PENDAHULUAN
BABA II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Kedelai
1. Kedelai kuning
Kedelai kuning. Kedelai yang kulitnya berwarna kuning, putih, atau hijau. Apabila
dipotong melintang akan memperlihatkan warna kuning pada irisan keping bijinya.
Kedelai kuning biasanya dijadikan tempe.
2. Kedelai hitam
Kedelai hitam. Kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam. Kedelai hitam mengandung
antisianin. Antisianin sangat potensial mencegah proses oksidasi yang terjadi
secara dini dan menimbulkan penyakit degeneratif.
3. Edamame
Edamame, yang sekarang sedang naik daun. Edamame terbukti mengandung isoflavon
tertinggi dibandingkan jenis kedelai lain. Kandungan protein edamame mencapai 36%,
jauh lebih tinggi dibanding olahan kedelai lain.
Daur hidup
Laba-laba jantan menggoyangkan kaki depan untuk merayu betina. Setelah kawin,
betina membuat sarung dari sutera dan meletakkan telur didalamnya. Ia menjaga
sarung itu sampai anak laba- laba keluar dan dapat pergi sendiri. Laba- laba tidak
mengalami metamorfosa
Agen pengendalian hayati Sebagai bagian kompleks komunitas dalam ekosistem setiap
spesies serangga termasuk serangga hama dapat diserang oleh atau menyerang
organisme lain. Bagi serangga yang diserang organisme penyerang disebut musuh
alami. Secara ekologi istilah tersebut kurang tepat karena adanya musuh alami
tidak tentu merugikan kehidupan serangga terserang. Hampir semua kelompok organisme
dapat berfungsi sebagai musuh alami serangga hama termasuk kelompok vertebrata,
nematoda, jasad renik, invertebrata di luar serangga. Kelompok musuh alami yang
paling penting adalah dari golongan serangga sendiri.
Gejala serangan
Hama ini bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag)dan stadium yang
membahayakan adalah larva.
Larva menyerang seluruh bagian tanaman, terutama daun-daunnya sehingga menjadi
rusak tidak beraturan.
a. Peri kehidupan
Ulat jengkal, Chrysodeixis chalcites Esp. (Lepidoptera, Noctuidae) berwarna hijau
dan bergerak seperti menjengkal. Ulat tua memiliki ciri khas, yakni adanya tungkai
palsu sebanyak tiga pasang dan garis lateral berwarna pucat sebanyak tiga pasang
yang membujur dari mesonotum hingga ujung abdomen. Tubuh ulat menyempit pada bagian
apikal dengan kepala kecil. Tubuh ulat ini apabiia direntangkan, panjangnya 3 cm.
Stadium ulat terdiri atas lima instar, umur ulat berlangsung selama 14-19 hari
dengan rerata 16,2 hari (14).
Kepompong berwarna hijau muda yang berangsur-angsur menjadi putih-kecoklatan.
Kepompong dibentuk di daun, ditutupi oleh rumah kepompong (kokon). Stadium
kepompong berlangsung selama 6-11 hari dengan rerata 6,8 hari (14). Stadium ngengat
berlangsung selama 5 12 hari dengan rerata 8,5. Ngengat meletakkan telur pada
umur 4 12 hari. Produksi telur mencapai 1250 butir per ekor ngengat betina. Telur
diletakkan secara individual di permukaan bawah helaian daun. St pada umur 4 12
hari. Stadium telur berlangsung selama 3 - 4 hari dengan rerata 3,2 hari (14). Daur
hidup ulat jengkal dari tetur hingga ngengat bertelur berlangsung selama 30 hari.
Pengendalian:
Dengan memamfaatkan parasitoid, predator atau musuh alami lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan
dasar ekologi terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan
keseimbangan ekosistem.Sesuai dengan konsepsi dasar Pengendalian Hama Terrpadu
pengendalian hayati memegang peranan yang menentukan karena semua usaha teknik
pengendalian yang lain secara bersama ditujukan untuk mempertahankan dan memperkuat
berfungsinya musuh alami sehingga populasi hama tetap berada di bawah aras ekonomik
Dibandingkan dengan teknik-teknik pengendalian yang lain terutama pestisida kimia,
pengendalian hayati memiliki tiga keuntungan utama yaitu permanen, aman, dan
ekonomi
3.2 Saran
Sebaiknya kita dapat menjaga keanekaragaman hayati tanaman kedelai, karena dengan
begitu dapat memamfaatkan musuh alami maka lingkungan akan terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2011. http://pakreatif.blogspot.com/2011/03/mikroorganisma-patogen.html
Di akses tanggal 20 November 2011
Basukriadi, Adi. 2005. Buku Materi Pokok: Pengendalian Hayati. Jakarta : Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka