Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN PELAYANAN

HEMODIALISA

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) makin meningkat dari tahun ke tahun.
Penyakit lain sebagai penyebab PGK seperti hipertensi, diabetes mellitus,
glomerulonefritis kronik, penyakit obstruksi-infeksi seperti batu ginjal dll juga cendering
meningkat dari waktu ke waktu. Data tahun 2004 menunjukkan bahwa hipertensi
menduduki peringkat ke 3 penyakit utama di Indonesia sedangkan Diabetes mellitus
pada peringkat ke 7.
Penyakit ginjal kronik merupakan masalah besar di Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah tindakan hemodialisis yang dilakukan di RS milik DepKes dan Pemda
sepanjang tahun 2005sebanyak 125.441. Data semester I tahun 2006 dari PT Askes
menyebutkan bahwa hemodialisis merupakan tindakan rawat jalan yang paling banyak
dibiayai dengan besaran dana sekitar 4,3 milyar rupiah.
Kondisi di RS PKU Muhammadiyah juga tidak jauh berbeda. Peningkatan jumlah
penderita penyakit ginjal kronik semakin meningkat dari waktu ke waktu. Tindakan
Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah merupakan yang tertinggi di seluruh provinsi
DIY. Sejak tahun 2010 terdapat eskitar 1500-an tindakan sebulan dilakukan di unit
hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Melihat jumlahnya tindakan hemodialisa yang begitu besar dan kecenderungan ke
depan banyaknya jumlah pasien yang memerlukan heodialisa maka perlu diperhatikan
aspek kualitas pelayanan unit hemodialisa. Peningkatan kualitas tersebut dapat dilakukan
dengan mengatur tata laksana serta manajemen pelayanan hemodialisa. Untuk itu
diperlukan pedoman sebagai acuan dalam pelaksanaan dan manajemen pelayanan
hemodialisa yang lebih baik.

B. Tujuan Pedoman
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kualitas pelayanan pasien gagal ginjal melalui pedoman pelayanan
hemodialisa yang berorientasi pada keselamatan pasien.
b. Tujuan Khusus :
1. Memberi acuan manajemen dan pelayanan hemodialisa
2. Memberi acuan tugas poko dan kompetensi setiap tenaga yang terlibat dalam
pelayanan hemodialisa
3. Memberi acuan bagi standar fasilitas yang diperlukan dalam pelayanan
hemodialisa

C. Ruang Lingkup pelayanan


Pelayanan yang diberikan oleh unit hemodialisa terdiri dari pelayanan hemodialisa
(pengganti fungsi ginjal) dan pelayanan administrasi untuk pasien dengan pembiayaan
pihak ketiga.
D. Batasan Operasional
1. Hemodialisa adalah suatu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat khusus
dengan tujuan mengatasi gejalan dan tanda akibat laju filtrasi glomerulus yang rendah
sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup
pasien.
2. Unit hemodialisa adalah tempat pelayanan hemodialisis yang terdiri dari minimal 4
mesin dialisis, didukung dengan unit pemurnian air (water treatment) dan peralatan
pendukung serta mempunyai tenaga medis, minimal terdiri dari 2 perawat mahir HD,
1 dokter bersertifikat HD, yang diawasi oleh 1 orang dokter internis bersertifikat HD
dan disupervisi oleh 1 orang internis konsultan ginjal hipertensi (KGH).
3. UPHDIRS adalah Upaya Pelayanan Hemodialisa di Dalam Institusi RS

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek kedokteran
2. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. PerMenKes No 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit
6. PerMenKes No 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan Medik
7. PerMenKes No 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medik
8. Pedoman Pelayanan Hemodialisis di Sarana Pelayanan Kesehatan, Dirjen Yanmed,
Tahun 2008
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


a. Ketenagaan pelayanan hemodialisa terdiri dari :
1. Tenaga medis (Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Hipertensi, Spesialis
Penyakit Dalam bersertifikat HD, dokter umum bersertifikat HD)
2. Perawat (perawat supervisor, perawat mahir HD, perawat biasa)
3. Pekarya
b. Kualifikasi dan Kompetensi :
1. Kepala Instalasi/ Penanggung Jawab Hemodialisa :
Dokter Sp.PD-KGH atau Sp.PD bersertifikat HD di pusat pendidikan yang
diakreditasi dan diakui oleh PB PERNEFRI
Kompeten sebagai supervisor/penanggung jawab/dokter pelaksana
hemodialisa
2. Dokter Pelaksana
Seorang dokter umum yang telah mendapat pelatihan dialisi di Pusat Pelatihan
Dialisis yang telah diakreditasi dan diakui oleh PERNEFRI
Bertugas sebagai dokter pelaksana hemodialisa
3. Perawat Mahir
Perawat D3/S1 yang telah mendapatkan pendidikan khusus dialisis dan
perawat ginjal intensif di Pusat Pelatihan Dialisis yang diakuai oleh
PERNEFRI
Bertugas sebagai perawat pelaksana hemodialisis
4. Perawat Vocasional
Seorang perawat lulusan D3/S1
Bertugas melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien ginjal kronik dan
membantu tugas perawat mahir
5. Pekarya/ Teknisi
Pendidikan minimal SMA/SMK dengan pelatihan khusus mesin dialisis
Tugas :
a. Menyiapkan mesin dan perlengkapannya
b. Menjalankan dan merawat mesin dialisis dan pengolah air
c. Bekerjasama dengan teknisi suplier mesin dialisis dalam maintenance
berkala dan kalibrasi
B. Distribusi ketenagaan
Jumlah tenaga yang ideal berdasarkan jenis tenaga, sebagai berikut :
NO JENIS TENAGA JUMLAH
1. Penanggung jawab : dokter Sp.PD-KGH 1 orang
2. Internist/Sp.PD bersertifikat HD 2 orang
3. Perawat Mahir HD 9 orang
4. Perawat Biasa -
5. Teknisi/pekarya 1 orang
Jumlah 13 orang

C. Pengaturan Jaga
NO JENIS TENAGA SHIFT SHIFT SHIFT
PAGI SIANG MALAM
1. Penanggung jawab : dokter Sp.PD-KGH - 1 1 (On Call)
2. Internist/Sp.PD bersertifikat HD 2
3. Perawat Mahir HD 5 4 On call
4. Perawat Biasa - - -
5. Teknisi/pekarya 1 - -
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan Hemodialisa

B. Standar Fasilitas

1. Persyaratan Minimal Bangunan dan Prasarana


a. Ruangan Hemodialisa
Sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas untuk 4 mesin
Ratio mesin dan luas ruangan adalah 1 : 8 m2
Setiap ruangan mempunyai wastafel untuk cuci tangan
b. Ruangan Pemeriksaan/Konsultasi
c. Ruangan dokter
d. Ruangan Perawat
e. Ruangan Reuse
f. Ruangan Pengolahan Air
g. Ruangn Sterilisasi Alat
h. Ruangan Penyimpanan Obat
i. Ruangan Administrasi pendaftaran pasien dan Pimpinan
j. Ruangan penunjang non medik (gudang, pantry, tempat cuci)
k. Ruangan tunggu keluarga pasien
l. Toilet yang terpisah antara toliet petugas, pasien dan penunggu pasien
m. Spoelhok
Seluruh ruangan harus memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan, ventilasi,
penerangan dan mempunyai sistem keselamatan kerja dan kebakaran.
Mesin hemodialisis yang dipergunakan untuk memberikan pelayanan harus secara
berkala dikalibrasi sesuai ketentuan yang berlaku
Mempunyai fasilitas listrik dan penyediaan air bersih (water treatment) yang
memnuhi persyaratan kesehatan.
Mempunyai sarana untuk mengolah limbah dan pembuangan sampah sesuai
peraturan yang berlaku (septic tank besar/rujukan limbah padat infeksius)
Tiap unit hemodialisis sangat dianjrkan memiliki fasilitas akses internet untuk dapat
mengirimkan laporn ke PERNEFRI
2. Persyaratan Minimal Peralatan
Unit hemodialisis RS PKU Muhammadiyah memiliki peralatan sebagai berikut :
a. Mesin Hemodialisa sejumlah 26 mesin
b. Tempat tidur pasien dan kursi
c. Peralatan medik standar : stetoskop, tensimeter, timbangan badan dengan
jumlah sesuai kebutuhan
d. Peralatan resusitasi jantung paru sekurang-kurangnya ambu viva
e. Nurse call system
f. Peralatan pengolahan air yang memnuhi standar AAMI (Association for The
Advancement of Medical Instrumentation)
g. Peralatan Sterilisasi alat medis
h. Generator listrik berkapasitas : 26 mesin x 1800 watt = 46800 watt.
i. Peralatan pemadam kebakaran
j. Peralatan komunikasi eksternal (telepon dan fax)
k. ATK
l. Peralatan mengelola limbah dan sampah
m. Perlengkapan dan peralatan lain
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Konsep Pelayanan Hemodialisa


1. Dilakukan secara komprehensif
2. Pelayanan dilakukan sesuai standar
3. Peralatan yang tersedia harus memenuhi ketentuan
4. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik
5. Harus ada sistem monitoring dan evaluasi

B. Prosedur pelayanan Hemodialisa


a. Tindakan inisiasi hemodialisa (HD pertama) dilakukan setelah melalui pemeriksaan/
konsultasi dengan konsultan atau dokter spesialis penyakit dalam yang telah
bersertifikat HD
b. Setiap tindakan hemodialisis terdiri dari :
Persiapan pelaksanaan hemodialisa : 30 menit
Pelaksanaan hemodialisa : 4 jam
Evaluasi pasca hemodialisa : 30 menit

Sehingga untuk tiap pelaksanaan hemodialisa diperlukan waktu mulai dari persiapan
sampai dengan waktu pasca hemodialisa minimal 5 jam

c. Harus memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan memperhatikan hak pasien
termasuk membuat informed consent.

C. Alur Pasien dalam Pelayanan Hemodialisa (terlampir)


Pasien hemodialisis RS dapat berasal dari :
1. Instalasi rawat jalan
2. Instalasi Rawat Inap termasuk ruang rawat intensif
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Rujukan dari RS/Institusi kesehatan lain

D. Sistem Pembiayaan
1. Biaya sendiri
2. Asuransi : PT Askes, Askes sukarela, Asuransi kesehatan perusahaan lain
3. Tanggungan perusahaan : Pertamina, Aneka Tambang, PLN, KAI dll
4. Jamkesmas, Jamkesda, Jamkesos dll

E. Pola Tarif
1. Tarif konsul dokter
2. Tarif tindakan
3. Jasa medik
4. Jasa rumah sakit
5. Obat, bahan medis habis pakai dan alkes

F. Sistem Rujukan
1. Konsep rujukan adalah sebagai upaya pelimpahan tanggung jawab dan wewenang
secara timbal balik untuk mencapai pelayanan kesehatan yang paripurna.
2. Sistem rujukan dalam pelayanan hemodialisis diperlukan sebagai tempat konsultasi
pasien hemodialisis yang memiliki masalah akut dan kronik
3. Rujukan dapat bersifat vertikal maupun horizontal sesuai fungsi koordinasi dan
kemampuan yang dimiliki
4. Pada prinsipnya rujukan hemodialisis rutin dapat dilakukan pada klinik maupun
rumah sakit tetapi untuk tindakan hemodialisis pertama kali harus dilakukan di rumah
sakit
5. Kegiatan rujukan :
a. Rujukan pasien internal
Rujukan pasien internal adalah rujukan pasien antar spesialis dalam rumah sakit
b. Rujukan pasien eksternal
Rujukan pasien eksternal adalah rujukan pasien antar spesialis di luar RS dengan
mengikuti sistem rujukan yang berlaku.
c. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengirimkan tenaga kesehatan
untuk mengikuti pelatihan khusus di Pusat Pelatihan Hemodialisis serta rujukan
sumber daya lainnya (dana, alat, sarana)
BAB V
LOGISTIK

A. Obat-obatan
No Nama Obat Satuan Kekuatan
1 Adrenalin ampul 1 mg
2 Dexametason flacon 10 mg
3 Dopamin ampul 50 mg dan 200 mg
4 KCl 1 mEq/ml Flacon 25 ml
5 Heparin 5000 IU Flacon 5000iu/ml
6 Protamin Sulfat Ampul 50 mg/ml
7 Bicarbonat natrikus 8,4 % Flacon 25 ml dan 100 ml
8 Anti Histamin Ampul
9 Clonidin Ampul 0,15 mg
10 Dextrose 40 % Flacon 25 ml
11 Diazepam Ampul 10 mg
12 Lidokain Ampul 20 mg / ml
13 NaCl 0,9 % Kolf 500 ml
14 Dextrose 5 % dan 10 % Kolf 500 ml
15 Nifedipine Tablet 5 mg
16 Captopril Tablet 12,5 mg
17 Isosorbit Dinitrat Tablet 5 mg
18 Paracetamol Tablet 500 mg
19 H2O2 Larutan 3%
20 Iodine Povidone Larutan 10 %
21 Antiseptik Larutan
22 Alkohol 70 % Larutan

B. Alat Kesehatan
a. Hollow Fiber berbagai ukuran
b. Blood Line
c. AV Fistula
d. Disposable syringe
e. Kassa Steril
f. Blood Set
g. Masker Disposible
h. Sarung Tangan Steril
i. Plester
j. Oksigen tabung
k. Citric acid/Bayclin (untuk desinfektan mesin HD)
l. Campuran paracetic acid dan H2O2 (untuk dialiser proses ulang)
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Resiko Jatuh
a. Faktor Resiko

Terjadi perdarahan ( terlepasnya akses vaskuler )


Terjadi fraktur ( potensial osteoporosis )
Terjadi penurunan kesadaran

b. Pencegahan
Monitor KU dan TTV pasien
Pastikan TT pasien aman dan nyaman ( pengaman bad )
Berikan tanda pada pasien tentang resiko jatuh ( tanda kuning )
Libatkan peran serta keluarga pasien.

B. Cross Infection
a. Faktor Resiko
Penularan penyakit antar pasien ( hepatitis , TB )
Memperburuk kondisi pasien
Resiko tinggi bagi tenaga kesehatan

b. Pencegahan
Hand hygiene yang baik dan benar, baik sebelum dan sesudah melaksanakan
tindakan.
Pemisahan ruangan dan mesin bagi penderita hepatitis B , C dan HiV
Pelaksanaan tindakan dengan memperhatikan sterilitas
Pelaksanaan Re-use dialiser dengan baik dan benar , Hepatitis C dan HIV boleh
re-use dengan keewaspadaan khusus ( tempat re-use tersendiri) , hepatitis B
single use
Pencahayaan dan sirkulasi udara yang baik di ruang hemodilisa.
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATANKERJA

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam K3 di unit hemodialisa adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan kewaspadaan universal yang ketat baik oleh pasien, staf, pengunjung
serta dalam hal penggunaan alat-alat medik dan non medik. Hal ini perlu untuk upaya
pencegahan transmisi.
2. Penataan ruangan, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai
dengan ketentuan yang mkengcau pada keselamatan pasien
3. Isolasi mesin hemodialisa hanya diharuskan pada pasien pengidap virus Hepatitis B
(VHB). Tidak pada pengidap virus Hepatitis C (VHC) dan HIV.
4. Pemakaian dialiser proses ulang hanya diperkenankan pada pasien pengidap VHC dan
HIV dengan kewaspadaan khusus tetapi dilarang pada pasien dengan VHB
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kegiatan pengendalian mutu dilakukan dengan :


1. Evaluasi Internal :
Evaluasi dilakukan terhadap SDM ( meliputi jumlah dan kompetensi), sarana dan
prasarana (kelengkapan sarana sesuai standar, maintenance dan kalibrasi tepat waktu,
respon terhadap kerusakan alat)
2. Evaluasi Eksternal :
Evaluasi ini dilakukan dengan menilai kegiatan pelayanan hemodialisa seperti : jumlah
pasien HD, adekuasi HD, morbiditas dan mortalitas, tarif HD). Monitoring dan evaluasi
dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat atau PT Askes atau PERNEFRI.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Hemodialisa ini disusun agar menjadi acuan dalam pelayanan
hemodialisa dan pengembangan Akreditasi Rumah Sakit yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan. Pedoman ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan Rumah Sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan hemodialisa
bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit pelayanan saja. Pelayanan hemodialisa adalah
tanggung jawab dari Direksi RS, dan menjadi urusan (tugas) bagi hamper seluruh jajaran RS.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka pelayanan hemodialisa adalah upaya-upaya
pemberdayaan, baik pemberdayaan terhadap sumber daya insani di hemodialisa dan system
pelayanan yang selalu ditingkatkan sesusai dengan kemampuan dan kondisi Rumah Sakit.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan berhasil, jika didukung oleh
upaya-upaya dari seluruh staf, stake holder dan unit terkait.
Akhirnya , semoga buku acuan ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
menjalankan kegiatannya di unit hemodialisa.Kritik dan saran kami harapkan demi kemajuan
dan lebih sempurnanya buku pedoman ini .

Anda mungkin juga menyukai