PEMBAHASAN
b. Organ Internal
- Vagina
2
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang
ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior
vagina mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding
posteriornya 9 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai
saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus, dan kotoran
menstruasi, sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat
persalinan.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan : Lapisan epitel gepeng
berlapis : pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan akan
merembes melalui epitel untuk memberikan kelembaban, Jaringan
kolektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik, Jaringan otot
polos berserabut longitudinal dan sirkuler, Lapisan luar jaringan ikat
fibrosa berwarna putih.
Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempat
servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan
melingkar yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat
bagian: fornik posterior, anterior dan dua buah fernik latera.
- Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh
peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang
gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul
antara kandung kemih di anterior dan rectum posterior.
Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10
cmpada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan
antara 50-70 gram sedangkan pada yang belum pernah melahirkan
beratnya 80 gram atau lebih.
Uterus terdiri atas:
1) Fundus uteri
Merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba
falopi berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui
sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan
dapat di perkirakan dengan perabaan fundus uteri.
2) Korpus uteri
3
Merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus
uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa.
Mempunyai fungsi utama sebagai perkembangan janin.
3) Servik uteri
Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus,
terletak di bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot polos
namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan
elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi
mengeluarkan secret yang kental dan lengket dari kanalis
servikalis. Jika saluran kelenjar servik tersumbat dapat berbentuk
kista, retensi berdiameter beberapa millimeter yang disebut
sebagai folikel nabothian.
4
servik otot hanya merupakan 10% dari massa jaringan. Selama
masa kehamilan terutama melalui proses hipertrofi, miometrium
sangat membesar, namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada
otot servik.
3) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral
Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis
dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya.
5
Uterus diberi darah oleh arteri uterine sinistra at dextra yang
terdiri dari istmus asenden dan desenden. Pembuluh darah yang lain
yang memperdarahi uterus adalah arteri ovarica sinistra at dextra.
Inversasi uterus terdiri atas system saraf simpatis, parasimpatis dan
serebrospinal. Yang dari system parasimpatis ini berada dalam panggul
di sebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2, 3, dan 4.
Dan selanjutnya memasuki pleksus frankenhauser. Yang dari system
simpatis masuk ke dalam rongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus
melalui biforkasio aorta dan promontorium terus ke bawah dan menuju
pleksus frankenhauser. Serabut saraf tersebut memberi inervasi pada
miometrium dan endometrium. Kedua system simpatik dan prasimpatik
mengandung unsure sensorik dan motorik. Simpatik menimbulkan
kontraksi dan vasokonstriksi sedangkan parasimpatik mencegah
kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi.
- Tuba Falopi
Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan
ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-14 cm,
tuba tertutup oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane
mukosa.
Tuba falopi terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang terdapat di
dinding uterus), Pars Ismika (merupakan bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya), Pars Ampularis (bagian yang terbentuk agak lebar,
tempat konsepsi terjadi), Pars Infudibulum (bagian ujung tuba yang
terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting
artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan kemudian menyalurkan
ke dalam tuba).
6
- Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri
dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang
oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan
sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan
mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi
penggumpalan darah pada ruang folikel.
Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum,
Memproduksi hormone estrogen, Memproduksi hormone
progesterone.
7
banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf, bagian luar
bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel yaitu kantong-
kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum.
3. Etiologi
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga
pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya
sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi
berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini.
Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah
terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga
8
kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting
dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan
tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
a. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi
kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka
pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi sel-sel tumor.
b. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting
dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada
hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel
kanker ovarium.
4. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua
tumor ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi
lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira
separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor
predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti
oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan
samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga
perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala,
terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari
pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor
tersebut.
a. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa
menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat
sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat
9
mengakibatkan konstipasi, edema, tumor yang besar dapat
mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.
b. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid
kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
c. Akibat Komplikasi
1) Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit,
kalau tidak sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan
terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.
2) Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan
melalui ligamentum infundibulo pelvikum terhadap
peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.
3) Infeksi pada tumor: Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di
dekat tumor ada tumor kuman patogen seperti appendicitis,
divertikalitis, atau salpingitis akut
4) Robekan dinding kista: Robekan pada kista disertai
hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan dapat
sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa nyeri
terus menerus.
5) Perubahan keganasan: Dapat terjadi pada beberapa kista
jinak, sehingga setelah tumor diangkat perlu dilakukan
pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan (Wiknjosastro,1999).
10
menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak,
obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai
penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).
5. Manifestasi Klinis
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama.
Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
a) Stadium Awal
- Gangguan haid
- Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
- Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
- Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
- Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah
panggul)
- Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau
peningkatan pertumbuhan rambut)
b) Stadium Lanjut
- Asites
- Penyebaran ke omentum (lemak perut)
- Perut membuncit
- Kembung dan mual
- Gangguan nafsu makan
- Gangguan BAB dan BAK
- Sesak nafas
- Dyspepsi
6. Tahapan kanker
Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002) :
- Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium
- Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan perluas pelvis
11
- Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro
peritoneal positif
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a. Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi
langsung ke struktur-struktur yang berdekatan pada abdomen dan
panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui cairan
peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
b. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas
melalui saluran limfe menuju pleura.
8. Konsep Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-
sel kanker (Hidayat, 2008) :
a. Prinsip Kerja Obat Kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang
digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker
yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker
tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika
hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat
12
prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini
disebut Kemoresisten.
1) Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1Obat golongan Alkylating agent, platinum
Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obst golongsn ini
bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel,
sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada
molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis
DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid,
dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin,
sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja
dengan menghambat sintesis protein, sehingga timbul
hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker
tersebut.
b. Pola Pemberian Kemoterapi
1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan
massa tumor atau jumlah sel kanker, contoh pada tomur
ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada
keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut
juga dengan pengobatan penyelamatan.
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain
seperti pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk
memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau
metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada
tumor ganas, diberikan pada kanker yang bersifat
kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo-Adjuvan
13
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan
/tindakan yang lain seperti pembedahan atau penyinaran
kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya
adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar
sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
c. Cara pemberian obat kemoterapi
1) Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini,
dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat
pula per drip IV sekitar 30 120 menit, atau dengan
continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya
lebih akurat tetesannya.
2) Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk
memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor
cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.
3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan
sebelum radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi,
jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil,
Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4) Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat
Leukeran, Alkeran, Myleran, Natulan, Puri-netol,
hydrea, Tegafur, Xeloda, Gleevec.
5) Subkutan dan intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan,
biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering dihindari
karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga
sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6) Topikal\
7) Intra arterial Intracavity
8) Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites
hemoragis yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen,
antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu
14
diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan
sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan
produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak ,
contohnya Bleocin.
d. Tujuan Pemberian Kemoterapi
1) Pengobatan
2) Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki
kualitas hidup.
4) Mengurangi komplikasi akibat metastase.
e. Persiapan dan syarat kemoterapi
- Persiapan
Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan yang meliputi:
a) Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
b) Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
c) Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance
Test bila serim creatinin meningkat.
d) Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
e) EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
- Syarat
a) Keadaan umum cukup baik.
b) Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan
terjadi, informed concent.
c) Faal ginjal dan hati baik.
d) Diagnosis patologik
e) Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
f) Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.
g) Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10
gram %, leukosit > 5000 /mm, trombosit > 150 000/mm.
f. Efek samping kemoterapi
Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1) Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24
jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
15
2) Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects ) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis.
3) Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati.
4) Effek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul
dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat,
dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek
samping yang timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan
dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga
mempunyai pengaruh bermakna.
9. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan
ditentukan oleh insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah
yang lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi
korpus uteri.
b. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar
getah lambung, untuk mendukung pembedahan.
17
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk
penanganan tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika
telah digunakan termasuk agens alkylating seperti itu
(cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx
/ metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).
e. Penanganan lanjut
1) Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2
bulan sekali
2) Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4
bulan
3) Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
4) Seterusnya tiap 1 tahun sekali
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
18
menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual).
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi missal, darah pada feses, nyeri
pada defekasi.
5. Makanan / cairan
Anoreksia, mual/muntah.
6. Neurosensori
7. Nyeri / kenyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
19
10. Seksualitas
Intervensi :
20
5) Evaluasi sadarai terapi tertentu, misal : pembedahan, radiasi,
kemoterapi
6) Kolaborasi : Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan
pasien dan dokter berikan analgetik
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d status
hipermetabolik, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress
emosional, keletihan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan
KH :
1) BB stabil, tidak terdapat tanda malnutrisi
2) Pengungkapan pemohonan pengaruh individual pada masukan
adekuat
3) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang
nafsu makan, peningkatan nafsu makan
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan setiap hari
2) Ukur BB, TB, dan ketebalan kulit trisep
3) Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient dengan
masukan cairan adekuat, dorong penggunaan supplement dan
makan sedikit tapi sering
4) Kontrol faktor lingkungan, hindari terlalu manis, berlemak atau
pedas
5) Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia
6) Kolaborasi : tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
c. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan
sekunder dan imunosupresi, malunutrisi, proses penyakit kronis
Tujuan : Tidak terjadi infeksi atau infeksi terhindar dengan
KH :
1) Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk
mencegah / mengurangi resiko infeksi
2) Tetap tidak demam dan mencapai pemulihan tepat pada waktunya
21
Intervensi :
1) Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik, batasi pengunjung
yang mengalami infeksi tempatkan pada isolasi sesuai indikasi
2) Tekankan hygiene personal
3) Pantau suhu
4) Kaji adanya tanda-tanda infeksi
5) Tingkatkan istirahat adekuat / periode latihan
6) Kolaborasi : Laboratorium : Jumlah granulosit dan trombosit sesuai
batas normal
7) Dapatkan kultur sesuai indikasi
8) Berikan antibiotik
22