Anda di halaman 1dari 8

DIFTERI

A. Defenisi
Difteri adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium difteriae ( Mansjoer Arif, 2000)
Difteri adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang sangat menular dan
berbahaya terutama menyerang saluran pernapasan atas (Keperawatan Anak
Untuk Sisiwa Perawat, hal 154)
Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama saluran nafas bagian
atas dengan tanda khas berupa pseudo membran dan dilepaskannya oksitosin yang
dapat menimbulkan gejala umum dan lokal. Penularan umumnya melalui udara,
berupa infeksi droplet, selain itu dapat melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi. Masa tunasnya 2-7 hari (Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2
hal 430)

B. Etiologi
Corynebacterium diteriae, bakteri gram positif (+), sifat basilnya
membentuk pseudo membran yang sukar diangkat, mudah berdarah dan berwaran
putih kelabu yang meliputi daerah yang terserang. Eksotoksin yang sangat ganas
ini dapat meracuni jaringan terutama pada otot jantung, ginjal dan syaraf. Kuman
ini dapat mati pada suhu 60C selama 10 menit.

C. Patofisiologi
Bakteri corynebacterium difteri masuk melalui saluran pernafasan atas
menyababkan infeksi ringan, sedang bahkan berat. Pada infeksi ringan akan
menyebabkan demam dan nyeri telan yang mengakibatkan perubahan pola nafas
sehingga terjadi gangguan nutrisi yang akan menyebabkan ganguan pola aktivitas.
Pada infeksi sedang, penderita akan demam dan setelah itu terjadi edema
laring. Karena adanya edema laring maka akan mengakibatkan pola pernafasan tidak

1
efektif dan cyanosis. Infeksi berat juga akan menyebabkan demam dan sumbatan jalan
nafas, sumbatan jalan nafas ini akan menyebabkan hipoksia.

D. Patoflowdiagram

Corynebacterium difteriae

Masuk melalui saluran nafas

Infeksi ringan Infeksi sedang Infeksi berat

Demam
Demam Demam
Edema laring
Nyeri menelan Sumbatan jalan napas
Pola pernafasan tak efektif

Perubahan pola napas Cyanosis Hipoksia

Gangguan nutrisi: hipoksia Operasi trakeostomi

Gangguan pola aktivitas Resti infeksi luka operasi


Gangguan rasa nyaman; nyeri

E. Cara Penularan
Melalui percikan air ludah penderita, melalui benda-benda atau makanan
terkontaminasi.

F. Gejala Klinik
Masa tunas 2-7 hari. Gejala umum dmam, lesu, pucat, nyeri kepala,
anoreksi dan lemah. Gejala khususnya; pilek atau difteri hidung, nyeri menelan
atau difteri faring dan tonsil, sesak nafas, serak dan stridor inspirator atau difteri
laring dan trakea.

2
G. Klasifikasi Difteri Menurut Lokasinya
Nasal difteri yaitu menyerang sekitar hidung yang merupakan infeksi primer.
Pseudo membran dapat meluas pada faring.
Faucial difteri yaitu menyerang tonsil, faring, adenoid dan cepat meluas
sampai laring.
Laring trakeal difteri yaitu sering terjadi karena perluasan membran dari
faucial difteri merupakan jenis yang terberat.
Kutaneus dan vaginal yaitu difteri yang sering menyerang pada daerah vagina
dan perineum.
(Dra. Suryana, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC, 1996)

H. Komplikasi
Pada alat pernafasan yaitu obstruksi jalan nafas, bronkopneumonia dan
ataletaksis.
Pada alat jantung yaitu miokarditis yang ditimbulkan oleh toksin.
Pada alat ginjal yaitu nefritis.
Pada sistem susunan syaraf yaitu paralisis palatum mole (kesukaran menelan)
dan paralisis otot mata.

I. Prognosis
Menurut Nelson, kematian akibat difteri antara 3-5% tergatung pada:
Usia (makin muda usia penderita makin buruk prognosisnya).
Lokasi, cepat atau lambat pemberian anti toksin, keadaan umum penderita cth:
gizi buruk, kurang dari jumlah dan ganasnya kuman.

J. Pencegahan
Isolasi penderita
Imunisasi
Pengobatan karier

3
K. Pemeriksaan Penunjang
Leukosit
Pemeriksaan asupan tenggarokan

L. Pengobatan
Pemberian ADS (anti difteri serum) sebanyak 20000 unit x 1 hari selama 2 hari
pemberian.
Pemberian antibiotik dan kortiko steroid uantuk mengurangi edema pada laring
dan mencegah komplikasi miokarditis.

M. Penatalaksanaan
Penderita biasanya dirawat 3-4 minggu di rumah sakit. Perawatan pada
penderita difteri ini bertujuan untuk memecahkan masalah perawatan yang
dihadapinya baik fisik, psikis ataupun sosialnya. Masalah perawatan yang timbul
biasanya: kurangnya suplai O2 (pernapasan), nutrisi atau makanan, higien personal
serta rasa nyaman. Penderita diajurkan tirah baring total guna mencegah
penularan, komplikasi ke jantung.

N. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1:
Gangguan pola nafas tak efektif b/d peningkatan produksi sekret
a. Tujuan : Jalan nafas efektif
b. Kriteria hasil : Pernafasan 40-60 x/mnt
c. Intervensi :
1) Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels,
ronki.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya
bunyi nafas adventius, mis; penyebaran, krekels basah (bronkitis);

4
bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak ada
bunyi nafas (asma berat).

2) Kaji/ pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio aspirasi/ekspirasi.


Rasional: Takipnea biasanya berada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau selama sters/adanya proses
infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibandingkan inspirasi.

3) Kaji pasien untuk posisi nyaman, mis; peninggian kepala tampat tidur,
duduk pada sandaran tempat tidur.
Rasional: peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan
distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk
bernafas. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain
membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat
ekspansi dada.

4) Dorong/ bantu klien latihan nafas abdomen atau bibir.


Rasional: memberikan pasien beberapa cara unutk mengatasi dan
mengontrol disapnea dan menurunkan jebakan udara.

5) Observasi karakteristik batuk, mis; menetap, batuk pendek, basah.


Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
Rasional: batuk dapat menetap tapi tidak efektif, khususnya bila
pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada
posisi duduk tinggi atau kepala dibawah setelah perkusi dada.

Diagnosa 2:
Gangguan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nyeri telan

5
a. Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat.
b. Kriteria evaluasi : BB dalam batas normal
c. Intervensi :
1) kaji kebiasaan diet masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan
makan, evaluasi BB dan ujuran tubuh.
Rasional: pasien distres pernafasan akut sering anorexia karena
disapnea. Produksi sputum dan obat, selain itu banyak pasien
PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan
nafas menyebabkan status hiper metabolik dengan peningkatan
kebutuhan kalori. Sebagai akibat, pasien sering masuk rumah sakit
dengan beberapa derajat malnutrisi. Orang yang mengalami
emfisema sering kurus dengan perototan kurang.

2) Auskultasi bunyi usus


Rasional: penurunan/hipoaktif bising usus menunjukan penurunan
motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang
berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makan
buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.

3) Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan.


Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional: membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan
dan memberika kesempatan untuk meningkatkanmasukan kalori
total.

4) Timbang berat badan sesuai indikasi.


Rasional: berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun
tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Catatan: penurunan berat badan dapat berlanjut, meskipun
masukan adekuat sesuai teratasinya edema.

6
5) Konsul ahli gizi.nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan
yang mudah dicerna, secara nutrisi seimbang, mis; nutrisi tambahan
oral/selang, nutrisi parenteral (rujukke OK: Dukungan Nutrisi Total,
hal.1039).
Rasional: merode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada
situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal
dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi.

Diagnosa 3:
Hipertermi b/d proses penyakit
a. Tujuan : suhu dalam batas normal
b. Kriteria hasil : suhu 36-37,5 C
c. Intervensi :
1) Pantau suhu pasien, (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaforesis.
Rasional: suhu 38,9-41,1 C menunjukan proses penyakit infeksius akut.
Pola demam dapat membantu dalam diagnosis, mis; kurva demam lanjut
berakhir lebih dari 24 jam menunjukan pneumonia pneukokal, demam
skarlet atau tifoid; demam remiten (bervariasi hanya beberapa derajat pada
arah tertentu) menunjukan infeksi paru; kurva intermiten atau demam yang
kembali normal sekali dalam periode 24 jam menunjukan episode septik,
endokarditis septik, atau TB. Menggigil sering melalui puncak suhu.
Catatan: penggunaan antipiretik mengubah pola demam dan dapat dibatasi
sampai diagnosis dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,9 C.

2) Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan lienan tempat tidur, sesuai


indikasi.
Rasional: suhu ruangan/jumlah selimut yang harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati batas normal.

7
3) Berikan kompres mandi hangat; hindari pengunaan alkohol.
Rasional: dapat membantu menngurangi demam. Catatan: penggunaan air
es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara
aktual. Selain itu, alkohol dapat mengeringkan kulit.
4) Berikan antipiretik, misalnya ASA (Aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus, meskipun mungkin demam dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari
sel-sel terinfeksi.

5) Berikan selimut pendingin.


Rasional: digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari
39,5-40 C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak.

O. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Difteri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri
corynobacterium difteriae yang dapat menular melalui udara, berupa infeksi
droplet, benda, makanan yang terkontaminasi. Apabila ditemukan penderita
difteri maka yang harus kita lakukan adalah pengobatan dan penatalaksanaan,
pencegahan dan meminimalkan komplikasi.

2. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, kita sebagai seorang perawat
mampu menangani pasien dengan penyakit difteri. Baik upaya pencegahan
ataupun pengobatan sehingga penyembuhan pada pasien dengan difteri.

Anda mungkin juga menyukai