

Saat ini, pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat rendah, padahal ASI
eksklusif memiliki manfaat yang besar bagi ibu maupun bayi. Manfaat bagi ibu salah satunya
untuk menurunkan resiko kanker payudara serta sebagai alat kontrasepsi alamiah sedangkan
bagi bayi ASI mengandung nutrisi yang optimal, meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
bayi (Rosita, 2008). Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 angka cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada bayi umur 4-5 bulan hanya 27 %.
Angka cakupan tersebut masih sangat rendah namun setidaknya telah mengalami peningkatan
dibandingkan dengan hasil SDKI 2007 yaitu 17 % (SDKI, 2012).

Menurut Handayani salah satu hal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
adalah pengetahuan. Pengetahuan tentang pentingnya pemberian ASI belum dipahami secara
tepat dan benar oleh ibu dan keluarga, atau lingkungannya. Kekeliriuan persepsi tentang susu
formula, serta kurangnya pembekalan pengetahuan dari petugas kesehatan dapat
menyebabkan ibu memutuskan untuk tidak menyusui. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yesica, dkk (2013), yang mengatakan bahwa dari 78 responden, 17,8%
responden yang memiliki pengetahuan baik memberikan ASI eksklusif, sedangkan 98,7%
responden yang memiliki pengetahuan rendah tidak memberikan ASI eksklusif.
Menurut penelitian Februhartanty (2008) menyatakan bahwa kegagalan ASI eksklusif
adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan
faktor pemungkin penting yang menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak
difasilitasi melalui IMD. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan pengalaman
ibu sangat penting dalam menentukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini sesuai
dengan teori Though and Feeling yang dikemukakan oleh WHO (2007), dalam Notoatmodjo
(2010) bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena empat
alasan pokok, yaitu pemikiran dan perasaan yang terdiri dari pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayan, orang penting sebagai referensi, sumber-sumber daya dan budaya. Pada beberapa
daerah di Indonesia, pemberian ASI Eksklusif pada Ibu bekerja juga belum begitu baik.
Penelitian Wibowo, Februhartanti, Fahmida dan Roshita di Kota Depok tahun 2008,
menemukan prevalensi pemberian ASI Eksklusif Ibu Bekerja (4,8%) jauh lebih rendah
dibandingkan Ibu yang tidak bekerja (16,6%), sehingga prevalensi pemberian ASI Eksklusif
secara umum di Kota Depok hanya 11,9% (n = 421).
Dari penelitian terhadap 900 ibu menyusui di sekitar Jakarta, Bogor, Tanggerang, dan
Bekasi diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya
sekitar 5%, padahal 98% ibu ibu tersebut menyusui. Penelitian tersebut juga menyatakan
bahwa 37,9% dari ibu ibu tersebut tidak pernah mendengar informasi khusus tentang ASI,
sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif (Roesli,
2007). Selain di wilayah tersebut, di kelurahan Fajar Bulan Kabupaten Lampung Barat
sebagian besar profesi ibu ibu adalah sebagai petani dan buruh. Sebagian lainnya berprofesi
sebagai PNS, wiraswasta (Pekon Fajar Bulan, 2012).
Rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi
bayi mengakibatkan program pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal.
Rendahnya tingkat pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif dikarenakan kurangnya
informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan
manfaat yang terkandung dalam ASI. Seorang ibu yang memiliki pendidikan yang lebih
tingga kemungkinan pengetahuan dan wawasannya pun akan semakin luas, termasuk juga
pengetahuan dan wawasan dalam masalah pemenuhan gizi yang baik bagi bayi atau balitanya
(Prasetyono, 2009).
Berdasarkan survei awal, pengetahuan ibu ibu yang memiliki bayi mengenai ASI
eksklusif masih cukup rendah. Mereka menganggap bahwa pemberian ASI eksklusif
bukanlah pemberian ASI secara berturut-turut selama 6 bulan, melainkan dapat ditambahkan
dengan pemberian cairan dan makanan padat tambahan seperti jeruk, madu, air teh, susu
formula, pisang dan biskuit. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu berpengaruh dalam praktek menyusui. Semakin tinggi tingkat pendidikan
ibu, pengetahuan ibu semakin baik. Hal ini akan memberi kecenderungan ibu dalam bersikap
dengan memberikan yang terbaik bagi bayi yaitu dengan memberikan ASI eksklusif. Oleh
sebab itu, perlu dipelajari dan dianalisi faktor faktor penyebab rendahnya pemberian ASI
eksklusif terutama yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu. Sehingga diharapkan,
hal tersebut dapat memberikan masukan dan kesadaran bagi petugas gizi dan kesehatan
dalam meningkatkan penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu dan
dapat dijadikan perencanaan dan evaluasi program perbaikan gizi serta memenuhi target
nasional pemberian ASI eksklusif.
Pemilihan lokasi yang kami pilih berada di puskesmas cinere , hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian sebelumnya pada tahun 2008 , proporsi cakupan pemberian ASI
Eksklusif di Depok hanya mencapai 11,9%.
Dengan Demikian, kami perlu melakukan penelitian dengan judul Hubungan
Pengetahuan dengan Pemberian Asi Eksklusif di kota Depok.

1.2 Rumusan Masalah


Air Susu Ibu merupakan sumber utama makanan nutrisi bayi yang cukup akan zat gizi
didalamnya. Dimana terkandung zat gizi dengan jumlah dan komposisi ideal yang dibutuhkan
pada bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan secara optimal ketika berumur 0-6 bln ,
serta mempunyai sistem imun yang baik. Disamping itu ASI mengandung zat anti infeksi
untuk terhindar dari penyakit sehingga sistem kekebalan tubuh terjaga. Pemberian ASI
Ekslusif jika kurang dalam pemberian dampaknya dapat rentan kejadian Kurang Energi
Protein pada bayi , dikarenakan dengan pemberian ASI Eksklusif yang rendah maka adanya
peluang pemberian susu formula atau pengganti ASI dengan MPASI terlalu dini maka akan
menyebabkan terjadinya diare yang menerus dapat terjadi KEP ( kekurangan energi protein ).
ASI Eksklusif adalah pada hanya diberi ASI saja pada bayi selama 6 bulan penuh
tanpa adanya pemberian tambahan makanan cair lainnya seperti ,susu formula , air, teh ,
madu serta makanan padat seperti pisang, jeruk,dll. Pemberian ASI eksklusif pada bayi umur
0 sampai 6 bulan sangat dianjurkan serta memberikan makanan pendamping ASI ( MPASI )
secara benar.
Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif yaitu
diantaranya , kurangnya tingkat pengetahuan dan kesadaran ibu terhadap pentingnya
pemberian ASI Eksklusif , pelayanan dan petugas kesehatan ( kader ) yang belum memahami
dan mendukung program sepenuhnya dalam meningkatkan program penggunaan Air Susu
Ibu (PP-ASI) , maraknya susu formula , tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan , dll.

Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI Ekslusif ?
(analisis univariat)
2. Bagaimana gambaran status pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI Ekslusif ?
(analisis univariat)
3. Bagaimana gambaran pemberian pemberian ASI Ekslusif ? (analisis univariat)
4. Apakah adanya hubungan tingkat pengetahuan dan status pekerjaan ibu menyusui
terhadap ASI Eksklusif ? (analisis bivariat)

Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum : untuk menilai adanya hubungan pengetahuan dan status pekerjaan
ibu menyusui dengan pemberian ASI Ekslusif di wilayah limo, di Puskesmas Cinere
pada tahun 2017 .
B. Tujuan Khusus :
1. Untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif.(variabel bebas)
2. Untuk memperoleh gambaran status pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI
Eksklusif.(variabel bebas)
3. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan status pekerjaan ibu
menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.
Manfaat Penelitian
A. Manfaat Praktisi
a. Bagi Kader Kesehatan (intansi )
Menjadi sebagai motivasi untuk lebih efektif dalam memberikan
penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif agar masyarakat
mempunyai pengetahuan yang luas.
b. Bagi Peneliti
Dapat melanjutkan penelitian dengan variabel berbeda tentang
pemberian ASI Eksklusif sehingga menambah wawasan bagi keilmuwan
dalam pemberian ASI Eksklusif serta pengetahuan dan pengalaman dalam
merancang dan melaksanakan penelitian ilmiah di bidang gizi dan kesehatan
masyarakat.
c. Bagi Peneliti Lain
Dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian lebih lanjut di masa yang
akan datang dalam memperluas lagi pengetahuan tentang hubungan tingkat
pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif.
d. Bagi Responden
Sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya
pemberian ASI Eksklusif. Sebagai responden dapat mengetahui lebih jelas
manfaat ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi.

B. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan serta bahan perbandingan bagi
peneliti selanjutnya.
Penelitian yang telah dilaksanakan diharapkan dapat digunakan sebagai sumber
informasi, dan pengembangan ilmu. Untuk mengembangkan ke ilmuan.

Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian ini akan dilakukan di
Puskesmas Cinere Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kecamatan Pancoran MAS Kota Depok
Jawa Barat. Pada orang tua anak yang berumur dari 6-12 bulan, penelitian dilaksanakan pada
bulan februari tahun 2017. Pada angka proporsi ASI Eksklusif dari beberapa penelitian di
daerah Depok hanya mencapai 11,9%. Hal ini menjadi alasan penulis untuk melakukan
penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai